BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Philosophical Ethics And Business, Universitas Mercu Buana, 2017
1. Nama : Cut Amanda Pravitadewi
NIM : 55116120235
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Tugas Forum dan Quiz Minggu ke-3 : Business Ethics & Good Governance
Philosophical Ethics and Business
Kamis, 16 Maret 2017
IMPLEMENTASI "PHILOSOPHICAL ETHICS AND BUSINESS" DI
INDONESIA DAN KAITANNYA DENGAN BUSINESS ETHICS AND
GOOD GOVERNANCE
Penerapan etika perusahaan yang intensif di Indonesia masih belum dilakukan
dan digerakan secara nyata. Hal itu dikarenakan enforcement dari pemerintah yang
belum tampak secara jelas. Moralitas pengusaha di Indonesia masih rendah, didukung
dengan sistem perundang-undangan yang belum stabil serta banyaknya kasus korupsi
yang menjerat institusi-institusi negara sehingga wibawa aparat penegak keadilan
hilang di mata masyarakat.
Saat ini di Indonesia, banyak bisnis yang tidak dilandaskan pada etika dan
hukum - hukum yang berlaku. Banyak bisnis yang melanggar etika yang kemudian
menimbulkan kerugian bagi konsumen. Konsumen yang tidak peka terhadap bisnis
yang ada akan mudah tertipu dengan ulah produsen yang nakal.
Dalam kurun waktu beberapa tahun ini, banyak bisnis yang menggunakan
berbagai cara yang tidak beretika. Misalnya banyak ditemukannya pemakai bahan
kimia berbahaya dalam produk makanan yang dikonsumsi oleh konsumen yang dapat
menimbulkan kanker dimasa yang akan datang bila dikonsumsi secara terus menerus.
Dengan adanya permasalahan tersebut, produsen telah melanggar hak yang
seharusnya didapatkan oleh konsumen seperti keamanan dalam produk tersebut.
Seharusnya sebagai pelaku bisnis dapat memberikan informasi dan rasa aman kepada
masyarakat maupun konsumen, dengan mempertimbangkan bahan apa saja yang
dipakai dalam memproduksi barang tersebut.
Praktik bisnis nonetikal bukan hanya dilakukan oleh bisnis kecil saja, melainkan
bisnis-bisnis besar terutama industri. Banyak perusahaan industri yang membuang
limbah secara asal-asalan tanpa diolah terlebih dahulu namun langsung dibuang ke
2. aliran sungai dengan tidak memperhitungkan dampak kesehatan yang dihasilkan bagi
masyarakat dan lingkungan
Dalam menyediakan barang atau jasa, perusahaan harus bersikap sesuai
dengan etika dalam masyarakat, salah satunya adalah tidak berbuat kecurangan.
Sayangnya, masih ada oknum yang berbuat curang dan merusak tatanan etika dalam
masyarakat. Contohnya di Indonesia banyak praktek kecurangan bisnis baik dalam
penyediaan barang maupun jasa. Bahkan bukan disebut disebut oknum lagi karena
oknum merupakan perseorangan atau individu saja, tapi di Indonesia hampir mayoritas
masyarakatnya pelaku praktek kecurangan dalam bisnis di sektor manapun.
Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan
dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui
gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat
menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat
kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir
tindakan yang tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang
karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan
oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan.
Disadari atau tidak, penerapan Business Ethics and Good Governance dalam
implementasi etika dalam bisnis memiliki peran yang sangat besar. Pada intinya etika
bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis
tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi. Salah satu contohnya pada
prinsip-prinsip GCG mencerminkan etika bisnis yang dapat memenuhi keinginan
seluruh stakeholdernya. Etika bisnis yang baik dan sehat menjadi kunci bagi suatu
perusahaan untuk membuatnya tetap berdiri kokoh dan tahan terhadap segala macam
serangan ketidakstabilan ekonomi.
"PHILOSOPHICAL ETHICS AND BUSINESS" RESUME &
RECOMMEND
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan masyarakat. Etika
Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
3. serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/
mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis
dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan
dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Dalam etika bisnis, berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para
pelaku bisnis, yaitu :
1) Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung
jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
2) Prinsip Kejujuran. Bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan
kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (misal,
kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran
dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3) Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang
sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan
haknya.
4) Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5) Prinsip Integritas Moral. Prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para
pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik
perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.
Secara umum, ada beberapa dasar yang dijadikan teori dalam berperilaku etis,
seperti utilitarianism, deontological, justice & fairness, dan virtue ethics.
1. Utilitarianism, mendefinisikan bahwa perilaku etis akan menghasilkan kebahagian
yang paling tinggi dan kesedihan yang paling sedikit. Teori ini berorientasi pada
kepentingan orang banyak. Kelemahan dari teori ini adalah kebahagiaan dan
kesedihan yang sulit diukur dan bersifat relatif dan subjektif.
2. Deontological, menjelaskan tentang motivasi yang mendasari seseorang berbuat
etis. Hal ini sesuai dengan teori Kant bahwa sesuatu yang baik didasarkan pada niat
4. baik. Dengan logika ini, maka baik atau buruknya sesuatu dinilai dari motivasi diri
sendiri. Namun, bisa jadi seseorang bertindak sesuai etika karena mematuhi hukum
yang berlaku dan takut dengan hukuman jika melanggarnya (terjadi ketika hukum
dibuat dengan dasar nilai-nilai etika). Salah satu hal yang menjadi kelemahan
deontology antara lain tidak adanya guidelines yang jelas untuk mendefnisikan baik
atau buruk ketika ada konflik hukum satu dengan lainnya.
3. Justice and fairness. Teori ini dikembangkan oleh David Hume (1711-1776) yaitu
bahwa kebutuhan akan keadilan itu muncul karena manusia tidak selalu
mendapatkan manfaat atau tercukupi kebutuhannya sedangkan sumber daya
jumlahnya terbatas. Salah satu pengembangan teori justice adalah distributive
justice yaitu menyesuaikan apa yang telah dilakukan seseorang dengan apa yang
akan dia peroleh.
4. Virtue ethics, menginternalisasi nilai-nilai etika ke dalam jiwa atau pribadi individu
dalam bentuk karakter, integritas, kepatuhan, dan sebagainya.
Etika bisnis harus diterapkan di seluruh bidang bisnis, agar menciptakan suatu
sistem bisnis yang kondusif. Etika bisnis yang tepat adalah yang mampu menerapkan
beberapa hal dalam perusahaan yaitu :
a. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan, dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum
dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
b. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, maka jangan memaksakan diri dengan
mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
c. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi.
d. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki
terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika
bisnis.
5. e. Pengendalian diri
f. Mempertahankan jati diri
g. Menciptakan persaingan yang sehat
h. Menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan
i. Menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
DAFTAR PUSTAKA
Wati, Lila. 2015. Hubungan Etika Bisnis dan Good Corporate Governance.
http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2015/12/hubungan-etika-bisnis-dan-good.html, (18
Mar 2017, 13.00)
Afiff, Faisal. 2017. Penerapan Etika Bisnis di Indonesia.
http://mm.fe.unpad.ac.id/en/penerapan-etika-bisnis-di-indonesia/, (18 Mar 2017,
13.30)
Simarmata, Asido. 2012. Membangun & Mengembangkan Etika Bisnis Dalam
Perusahaan. http://asido-simarmata.blogspot.co.id/2012/11/membangun-
mengembangkan-etika-bisnis.html, (18 Mar 2017, 13.30)
Nursetiawan, Afief. 2017. Implementasi Etika Bisnis Di Indonesia.
http://www.academia.edu/17255314/IMPLEMENTASI_ETIKA_BISNIS_DI_INDON
ESIA, (18 Mar 2017, 14.00)
Tantri, Sakina. 2013. Filosofi Etika (Sedikit Berteori).
https://sakinatantri.wordpress.com/2013/03/13/filosofi-etika-sedikit-berteori/, (20
Mar 2017, 10.40)
Zahirah, Laila. 2013. Etika Dalam Bisnis. http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-
etika-dalam-bisnis.html, (20 Mar 2017, 11.00)
Natalia, Diana. 2015. Etika Bisnis dan Studi Kasus.
http://diananataliaketaren.blogspot.co.id/2015/10/etika-bisnis-dan-studi-kasus.html,
(20 Mar, 11.20)