Dokumen tersebut membahas tentang beberapa kondisi kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS, Graves' disease, Myasthenia gravis, Lupus, dan menjelaskan gejala, penyebab, diagnosis, dan penatalaksanaannya.
3. Immune Deficince Condition adalah kelompok besar
penyakit sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari
berbagai macam penyakit yang menekan sistem
kekebalan tubuh. Seringkali penyebab Immune
Deficience Condition di dasari oleh penyakit kronis.
Gejala-gejala dari penyakit Immune Deficience
Condition sama dengan penyakit apa yang
mendasari.
4. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem
kekebalan tubuh yang serius, yang merupakan
penyebab terbanyak kematian diseluruh dunia.
Aids akan terjadi pada tahap akhir dari
perkembangan HIV dan menyebabkan sistem
kekebalan tubuh gagal total dan setelah itu
kesehatan penderita akan memburuk perlahan-
lahan. Aids dianggap sebagai penyakit menular
seksual yang paling mengancam jiwa yang dapat
dikeluarkan melalui kontak fisik (seksual)
5. Graves’disease (gangguan autoimun yang
mengarah ke kelenjar tiroid hiperaktif)
Penyakit Graves timbul sebagai akibat dari
produksi antibody yang merangsang tiroid.
Mekanisme respon autoimun yang terjadi pada
penyakit graves, melibatkan reaksi antibody yang
disebut dengan long acting thyroid stimulator
bereaksi dengan reseptor thyroid stimulating
hormone yang terdapat pada pemukaan kelenjar
tiroid, sehingga meningkatkan produksi hormone
tiroid yang berlebihan.
6. Myasthenia gravis (gangguan neuromuskuler yang
melibatkan otot dan saraf)
Penyakit myasthenia gravis merupakan penyakit autoimun
yang mengakibatkan kelemahan otot secara progresif. Hal
ini disebabkan karena antibody menutupi reseptor
asetilkolin dengan immunoglobulin dapat mencegah
penerimaan impuls saraf, yang dalam keadaan normal
disalurkan oleh molekul asetilkolin, sehingga menimbulkan
kelemahan otot. Apabila otot yang diserang adalah otot
diafragma. Maka diafragma tidak dapat berfungsi dengan
baik sehingga dapat menyebabkan kegagalan pernafasan
dan kematian.
7. Lupus adalah suatu penyakit auto imun multi
sistem dengan manifestasi dan sifat yang sangat
berubah-ubah. Secara klinis, SLE merupakan
suatu penyakit kambuhan yang menyerang
setiap organ tubuh terutrama menyerang kulit,
ginjal, membran serosa, sendi, dan jantung.
8. Sampai saat ini penyebab SLE belum
diketahui. Di duga faktor genetik, infeksi dan
lingkungan ikut berperan pada faktor
patofisiologi SLE.
Faktor resiko:
Genetik
Hormon
Imunitas
infeksi
9. Penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE)
tampaknya terjadi akibat terganggunya regulasi
kekebalan yang menyebabkan meningkatkan auto
antibodi yang berlebihan.
Pada sistemik lupus peningkatan produksi auto
antibodi di perkirakan terjadi akibat fungsi sel T
supressor yang abnormal sehingga menimbulkan
penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan.
Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
merangsang antobodi tambahan, dan siklus tersebut
berulang kembali.
11. Gejala yang paling sering adalah artitis simetris atau atralgia.
Gangguan ini dapat ditemukan pada sekitar 90% dari sekitar
kasus. Sendi-sendi yang paling sering terserang adalah
sendi-sendi proksimal tangan, pergelangan tangan, siku, lutut
dan pergelangan kaki.
Gejala konstitusional :
Demam
Rasa lelah
Lemah
Bb berkurang
Anemia ringan
Ruam pada pipi berbentuk kupu-kupu
Nefritis
Nyeri pada sendi
12. Pemeriksaan darah
Imunologi
Fungsi ginjal
Kelainan pembekuan yg behubungan
dengan anti koagulan LUPUS
Serologi VDRL (sifilis)
Tes vital LUPUS
13. OAINS ( Obat anti inflamasi non steroid)
Kortikosteroid
Anti malaria untuk mengatasi kulit
siklofospamid
16. Nyeri akut kronis b/d distensi jaringan oleh
akumulasi cairan atau proses inflamasi
destruksi sendi kulit.
Gangguan integritas kulit b/d lesi pada kulit
Mobilitas fisik kerusakan b/d defometas
skeletal
17. Dx 1 : Nyeri akut kronis b/d distensi jaringan
oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi
destruksi sendi kulit.
Tujuan : menunjukan nyeri terkontrol.
Kriteria hasil : skala nyeri dalam batas normal
18. 1. Kaji keluhan nyeri : pencetus, catat lokasi,
karakteristik dan intesitas skala nyeri
2. Posisikan pasien senyaman mungkin
3. Hindari gerakan yang menyentak
4. Tingkatkan istirahat
5. Kolaborasi pemberian obat dengan tim
medis
19. Dx 2 : Gangguan Integritas kulit b.d lesi pada
kulit
Tujuan : agar tidak terjadi lesi pada kulit
20. 1. Kaji warna dan kedalaman lesi
2. Perhatikan adanya nekroktik dan jaringan
perut
3. Beri perawatan pada lesi
4. Pertahankan penutupan lesi
5. Hindari trauma
6. Intruksikan pada pasien untuk tidak
menggaruk lesi
21. DX. 3 Mobilitas fisik kerusakan b.d
defometas skeletal
Tujuan : mempertahankan fungsi dengan
tidak hadirnya atau pembatasan kontraktor
22. 1. Memantau tingkat inflamasi pada sendi
2. Pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas
3. Gunakan bantal kecil atau tipis dibawah
leher
4. Berikan matras busa atau pengubah
tekanan
5. Berikan obat sesuai indikasi
23.
24. 1. Mengkaji keluhan nyeri : pencetus, catat
lokasi, karakteristik dan intesitas skala nyeri
2. Memposisikan pasien senyaman mungkin
3. Menghindari gerakan yang menyentak
4. Meningkatkan istirahat
5. Berkolaborasi pemberian obat dengan tim
medis
25. 1. Mengkaji warna dan kedalaman lesi
2. Memperhatikan adanya nekroktik dan
jaringan perut
3. Memberi perawatan pada lesi
4. Mempertahankan penutupan lesi
5. Menghindari trauma
6. Mengintruksikan pada pasien untuk tidak
menggaruk lesi
26. 1. Memantau tingkat inflamasi pada sendi
2. Memindahkan dan menggunaan bantuan
mobilitas
3. menggunakan bantal kecil atau tipis
dibawah leher
4. Memberikan matras busa atau pengubah
tekanan
5. Memberikan obat sesuai indikasi
27. DX.1Nyeri akut kronis b/d distensi jaringan oleh
akumulasi cairan atau proses inflamasi
destruksi sendi kulit.
S :Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : pasien menunjukan ekpresi tenang
A : masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi