SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Anamnesis
• Identitas Pasien
– Nama, umur, Jenis Kelamin, alamat, pekerjaan, agama, status
pernikahan
• Keluhan utama
– Apakah ada gejala hidung tersumbat yang berlangsung lama?
– Apakah disertai dengan mimisan pada satu sisi hidung dan
bersifat berulang ?
– Apakah ada gejala nyeri kepala?
– Apakah ada keluhan bengkak di wajah ?
– Apakah pasien merasa mata tampak lebih menonjol?
– Apakah ada gejala keluar cairan dari hidung? Penurunan fungsi
penghidu?
– Apakah ada penurunan fungsi pendengaran dan nyeri pada
telinga?
Lanjutan
• Riwayat Berobat
– Sebelumnya sudah berobat ? Bila sudah berobat
ke mana dan minum obat apa dan patuh terhadap
obatnya?
• Riwayat Penyakit Dahulu
– Apakah dahulu pernah mengalami keluhan
serupa?
– Apakah ada DM, Hipertensi?
Lanjutan
• Riwayat Penyakit Keluarga
– Apakah ada keluarga pernah mengalami keluhan
serupa?
– Apakah ada DM, Hipertensi?
• Riwayat Alergi
– Makanan
– obat
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum :
Kesadaran : compos mentis
Kesan sakit : ringan/sedang/berat?
– Status Gizi : BB, TB, BMI
• Tanda – tanda vital :
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
Pemeriksaan Fisik
• Kepala :
 Wajah: bentuk dan ukuran simetris
 Mata : konjungtiva? Sklera? Nistagmus?
 Telinga :
Meatus acusticus externus, canalis acusticus (mukosa, serumen,
sekret)?
Membran timpani?
 Hidung : Mukosa hiperemis? Deviasi septum nasi? Nyeri tekan
daerah sinus paranasal?
 Rhinoskopi anterior : Mukosa hiperemis/ edema? Sekret?
Hipertrofi konka?
 Rhinoskopi posterior : apakah koana tampak penuh? Apakah
ada masa di bagian posterioi? Epistaksis posterior? Apakah ada
masa di nasofaring?
 Mulut : mukosa, ukuran dan permukaan tonsil? mukosa faring?
Mukosa lidah ?
Pemeriksaan Fisik
• Leher : letak trakea sentral? KGB membesar?
• Thoraks
 Pulmo
Inspeksi :bentuk dan pergerakan?
Palpasi : bentuk dan pergerakan, taktil fremitus?
Perkusi : Sonor?
Auskultasi : VBS kanan dan kiri, suara nafas tambahan,
vocal fremitus, wheezing? Ronchi?
 Cor :
Inspeksi : ictus cordis
Palpasi : ictus cordis
Perkusi : batas – batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung S1, S2, murmur
Pemeriksaan Fisik
• Abdomen
Inspeksi : datar/cembung, sikatrik?
Auskultasi : bising usus?
Perkusi : timpani?
Palpasi : soepel? Hepar? Lien? Nyeri tekan?
• Ekstremitas : akral hangat? CRT? Oedem?
Refleks patologis? Refleks fisiologis?
Diagnosis
• Diagnosis Banding
Angiofibroma Nasofaring Belia
Tumor Nasofaring
• Diagnosis Kerja
– Angiofibroma Nasofaring Belia
Usulan Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan dengan kontras
– Tanda Holman Miller ( pendorongan fossa
pterigoideus ke belakang sehingga fissura
pterigopalatina akan melebar)
• Foto Kepala Anteroposterior, lateral dan
waters
• Angiografi Arteri karotis eksterna
• Biopsi setelah pengangkatan tumor
Penatalaksanaan
• Tindakan penatalaksanaan dilakukan bila sudah mengetahui
gradingnya.
• Bila stadium I dan II pengobatan hormonal dapat diberikan
dengan preparat testosteron reseptor bloker (flutamid) atau di
ekstirpasi tumor
• Bila stadium III dan IV  ekstirpasi tumor atau tindakan
Endoscopy Eksisi
Angiofibroma Nasofaring Belia /
Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma
(JNA)
Definisi
• Angiofibroma Nasofaring Belia / Juvenile
Nasopharyngeal Angiofibroma (JNA) adalah
tumor jinak pembuluh darah yang secara
histologi bersifat jinak, secara klinis bersifat
ganas karena memiliki kemampuan
mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan
sekitar, serta mudah berdarah dan sulit
dihentikan
Insidensi
• Biasa terjadi pada remaja dan dewasa muda
(14 – 25 tahun).
• Laki laki >>>, karena tinggi kadar ekspresi
reseptor androgen, karena JNA bergantung
pada androgen.
• 0,5% tumor Kepala leher dengan
perbandingan 1 : 150.000 individu.
Klasifikasi
• Berdasarkan klinis dan radiologi :
– Tipe I
• Lokasi di kavitas nasal, sinus paranasalis, nasofaring
atau fossa pterigopalatina
– Tipe II
• Menyebar ke fossa infratemporal, are buccal, atau
cavitas orbita dengan penyebaran sampai ke fossa
cranii anterior dan atau minimal ke fossa cranii media
tanpa menyebar ke duramater.
– Tipe III
• Menyebar hingga fossa cranii media
ETIOLOGI
• Unknown
• Teori yang yang sekarang  teori hormonal
– JNA mengekspresikan kadar reseptor hormon
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang
sangat tinggi yang normalnya berada pada mukosa
nasal, sehingga JNA akan semakin bertumbuh.
– Teori genetika  delesi kromosom 17 termasuk
tumor supresor gen p53.
Pola pertumbuhan tumor
• Tumor bersifat infiltratif dan biasanya penyebaran
berdasarkan penempelan tumor di nasofaring dan
jaringan sekitarnya. Tumor pertama tumbuh di mukosa
posterior dan lateral koana (atap nasofaring)  meluas
ke bawah mukosa mencapai posterior septum dan
meluas ke atap rongga hidung posterior
• Perluasan anterior  mengisi rongga hidung,
mendorong septum ke sisi kontralateral dan
memipihkan konka.
• Perluasan ke lateral  melebar ke foramen
sphenopalatina lalu ke fossa pterigopalatina dan
mendesak posterior sinus maksila.
• Meluas lebih masif  ke fossa infratemporal dan
menimbulkan benjolan di pipi bahkan ke mata (muka
kodok)
Diagnosis
• Anamnesis
– Obstruksi nasal (80 – 90%)
– Epistaksis (45 – 60%)  biasanya unilateral dan
rekuren. Severe epistaksis.
– Nyeri kepala (25%) jika sinus paranasal tertutup.
– Bengkak wajah (10-18%)
– Gejala lainnya  unilateral rinore, anosmia
hiposmia, ketulian, otalgia, bengkak di palatum,
deformitas tulang
Diagnosis
• Pemeriksaan Fisik
– Rinoskopi posterior
• Masa tumor kenyal dengan warna bervariasi (merah,
abu)
• Bagian tumor dekat nasofaring berselaput lendir ungu,
yang meluas ke luar nasofaring berwarna putih abu.
• Usia muda  metah muda, usia tua kebiruan (karena
lebih banyak komponen fibroma) .
• Mukosa hipervaskularisasi, dan sering ulserasi
Diagnosis
• Pemeriksaan Penunjang
– CT Scan dengan kontras
• Gambaran soft tissue tumor yang muncul dari
nasofaring atau dinding lateral hidung.
• Terkadang di fossa pterigopalatina (jarang)
– MRI
– Biopsi
• Makroskopik : berbentuk sesil, lobulus, elastis, dan
berwarna merah muda sampai abu abu.
• Mikroskopis : berkapsul dan berkomponen jaringan
vaskular dan stroma fibrosa dengan serat kolagen.
Pembuluh darah mengalami penipisan , kurang serat
elastis, memiliki jaringan otot polos yang tidak komplit
serta berbentuk ste;at karena kompresi stroma.
Potongan koronal CT SCAN
Terdapat masa yang mengisi kavitas
nasal sebelah kiri dan sinus
ethmoidales, memblok sinus
maksila dan deviasi septum nasi ke
kanan
Gambaran aksial CT Scan
dengan keterlibatan lesi di
kavitas nasal kanan dan sinus
paranasal
Staging menurut Session
Stadium IA  terbatas di nares posterior/ nasofaring
Stadium IB  Meliputi nares posterioir dan atau
nasofaringeal dengan meluas sedikitnya 1
sinus paranasalis
Stadium IIA  meluas ke fossa pterigomaksila
Stadium IIB  tumor memenuhi fossa pterigomaksila
tanpa mengerosi tulang orbita
Stadium IIIA  tumor mengerosi dasar tengkorak dan
meluas sedikit ke intrakranial
Stadium IIIB  meluas ke intrakranial dengan atau tanpa
meluas ke sinus kavernosus
Staging menurut Fisch
• Stadium I
– Tumor terbatas di rongga hidung, nasofaring tanpa
mendestruksi tulang
• Stadium II
– Tumor menginvasi fossa pterigomaksila, sinus
paranasal dengan mendestruksi tulang
• Stadium III
– Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dengan
atau regio paraselar
• Stadium IV
– Tumor mengivasi sinus kafernosus, regio chisama
optikum, dan atau fossa pituitary
Penatalaksanaan
• Ekstirpasi Tumor  primary Treatment
• Lesi kecil Maxillectomy melalui lateral rhinotomy atau insisi degloving
midfacial.
• Bila menyebar keluar nasofaring sampai sinus paranasal  osteotomy Le
Fort Tipe I (akan mencapai maksila dan sinus ethmoid dan canalis
pterigopalatina.
• Lesi besar (mencapai fossa infratemporal)  facial transplantasi dengan
memberi akses ventilasi besar.
• Eksisi endoskopi (untuk stadium III) untuk mencapai rongga intranasal.
Low rekurensi. Terutama bila dikombinasi antara open dan proses
endoskopi.
• Preoperatif dapat dilakukan dengan embolisasi aliran darah menuju tumor
untuk mengurangi risiko perdarahan intraoperatif
• Terapi hormonal
– Reseptor testosteron bloker : Flutamide berespon 44% pada tumor stage I dan II.
• Radioterapi (3000 cGY Radiation)
– Dilakukan bila mengalami rekurensi setelah operasi dan menyebar ke intrakranial.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)Yolly Finolla
 
Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007amelialestari417
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
 
151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsyhomeworkping4
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)fikri asyura
 
Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012fikri asyura
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikAnna Lestari
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
 
Manajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitisManajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitisIrna Wati
 
Slide konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019 inash
Slide konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019 inashSlide konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019 inash
Slide konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019 inashpuspitasari_whardani
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSyscha Lumempouw
 

What's hot (20)

Dermatomikosis
DermatomikosisDermatomikosis
Dermatomikosis
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
 
Dermato terapi
Dermato terapiDermato terapi
Dermato terapi
 
Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
Fototerapi
FototerapiFototerapi
Fototerapi
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 
Manajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitisManajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitis
 
Slide konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019 inash
Slide konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019 inashSlide konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019 inash
Slide konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019 inash
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 

Similar to JNA Nasofaring

Cbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutCbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutvinavina25
 
Cbd epistaksis posterior (Gerasimos Hasiholan)
Cbd epistaksis posterior (Gerasimos Hasiholan)Cbd epistaksis posterior (Gerasimos Hasiholan)
Cbd epistaksis posterior (Gerasimos Hasiholan)gerasimoos
 
otitis media supuratif kronik tipe maligna
otitis media supuratif kronik tipe malignaotitis media supuratif kronik tipe maligna
otitis media supuratif kronik tipe malignaClarissa Rizky
 
Herpes zoster oticus
Herpes zoster oticusHerpes zoster oticus
Herpes zoster oticusEnceselamat
 
Cbd tht meniere disease veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht meniere disease veby b.m. marewa 1415112Cbd tht meniere disease veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht meniere disease veby b.m. marewa 1415112VebyBeloMusuMarewa
 
CBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis PosteriorCBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis PosteriorCoassTHT
 
Tumor Tiroid - Teori dan Tata Laksana Terkini (new).pptx
Tumor Tiroid - Teori dan Tata Laksana Terkini (new).pptxTumor Tiroid - Teori dan Tata Laksana Terkini (new).pptx
Tumor Tiroid - Teori dan Tata Laksana Terkini (new).pptxleohutagalung8
 
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112VebyBeloMusuMarewa
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRichard Leonardo
 
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-klTht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-klronaldRonald35
 
CBD othematoma
CBD othematomaCBD othematoma
CBD othematomaCoassTHT
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutAriesta Mp
 
Rangkuman anam pf dx Telinga hidung tenggorok - FK
Rangkuman anam pf dx Telinga hidung tenggorok - FKRangkuman anam pf dx Telinga hidung tenggorok - FK
Rangkuman anam pf dx Telinga hidung tenggorok - FKmichelleoctaviani1
 

Similar to JNA Nasofaring (20)

Cbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutCbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akut
 
Cbd epistaksis posterior (Gerasimos Hasiholan)
Cbd epistaksis posterior (Gerasimos Hasiholan)Cbd epistaksis posterior (Gerasimos Hasiholan)
Cbd epistaksis posterior (Gerasimos Hasiholan)
 
fisiologi -patofisiologi sistem fonasi.pdf
fisiologi -patofisiologi sistem fonasi.pdffisiologi -patofisiologi sistem fonasi.pdf
fisiologi -patofisiologi sistem fonasi.pdf
 
otitis media supuratif kronik tipe maligna
otitis media supuratif kronik tipe malignaotitis media supuratif kronik tipe maligna
otitis media supuratif kronik tipe maligna
 
Herpes zoster oticus
Herpes zoster oticusHerpes zoster oticus
Herpes zoster oticus
 
Adenokarsinoma polip
Adenokarsinoma polipAdenokarsinoma polip
Adenokarsinoma polip
 
Cbd tht meniere disease veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht meniere disease veby b.m. marewa 1415112Cbd tht meniere disease veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht meniere disease veby b.m. marewa 1415112
 
Menier disaese
Menier disaeseMenier disaese
Menier disaese
 
CBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis PosteriorCBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis Posterior
 
Tumor Tiroid - Teori dan Tata Laksana Terkini (new).pptx
Tumor Tiroid - Teori dan Tata Laksana Terkini (new).pptxTumor Tiroid - Teori dan Tata Laksana Terkini (new).pptx
Tumor Tiroid - Teori dan Tata Laksana Terkini (new).pptx
 
Laringitis Aku
Laringitis AkuLaringitis Aku
Laringitis Aku
 
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-klTht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
 
CBD othematoma
CBD othematomaCBD othematoma
CBD othematoma
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
pemeriksaan fisik.pptx
pemeriksaan fisik.pptxpemeriksaan fisik.pptx
pemeriksaan fisik.pptx
 
Ca tiroid
Ca tiroidCa tiroid
Ca tiroid
 
Rangkuman anam pf dx Telinga hidung tenggorok - FK
Rangkuman anam pf dx Telinga hidung tenggorok - FKRangkuman anam pf dx Telinga hidung tenggorok - FK
Rangkuman anam pf dx Telinga hidung tenggorok - FK
 
Tinitus
TinitusTinitus
Tinitus
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 

JNA Nasofaring

  • 1.
  • 2. Anamnesis • Identitas Pasien – Nama, umur, Jenis Kelamin, alamat, pekerjaan, agama, status pernikahan • Keluhan utama – Apakah ada gejala hidung tersumbat yang berlangsung lama? – Apakah disertai dengan mimisan pada satu sisi hidung dan bersifat berulang ? – Apakah ada gejala nyeri kepala? – Apakah ada keluhan bengkak di wajah ? – Apakah pasien merasa mata tampak lebih menonjol? – Apakah ada gejala keluar cairan dari hidung? Penurunan fungsi penghidu? – Apakah ada penurunan fungsi pendengaran dan nyeri pada telinga?
  • 3. Lanjutan • Riwayat Berobat – Sebelumnya sudah berobat ? Bila sudah berobat ke mana dan minum obat apa dan patuh terhadap obatnya? • Riwayat Penyakit Dahulu – Apakah dahulu pernah mengalami keluhan serupa? – Apakah ada DM, Hipertensi?
  • 4. Lanjutan • Riwayat Penyakit Keluarga – Apakah ada keluarga pernah mengalami keluhan serupa? – Apakah ada DM, Hipertensi? • Riwayat Alergi – Makanan – obat
  • 5. Pemeriksaan Fisik • Keadaan umum : Kesadaran : compos mentis Kesan sakit : ringan/sedang/berat? – Status Gizi : BB, TB, BMI • Tanda – tanda vital : Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu
  • 6. Pemeriksaan Fisik • Kepala :  Wajah: bentuk dan ukuran simetris  Mata : konjungtiva? Sklera? Nistagmus?  Telinga : Meatus acusticus externus, canalis acusticus (mukosa, serumen, sekret)? Membran timpani?  Hidung : Mukosa hiperemis? Deviasi septum nasi? Nyeri tekan daerah sinus paranasal?  Rhinoskopi anterior : Mukosa hiperemis/ edema? Sekret? Hipertrofi konka?  Rhinoskopi posterior : apakah koana tampak penuh? Apakah ada masa di bagian posterioi? Epistaksis posterior? Apakah ada masa di nasofaring?  Mulut : mukosa, ukuran dan permukaan tonsil? mukosa faring? Mukosa lidah ?
  • 7. Pemeriksaan Fisik • Leher : letak trakea sentral? KGB membesar? • Thoraks  Pulmo Inspeksi :bentuk dan pergerakan? Palpasi : bentuk dan pergerakan, taktil fremitus? Perkusi : Sonor? Auskultasi : VBS kanan dan kiri, suara nafas tambahan, vocal fremitus, wheezing? Ronchi?  Cor : Inspeksi : ictus cordis Palpasi : ictus cordis Perkusi : batas – batas jantung Auskultasi : bunyi jantung S1, S2, murmur
  • 8. Pemeriksaan Fisik • Abdomen Inspeksi : datar/cembung, sikatrik? Auskultasi : bising usus? Perkusi : timpani? Palpasi : soepel? Hepar? Lien? Nyeri tekan? • Ekstremitas : akral hangat? CRT? Oedem? Refleks patologis? Refleks fisiologis?
  • 9. Diagnosis • Diagnosis Banding Angiofibroma Nasofaring Belia Tumor Nasofaring • Diagnosis Kerja – Angiofibroma Nasofaring Belia
  • 10. Usulan Pemeriksaan Penunjang • CT Scan dengan kontras – Tanda Holman Miller ( pendorongan fossa pterigoideus ke belakang sehingga fissura pterigopalatina akan melebar) • Foto Kepala Anteroposterior, lateral dan waters • Angiografi Arteri karotis eksterna • Biopsi setelah pengangkatan tumor
  • 11. Penatalaksanaan • Tindakan penatalaksanaan dilakukan bila sudah mengetahui gradingnya. • Bila stadium I dan II pengobatan hormonal dapat diberikan dengan preparat testosteron reseptor bloker (flutamid) atau di ekstirpasi tumor • Bila stadium III dan IV  ekstirpasi tumor atau tindakan Endoscopy Eksisi
  • 12. Angiofibroma Nasofaring Belia / Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma (JNA)
  • 13. Definisi • Angiofibroma Nasofaring Belia / Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma (JNA) adalah tumor jinak pembuluh darah yang secara histologi bersifat jinak, secara klinis bersifat ganas karena memiliki kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitar, serta mudah berdarah dan sulit dihentikan
  • 14. Insidensi • Biasa terjadi pada remaja dan dewasa muda (14 – 25 tahun). • Laki laki >>>, karena tinggi kadar ekspresi reseptor androgen, karena JNA bergantung pada androgen. • 0,5% tumor Kepala leher dengan perbandingan 1 : 150.000 individu.
  • 15. Klasifikasi • Berdasarkan klinis dan radiologi : – Tipe I • Lokasi di kavitas nasal, sinus paranasalis, nasofaring atau fossa pterigopalatina – Tipe II • Menyebar ke fossa infratemporal, are buccal, atau cavitas orbita dengan penyebaran sampai ke fossa cranii anterior dan atau minimal ke fossa cranii media tanpa menyebar ke duramater. – Tipe III • Menyebar hingga fossa cranii media
  • 16. ETIOLOGI • Unknown • Teori yang yang sekarang  teori hormonal – JNA mengekspresikan kadar reseptor hormon Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang sangat tinggi yang normalnya berada pada mukosa nasal, sehingga JNA akan semakin bertumbuh. – Teori genetika  delesi kromosom 17 termasuk tumor supresor gen p53.
  • 17. Pola pertumbuhan tumor • Tumor bersifat infiltratif dan biasanya penyebaran berdasarkan penempelan tumor di nasofaring dan jaringan sekitarnya. Tumor pertama tumbuh di mukosa posterior dan lateral koana (atap nasofaring)  meluas ke bawah mukosa mencapai posterior septum dan meluas ke atap rongga hidung posterior • Perluasan anterior  mengisi rongga hidung, mendorong septum ke sisi kontralateral dan memipihkan konka. • Perluasan ke lateral  melebar ke foramen sphenopalatina lalu ke fossa pterigopalatina dan mendesak posterior sinus maksila. • Meluas lebih masif  ke fossa infratemporal dan menimbulkan benjolan di pipi bahkan ke mata (muka kodok)
  • 18. Diagnosis • Anamnesis – Obstruksi nasal (80 – 90%) – Epistaksis (45 – 60%)  biasanya unilateral dan rekuren. Severe epistaksis. – Nyeri kepala (25%) jika sinus paranasal tertutup. – Bengkak wajah (10-18%) – Gejala lainnya  unilateral rinore, anosmia hiposmia, ketulian, otalgia, bengkak di palatum, deformitas tulang
  • 19. Diagnosis • Pemeriksaan Fisik – Rinoskopi posterior • Masa tumor kenyal dengan warna bervariasi (merah, abu) • Bagian tumor dekat nasofaring berselaput lendir ungu, yang meluas ke luar nasofaring berwarna putih abu. • Usia muda  metah muda, usia tua kebiruan (karena lebih banyak komponen fibroma) . • Mukosa hipervaskularisasi, dan sering ulserasi
  • 20. Diagnosis • Pemeriksaan Penunjang – CT Scan dengan kontras • Gambaran soft tissue tumor yang muncul dari nasofaring atau dinding lateral hidung. • Terkadang di fossa pterigopalatina (jarang) – MRI – Biopsi • Makroskopik : berbentuk sesil, lobulus, elastis, dan berwarna merah muda sampai abu abu. • Mikroskopis : berkapsul dan berkomponen jaringan vaskular dan stroma fibrosa dengan serat kolagen. Pembuluh darah mengalami penipisan , kurang serat elastis, memiliki jaringan otot polos yang tidak komplit serta berbentuk ste;at karena kompresi stroma.
  • 21. Potongan koronal CT SCAN Terdapat masa yang mengisi kavitas nasal sebelah kiri dan sinus ethmoidales, memblok sinus maksila dan deviasi septum nasi ke kanan Gambaran aksial CT Scan dengan keterlibatan lesi di kavitas nasal kanan dan sinus paranasal
  • 22. Staging menurut Session Stadium IA  terbatas di nares posterior/ nasofaring Stadium IB  Meliputi nares posterioir dan atau nasofaringeal dengan meluas sedikitnya 1 sinus paranasalis Stadium IIA  meluas ke fossa pterigomaksila Stadium IIB  tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi tulang orbita Stadium IIIA  tumor mengerosi dasar tengkorak dan meluas sedikit ke intrakranial Stadium IIIB  meluas ke intrakranial dengan atau tanpa meluas ke sinus kavernosus
  • 23. Staging menurut Fisch • Stadium I – Tumor terbatas di rongga hidung, nasofaring tanpa mendestruksi tulang • Stadium II – Tumor menginvasi fossa pterigomaksila, sinus paranasal dengan mendestruksi tulang • Stadium III – Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dengan atau regio paraselar • Stadium IV – Tumor mengivasi sinus kafernosus, regio chisama optikum, dan atau fossa pituitary
  • 24. Penatalaksanaan • Ekstirpasi Tumor  primary Treatment • Lesi kecil Maxillectomy melalui lateral rhinotomy atau insisi degloving midfacial. • Bila menyebar keluar nasofaring sampai sinus paranasal  osteotomy Le Fort Tipe I (akan mencapai maksila dan sinus ethmoid dan canalis pterigopalatina. • Lesi besar (mencapai fossa infratemporal)  facial transplantasi dengan memberi akses ventilasi besar. • Eksisi endoskopi (untuk stadium III) untuk mencapai rongga intranasal. Low rekurensi. Terutama bila dikombinasi antara open dan proses endoskopi. • Preoperatif dapat dilakukan dengan embolisasi aliran darah menuju tumor untuk mengurangi risiko perdarahan intraoperatif • Terapi hormonal – Reseptor testosteron bloker : Flutamide berespon 44% pada tumor stage I dan II. • Radioterapi (3000 cGY Radiation) – Dilakukan bila mengalami rekurensi setelah operasi dan menyebar ke intrakranial.