SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Keperawatan Medikal
Bedah III
Kelompok 1
 Ade Kurnia
 Fauziah Meliadewi
 Husen Ode
 Lutfhia Septiyani
 Norma Rizkita Sari
 Siti Masitoh
 Sofiatun Nadzia
1. HIV AIDS
2. SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
3. Buerger Disease
4. SCID (Severe Combined Immuno
Deficiency)
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
yang menyerang sistem kekebalan
tubuh. Virus ini melemahkan
kemampuan tubuh dalam melawan
infeksi dan penyakit
AIDS (Acquired Immuno-Devesienci
Syndrome) atau Sindrom Kehilangan
Kekebalan tubuh adalah sekumpulan
gejala penyakit yang menyerang tubuh
manusia seesudah system kekebalannya
dirusak oleh virus HIV.
Sistemik Lupus Eritematosus merupakan
penyakit yang terkait dengan kekebalan
tubuh manusia. Penyakit ini juga dikenal
sebagai penyakit autoimune. Penyakit
terjadi apabila terjadi anomali pada
sistem dan kerja sel pertahanan tubuh
manusia. Sel pertahanan tubuh yang
seharusnya melindungi tubuh dari
masuknya kuman atau gangguan eksternal
lainnya justru menyerang tubuh
pemiliknya
Penyakit Buerger di percaya sebagai penyakit
autoimun yang mengakibatkan penyumbatan pada
pembuluh darah distal. Penyakit Buerger
adalah suatu keadaan dimana arteri serta
vena ukuran sedang dan kecil mengalami
inflamasi berulang (rekuren), terutama pada
bagian ekstremitas bawah dan atas (jarang),
yang juga mengakibatkan pembentukan trombus
serta penyumbatan pembuluh darah
SCID adalah gangguan sistem kekebalan tubuh yang
diturunkan. Penyebab penyakit SCID adalah serangkaian
kelainan kromosom X. Beberapa jenis infeksi rentan terjadi
pada penderita penyakit ini, seperti meningitis, pneumonia,
campak dan lain-lain.
Penyebab penyakit buerger tidak diketahui, namun dipercaya
merupakan suatu vaskulitis autoimun. Kebanyakan terjadi
pada pria usia 20 dan 35 tahun, dan dilaporkan pada semua
ras diseluruh wilayah dunia. Ada banyak bukti bahwa merokok
dapat merupakan faktor penyebab atau faktor yang
memperberat.
Syndrome Buerger disebabkan karena faktor merokok yang
dapat menimbulkan peningkatan asam dalam tubuh, sehingga
Imun meningkat dan tubuh mengalami hipersensitivitas yang
menyebabkan kepekaan seluler serta meningkatkan enzim dan
serum anti endotenial. Karena meningkatnya enzim dan serum
anti endotenial menyebabkan vaskuler melemah sehingga
terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan
akan mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan
peradangan pada arteri dan vena sehingga terbentuklah
gangren dan akhirnya akan di amputasi.
• Nyeri pada anggota tubuh (tangan dan atau kaki)
• Pelebaran pembuluh darah balik (Vena) serta berwarna agak kemerahan
• Berkurangnya suplai darah arteri
• Kekakuan pada anggota badan
• Rasa kesemutan dan panas pada tangan/ kaki
• Ada luka pada jari-jari , terutama ibu jari
• Perubahan warna pada tangan dan kaki yang terkena
• Denyut nadi dirasakan melemah pada tangan/ kaki yang terkena
• Ujung tangan berubah warnanya apabila terkena dingin, mula-mula
pucat agak kebiruan dan lama kelamaan menjadi kemerahan disertai
rasa nyeri.
• Mengenai dua atau lebih anggota tubuh
Arteriografi dapat
menegakkan diagnosis
penyakit arteri oklusif.
Pada arteriografi, kateter
radiopak dimasukkan ke
arteri besar kemudian di
dorong ke tempat yang akan
di tuju dengan bantuan
fluoroskopi.
• Penatalaksaan buerger disease merupakan kombinasi penatalaksanaan
medis dan bedah, serta harus disertai dengan kerjasama yang kuat
dari pasien untuk menghentikan kebiasaan merokok dan perawatan kaki
jika dengan/atau tanpa ulkus iskemik. Penghentian kebiasaan merokok
secara mutlak merupakan tatalaksana satu-satunya yang telah terbukti
untuk mencegah progresivitas buerger’s disease. Mengurangi jumlah
rokok menjadi 1-2 batang per hari, mengganti rokok dengan permen
tembakau atau pengganti nikotin dapat menyebabkan penyakit ini tetap
aktif.
• Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif untuk kelainan
ini. Penderita harus berhenti merokok untuk mengurangi gejala-gejala
yang dikeluhkan.
Pengkajian
1. Identitas diri pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Pemeriksaan fisik
6. Pemeriksaan penunjang
 Fokus pengkajian keperawatan pada area yang
mendapat suplai darah dari pembuluh darah yang
mengalami penyumbatan.
 Nyeri adalah gejala utama pada penyakit buerger.
Keluhan nyeri pada anggota tubuh (tangan dan atau
kaki) , perasaan terbakar, atau sensitif terhadap
dingin mungkin merupakan gejala awal
 Pada pengkajian fisik klien yang sudah masuk fase
kronis sering di dapatkan adanya kerusakan
integritas kulit seperti ulkus dan luka gangren
dan bersifat lokal.
Diagnosa
1.Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke
jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer.
2.Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya
ulkus dan gangren ekstremitas sekunder akibat terhentinya
aliran darah ke ekstremitas.
3.Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram
pada tangan dan atau kaki.
4.Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
ancaman, atau perubahan kesehatan.
Intervensi
• Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan suplai
darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi
pembuluh darah perifer.
• Tujuan: dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan
dari ekstremitas.
• Kriteria: secara subjektif klien mengatakan
penurunan rasa nyeri, secara objektif didapatkan
TTV dalam batas normal dan wajah rileks.
No INTERVENSI RASIONAL
1 Cacat karakteristik, lokasi,
intensitas, lama dan
penyebarannya.
Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.
2 Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer sehingga akan
menurunkan kebutuhan jaringan yang membutuhkan oksigen untuk
menurunkan iskemia.
3 Manajemen lingkungan :
lingkungan tenang dan
batasi pengunjung.
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung akan membantu meningkatan kondisi oksigen
ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di
ruangan.
4 Ajarkan tekhnik relaksasi
pernafasan dalam
Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder
dan dari iskemia jaringan.
5 Ajarkan tekhnik distraksi apada
saat nyeri
Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat
memblok reseftor nyeri untuk tidak di kirimkan ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
6 Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan
aliran darah serta dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke
area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
• Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang
berhubungan dengan adanya ulkus dan
gangren pada ekstermitas sekunder dari
terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
• Tujuan: 7 x 24 jam integritas kulit membaik
secara optimal.
• Kriteria: pertumbuhan jaringan meningkat,
keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada
luka tidak ada lagi, luka menutup.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji kerusakan jaringan
lunak yang terjadi pada
klien.
Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan
luka, alat apa yang digunakan dan jenis larutan apa yang akan
digunakan
2 Lakukan perawatan luka :
Lakukan dengan tekhnik
steril
Perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi kontaminasi
kuman langsung ke area luka.
Kaji keadaan luka dengan
teknik membuka
balutan mengurangi
stimulus nyeri, bila
melekat kuat perban
diguyur dengan NaCl
Manajemen membuka luka dengan menguyur larutan NaCl ke kasa
dapat mengurangi stimulus nyeri dan menghindari terjadinya
perdarahan pada luka ulkus akibat kasa yang kering karena ikut
mengering bersama pus yang diserap kasa juga ikut mengering.
Lakukan pembilasan luka
dari arah dalam ke
luar dengan cairan
NaCl
Teknik membuang jaringan dan kuman diarea luka diharapkan keluar
dari area luka
Tutup luka dengan kasa
steril atau dikompres
dengan NaCl dan
antibiotik
NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorpsi oleh
jaringan di bandingkan dengan larutan antiseptik serta dengan
dicampur dengan antibiotik dapat mempercepat penyembuhan luka
akibat infeksi dari osteomelitis
Lakukan nekrotomi pada
jaringan yang sudah mati
Jaringan nekrotik dapat menghambat proses
penyembuhan luka
Rawat luka setiap hari atau setiap
kali pemblut basah atau kotor
Memberikan rasa nyaman pada klien dan dapat
membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka
Evaluasi pembebat terhadap
resolusi edema
Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat dapat
menyebabkan edema pada daerah distal dan juga
menambah rasa nyeri pada klien.
3 Evaluasi kerusakan,
perkembangan, dan pertumbuhan
jaringan. Lakukan perubahan
intervensi bila setelah waktu yang
ditetapkan tidak ada
perkembangan pertumbuhan
jaringan yang optimal
Adanya waktu selama 7x24 jam dalam melakukan
perawatan luka klien osteomielitis menjadi tolak ukur
keberhasilan dan intervensi yang di berikan. Apabila
masih belum mencapai kriteria evaluasi, maka
sebaiknya perlu dikaji ulang faktor-faktor apa yang
menghambat pertumbuhan luka jaringan.
• Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut
akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan
• Tujuan : Kecemasan klien berkurang
• Kriteria Hasil : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan
klien berkurang, klien menyatakan kemcemasan
berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau faktor yang
memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan,
serta wajah rileks.
No INTERVENSI RASIONAL
1 Bantu klien mengekspresikan
perasaan marah, kehilangan
dan takut.
Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung
selanjutnya
2 Kaji tanda verbal dan
nonvebal kecemasan,
dampingi klien dan lakukan
tindakan bila klien
menunjukan perilaku merusak
Reaksi verbal atau nonverbal dapat menunjukan rasa agitasi,
marah dan gelisah
3 Mulai melakukan tindakan
untuk mengurangi
kecemasan. Beri lingkungan
yang tenang dan suasana
penuh istirahat
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
4 Beri kesempatan kepada klien
untuk mengugkapkan
ansietasnya
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang
tidak diekspresikam
5 Kolaborasi dokter : berikan
anticemas sesuai indikasi
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan
Implementasi
Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah
ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah
perifer
1. Mencacat karakteristik, lokasi, intensitas, lama dan
penyebarannya.
2. Melakukan manajemen keperawatan luka
3. Mengistirahatkan klien
4. Memanajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi
pengunjung.
5. Mengajarkan tekhnik relaksasi pernafasan dalam
6. Mengajarkan tekhnik distraksi apada saat nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik
• Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan
dengan adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder
dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
1. Mengkaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien.
2. Melakukan perawatan luka :
3. Melakukan dengan tekhnik steril
4. Mengkaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan
mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat perban diguyur
dengan NaCl
5. Melakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar dengan
cairan NaCl
6. Menutup luka dengan kasa steril atau dikompres dengan NaCl
dan antibiotik
7. Melakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati
8. Merawat luka setiap hari atau setiap kali pemblut basah atau
kotor
9. Mengevaluasi pembebat terhadap resolusi edema
10. Mengevaluasi kerusakan, perkembangan, dan pertumbuhan
jaringan. Lakukan perubahan intervensi bila setelah waktu
yang ditetapkan tidak ada perkembangan pertumbuhan jaringan
yang optimal
• Dx 3 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri
dan kram pada tangan dan atau kaki.
1. Mencatat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan
tekanan darah selama dan sesudah aktivitas.
2. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan
aktivitas senggang yang tidak berat.
3. Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingak aktivitas,
contoh : bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1jam setelah makan.
• Dx 4 : Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
ancaman, atau perubahan kesehatan
1. Memantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan
takut.
2. Mengkaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, dampingi klien
dan lakukan tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak
3. Melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri
lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
4. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengugkapkan
ansietasnya
5. Kolaborasi dokter untuk memberikan anticemas sesuai indikasi
Evaluasi
• Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan
sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer
S = Pasien merasa nyerinya sudah sedikit berkurang
O = Wajah klien tampak lebih tenang
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi 1,2,3
• Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus
dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke
ekstremitas
S = -
O = Integritas jaringan kulit masih sama
A= Masalah belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
• Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan kram
pada kaki
S = Pasien mengatakan mulai bisa beraktivitas sedikit demi sedikit
O = Pasien mampu makan sendiri
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi 1,2,3
• Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
ancaman, atau perubahan kesehatan
S = Pasien mengatakan rasa cemas berkurang
O = Pasien tampak lebih tenang
A= Masalah belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
Keperawatan Medikal Bedah III

More Related Content

Similar to Keperawatan Medikal Bedah III

Similar to Keperawatan Medikal Bedah III (20)

kelompok 3_filariasis.pptx
kelompok 3_filariasis.pptxkelompok 3_filariasis.pptx
kelompok 3_filariasis.pptx
 
Askep 1
Askep 1Askep 1
Askep 1
 
ppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptx
 
Syok septik pure
Syok septik pureSyok septik pure
Syok septik pure
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxTuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
 
Asuhan gangguan muskuloskeletal
Asuhan gangguan muskuloskeletalAsuhan gangguan muskuloskeletal
Asuhan gangguan muskuloskeletal
 
Askep vulnus luka
Askep vulnus lukaAskep vulnus luka
Askep vulnus luka
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
ditulis.pdf
ditulis.pdfditulis.pdf
ditulis.pdf
 
Makalah meningitis anti
Makalah meningitis antiMakalah meningitis anti
Makalah meningitis anti
 
PPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptxPPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptx
 
Bab iii a renpra AKPER PEMKAB MUNA
Bab iii a renpra AKPER PEMKAB MUNA Bab iii a renpra AKPER PEMKAB MUNA
Bab iii a renpra AKPER PEMKAB MUNA
 
Endokarditis AKPER PEMKAB MUNA
Endokarditis AKPER PEMKAB MUNA Endokarditis AKPER PEMKAB MUNA
Endokarditis AKPER PEMKAB MUNA
 
Asparina_18162004_(Meningitis).pptx
Asparina_18162004_(Meningitis).pptxAsparina_18162004_(Meningitis).pptx
Asparina_18162004_(Meningitis).pptx
 
NURSING CARE PLAN FOR PATIENTS WITH WOUNDS.ppt
NURSING CARE PLAN FOR PATIENTS WITH WOUNDS.pptNURSING CARE PLAN FOR PATIENTS WITH WOUNDS.ppt
NURSING CARE PLAN FOR PATIENTS WITH WOUNDS.ppt
 

More from Medica Health Science Institute, Universitas Respati Indonesia

More from Medica Health Science Institute, Universitas Respati Indonesia (20)

askep hemathothorax
askep hemathothoraxaskep hemathothorax
askep hemathothorax
 
Kel. 6 sar
Kel. 6 sarKel. 6 sar
Kel. 6 sar
 
Dengue hemmoragic fever
Dengue hemmoragic feverDengue hemmoragic fever
Dengue hemmoragic fever
 
Kel. ca lambung
Kel. ca lambungKel. ca lambung
Kel. ca lambung
 
ASKEP ca hepar
ASKEP ca heparASKEP ca hepar
ASKEP ca hepar
 
askep kolitis
askep kolitisaskep kolitis
askep kolitis
 
askep truma abdomen
askep truma abdomenaskep truma abdomen
askep truma abdomen
 
askep typus abdominalis
askep typus abdominalisaskep typus abdominalis
askep typus abdominalis
 
askep enteritis
askep enteritisaskep enteritis
askep enteritis
 
askep Gastritis
askep Gastritisaskep Gastritis
askep Gastritis
 
ASKEP copd
ASKEP copdASKEP copd
ASKEP copd
 
ASKEP tuberculosis
ASKEP tuberculosisASKEP tuberculosis
ASKEP tuberculosis
 
ASKEP trauma dada
ASKEP trauma dadaASKEP trauma dada
ASKEP trauma dada
 
askep pneumonia
askep pneumoniaaskep pneumonia
askep pneumonia
 
ASKEP ca paru
ASKEP ca paruASKEP ca paru
ASKEP ca paru
 
askep ca laring
askep ca laringaskep ca laring
askep ca laring
 
ASKEP JIWA defisit perawatan diri
ASKEP JIWA defisit perawatan diriASKEP JIWA defisit perawatan diri
ASKEP JIWA defisit perawatan diri
 
ASKEP perilaku kekerasan
ASKEP perilaku kekerasanASKEP perilaku kekerasan
ASKEP perilaku kekerasan
 
ASKEP JIWA halusinasi
ASKEP JIWA halusinasiASKEP JIWA halusinasi
ASKEP JIWA halusinasi
 
ASKEP JIWA isolasi sosial
ASKEP JIWA isolasi sosialASKEP JIWA isolasi sosial
ASKEP JIWA isolasi sosial
 

Recently uploaded

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 

Keperawatan Medikal Bedah III

  • 1. Keperawatan Medikal Bedah III Kelompok 1  Ade Kurnia  Fauziah Meliadewi  Husen Ode  Lutfhia Septiyani  Norma Rizkita Sari  Siti Masitoh  Sofiatun Nadzia
  • 2.
  • 3. 1. HIV AIDS 2. SLE (Sistemik Lupus Eritematosus) 3. Buerger Disease 4. SCID (Severe Combined Immuno Deficiency)
  • 4. HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit AIDS (Acquired Immuno-Devesienci Syndrome) atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV.
  • 5. Sistemik Lupus Eritematosus merupakan penyakit yang terkait dengan kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit autoimune. Penyakit terjadi apabila terjadi anomali pada sistem dan kerja sel pertahanan tubuh manusia. Sel pertahanan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari masuknya kuman atau gangguan eksternal lainnya justru menyerang tubuh pemiliknya
  • 6. Penyakit Buerger di percaya sebagai penyakit autoimun yang mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah distal. Penyakit Buerger adalah suatu keadaan dimana arteri serta vena ukuran sedang dan kecil mengalami inflamasi berulang (rekuren), terutama pada bagian ekstremitas bawah dan atas (jarang), yang juga mengakibatkan pembentukan trombus serta penyumbatan pembuluh darah
  • 7. SCID adalah gangguan sistem kekebalan tubuh yang diturunkan. Penyebab penyakit SCID adalah serangkaian kelainan kromosom X. Beberapa jenis infeksi rentan terjadi pada penderita penyakit ini, seperti meningitis, pneumonia, campak dan lain-lain.
  • 8.
  • 9. Penyebab penyakit buerger tidak diketahui, namun dipercaya merupakan suatu vaskulitis autoimun. Kebanyakan terjadi pada pria usia 20 dan 35 tahun, dan dilaporkan pada semua ras diseluruh wilayah dunia. Ada banyak bukti bahwa merokok dapat merupakan faktor penyebab atau faktor yang memperberat.
  • 10. Syndrome Buerger disebabkan karena faktor merokok yang dapat menimbulkan peningkatan asam dalam tubuh, sehingga Imun meningkat dan tubuh mengalami hipersensitivitas yang menyebabkan kepekaan seluler serta meningkatkan enzim dan serum anti endotenial. Karena meningkatnya enzim dan serum anti endotenial menyebabkan vaskuler melemah sehingga terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan akan mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan pada arteri dan vena sehingga terbentuklah gangren dan akhirnya akan di amputasi.
  • 11. • Nyeri pada anggota tubuh (tangan dan atau kaki) • Pelebaran pembuluh darah balik (Vena) serta berwarna agak kemerahan • Berkurangnya suplai darah arteri • Kekakuan pada anggota badan • Rasa kesemutan dan panas pada tangan/ kaki • Ada luka pada jari-jari , terutama ibu jari • Perubahan warna pada tangan dan kaki yang terkena • Denyut nadi dirasakan melemah pada tangan/ kaki yang terkena • Ujung tangan berubah warnanya apabila terkena dingin, mula-mula pucat agak kebiruan dan lama kelamaan menjadi kemerahan disertai rasa nyeri. • Mengenai dua atau lebih anggota tubuh
  • 12. Arteriografi dapat menegakkan diagnosis penyakit arteri oklusif. Pada arteriografi, kateter radiopak dimasukkan ke arteri besar kemudian di dorong ke tempat yang akan di tuju dengan bantuan fluoroskopi.
  • 13. • Penatalaksaan buerger disease merupakan kombinasi penatalaksanaan medis dan bedah, serta harus disertai dengan kerjasama yang kuat dari pasien untuk menghentikan kebiasaan merokok dan perawatan kaki jika dengan/atau tanpa ulkus iskemik. Penghentian kebiasaan merokok secara mutlak merupakan tatalaksana satu-satunya yang telah terbukti untuk mencegah progresivitas buerger’s disease. Mengurangi jumlah rokok menjadi 1-2 batang per hari, mengganti rokok dengan permen tembakau atau pengganti nikotin dapat menyebabkan penyakit ini tetap aktif. • Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif untuk kelainan ini. Penderita harus berhenti merokok untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan.
  • 14.
  • 15. Pengkajian 1. Identitas diri pasien 2. Identitas penanggung jawab 3. Keluhan utama 4. Riwayat penyakit dahulu 5. Pemeriksaan fisik 6. Pemeriksaan penunjang
  • 16.  Fokus pengkajian keperawatan pada area yang mendapat suplai darah dari pembuluh darah yang mengalami penyumbatan.  Nyeri adalah gejala utama pada penyakit buerger. Keluhan nyeri pada anggota tubuh (tangan dan atau kaki) , perasaan terbakar, atau sensitif terhadap dingin mungkin merupakan gejala awal  Pada pengkajian fisik klien yang sudah masuk fase kronis sering di dapatkan adanya kerusakan integritas kulit seperti ulkus dan luka gangren dan bersifat lokal.
  • 17. Diagnosa 1.Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer. 2.Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren ekstremitas sekunder akibat terhentinya aliran darah ke ekstremitas. 3.Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram pada tangan dan atau kaki. 4.Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
  • 18. Intervensi • Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer. • Tujuan: dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan dari ekstremitas. • Kriteria: secara subjektif klien mengatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal dan wajah rileks.
  • 19. No INTERVENSI RASIONAL 1 Cacat karakteristik, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya. Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian. 2 Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer sehingga akan menurunkan kebutuhan jaringan yang membutuhkan oksigen untuk menurunkan iskemia. 3 Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung. Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. 4 Ajarkan tekhnik relaksasi pernafasan dalam Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dan dari iskemia jaringan. 5 Ajarkan tekhnik distraksi apada saat nyeri Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseftor nyeri untuk tidak di kirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri. 6 Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah serta dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
  • 20. • Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas. • Tujuan: 7 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal. • Kriteria: pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
  • 21. NO INTERVENSI RASIONAL 1 Kaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien. Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka, alat apa yang digunakan dan jenis larutan apa yang akan digunakan 2 Lakukan perawatan luka : Lakukan dengan tekhnik steril Perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka. Kaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat perban diguyur dengan NaCl Manajemen membuka luka dengan menguyur larutan NaCl ke kasa dapat mengurangi stimulus nyeri dan menghindari terjadinya perdarahan pada luka ulkus akibat kasa yang kering karena ikut mengering bersama pus yang diserap kasa juga ikut mengering. Lakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar dengan cairan NaCl Teknik membuang jaringan dan kuman diarea luka diharapkan keluar dari area luka Tutup luka dengan kasa steril atau dikompres dengan NaCl dan antibiotik NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan di bandingkan dengan larutan antiseptik serta dengan dicampur dengan antibiotik dapat mempercepat penyembuhan luka akibat infeksi dari osteomelitis
  • 22. Lakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati Jaringan nekrotik dapat menghambat proses penyembuhan luka Rawat luka setiap hari atau setiap kali pemblut basah atau kotor Memberikan rasa nyaman pada klien dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka Evaluasi pembebat terhadap resolusi edema Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat dapat menyebabkan edema pada daerah distal dan juga menambah rasa nyeri pada klien. 3 Evaluasi kerusakan, perkembangan, dan pertumbuhan jaringan. Lakukan perubahan intervensi bila setelah waktu yang ditetapkan tidak ada perkembangan pertumbuhan jaringan yang optimal Adanya waktu selama 7x24 jam dalam melakukan perawatan luka klien osteomielitis menjadi tolak ukur keberhasilan dan intervensi yang di berikan. Apabila masih belum mencapai kriteria evaluasi, maka sebaiknya perlu dikaji ulang faktor-faktor apa yang menghambat pertumbuhan luka jaringan.
  • 23. • Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan • Tujuan : Kecemasan klien berkurang • Kriteria Hasil : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang, klien menyatakan kemcemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, serta wajah rileks.
  • 24. No INTERVENSI RASIONAL 1 Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut. Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya 2 Kaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, dampingi klien dan lakukan tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak Reaksi verbal atau nonverbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah dan gelisah 3 Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu 4 Beri kesempatan kepada klien untuk mengugkapkan ansietasnya Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikam 5 Kolaborasi dokter : berikan anticemas sesuai indikasi Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan
  • 25. Implementasi Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer 1. Mencacat karakteristik, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya. 2. Melakukan manajemen keperawatan luka 3. Mengistirahatkan klien 4. Memanajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung. 5. Mengajarkan tekhnik relaksasi pernafasan dalam 6. Mengajarkan tekhnik distraksi apada saat nyeri 7. Kolaborasi pemberian analgetik
  • 26. • Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas. 1. Mengkaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien. 2. Melakukan perawatan luka : 3. Melakukan dengan tekhnik steril 4. Mengkaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat perban diguyur dengan NaCl
  • 27. 5. Melakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar dengan cairan NaCl 6. Menutup luka dengan kasa steril atau dikompres dengan NaCl dan antibiotik 7. Melakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati 8. Merawat luka setiap hari atau setiap kali pemblut basah atau kotor 9. Mengevaluasi pembebat terhadap resolusi edema 10. Mengevaluasi kerusakan, perkembangan, dan pertumbuhan jaringan. Lakukan perubahan intervensi bila setelah waktu yang ditetapkan tidak ada perkembangan pertumbuhan jaringan yang optimal
  • 28. • Dx 3 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram pada tangan dan atau kaki. 1. Mencatat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas. 2. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat. 3. Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingak aktivitas, contoh : bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama 1jam setelah makan.
  • 29. • Dx 4 : Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan 1. Memantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut. 2. Mengkaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, dampingi klien dan lakukan tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak 3. Melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat 4. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengugkapkan ansietasnya 5. Kolaborasi dokter untuk memberikan anticemas sesuai indikasi
  • 30. Evaluasi • Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer S = Pasien merasa nyerinya sudah sedikit berkurang O = Wajah klien tampak lebih tenang A = Masalah teratasi sebagian P = Lanjutkan intervensi 1,2,3 • Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas S = - O = Integritas jaringan kulit masih sama A= Masalah belum teratasi P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
  • 31. • Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan kram pada kaki S = Pasien mengatakan mulai bisa beraktivitas sedikit demi sedikit O = Pasien mampu makan sendiri A = Masalah teratasi sebagian P = Lanjutkan intervensi 1,2,3 • Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan S = Pasien mengatakan rasa cemas berkurang O = Pasien tampak lebih tenang A= Masalah belum teratasi P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5