Tonsilitis kronik merupakan peradangan kronik pada tonsil yang biasanya disebabkan oleh infeksi berulang atau subklinis. Bakteri penyebab antara lain Streptokokus dan Staphylokokus. Faktor risiko meliputi higiene mulut buruk, rokok, dan alergi.
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
1. LAPORAN KASUS
TONSILITIS KRONIK
Pembimbing :
KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat,
Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist
Dr. dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT – KL
dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. THT-KL
Disusun Oleh :
Dian Hasliani S.Ked
2. Identitas pasien
Nama : Nn. Enita
Usia : 20th
Agama : Islam
Pekerjaan : karyawati
Suku : Jawa
Alamat : Kenongo 4/5 Gantiwarno
Tanggal pemeriksaan : 30-01-2018
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli klinik THT RSUD
Karanganyar dengan keluhan tenggorokan
terasa mengganjal sejak 1 tahun yang lalu.
Satu bulan terakhir keluhan dirasa makin
memberat, pasien mengeluh tenggorokannya
semakin tidak nyaman, tenggorokan terasa
kering dan pernafasan berbau
Keluhan nyeri pada telinga, telinga terasa
mendengung dan rasa penuh di telinga
disangkal oleh pasien. Keluhan jantung
berdebar serta nyeri persendian tidak ada.
Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga
disangkal. Keluhan demam dan gejala ISPA
disangkal
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat
radang tenggorokan berulang.
Dalam setahun terakhir
keluhan tersebut sudah
dirasakan lebih dari 5 kali.
7. Riwayat Pengobatan dan
Kebiasaan Sosial
Pasien sudah pernah
berobat ke
puskesmas
sebelumnya..
Pasien suka minum
es, makan gorengan,
dan jajan
sembarangan
13. Hidung
a.Pemeriksaan
Hidung
Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung luar Bentuk normal, hiperemi (-),
deformitas (-), nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
Bentuk normal, hiperemi (-),
deformitas (-), nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
b. Rinoskopi Anterior
Vestibulum nasi Normal, uklus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), hiperemia (-) Bentuk(normal), hiperemia (-)
Meatus nasi media Mukosa hiperemis (-), sekret (-),
massa (-).
Mukosa hiperemis (-), sekret (-),
massa (-).
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-),
sekret (-)
Hipertrofi (-), mukosa hiperemi (-),
sekret mukopurulen (-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-
)
Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-)
rhinoskopi posterior Muara tuba eustachii tampak tidak
ada oklusi
Tidak tampak pemebesaran
kelenjar adenoid
14. No. Area Telinga Kanan Telinga Kiri
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Pre dan Retro
auricula
Fistula (-), hiperemis (-), edema (-),
nyeri tekan (-)
Fistula (-), hiperemis (-), edema (-),
nyeri tekan (-)
3. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-), edema (-),
hiperemis (-), sekret (-)
Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-),edema (-),
hiperemis (-), sekret (-)
4. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), furunkel
(-), edema (-), sekret (-) Serumen (-), hiperemis (-), furunkel
(-), edema (-), sekret(-)
5.
Membran
timpani
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-),
edema (-), perforasi (-), kolesteatom
(-), cone of light (+) MT intak Cone
of light (+)
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-),
edema (-), perforasi (-), kolesteatom
(-), cone of light (+
) MT intak Cone of light (+)
15. Test Garpu
Tala
Test Rinne : positif
Test Weber: tidak
ada laterisasi ke
kanan/ ke kiri
Test Swabach :
sama dengan
pemeriksa
Kesimpulan :
Normal
Test Rinne : positif
Test Weber: tidak
ada laterisasi ke
kanan/ ke kiri
Test Swabach :
sama dengan
pemeriksa
Kesimpulan :
Normal
19. PENATALAKSANAAN
Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap
Non medikamentosa - istirahat (bedrest) - pengaturan pola makan
dan jenis asupan makan
Medikamentosa
Amoxicillin Tab 3x1
Paracetamol Tab 3x1
Dexamethasone 0,5 mg 3 x 1 tablet
Konseling, informasi dan edukasi
- Edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik
sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik.
- Penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi
- Edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa kerumah sakit
- Edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak
Monitoring
Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama
jika tidak ada perbaikan gejala klinis.
Pembedahan Tonsilektomi
21. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : dubia ad
bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
22. ANALISA KASUS
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
tersebut, kemungkinan diagnosa pada pasien ini
adalah tonsillitis kronik. Dimana sesuai dengan
teori bahwa pasien dengan tonsillitis kronik
ditandai dengan tenggorokan terasa mengganjal
dan tidak nyaman, tenggorokan terasa kering dan
pernafasan berbau. Adanya infeksi berulang.
Pada kasus ini pasien memiliki kebiasaan minum
es, memakan gorengan dan jajan sembarangan.
Hal tersebut merupakan salah satu faktor
pencetus terjadinya tonsillitis.
Pemeriksaan fisik pasien, didapatkan
pembesaran tonsil T2-T2 dan kripta melebar.
23. pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk lebih
memastikan diagnosa tonsillitis. Pemeriksaan penunjang ini
biasanya dilakukan setelah tonsil diangkat atau setelah
dilakukannya tonsilektomi pada pasien. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
mikrobiologi. Pemeriksaan ini merupakan Gold standart
pemeriksaan tonsil, yaitu kultur dari dalam tonsil. Kuman
terbanyak yang ditemukan adalah Streptococcus beta
Hemolitikus diikuti dengan Staphilococcus Aureus
24. Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi
amoxicillin sebagai antibiotik, paracetamol untuk
mengurangi nyeri dan menurunkan demam , dan
dexamethason sebagai anti inflamasi. Pilihan
pengobatan ditentukan dengan gejala klinis yang
ada pada pasien. Tindakan operasi dapat
dilakukan bila pembengkatan tonsil menyebabkan
obstruksi saluran nafas, gangguan tidur, dan
kompikasi kardiopulmoner, abses peritonsil yang
tidak membaik dengan pengobatan medis dan
drainase, serta tonsillitis kronis yang berulang
pada karier Streptococcus yang tidk membaik
dengan pemberian antibiotik
25. Selain pemberian terapi, pasien juga harus
diberikan edukasi seperti :
Menjaga daya tahan tubuh anak dengan pola
makan yang baik. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi sayur-sayuran dab buah-
buahan.
Tidak membeli jajanan yang banyak
mengandung penyedap dan pewarna buatan.
Meminum obat secara teratur, pemberian
antibiotic harus dihabiskan walaupun gejala
sudah membaik.
26. Kesimpulan
Tonsilitis merupakan radang yang terjadi pada tonsil. Kondisi
ini sebagian besar dialami oleh anak-anak. Penyakit ini dapat
dicetus oleh beberapa hal, salah satunya ada kebiasaan
anak yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang tidak sehat dan kurang terjaganya kebersihan mulut.
Penyakit ini memiliki prognosa yang baik apabila didiagnosa
dan diterapi secata cepat dan cepat. Yang terpenting adalah
pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga agar
penyakit ini dapat dicegah dan tidak terulang kembali.
Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah
menatalaksana masalah kesehatan dengan memandang
pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari unsure
biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Proses pelayanan
dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada
hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based
medicine)
28. ANATOMI
Tonsil palatina dan tonsil faringeal merupakan
bagian terpenting dari sistem cincin Waldeyer,
dimana keduanya merupakan bagian terbesar
dari sistem tersebut dan menjadii salah satu
dari sistem pertahanan mukosa karena
terletak didepan pintu masuk dari saluran
pernafasan dan saluran pencernaan. Tonsil
terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh
epitel respiratori.
29. Berdasarkan lokasinya, tonsil
dibagi menjadi :9
1. Tonsilla lingualis, terletak
pada radix linguae.
2. Tonsilla palatina (tonsil),
terletak pada isthmus
faucium antara arcus
glossopalatinus dsan arcus
glossopharingicus.
3. Tonsilla pharingica
(adenoid), terletak pada
dinding dorsal dari
nasofaring.
4. Tonsilla tubaria, terletak
pada bagian lateral
nasofaring di sekitar ostium
tuba auditiva.
30.
31. DEFINISI
Tonsilitis merupakan peradangan
tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer.
Tonsilitis kronik merupakan
peradangan kronik pada tonsil yang
biasanya merupakan kelanjutan
dari infeksi akut berulang atau
infeksi subklinis dari tonsil.
32. ETIOLOGI
Bakteri penyebab tonsilitis
kronik sama halnya dengan
tonsilitis akut yaitu
kuman Streptokokus beta
hemolitikus grup A,
Pneumokokus, Streptokokus
viridian dan Streptokokus
piogenes, Stafilokokus,
Hemophilus influenza, namun
terkadang ditemukan bakteri
golongan gram negatif
33. FAKTOR RISIKO
Rangsangan kronik (rokok, makanan)
Higiene mulut yang buruk
Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
Alergi (iritasi kronik dari alergen)
Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
34. PATOGENESIS
Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripti
tonsil. Karena proses radang berulang maka epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada
proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan
jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga
kripti akan melebar, ruang antara kelompok melebar
yang akan diisi oleh detritus (akumulasi epitel yang
mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi
kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan).
Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar submandibula.
35. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena
serangan tonsilitis akut yang berulang-ulang, adanya rasa
sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan
(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang
mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan
pernafasan berbau
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil
dari Tonsilitis Kronik yang mungkin tampak, yakni :
Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan
perlengketan ke jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil
ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-
kadang seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi
yang hiperemis, kripte yang melebar dan ditutupi eksudat
yang purulen.
36. Ukuran tonsil dibagi menjadi :
• T0 : Post tonsilektomi
• T1 : Tonsil masih terbatas dalam
fossa tonsilaris
• T2 : Sudah melewati pilar anterior, tapi
belum melewati garis paramedian (pilar
posterior)
• T3 : Sudah melewati garis
paramedian, belum melewati garis median
• T4 : Sudah melewati garis median
37. TATALAKSANA
Penatalaksanaan medis termasuk
pemberian antibiotika penisilin yang lama,
irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha
untuk membersihkan kripta tonsilaris
dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran
jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan
dengan infeksi kronik atau berulang-ulang.
Pembedahan : tonsilektomi
38. INDIKASI TONSILEKTOMI
Indikasi tonsilektomi menurut The American
Academy of Otolaryngology, Head and Neck
Surgery :
• Indikasi Absolut
• Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan
nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur atau
komplokasi kardiopulmunar
• Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pengobatan
medis
• Tonsilitis yang menimbulkan febris dan konvulsi
• Biopsi untuk menentukan jaringan yang patologis
(dicurigai keganasan)
39. Indikasi Relatif
Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih
dalam setahun meskipun dengan terapi yang adekuat
Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan
tonsilitis kronik tidak responsif terhadap terapi media
Tonsilitis kronik atau rekuren yang disebabkan kuman
streptococus yang resisten terhadap antibiotik betalaktamase
Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma
41. KOMPLIKASI
Komplikasi sekitar tonsil :
• Peritonsilitis: Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat
tanpa adanya trismus dan abses.
• Abses Peritonsilar (Quinsy): Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam
ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut
yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran
dari infeksi gigi.
• Abses Parafaringeal: Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi
melalui aliran getah bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari
daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal,
mastoid dan os petrosus.
• Abses retrofaring: Merupakan pengumpulan pus dalam ruang
retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun
karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
• Krista Tonsil: Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup
oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada
tonsil berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.
• Tonsilolith (kalkulus dari tonsil): Terjadinya deposit kalsium fosfat dan
kalsium karbonat dalam jaringan tonsil membentuk bahan keras
seperti kapur
42. Komplikasi ke organ jauh :
Komplikasi jauh secara
hematogen atau limfogen dan
dapat timbul endokarditis,
artritis, miositis,nefritis, uveitis,
iridosiklitis, dermatitis, oruritus,
urtikaria, dan furunkulosis.