Dokumen tersebut membahas tentang beberapa penyakit terkait sistem kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS, SLE, Buerger Disease, dan SCID. Juga membahas gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan beberapa penyakit tersebut seperti Buerger Disease yang disebabkan oleh faktor merokok dan penghentian merokok mutlak diperlukan.
1. Keperawatan Medikal
Bedah III
Kelompok 1
Ade Kurnia
Fauziah Meliadewi
Husen Ode
Lutfhia Septiyani
Norma Rizkita Sari
Siti Masitoh
Sofiatun Nadzia
2.
3. 1. HIV AIDS
2. SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
3. Buerger Disease
4. SCID (Severe Combined Immuno
Deficiency)
4. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
yang menyerang sistem kekebalan
tubuh. Virus ini melemahkan
kemampuan tubuh dalam melawan
infeksi dan penyakit
AIDS (Acquired Immuno-Devesienci
Syndrome) atau Sindrom Kehilangan
Kekebalan tubuh adalah sekumpulan
gejala penyakit yang menyerang tubuh
manusia seesudah system kekebalannya
dirusak oleh virus HIV.
5. Sistemik Lupus Eritematosus merupakan
penyakit yang terkait dengan kekebalan
tubuh manusia. Penyakit ini juga dikenal
sebagai penyakit autoimune. Penyakit
terjadi apabila terjadi anomali pada
sistem dan kerja sel pertahanan tubuh
manusia. Sel pertahanan tubuh yang
seharusnya melindungi tubuh dari
masuknya kuman atau gangguan eksternal
lainnya justru menyerang tubuh
pemiliknya
6. Penyakit Buerger di percaya sebagai penyakit
autoimun yang mengakibatkan penyumbatan pada
pembuluh darah distal. Penyakit Buerger
adalah suatu keadaan dimana arteri serta
vena ukuran sedang dan kecil mengalami
inflamasi berulang (rekuren), terutama pada
bagian ekstremitas bawah dan atas (jarang),
yang juga mengakibatkan pembentukan trombus
serta penyumbatan pembuluh darah
7. SCID adalah gangguan sistem kekebalan tubuh yang
diturunkan. Penyebab penyakit SCID adalah serangkaian
kelainan kromosom X. Beberapa jenis infeksi rentan terjadi
pada penderita penyakit ini, seperti meningitis, pneumonia,
campak dan lain-lain.
8.
9. Penyebab penyakit buerger tidak diketahui, namun dipercaya
merupakan suatu vaskulitis autoimun. Kebanyakan terjadi
pada pria usia 20 dan 35 tahun, dan dilaporkan pada semua
ras diseluruh wilayah dunia. Ada banyak bukti bahwa merokok
dapat merupakan faktor penyebab atau faktor yang
memperberat.
10. Syndrome Buerger disebabkan karena faktor merokok yang
dapat menimbulkan peningkatan asam dalam tubuh, sehingga
Imun meningkat dan tubuh mengalami hipersensitivitas yang
menyebabkan kepekaan seluler serta meningkatkan enzim dan
serum anti endotenial. Karena meningkatnya enzim dan serum
anti endotenial menyebabkan vaskuler melemah sehingga
terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan
akan mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan
peradangan pada arteri dan vena sehingga terbentuklah
gangren dan akhirnya akan di amputasi.
11. • Nyeri pada anggota tubuh (tangan dan atau kaki)
• Pelebaran pembuluh darah balik (Vena) serta berwarna agak kemerahan
• Berkurangnya suplai darah arteri
• Kekakuan pada anggota badan
• Rasa kesemutan dan panas pada tangan/ kaki
• Ada luka pada jari-jari , terutama ibu jari
• Perubahan warna pada tangan dan kaki yang terkena
• Denyut nadi dirasakan melemah pada tangan/ kaki yang terkena
• Ujung tangan berubah warnanya apabila terkena dingin, mula-mula
pucat agak kebiruan dan lama kelamaan menjadi kemerahan disertai
rasa nyeri.
• Mengenai dua atau lebih anggota tubuh
12. Arteriografi dapat
menegakkan diagnosis
penyakit arteri oklusif.
Pada arteriografi, kateter
radiopak dimasukkan ke
arteri besar kemudian di
dorong ke tempat yang akan
di tuju dengan bantuan
fluoroskopi.
13. • Penatalaksaan buerger disease merupakan kombinasi penatalaksanaan
medis dan bedah, serta harus disertai dengan kerjasama yang kuat
dari pasien untuk menghentikan kebiasaan merokok dan perawatan kaki
jika dengan/atau tanpa ulkus iskemik. Penghentian kebiasaan merokok
secara mutlak merupakan tatalaksana satu-satunya yang telah terbukti
untuk mencegah progresivitas buerger’s disease. Mengurangi jumlah
rokok menjadi 1-2 batang per hari, mengganti rokok dengan permen
tembakau atau pengganti nikotin dapat menyebabkan penyakit ini tetap
aktif.
• Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif untuk kelainan
ini. Penderita harus berhenti merokok untuk mengurangi gejala-gejala
yang dikeluhkan.
14.
15. Pengkajian
1. Identitas diri pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Pemeriksaan fisik
6. Pemeriksaan penunjang
16. Fokus pengkajian keperawatan pada area yang
mendapat suplai darah dari pembuluh darah yang
mengalami penyumbatan.
Nyeri adalah gejala utama pada penyakit buerger.
Keluhan nyeri pada anggota tubuh (tangan dan atau
kaki) , perasaan terbakar, atau sensitif terhadap
dingin mungkin merupakan gejala awal
Pada pengkajian fisik klien yang sudah masuk fase
kronis sering di dapatkan adanya kerusakan
integritas kulit seperti ulkus dan luka gangren
dan bersifat lokal.
17. Diagnosa
1.Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke
jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer.
2.Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya
ulkus dan gangren ekstremitas sekunder akibat terhentinya
aliran darah ke ekstremitas.
3.Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram
pada tangan dan atau kaki.
4.Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
ancaman, atau perubahan kesehatan.
18. Intervensi
• Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan suplai
darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi
pembuluh darah perifer.
• Tujuan: dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan
dari ekstremitas.
• Kriteria: secara subjektif klien mengatakan
penurunan rasa nyeri, secara objektif didapatkan
TTV dalam batas normal dan wajah rileks.
19. No INTERVENSI RASIONAL
1 Cacat karakteristik, lokasi,
intensitas, lama dan
penyebarannya.
Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.
2 Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer sehingga akan
menurunkan kebutuhan jaringan yang membutuhkan oksigen untuk
menurunkan iskemia.
3 Manajemen lingkungan :
lingkungan tenang dan
batasi pengunjung.
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung akan membantu meningkatan kondisi oksigen
ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di
ruangan.
4 Ajarkan tekhnik relaksasi
pernafasan dalam
Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder
dan dari iskemia jaringan.
5 Ajarkan tekhnik distraksi apada
saat nyeri
Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat
memblok reseftor nyeri untuk tidak di kirimkan ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
6 Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan
aliran darah serta dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke
area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
20. • Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang
berhubungan dengan adanya ulkus dan
gangren pada ekstermitas sekunder dari
terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
• Tujuan: 7 x 24 jam integritas kulit membaik
secara optimal.
• Kriteria: pertumbuhan jaringan meningkat,
keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada
luka tidak ada lagi, luka menutup.
21. NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji kerusakan jaringan
lunak yang terjadi pada
klien.
Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan
luka, alat apa yang digunakan dan jenis larutan apa yang akan
digunakan
2 Lakukan perawatan luka :
Lakukan dengan tekhnik
steril
Perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi kontaminasi
kuman langsung ke area luka.
Kaji keadaan luka dengan
teknik membuka
balutan mengurangi
stimulus nyeri, bila
melekat kuat perban
diguyur dengan NaCl
Manajemen membuka luka dengan menguyur larutan NaCl ke kasa
dapat mengurangi stimulus nyeri dan menghindari terjadinya
perdarahan pada luka ulkus akibat kasa yang kering karena ikut
mengering bersama pus yang diserap kasa juga ikut mengering.
Lakukan pembilasan luka
dari arah dalam ke
luar dengan cairan
NaCl
Teknik membuang jaringan dan kuman diarea luka diharapkan keluar
dari area luka
Tutup luka dengan kasa
steril atau dikompres
dengan NaCl dan
antibiotik
NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorpsi oleh
jaringan di bandingkan dengan larutan antiseptik serta dengan
dicampur dengan antibiotik dapat mempercepat penyembuhan luka
akibat infeksi dari osteomelitis
22. Lakukan nekrotomi pada
jaringan yang sudah mati
Jaringan nekrotik dapat menghambat proses
penyembuhan luka
Rawat luka setiap hari atau setiap
kali pemblut basah atau kotor
Memberikan rasa nyaman pada klien dan dapat
membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka
Evaluasi pembebat terhadap
resolusi edema
Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat dapat
menyebabkan edema pada daerah distal dan juga
menambah rasa nyeri pada klien.
3 Evaluasi kerusakan,
perkembangan, dan pertumbuhan
jaringan. Lakukan perubahan
intervensi bila setelah waktu yang
ditetapkan tidak ada
perkembangan pertumbuhan
jaringan yang optimal
Adanya waktu selama 7x24 jam dalam melakukan
perawatan luka klien osteomielitis menjadi tolak ukur
keberhasilan dan intervensi yang di berikan. Apabila
masih belum mencapai kriteria evaluasi, maka
sebaiknya perlu dikaji ulang faktor-faktor apa yang
menghambat pertumbuhan luka jaringan.
23. • Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut
akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan
• Tujuan : Kecemasan klien berkurang
• Kriteria Hasil : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan
klien berkurang, klien menyatakan kemcemasan
berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau faktor yang
memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan,
serta wajah rileks.
24. No INTERVENSI RASIONAL
1 Bantu klien mengekspresikan
perasaan marah, kehilangan
dan takut.
Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung
selanjutnya
2 Kaji tanda verbal dan
nonvebal kecemasan,
dampingi klien dan lakukan
tindakan bila klien
menunjukan perilaku merusak
Reaksi verbal atau nonverbal dapat menunjukan rasa agitasi,
marah dan gelisah
3 Mulai melakukan tindakan
untuk mengurangi
kecemasan. Beri lingkungan
yang tenang dan suasana
penuh istirahat
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
4 Beri kesempatan kepada klien
untuk mengugkapkan
ansietasnya
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang
tidak diekspresikam
5 Kolaborasi dokter : berikan
anticemas sesuai indikasi
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan
25. Implementasi
Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah
ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah
perifer
1. Mencacat karakteristik, lokasi, intensitas, lama dan
penyebarannya.
2. Melakukan manajemen keperawatan luka
3. Mengistirahatkan klien
4. Memanajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi
pengunjung.
5. Mengajarkan tekhnik relaksasi pernafasan dalam
6. Mengajarkan tekhnik distraksi apada saat nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik
26. • Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan
dengan adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder
dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
1. Mengkaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien.
2. Melakukan perawatan luka :
3. Melakukan dengan tekhnik steril
4. Mengkaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan
mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat perban diguyur
dengan NaCl
27. 5. Melakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar dengan
cairan NaCl
6. Menutup luka dengan kasa steril atau dikompres dengan NaCl
dan antibiotik
7. Melakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati
8. Merawat luka setiap hari atau setiap kali pemblut basah atau
kotor
9. Mengevaluasi pembebat terhadap resolusi edema
10. Mengevaluasi kerusakan, perkembangan, dan pertumbuhan
jaringan. Lakukan perubahan intervensi bila setelah waktu
yang ditetapkan tidak ada perkembangan pertumbuhan jaringan
yang optimal
28. • Dx 3 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri
dan kram pada tangan dan atau kaki.
1. Mencatat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan
tekanan darah selama dan sesudah aktivitas.
2. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan
aktivitas senggang yang tidak berat.
3. Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingak aktivitas,
contoh : bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1jam setelah makan.
29. • Dx 4 : Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
ancaman, atau perubahan kesehatan
1. Memantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan
takut.
2. Mengkaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, dampingi klien
dan lakukan tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak
3. Melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri
lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
4. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengugkapkan
ansietasnya
5. Kolaborasi dokter untuk memberikan anticemas sesuai indikasi
30. Evaluasi
• Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan
sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer
S = Pasien merasa nyerinya sudah sedikit berkurang
O = Wajah klien tampak lebih tenang
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi 1,2,3
• Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus
dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke
ekstremitas
S = -
O = Integritas jaringan kulit masih sama
A= Masalah belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
31. • Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan kram
pada kaki
S = Pasien mengatakan mulai bisa beraktivitas sedikit demi sedikit
O = Pasien mampu makan sendiri
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi 1,2,3
• Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
ancaman, atau perubahan kesehatan
S = Pasien mengatakan rasa cemas berkurang
O = Pasien tampak lebih tenang
A= Masalah belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5