SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
LAPORAN KASUS
TONSILITIS KRONIK
Pembimbing :
KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat,
Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist
Dr. dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT – KL
dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. THT-KL
Disusun Oleh :
Dian Hasliani S.Ked
Identitas pasien
Nama : Nn. Enita
Usia : 20th
Agama : Islam
Pekerjaan : karyawati
Suku : Jawa
Alamat : Kenongo 4/5 Gantiwarno
Tanggal pemeriksaan : 30-01-2018
Keluhan utama
Nn. Enita
Tenggorokan terasa
mengganjal
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli klinik THT RSUD
Karanganyar dengan keluhan tenggorokan
terasa mengganjal sejak 1 tahun yang lalu.
Satu bulan terakhir keluhan dirasa makin
memberat, pasien mengeluh tenggorokannya
semakin tidak nyaman, tenggorokan terasa
kering dan pernafasan berbau
Keluhan nyeri pada telinga, telinga terasa
mendengung dan rasa penuh di telinga
disangkal oleh pasien. Keluhan jantung
berdebar serta nyeri persendian tidak ada.
Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga
disangkal. Keluhan demam dan gejala ISPA
disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat
radang tenggorokan berulang.
Dalam setahun terakhir
keluhan tersebut sudah
dirasakan lebih dari 5 kali.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit serupa (-)
ISPA (-)
Alergi (-)
Riwayat Pengobatan dan
Kebiasaan Sosial
Pasien sudah pernah
berobat ke
puskesmas
sebelumnya..
Pasien suka minum
es, makan gorengan,
dan jajan
sembarangan
PEMERIKSAAN FISIK
KU : baik, CM
TD : 100/60 N : 80x/mnt RR: 20x /mnt S : 36.4 C
Status THT
Telinga luar: normotia(+/+), tragus pain (-/-), NT mastoid(-/-),
discharge (-/-)
Telinga dalam: MT intak (+/+), discharge(-/-), serumen (-/-), granulasi
(-/-)
Hidung luar : bengkak (-), nyeri tekan (-)
Hidung dalam : konka hipertrofi (-/-), mukosa hiperemis (-/-), sekret (-
/-)
Tenggorokan: tonsil (T2-T2), mukosa hiperemis (-), uvula di tengah
Leher : pembesaran KGB (-)
Status Lokalis
Rongga mulut dan tenggorokan
Bibir & mulut Mukosa mulut basah, berwarna merah muda
Geligi Karies (-)
Lidah Pseudomembrane (-)
Uvula Berada ditengah, hiperemi (-), edema (-),
pseudomembran (-)
Mukosa Mukosa hiperemi (-), lendir mengalir ditenggorokan
Tonsila palatina Kanan: T2, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (+)
Kiri: T2, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (+)
Laring (laringoskopi indirek)
Epiglotis : dbn
Aritenoid : dbn
Plika vokalis : dbn
Gerak plika vokalis : dbn
Subglotis : dbn
Tumor : -
Hidung
a.Pemeriksaan
Hidung
Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung luar Bentuk normal, hiperemi (-),
deformitas (-), nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
Bentuk normal, hiperemi (-),
deformitas (-), nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
b. Rinoskopi Anterior
Vestibulum nasi Normal, uklus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), hiperemia (-) Bentuk(normal), hiperemia (-)
Meatus nasi media Mukosa hiperemis (-), sekret (-),
massa (-).
Mukosa hiperemis (-), sekret (-),
massa (-).
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-),
sekret (-)
Hipertrofi (-), mukosa hiperemi (-),
sekret mukopurulen (-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-
)
Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-)
rhinoskopi posterior Muara tuba eustachii tampak tidak
ada oklusi
Tidak tampak pemebesaran
kelenjar adenoid
No. Area Telinga Kanan Telinga Kiri
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Pre dan Retro
auricula
Fistula (-), hiperemis (-), edema (-),
nyeri tekan (-)
Fistula (-), hiperemis (-), edema (-),
nyeri tekan (-)
3. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-), edema (-),
hiperemis (-), sekret (-)
Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-),edema (-),
hiperemis (-), sekret (-)
4. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), furunkel
(-), edema (-), sekret (-) Serumen (-), hiperemis (-), furunkel
(-), edema (-), sekret(-)
5.
Membran
timpani
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-),
edema (-), perforasi (-), kolesteatom
(-), cone of light (+) MT intak Cone
of light (+)
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-),
edema (-), perforasi (-), kolesteatom
(-), cone of light (+
) MT intak Cone of light (+)
Test Garpu
Tala
Test Rinne : positif
Test Weber: tidak
ada laterisasi ke
kanan/ ke kiri
Test Swabach :
sama dengan
pemeriksa
Kesimpulan :
Normal
Test Rinne : positif
Test Weber: tidak
ada laterisasi ke
kanan/ ke kiri
Test Swabach :
sama dengan
pemeriksa
Kesimpulan :
Normal
Kepala dan Leher
 Kepala: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-
), nafas cuping hidung (-)
 Leher: retraksi (-), deviasi trachea (-),
pembesaran kelenjar limfe (-)
05-02-2018 Harga normal
HB 11.8 12-16
Hematokrit 38.0 35-47
Leukosit 13.99 4.4-11.3
Trombosit 294 170-394
Eritrosit 4.33 4.1-5.1
MCV 91.7 82.0-92.0
MCH 27.7 28-33
MCHC 32 32.0-37.0
Limfosit 13.2 25.0-40.0
Neutrofil 81.7 5.0-7.0
Eosinofil 0.5 0.5-5.0
Basofil 0.4 0.0-1.0
CT 04.30 2-8
BT 01.30 1-3
GDS 113 70-150
DIAGNOSA
 Diagnosis banding :
Tonsilitis kronik
Tonsilofaringitis
Difteri
 Diagnosis kerja :
Tonsilitis kronik
PENATALAKSANAAN
 Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap
 Non medikamentosa - istirahat (bedrest) - pengaturan pola makan
dan jenis asupan makan
 Medikamentosa
Amoxicillin Tab 3x1
Paracetamol Tab 3x1
Dexamethasone 0,5 mg 3 x 1 tablet
 Konseling, informasi dan edukasi
- Edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik
sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik.
- Penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi
- Edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa kerumah sakit
- Edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak
 Monitoring
Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama
jika tidak ada perbaikan gejala klinis.
Pembedahan Tonsilektomi
Tonsilektomi
Konsistensi padat dan fibrotik
PROGNOSIS
 Quo ad Vitam : dubia ad bonam
 Quo ad Sanactionam : dubia ad
bonam
 Quo ad Functionam : dubia ad bonam
ANALISA KASUS
 Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
tersebut, kemungkinan diagnosa pada pasien ini
adalah tonsillitis kronik. Dimana sesuai dengan
teori bahwa pasien dengan tonsillitis kronik
ditandai dengan tenggorokan terasa mengganjal
dan tidak nyaman, tenggorokan terasa kering dan
pernafasan berbau. Adanya infeksi berulang.
Pada kasus ini pasien memiliki kebiasaan minum
es, memakan gorengan dan jajan sembarangan.
Hal tersebut merupakan salah satu faktor
pencetus terjadinya tonsillitis.
 Pemeriksaan fisik pasien, didapatkan
pembesaran tonsil T2-T2 dan kripta melebar.
 pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk lebih
memastikan diagnosa tonsillitis. Pemeriksaan penunjang ini
biasanya dilakukan setelah tonsil diangkat atau setelah
dilakukannya tonsilektomi pada pasien. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
mikrobiologi. Pemeriksaan ini merupakan Gold standart
pemeriksaan tonsil, yaitu kultur dari dalam tonsil. Kuman
terbanyak yang ditemukan adalah Streptococcus beta
Hemolitikus diikuti dengan Staphilococcus Aureus
 Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi
amoxicillin sebagai antibiotik, paracetamol untuk
mengurangi nyeri dan menurunkan demam , dan
dexamethason sebagai anti inflamasi. Pilihan
pengobatan ditentukan dengan gejala klinis yang
ada pada pasien. Tindakan operasi dapat
dilakukan bila pembengkatan tonsil menyebabkan
obstruksi saluran nafas, gangguan tidur, dan
kompikasi kardiopulmoner, abses peritonsil yang
tidak membaik dengan pengobatan medis dan
drainase, serta tonsillitis kronis yang berulang
pada karier Streptococcus yang tidk membaik
dengan pemberian antibiotik
 Selain pemberian terapi, pasien juga harus
diberikan edukasi seperti :
 Menjaga daya tahan tubuh anak dengan pola
makan yang baik. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi sayur-sayuran dab buah-
buahan.
 Tidak membeli jajanan yang banyak
mengandung penyedap dan pewarna buatan.
 Meminum obat secara teratur, pemberian
antibiotic harus dihabiskan walaupun gejala
sudah membaik.
Kesimpulan
 Tonsilitis merupakan radang yang terjadi pada tonsil. Kondisi
ini sebagian besar dialami oleh anak-anak. Penyakit ini dapat
dicetus oleh beberapa hal, salah satunya ada kebiasaan
anak yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang tidak sehat dan kurang terjaganya kebersihan mulut.
Penyakit ini memiliki prognosa yang baik apabila didiagnosa
dan diterapi secata cepat dan cepat. Yang terpenting adalah
pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga agar
penyakit ini dapat dicegah dan tidak terulang kembali.
 Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah
menatalaksana masalah kesehatan dengan memandang
pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari unsure
biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Proses pelayanan
dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada
hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based
medicine)
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
 Tonsil palatina dan tonsil faringeal merupakan
bagian terpenting dari sistem cincin Waldeyer,
dimana keduanya merupakan bagian terbesar
dari sistem tersebut dan menjadii salah satu
dari sistem pertahanan mukosa karena
terletak didepan pintu masuk dari saluran
pernafasan dan saluran pencernaan. Tonsil
terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh
epitel respiratori.
 Berdasarkan lokasinya, tonsil
dibagi menjadi :9
1. Tonsilla lingualis, terletak
pada radix linguae.
2. Tonsilla palatina (tonsil),
terletak pada isthmus
faucium antara arcus
glossopalatinus dsan arcus
glossopharingicus.
3. Tonsilla pharingica
(adenoid), terletak pada
dinding dorsal dari
nasofaring.
4. Tonsilla tubaria, terletak
pada bagian lateral
nasofaring di sekitar ostium
tuba auditiva.
DEFINISI
Tonsilitis merupakan peradangan
tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer.
Tonsilitis kronik merupakan
peradangan kronik pada tonsil yang
biasanya merupakan kelanjutan
dari infeksi akut berulang atau
infeksi subklinis dari tonsil.
ETIOLOGI
Bakteri penyebab tonsilitis
kronik sama halnya dengan
tonsilitis akut yaitu
kuman Streptokokus beta
hemolitikus grup A,
Pneumokokus, Streptokokus
viridian dan Streptokokus
piogenes, Stafilokokus,
Hemophilus influenza, namun
terkadang ditemukan bakteri
golongan gram negatif
FAKTOR RISIKO
Rangsangan kronik (rokok, makanan)
Higiene mulut yang buruk
Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
Alergi (iritasi kronik dari alergen)
Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
PATOGENESIS
Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripti
tonsil. Karena proses radang berulang maka epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada
proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan
jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga
kripti akan melebar, ruang antara kelompok melebar
yang akan diisi oleh detritus (akumulasi epitel yang
mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi
kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan).
Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar submandibula.
MANIFESTASI KLINIS
 Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena
serangan tonsilitis akut yang berulang-ulang, adanya rasa
sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan
(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang
mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan
pernafasan berbau
 Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil
dari Tonsilitis Kronik yang mungkin tampak, yakni :
 Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan
perlengketan ke jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil
ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
 Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-
kadang seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi
yang hiperemis, kripte yang melebar dan ditutupi eksudat
yang purulen.
Ukuran tonsil dibagi menjadi :
• T0 : Post tonsilektomi
• T1 : Tonsil masih terbatas dalam
fossa tonsilaris
• T2 : Sudah melewati pilar anterior, tapi
belum melewati garis paramedian (pilar
posterior)
• T3 : Sudah melewati garis
paramedian, belum melewati garis median
• T4 : Sudah melewati garis median
TATALAKSANA
Penatalaksanaan medis termasuk
pemberian antibiotika penisilin yang lama,
irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha
untuk membersihkan kripta tonsilaris
dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran
jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan
dengan infeksi kronik atau berulang-ulang.
Pembedahan : tonsilektomi
INDIKASI TONSILEKTOMI
Indikasi tonsilektomi menurut The American
Academy of Otolaryngology, Head and Neck
Surgery :
• Indikasi Absolut
• Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan
nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur atau
komplokasi kardiopulmunar
• Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pengobatan
medis
• Tonsilitis yang menimbulkan febris dan konvulsi
• Biopsi untuk menentukan jaringan yang patologis
(dicurigai keganasan)
Indikasi Relatif
Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih
dalam setahun meskipun dengan terapi yang adekuat
Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan
tonsilitis kronik tidak responsif terhadap terapi media
Tonsilitis kronik atau rekuren yang disebabkan kuman
streptococus yang resisten terhadap antibiotik betalaktamase
Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma
KONTRAINDIKASI
TONSILEKTOMI
Gangguan perdarahan
Infeksi akut yang berat
Anemia
Resiko anestesi yang besar atau penyakit
berat
KOMPLIKASI
Komplikasi sekitar tonsil :
• Peritonsilitis: Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat
tanpa adanya trismus dan abses.
• Abses Peritonsilar (Quinsy): Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam
ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut
yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran
dari infeksi gigi.
• Abses Parafaringeal: Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi
melalui aliran getah bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari
daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal,
mastoid dan os petrosus.
• Abses retrofaring: Merupakan pengumpulan pus dalam ruang
retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun
karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
• Krista Tonsil: Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup
oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada
tonsil berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.
• Tonsilolith (kalkulus dari tonsil): Terjadinya deposit kalsium fosfat dan
kalsium karbonat dalam jaringan tonsil membentuk bahan keras
seperti kapur
Komplikasi ke organ jauh :
Komplikasi jauh secara
hematogen atau limfogen dan
dapat timbul endokarditis,
artritis, miositis,nefritis, uveitis,
iridosiklitis, dermatitis, oruritus,
urtikaria, dan furunkulosis.
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx

More Related Content

What's hot

Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutPhil Adit R
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKSulistia Rini
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahYohanita Tengku
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisHerlan Boga
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-pptZulfikar Fikar
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAISeascape Surveys
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)fikri asyura
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutAriesta Mp
 

What's hot (20)

Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
kolestasis
kolestasiskolestasis
kolestasis
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt
 
Terapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anakTerapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anak
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
Skrofuloderma
SkrofulodermaSkrofuloderma
Skrofuloderma
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Invaginasi
InvaginasiInvaginasi
Invaginasi
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 

Similar to LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx

Case Tubair Catarrh
Case Tubair CatarrhCase Tubair Catarrh
Case Tubair Catarrhestimahanani
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-mediahomeworkping10
 
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptcupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptMohammad Alamsyah
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Ajo Yayan
 
THT Bimbingan [Autosaved].pptx
THT Bimbingan [Autosaved].pptxTHT Bimbingan [Autosaved].pptx
THT Bimbingan [Autosaved].pptxLettaCoffee
 
Cbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutCbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutvinavina25
 
Cbd ludwig angina - Petrisia Luvina
Cbd ludwig angina - Petrisia LuvinaCbd ludwig angina - Petrisia Luvina
Cbd ludwig angina - Petrisia Luvinavinavina25
 
Laporan Kasus THT Anindya.pptx
Laporan Kasus THT Anindya.pptxLaporan Kasus THT Anindya.pptx
Laporan Kasus THT Anindya.pptxanindya969381
 
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraGina Nd
 
dokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptx
dokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptxdokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptx
dokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptxDafid Prawito
 
CBD OMSK Maligna
CBD OMSK MalignaCBD OMSK Maligna
CBD OMSK MalignaCoassTHT
 
Cbd angiofibroma nasofaring belia (Gerasimos Hasiholan)
Cbd angiofibroma nasofaring belia (Gerasimos Hasiholan) Cbd angiofibroma nasofaring belia (Gerasimos Hasiholan)
Cbd angiofibroma nasofaring belia (Gerasimos Hasiholan) gerasimoos
 
common-cold_compress.pdf
common-cold_compress.pdfcommon-cold_compress.pdf
common-cold_compress.pdfindirasworks
 

Similar to LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx (20)

Case Tubair Catarrh
Case Tubair CatarrhCase Tubair Catarrh
Case Tubair Catarrh
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media
 
Klp cerdas
Klp cerdasKlp cerdas
Klp cerdas
 
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptcupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman
 
Case report Aulia.docx
Case report Aulia.docxCase report Aulia.docx
Case report Aulia.docx
 
THT Bimbingan [Autosaved].pptx
THT Bimbingan [Autosaved].pptxTHT Bimbingan [Autosaved].pptx
THT Bimbingan [Autosaved].pptx
 
Laringitis Aku
Laringitis AkuLaringitis Aku
Laringitis Aku
 
Cbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutCbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akut
 
Rhinosinusistis
RhinosinusistisRhinosinusistis
Rhinosinusistis
 
fisiologi -patofisiologi sistem fonasi.pdf
fisiologi -patofisiologi sistem fonasi.pdffisiologi -patofisiologi sistem fonasi.pdf
fisiologi -patofisiologi sistem fonasi.pdf
 
Format askep
Format askepFormat askep
Format askep
 
Cbd ludwig angina - Petrisia Luvina
Cbd ludwig angina - Petrisia LuvinaCbd ludwig angina - Petrisia Luvina
Cbd ludwig angina - Petrisia Luvina
 
Laporan Kasus THT Anindya.pptx
Laporan Kasus THT Anindya.pptxLaporan Kasus THT Anindya.pptx
Laporan Kasus THT Anindya.pptx
 
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
 
dokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptx
dokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptxdokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptx
dokumen.tips_sinusitis-kronis-5597982febd21.pptx
 
CBD OMSK Maligna
CBD OMSK MalignaCBD OMSK Maligna
CBD OMSK Maligna
 
Cbd angiofibroma nasofaring belia (Gerasimos Hasiholan)
Cbd angiofibroma nasofaring belia (Gerasimos Hasiholan) Cbd angiofibroma nasofaring belia (Gerasimos Hasiholan)
Cbd angiofibroma nasofaring belia (Gerasimos Hasiholan)
 
Otitis Media Supuratif Kronis
Otitis Media Supuratif KronisOtitis Media Supuratif Kronis
Otitis Media Supuratif Kronis
 
common-cold_compress.pdf
common-cold_compress.pdfcommon-cold_compress.pdf
common-cold_compress.pdf
 

Recently uploaded

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 

Recently uploaded (18)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 

LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx

  • 1. LAPORAN KASUS TONSILITIS KRONIK Pembimbing : KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist Dr. dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT – KL dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. THT-KL Disusun Oleh : Dian Hasliani S.Ked
  • 2. Identitas pasien Nama : Nn. Enita Usia : 20th Agama : Islam Pekerjaan : karyawati Suku : Jawa Alamat : Kenongo 4/5 Gantiwarno Tanggal pemeriksaan : 30-01-2018
  • 4. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke poli klinik THT RSUD Karanganyar dengan keluhan tenggorokan terasa mengganjal sejak 1 tahun yang lalu. Satu bulan terakhir keluhan dirasa makin memberat, pasien mengeluh tenggorokannya semakin tidak nyaman, tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau Keluhan nyeri pada telinga, telinga terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh pasien. Keluhan jantung berdebar serta nyeri persendian tidak ada. Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga disangkal. Keluhan demam dan gejala ISPA disangkal
  • 5. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mempunyai riwayat radang tenggorokan berulang. Dalam setahun terakhir keluhan tersebut sudah dirasakan lebih dari 5 kali.
  • 6. Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit serupa (-) ISPA (-) Alergi (-)
  • 7. Riwayat Pengobatan dan Kebiasaan Sosial Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas sebelumnya.. Pasien suka minum es, makan gorengan, dan jajan sembarangan
  • 9. KU : baik, CM TD : 100/60 N : 80x/mnt RR: 20x /mnt S : 36.4 C Status THT Telinga luar: normotia(+/+), tragus pain (-/-), NT mastoid(-/-), discharge (-/-) Telinga dalam: MT intak (+/+), discharge(-/-), serumen (-/-), granulasi (-/-) Hidung luar : bengkak (-), nyeri tekan (-) Hidung dalam : konka hipertrofi (-/-), mukosa hiperemis (-/-), sekret (- /-) Tenggorokan: tonsil (T2-T2), mukosa hiperemis (-), uvula di tengah Leher : pembesaran KGB (-)
  • 10. Status Lokalis Rongga mulut dan tenggorokan Bibir & mulut Mukosa mulut basah, berwarna merah muda Geligi Karies (-) Lidah Pseudomembrane (-) Uvula Berada ditengah, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-) Mukosa Mukosa hiperemi (-), lendir mengalir ditenggorokan Tonsila palatina Kanan: T2, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (+) Kiri: T2, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (+)
  • 11. Laring (laringoskopi indirek) Epiglotis : dbn Aritenoid : dbn Plika vokalis : dbn Gerak plika vokalis : dbn Subglotis : dbn Tumor : -
  • 12.
  • 13. Hidung a.Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri Hidung luar Bentuk normal, hiperemi (-), deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-) Bentuk normal, hiperemi (-), deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-) b. Rinoskopi Anterior Vestibulum nasi Normal, uklus (-) Normal, ulkus (-) Cavum nasi Bentuk (normal), hiperemia (-) Bentuk(normal), hiperemia (-) Meatus nasi media Mukosa hiperemis (-), sekret (-), massa (-). Mukosa hiperemis (-), sekret (-), massa (-). Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-), sekret (-) Hipertrofi (-), mukosa hiperemi (-), sekret mukopurulen (-) Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (- ) Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-) rhinoskopi posterior Muara tuba eustachii tampak tidak ada oklusi Tidak tampak pemebesaran kelenjar adenoid
  • 14. No. Area Telinga Kanan Telinga Kiri 1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-) 2. Pre dan Retro auricula Fistula (-), hiperemis (-), edema (-), nyeri tekan (-) Fistula (-), hiperemis (-), edema (-), nyeri tekan (-) 3. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-), edema (-), hiperemis (-), sekret (-) Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-),edema (-), hiperemis (-), sekret (-) 4. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), sekret (-) Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), sekret(-) 5. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-), edema (-), perforasi (-), kolesteatom (-), cone of light (+) MT intak Cone of light (+) Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-), edema (-), perforasi (-), kolesteatom (-), cone of light (+ ) MT intak Cone of light (+)
  • 15. Test Garpu Tala Test Rinne : positif Test Weber: tidak ada laterisasi ke kanan/ ke kiri Test Swabach : sama dengan pemeriksa Kesimpulan : Normal Test Rinne : positif Test Weber: tidak ada laterisasi ke kanan/ ke kiri Test Swabach : sama dengan pemeriksa Kesimpulan : Normal
  • 16. Kepala dan Leher  Kepala: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (- ), nafas cuping hidung (-)  Leher: retraksi (-), deviasi trachea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
  • 17. 05-02-2018 Harga normal HB 11.8 12-16 Hematokrit 38.0 35-47 Leukosit 13.99 4.4-11.3 Trombosit 294 170-394 Eritrosit 4.33 4.1-5.1 MCV 91.7 82.0-92.0 MCH 27.7 28-33 MCHC 32 32.0-37.0 Limfosit 13.2 25.0-40.0 Neutrofil 81.7 5.0-7.0 Eosinofil 0.5 0.5-5.0 Basofil 0.4 0.0-1.0 CT 04.30 2-8 BT 01.30 1-3 GDS 113 70-150
  • 18. DIAGNOSA  Diagnosis banding : Tonsilitis kronik Tonsilofaringitis Difteri  Diagnosis kerja : Tonsilitis kronik
  • 19. PENATALAKSANAAN  Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap  Non medikamentosa - istirahat (bedrest) - pengaturan pola makan dan jenis asupan makan  Medikamentosa Amoxicillin Tab 3x1 Paracetamol Tab 3x1 Dexamethasone 0,5 mg 3 x 1 tablet  Konseling, informasi dan edukasi - Edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik. - Penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi - Edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa kerumah sakit - Edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak  Monitoring Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama jika tidak ada perbaikan gejala klinis. Pembedahan Tonsilektomi
  • 21. PROGNOSIS  Quo ad Vitam : dubia ad bonam  Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam  Quo ad Functionam : dubia ad bonam
  • 22. ANALISA KASUS  Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut, kemungkinan diagnosa pada pasien ini adalah tonsillitis kronik. Dimana sesuai dengan teori bahwa pasien dengan tonsillitis kronik ditandai dengan tenggorokan terasa mengganjal dan tidak nyaman, tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau. Adanya infeksi berulang. Pada kasus ini pasien memiliki kebiasaan minum es, memakan gorengan dan jajan sembarangan. Hal tersebut merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya tonsillitis.  Pemeriksaan fisik pasien, didapatkan pembesaran tonsil T2-T2 dan kripta melebar.
  • 23.  pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk lebih memastikan diagnosa tonsillitis. Pemeriksaan penunjang ini biasanya dilakukan setelah tonsil diangkat atau setelah dilakukannya tonsilektomi pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan mikrobiologi. Pemeriksaan ini merupakan Gold standart pemeriksaan tonsil, yaitu kultur dari dalam tonsil. Kuman terbanyak yang ditemukan adalah Streptococcus beta Hemolitikus diikuti dengan Staphilococcus Aureus
  • 24.  Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi amoxicillin sebagai antibiotik, paracetamol untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam , dan dexamethason sebagai anti inflamasi. Pilihan pengobatan ditentukan dengan gejala klinis yang ada pada pasien. Tindakan operasi dapat dilakukan bila pembengkatan tonsil menyebabkan obstruksi saluran nafas, gangguan tidur, dan kompikasi kardiopulmoner, abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase, serta tonsillitis kronis yang berulang pada karier Streptococcus yang tidk membaik dengan pemberian antibiotik
  • 25.  Selain pemberian terapi, pasien juga harus diberikan edukasi seperti :  Menjaga daya tahan tubuh anak dengan pola makan yang baik. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dab buah- buahan.  Tidak membeli jajanan yang banyak mengandung penyedap dan pewarna buatan.  Meminum obat secara teratur, pemberian antibiotic harus dihabiskan walaupun gejala sudah membaik.
  • 26. Kesimpulan  Tonsilitis merupakan radang yang terjadi pada tonsil. Kondisi ini sebagian besar dialami oleh anak-anak. Penyakit ini dapat dicetus oleh beberapa hal, salah satunya ada kebiasaan anak yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak sehat dan kurang terjaganya kebersihan mulut. Penyakit ini memiliki prognosa yang baik apabila didiagnosa dan diterapi secata cepat dan cepat. Yang terpenting adalah pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga agar penyakit ini dapat dicegah dan tidak terulang kembali.  Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksana masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari unsure biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine)
  • 28. ANATOMI  Tonsil palatina dan tonsil faringeal merupakan bagian terpenting dari sistem cincin Waldeyer, dimana keduanya merupakan bagian terbesar dari sistem tersebut dan menjadii salah satu dari sistem pertahanan mukosa karena terletak didepan pintu masuk dari saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
  • 29.  Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi :9 1. Tonsilla lingualis, terletak pada radix linguae. 2. Tonsilla palatina (tonsil), terletak pada isthmus faucium antara arcus glossopalatinus dsan arcus glossopharingicus. 3. Tonsilla pharingica (adenoid), terletak pada dinding dorsal dari nasofaring. 4. Tonsilla tubaria, terletak pada bagian lateral nasofaring di sekitar ostium tuba auditiva.
  • 30.
  • 31. DEFINISI Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis kronik merupakan peradangan kronik pada tonsil yang biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis dari tonsil.
  • 32. ETIOLOGI Bakteri penyebab tonsilitis kronik sama halnya dengan tonsilitis akut yaitu kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A, Pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes, Stafilokokus, Hemophilus influenza, namun terkadang ditemukan bakteri golongan gram negatif
  • 33. FAKTOR RISIKO Rangsangan kronik (rokok, makanan) Higiene mulut yang buruk Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah) Alergi (iritasi kronik dari alergen) Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik) Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
  • 34. PATOGENESIS Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripti tonsil. Karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripti akan melebar, ruang antara kelompok melebar yang akan diisi oleh detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula.
  • 35. MANIFESTASI KLINIS  Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulang-ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau  Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronik yang mungkin tampak, yakni :  Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.  Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang- kadang seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.
  • 36. Ukuran tonsil dibagi menjadi : • T0 : Post tonsilektomi • T1 : Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris • T2 : Sudah melewati pilar anterior, tapi belum melewati garis paramedian (pilar posterior) • T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median • T4 : Sudah melewati garis median
  • 37. TATALAKSANA Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotika penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi kronik atau berulang-ulang. Pembedahan : tonsilektomi
  • 38. INDIKASI TONSILEKTOMI Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology, Head and Neck Surgery : • Indikasi Absolut • Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur atau komplokasi kardiopulmunar • Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pengobatan medis • Tonsilitis yang menimbulkan febris dan konvulsi • Biopsi untuk menentukan jaringan yang patologis (dicurigai keganasan)
  • 39. Indikasi Relatif Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam setahun meskipun dengan terapi yang adekuat Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis kronik tidak responsif terhadap terapi media Tonsilitis kronik atau rekuren yang disebabkan kuman streptococus yang resisten terhadap antibiotik betalaktamase Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma
  • 40. KONTRAINDIKASI TONSILEKTOMI Gangguan perdarahan Infeksi akut yang berat Anemia Resiko anestesi yang besar atau penyakit berat
  • 41. KOMPLIKASI Komplikasi sekitar tonsil : • Peritonsilitis: Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses. • Abses Peritonsilar (Quinsy): Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi. • Abses Parafaringeal: Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os petrosus. • Abses retrofaring: Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe. • Krista Tonsil: Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel. • Tonsilolith (kalkulus dari tonsil): Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil membentuk bahan keras seperti kapur
  • 42. Komplikasi ke organ jauh : Komplikasi jauh secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis,nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, oruritus, urtikaria, dan furunkulosis.