BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada perusahaan keluarga bidang jasa layanan manajemen sdm, universitas mercu buana, 2017
1, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Concepts and Theories of Business Ethics...
Similar to BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada perusahaan keluarga bidang jasa layanan manajemen sdm, universitas mercu buana, 2017
BE&GG, Eka Yuliani, Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA, Philosophical Ethics and Busines...Eka Yuliani
Similar to BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada perusahaan keluarga bidang jasa layanan manajemen sdm, universitas mercu buana, 2017 (20)
BE GG, Novri Yanto, Hapzi Ali, Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) Pada perusahaan keluarga bidang jasa layanan manajemen sdm, universitas mercu buana, 2017
1. TUGAS INDIVIDU - KELAS BUSSINESS ETHIC & GOOG GOVERMENT
DOSEN: PROF. DR. Ir. H. HAPZI ALI, Pre-MSc, MM, CMA
TUGAS UTS:
“PENERAPAN ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) PADA PERUSAHAAN KELUARGA
BIDANG JASA LAYANAN MANAJEMEN SDM”
PENULIS:
NOVRI YANTO
NIM. 55117110075
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA – JAKARTA
2017
2. PENERAPAN ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) PADA PERUSAHAAN KELUARGA
BIDANG JASA LAYANAN MANAJEMEN SDM
Author
Novri Yanto
55117110075
Abstract
Fokus dari artikel ini adalah membahas masalah penerapan etika bisnis (nilai etika)
pada perusahaan keluarga dibidang jasa layanan konsultan manajemen SDM. Pembahasan
mengenai nilai etika pada perusahaan kelaurga dirasa perlu karena masih kentalnya
penguasaan akan hal-hal yang berkaitan dengan keorganisasian oleh owner atau pemilik yang
secara langsung juga menjadi dewan direksi dalam susunan kepengurusan perusahaan. Secara
khusus artikel ini membahas masalah pengambilan keputusan dan kebijakan-kebijak strategis
lainnya yang diambil secara langsung oleh jajaran direksi yang mana itu adalah pemilik atau
owner dari perusahaan itu sendiri. Pengambilan keputusan dari owner sering kali tanpa
melewati susunan kepengurusan manajemen yang tertera dari kepengurusan organisasi,
sehingga kepengurusan manajer dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis sering
terabaikan karena para staf langsung ke jajaran direksi atau mendapatkan perintah langsung
dari jajaran direksi (dalam hal ini direktur utama sebagai pemilik perusahaan).
Kata Kunci: Etika Bisnis, Nilai Etika
3. PENDAHULUAN
Bisnis pada zaman modern saat ini sangat berkembang pesat, berdirinya beberapa
purusahaan besar didunia tidak lepas dari pengaruh teknologi yang makin mempermudah
seseorang dalm mengakses informasi dari belahan dunia manapun dalam waktu supersekian
detik. Perkembangan yang sangat pesan di dunia juga berpengaruh kepada perkembangan dan
laju perekonomian Indonesia, masuknya beberapa perusahaan besar di Indonesia memberikan
keuntungan kepada masyarakat duntuk berkembang dan berinovasi serta bersinergi untuk
menciptakan suatu tatanan bisnis dalam menghadapi tantangan kedepan yang lebih komplek.
Dengan laju perekonomian di Indonesia yang cukup signifikan sehingga menjadi salah
satu kekuatan ekonomi di dunia dengan dibuktikan masuk dalam jajaran forum G-20
membuat tatanan kehidupan dan perekonomian menjadi sehat sehingga berdirilah banyaknya
UKM dan perusahaan-perusahaan skala kecil dan menengah di Indonesia. Peranan UKM dan
perusahan kecil dan menengah memiliki pengaruh yang kuat dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia sehingga mendorong Indonesia menjadi salahs atu kekuatan ekonomi dunia.
Namun pertumbuhan dan berdirinya perusahaan-perusaahn kecil dan menengah serta
UKM di Indonesia belum didukung oleh majajemen dan keorganisasian yang baik sehingga
tatakelolah perusahaan masih bersifat tradisonal, peranan generasi X (Gen-X) pada pendirian
perusahaan yang mayoritas jajaran staf diisi oleh para generasi Y (Gen-Y) terkadang
menjadikan jurang pemisah yang cukup signifikan dalam tatakelola perusahaan sehingga
menghambat laju pertumbuhan dan persaingan du dunia bisnis yang semakin ketat.
Dengan adanya kerjasama antara negara ASEAN berupa masyarakat ekonomi ASEAN
(MEA) yang sudah dimulai maka setiap pelaku bisnis harus berpaju dan bersaing dengan
negara-negara tetangga yang saata ini sudah lebih unggul. Perusahaan harus sudah mau
menerapkan dan mengacu kepada implementasi dari etika bisnis yaitu Good Corporate
Governance (GCG), penerapan GCG sudah tidak bisa ditawar lagi karena sudah menjadi
kebutuhan yang mutlak harus diterapkan untuk menciptakan tatakelolah perusahaan yang baik
sehingga bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang ada di area ASEAN. Walau
dalam prakteknya penerapan GCG belum berjalan dengan baik karena belum adanya
dukungan yang signifikan dari pihak regulaor yang dalam hal ini adalah tanggungjawab
pemerintah untuk memberikan sangsi atau hukuman bagi perusahan yang belum menerapkah
GCG.
Dalam perusahaan keluarga sendiri yang mana jajaran direksi masih diisi oleh owner,
penerapan GCG masuh dari kata jauh untuk diterapkan padahal GCG adalah assest
4. perusahaan yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan itu
sendiri untuk bersaing dalam dunia bisnis dan juga untuk menciptakan citra perusahaan
dimata masyarakat serta klien.
Penerapan GCG dirasa penting untuk diterapkan dalam perusahaan di Indonesia baik
itu perusahaan keluarga atau bukan karena walau bagaimanapun tantangan dan kompetisi
kedapan dalam menghadapi MEA sangat menentukan akan keberlangsungan dari perusahaan
disamping juga penerapan teknologi yang sudah tidak bisa ditawar lagi.
TUJUAN PENULISAN ARTIKEL
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk melihat sejauhmana penerapan dari etika
bisnis atau Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan Indonesia pada umumnya
dan untuk melihat gambaran penerapan GCG pada perusahaan keluarga disalahsatu
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultan manajemen SDM serta peranannya
dalam peningkatan produktivitas perusahaan.
5. KAJIAN PUSTAKA
Arti Etika Bisnis
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos”, atau ”Taetha” yang berarti
tempattinggal, padang rumput, karakter , watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).Oleh
filsuf Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan filsafat moralyang
menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakankebajikan dan suara
hati (Yuli, Unknow). Menurut Sim (2003) Etika adalah istilah filosofis yang berasal dari
"etos," kata Yunani yang berarti karakter atau kustom. Definisi erat dengan kepemimpinan
yang efektif dalam organisasi, dalam hal ini berkonotasi kode organisasi menyampaikan
integritas moral dan nilai-nilai yang konsisten dalam pelayanan kepada masyarakat. Etika
dapat diartikan sebagai pegangan atau orientasi dalam menjalani hidup. Ini berarti tindakan
manusia selalu mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapainya, Ada sasaran dan arah dari
tindakan (Videlya, 2011). Sedangkan Menurut Agus Arijanto (2011) (dalam Rahmah, 2013)
etika bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh para pelaku-pelaku bisnis. Masalah etika dan ketaatan pada hukum yang
berlaku merupakan dasar yang kokoh yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan akan
menentukan tindakan apa dan perilaku bagaimana yang akan dilakukan dalam bisnisnya. Arti
etika dapat dibedakan dari sisi praktis dan refleksi. Etika sebagai praktis yaitu sejauhmana
nilai-nilaj dan norma-normal moral diterapkan dan dilaksanakan dalam berbagai aktivitas dan
kegiatan sehari-hari. atau dapat jugfa diartikan sebagai apa yang dilakukan sesuai dengan nilai
dan moral. (Hapzi, 2017).
Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen
Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on Soft Criteria, terdapat
tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika kita (Rahmah, 2013), yaitu :
a. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya.
Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang
dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang
tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
b. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.
6. c. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Menurut Brown dan Petrello (1976) Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat,
maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, sambil memperoleh. Dalam prakteknya, diperlukan etika dalam berbisnis.
Masyarakat khususnya di Indonesia masih banyak yang belum menyadari arti penting dari
etika dalam berbisnis sehingga banyak anggapan bahwa tidak perlu adanya etika dalam
berbisnis, etika hanya berada dalam tatanan tradisional kesukuan sehingga norma-norma
hanya berlaku dalam tatanan kehidupan bertetangga. Padahal peranan etika dalam berbisnis
sangat diperlukan untuk mencapai suatu tatakelola perusahan yang baik. Menurut Velasques
(2002), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yangbenar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi
dan perilaku bisnis.
Hill dan Jones (1998), menyatakan bahwa etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk
membedakan antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap
pemimpinperusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang
terkait dengan masalah moral yang kompleks. Lebih jauh ia mengatakan Sebagian besar dari
kita sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang benar dan apa yang salah, kita sudah tahu
bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang menempatkan resiko kehidupan yang
lain.”). Menurut Steade et al (1984 : 701), dalam bukunya ”Business, Its Natura and
Environment An Introduction” Etika bisnis adalah standar etika yangberkaitan dengan tujuan
dan cara membuat keputusan bisnis.”. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis
adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini
mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil , sesuai dengan hukum yang berlaku
tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat (Videlya, 2011).
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita tinjau lebih
lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika
bisnis (Fabian, 2017), yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika
bisnis yang pertama bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk
7. menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup etika bisnis yang
pertama ini lebih sering ditujukan kepada para manajer dan pelaku bisnis, dan
lebih sering berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan etis.
2. Etika bisnis untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh atau
karyawan, dan masyarakat luas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup,
akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis
siapa pun juga. Pada tingkat inietika bisnis berfungsi untuk menggungah
masyarakat untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara
baik demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut. Etika bisnis juga
berbicara mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu
praktek bisnis dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu
barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.
Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada
dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Dalam menciptakan etika bisnis,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, (Videlya, 2011) antara lain :
(1). Pengendalian diri./ kejujuran.
(2). Social Responsibility
(3). Memiliki prinsip / mempertahankan jati diri.
(4). Menciptakan persaingan yang sehat.
(5). Menerapkan konsep yang berksinambungan.
Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (Vita, 2013):
a. Pengendalian Diri
pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk
tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun dengan jalan
main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut.
b. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility).
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan
lebih kompleks lagi.
c. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika
bisnis.
8. d. Menciptakan Persaingan yang Sehat.
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas,
tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah dan sebaliknya.
e. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang,
tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
f. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis
g. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk
mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
h. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha.
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya
(trust) antara golongan pengusaha.
i. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
j. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa
Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan
etika bisnis.
k. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian
hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
Indikator Pengukuran Etika Bisnis
Dengan adanya interaksi antara karyawan maupun pegawai dalam proses bisnis dalam
kehidupan sehari-hari di dunia pekerjaan, konfilk seringkali tidak bisa dihindari dalam dunia
bisnis dan pekerjaan. Etika bisnis berperan untuk menengahi agar hal seperti itu tidak terjadi
atau paling tidak meminimalisir hal-hal yang tidak diinginakn sehingga berdampak pada
9. kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penerapan etika bisnis dalam perusahan harus
danperlu dikontrol dan diatur sehingga manajemen bisa melihat sejauhmana keberhasilan dari
etika bisnis dalam meningkatkan produtivitas karyawan maupun dalam menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif. Diperlukan adanya indikator-indikator untuk mengukur
dalam praktek etika bisnis.
Dari berbagai pandangan etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk
menyatakan bahwa seseorang atau perusahaan telah mengimplementasikan etika bisnis antara
lain adalah (Ramadhan, 2016):
a. Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan ataun pebisnis
telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien
tanpa merugikan masyarakat lain.
b. Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator
ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing
pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
c. Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau
suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku
bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya.
d. Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika
bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran
agama yang dianutnya.
e. Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu
perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
f. Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing
pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
Tujuan Good Corporate Goverment (GCG)
Ada banyak tujuan dalam penerapan GCG di perusahaan, dan terkadang beberapa
perusahaan mempunya tujuan yang berbeda-beda. Namun secara umum Maksud dan tujuan
penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan adalah sebagai berikut (Ramadhan,
2016):
10. a. Memaksimalkan nilai Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar Perusahaan memiliki
daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
b. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan efisien, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
c. Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab
sosial Perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar
Perusahaa.
d. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional
e. Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan Perusahaan.
Pelanggaran Etika Bisnis
Dalam prakteknya di Indonesia seringkali para pelaku bisnis menghalalkan segala cara
agar tujuan dari usaha yang sedang dijalankan mencapai hasil dan tujuan seperti yang
diharapkan tanpa mempedulikan aspek moral. Pelanggaran etika yang terjadi di Indonesia
tidak hanya terjadi karena faktor kesengajaan saja tapi juga karena minimnya informasi yang
berkaitan dengan GCG sehingga banyak yang masih menggunakan cara tradisional yang
terkadang berlawanan atau melangar etika bisnis.
Faktor penyebab perusahaan atau produsen melakukan pelanggaran (Ramadhan, 2016), antara
lain:
a. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi (Personal Gain and Selfish Interest)
Adanya sikap serakah. Dimana para pekerja ini akan menempatkan kepentingannya
untuk memperoleh kekayaan melebihi kepentingan lainnya meski pun dalam
melakukan akumulasi kekayaan tersebut dia merugikan pekerja lainnya, perusahaan,
dan masyarakat.
b. Tekanan Persaingan terhadap Laba Perusahaan (Competitive Pressure on profits)
Ketika perusahaan berada dalam situasi persaingan yang sangat keras, perusahaan
sering kali terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis yang tidak etis untuk melindungi
tingkat proftabilitas mereka.
c. Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals
versus Personal Values) Masalah etika dapat pula muncul pada saat perusahaan
11. hendak mencapaim tujuan-tujuan tertentu atau menggunakan metode-metode baru
yang tidak dapat diterima oleh para pekerjanya.
d. Perusahaan ingin menguasai pangsa pasar.
e. Lemahnya kedudukan lembaga yang melindungi konsumen. Lembaga perlindungan
konsumen kurang mengawasi para pengusaha atau produsen sehingga pelanggaran
sangat mungkin terus terjadi.
f. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi masyarakat mengenai
bahan dan material berbahaya. Kurangnya pemahaman tentang prinsip etika bisnis
Dengan bertujuan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya perusahaan atau
produsen terkadang tidak memahami betul prinsip etika bisnis yang harus diterapkan
dengan benar sehingga pelanggaran dapat terjadi.
Cara Mengatasi Pelanggaran Etika Bisnis
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi pelanggaran
dalam Etika Bisnis (Ramadhan, 2016),:
a. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga yang terkait
terhadap perusahaan.
b. Pemerintah dan lembaga yang terkait berperan aktif dalam mensosialisasikan
informasi terhadap masyarakat awam. Perusahaan atau pelaku bisnis hendaknya
benar-benar memahami betul prinsip etika dalam berbisnis agar tidak merugikan
konsumen. Adanya sanksi atau tidak tegas yang diberikan pemerintah terhadap pelaku
bisnis atau perusahaan yang melakukan pelanggaran etika bisnis.
12. METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mendapatkan data serta informasi berkaitan dengan tugas ini, penulis
melakukan sesi wawancara tatap muka dan juga aplikasi chatting online berupa Whatsap,
selama proses penumpulan data dan informasi berkaitan dengan penerapan Etika Bisnis pada
perusahaan Jasa Konsultan Manajemen SDM yang masih bersifat perusahaan keluarga.
Wawancara dilakukan kepada salah satu manager di perushaan tersebut dan 2 staff yang
terdiri dari staf administrasi dan staf keuangan.
Disamping itu, untuk melengkapi data tentang Etika bisnis penulis menggunakan
moteode searching melalui internet dan bacaan dari modul pembelajaran yang berkaitan
dengan Etika Bisnis dari dosen pengampuh dalam mencari dan melengkapi referensi-referensi
yang berkaitan dengan tugas ini.
Penulis juga mendapatkan data dari informasi dan pengetahuan penulis sendiri yang
didapatkan dengan menonton berita-berita berkaitan dengan pembahasan yang ada baik itu
media televisi maupun video online yang kebetulan membahas masalah tersebut pada
beberapa waktu yang lalu.
Penulis mengambil salah satu perusahaan Swasta sebagai objek penelitian ini,
perusahaan tersebut adalah tempat penulis bekerja selama kurang lebih 1 tahun. Perusahaan
tersebut tergolong baru berdiri yaitu sejak tahun 2015 dan memfokuskan dalam jasa
konsultasi menajemen sumber daya manusia (SDM). Penulis melakukan 1 kali wawancara
tatap muka untuk masing-masing informan yaitu 1 orang Manager dan 2 Staf (Administrasi &
Keuangan).
Dalam dalam kurang lebih 3 minggu penulis juga berkomunikasi dengan informan
melalui aplikasi berbasis online yaitu Whatsapp untuk melengkapi data-data dan informasi
khususnya yang dikira masih perlu dalam proses penulisan dan kelengkapan informasi.
Dari semua informasi yang penulis dapatkan, lalu dilakukan analisa deskritif dengan
menyatukan informasi yang ada dari berbagai sumber menjadi sebuah tulisan yang tertuang
dalam tulisan ini.
13. HASIL & DISKUSI
Mengacu kepada teori dipembahasan sebelumnya berkaitan dengan etika bisnis dan
hasil wawancara dan pengumpulan informasi dari berbagai sumber yang ada, dilihat dari 3
sasaran dan lingkup pokok etika bisnis maka didapatkan hasil sebagai berikut (Fabian, 2017):
1. Himbauan palaku etika bisnis dalam menjalakna bisnisnya secara baik dan etis
telah dilakukan oleh manager dari perusahaan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa Indikator yang ada salah satunya yaitu Indokator Hukum yang mana
dalam praktek menjalankan roda perusahaan, manajer telah memenuhi semua
aspek legalitas yang ada baik dari segi legalitas hukum tentang pendirian
perusahaan yang lengkap (Akte Pendirian, SK Menkumham, Kewajiban Pajak,
SIUP yang sesuai dengan yang tertera serta TDP) maupun dalam aspek jasa yang
diberikan sesuai dengan permintaan klien yang merupakan indikator peraturan
khusus yang berlaku antara pihak perusahaan dan manajemen dalam mentaati
perjanjian kerjasama sesuai kesepakatan.
2. Dalam Etika bisnis untuk karyawan akan hak dan kepentingan mereka yang tidak
boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga, perusahaan telah menjalankan
dengan baik dengan memberikan semua hal yang berkaitan dengan hak karyawan
seperti gaji, tunjangan kesehatan berupan BPJS, bonus sesuai perjanjian maupun
tunjangan hari raya. Hal ini dibenarkan oleh 2 informan, untuk libur memiliki
sedikit perbedaan dari beberapa perusahaan pada umumnya yang mana hari sabtu
masih masuk dengan ketentuan jika ada klien. Dalam menjalankan praktek agama
juga tanpa ada larangan dari pihak manajemen sehingga merupakan Indikator
Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana
dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama
yang dianutnya.
Dalam praktek etika bisnis berkaitan dengan aspek pelanggaran masih ada beberapa
hal yang masih dilanggar khususnya dalam penguasaan pasar. Pelaku bisnis masih cenderung
untuk menguasai pasar dengan beberapa aspek yang melanggar ketentuan umum seperti
menurunkan harga untuk mendapatkan suatu project secara signifikan sehingga calon klien
akhirnya memilih perusahaan tersebut.
Dengan persaingan yang keras dan berdarah-darah di Red-Ocean Area memang
seringkali melakukan beberapa cara untuk mendapatkan sebuah project tanpa harus mengikuti
tahapan lelang terlebih dahulu, dalam hal ini biasanya pemilik atau owner langsung terjung
14. kelapangan untuk meloby calon klien. Dalam hal ini fungsi dari manajer dan merketing
menjadi tidak signifikan dalam melakukan tugasnya, namun hal ini efektif karena adanya
hubungan yang erat antara kedua bela pihak.
Peran pemerintah yang belum ada dalam memproses pelanggaran ini membuat hal-hal
seperti ini seringkali terjadi dibeberapa perusahaan lainnya. Dari informasi yang didapatkan
bahwa hal tersebut lumrah dilakukan oleh para pelaku bisnis untuk mendapatkan project
karena lemahnya pengawasan pemerintah dan juga tidak transparannya dalam aktivitas lelang
pekerjaan yang ada dibeberapa instansi.
Salah satu tujuan dari pengadaan GCG adalah Mendorong pengelolaan Perusahaan
secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian. Namun, dalam masalah keuangan tidak ada transparansi karena semua proses
keungan masih diatur dan dikelola sendiri secara langsung owner, dalam hal ini bertindak
selaku direktur utama dan juga dibantu oleh istri owner. Keuangan dalam perusahaan ini
menjadi hal yang sakral yang hanya bisa dikelola dan diakses oleh owner, untuk urusan pajak
biasanya owner menyewa orang luar sehingga staf yang ada di dalam manajemen tidak
terlibat sama sekali.
Dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan kerjasama antara klien maupun
instansi yang seharusnya area manajer seringkali diambil langsung oleh pemilik atau owner
sehingga peran manajer seperti staf biasa yang hanya mengikuti meeting dengan klien, bahkan
untuk beberapa kebijakan yang harus ditandatangani juga seringkali langsung melalui owner.
Pada hirarki keorganisasian, seringkali penugasan dan rencana tidak melalui manager
tapi langsung ke staf yang dimaksud, dan seringkali juga staf tidak memahami apa yang
diperintahan sehingga staf berkomunikasi dengan mamajer terlebih dahulu, kemudian setelah
pengerjaan selesai baru kembali ke owner atau pemiliknya. Hirarki yang tidak digunakan
dengan baik menghambat pengerjaan yang jika sejatinya melalui manajer maka akan
menghemat cukup banyak waktu namun karena langsung ke staf sehingga terkesan bolak-
balik dan menghabiskan banyak waktu, tenaga dan kesempatan.
15. KESIMPULAN & SARAN
Dari beberapa informasi yang didapat serta mengacu kepada teori yang ada maka
dalam penulisan artikel ini didapat beberapa kesimpulan, antara lain:
a. Berdasarkan beberapa indikator maka perusahaan ini telah melakukan etika bisnis
yang baik seperti indikator hukum, agama dan perseorangan.
b. Berdasarkan tujuan dari etika bisnis berkaitan dengan transparansi maka khususnya
transparansi keuangan belum berjalan.
c. Dalam praktek bisnis khususnya penguasaan pasar ada beberapa pelanggaran yang
masih dilakukan
d. Dalam penerapan etika bisnis untuk hak karyawan sudah berjalan dengan baik
e. Masih kurangnya koordinasi antara beberapa level manajerial dalam perusahaan
sehingga menggangu produktivitas seperti hirarki penugasan yang langsung ke staf
tanpa melewati manajer.
f. Fungsi manajer tidak berjalan dengan maksimal karena sering diambil alih perannya
oleh owner
Beberapa saran yang bisa diajukan adalah:
a. Perlunya ada perubahan manajemen dengan tidak memasukan owner kedalam jajaran
direksi.
b. Transparansi keuangan untuk pengelolaan yang baik sehingga jika kedepan
perusahaan berkembang dengan pesat sudah ada catatan keuangan yang rapi.
c. Perlunya mengembalikan peran fungsi manajer secara maxsimal tanpa campur tangan
owner sehingga leluasa dalam mengambil keputusan.
16. DAFTAR PUSTAKA
Aiu Videlya, 2011 . http://aiuvidelya.blogspot.co.id/2011/05/etika-bisnis-pada-perusahaan-
jasa.html (10 Oktober 2017. 20.35)
Lenny Yuli, Unknow . https://www.scribd.com/document/24845926/Pada-Pengertian-Yang-
Paling-Dasar-Etika-Adalah# (10 Oktober 2017. 20.37)
Ali, Hapzi. 2017. Ethics and Busniness : Concept and Theory. Modul Perkuliahan Business
Ethics & GCG. Universitas Mercu Buana. Jakarta.
Fahrul Ramadhan. 2016. http://fahrulramadhan64.blogspot.co.id/2016/10/etika-bisnis-dalam-
perusahaan-dan.html. (10 Oktober 2017. 21.02)
Ivano Fabian. 2017 http://ivanofabian.blogspot.co.id/2017/06/pelanggaran-jasa-dalam-etika-
bisnis.html (15 Oktober 2017. 09.35)
Laila Zahirah Rahmah. 2013. http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-etika-dalam-
bisnis.html (17 Oktober 2017. 20.40)
Vita. 2013. https://vtastubblefield.wordpress.com/2013/01/30/pentingnya-etika-dalam-
berbisnis/ (17 Oktober 2017. 22.46)