Dokumen tersebut merupakan laporan medis pasien wanita berusia 35 tahun dengan keluhan utama nyeri pada pipi kiri disertai pilek, hidung tersumbat, dan demam. Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan tanda-tanda infeksi sinus maksila kiri seperti hiperemia dan sekret purulen pada hidung kiri. Diagnosis kerja yang ditetapkan adalah rhinosinusitis maksila akut kiri.
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
Rhinosinusistis
1. Rhinosinusitis
Bagian ilmu Kesehatan THT
FK Universitas Kristen Maranatha
Rumah Sakit Immanuel
Bandung, 2023
Oleh : Gabriel Tangdirerung Rapa 2215005
Preceptor : dr. Yan Edwin Bunde, Sp. THT-KL, M. H. Kes.
2. Identitas Pasien
● Nama : Ny. A
● Usia : 35 tahun
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Tempat Tinggal : Sumedang
● Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
● Suku Bangsa : Sunda
● Agama : Islam
● Status Pernikahan : Sudah menikah
3. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada daerah pipi kiri
Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan terasa nyeri pada pipi sebelah kiri.
Keluhan pasien ini dirasakan sejak kurang lebih 10 hari yang lalu. Pasien mengaku nyeri
bertambah berat saat bagian pipi di tekan. Keluhan pasien ini disertai dengan adanya pilek
dan batuk, serta hidung terasa tersumbat sejak 2 minggu yang lalu. Hidung tersumbat akan
hilang bila cairan yang ada dihidung dikeluarkan. Pasien mengatakan cairan yang keluar
berwarna kuning kehijauan, kental, dan tidak berbau busuk pada hidung sebelah kiri.
Pasien juga mengeluhkan adanya demam yang hilang timbul. Pasien merasa
keluhannya ini mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien menyangkal adanya nyeri
kepala,sakit gigi/gigi berlubang, bau mulut, nyeri menelan, nyeri tenggorokan , nyeri ataupun
keluar cairan dari telinga.
4. Anamnesis
₋ Riwayat penyakit dahulu : Pasien sering mengalami pilek disertai bersin-bersin, hidung
tersumbat, dan keluar cairan dari hidung berwarna jernih sejak 2 tahun yang lalu dan jarang
diobati, sakit gigi (-)
₋ Riwayat penyakit keluarga : (-)
₋ Riwayat kebiasaan : rokok (-), alkohol (-)
₋ Riwayat operasi : (-)
₋ Usaha berobat : minum obat pilek namun tidak membaik
₋ Riwayat alergi : pasien memiliki alergi debu.
5. Pemeriksaan Fisik
₋ Keadaan umum : baik
₋ Kesadaran : compos Mentis
₋ Kesan sakit : ringan
₋ BB : 68 kg
₋ TB : 165 cm
₋ BMI : 24,97 kg/m2
₋ Tanda-tanda Vital
○ Tekanan darah : 120/70 mmHg
○ Nadi : 80x/menit, regular, equal, isi cukup
○ Respirasi : 21x/menit
○ Suhu : 37,5 C
6. Status Generalis
Kepala
₋ Wajah : bentuk/ukuran simetris, oedem (-), nyeri tekan (+) pada pipi kiri
₋ Mata : conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
₋ Mulut : mukosa mulut basah, lidah letak sentral, uvula normal, tonsil, T1/T1, Warna
merah muda, kripta tidak melebar, detritus (-), dinding posterior faring hiperemis (-)
Leher
₋ KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid DBN, trakea letak sentral
Thoraks (Pulmo)
₋ Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris
₋ Palpasi : bentuk dan pergerakan simetris, Taktil fremitus normal
₋ Perkusi : Sonor di seluruh lapang dada
₋ Auskultasi : VBS +/+, WH -/-, RH -/-
9. Bagian Telinga Dextra Sinistra
Membran timpani :
● Warna
● Permukaan
● Cone of light
● Perforasi
● Sikatriks
● Retraksi
● Bulging
Putih mutiara
Intak
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
Putih mutiara
Intak
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
Status Lokalis Telinga
10. Tes Pendengaran
Dextra Sinistra
Tes Bisik Tidak dilakukan
Tes Garputala
Rinne (+) (+)
Webber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesimpulan Normal
11. Status Lokalis Hidung
Dextra Sinistra
Keadaan Luar Tidak dilakukan
Passage Udara
Rhinoskopi Anterior
Mukosa Merah muda Hiperemis (+)
Sekret (-) (+) Mukopurulen
Septum Deviasi (-), Perforasi (-) Deviasi (-), Perforasi (-)
Concha Eutrofi Hipertrofi
Meatus Media (-) Sulit dinilai
Meatus Inferior (-) Sulit dinilai
Tumor/Polip (-) (-)
12. Rhinoskopi Posterior
Dextra Sinistra
Choana Normal Normal
Concha Media Normal Normal
Mukosa Nasofaring Merah Muda Merah Muda
Sekret (+) (+)
Polip (-) (-)
Transluminasi Sinus
Sinus Frontalis Terang Terang
Sinus Maxillaris Terang Gelap
Palpasi sinus Frontalis Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Palpasi Sinus Maxillaris Nyeri Ketok (-) Nyeri Ketok (+)
13. Status Lokalis
Mulut dan
Tenggorok
Dextra Sinistra
Mulut DBN
Gigi Simetris
Palatum durum Hiperemis (-), Massa (-)
Palatum mole Hiperemis (-), Massa (-)
Lidah Eutrofi, Edema (-), Hiperemis (-)
Uvula Deviasi (-), Hiperemis (-)
Sinus Tonsil Palatina
Warna
Ukuran
Permukaan
Crypta detritus/membran
Merah Muda
T1/T1
Tidak rata/Granular
-/-(folikel)/-
Dinding Posterior Granula (-), Hiperemis (-)
Granula (-), Hiperemis (-)
14. Resume
Anamnesis
₋ Nyeri pada pipi kiri sejak ±10 hari yang lalu,
₋ Disertai batuk,rhinore, kongesti nasal dengan sekret mukopurulen dan adanya
febris intermittent
₋ RPD : sering rhinore disertai bersin-bersin, kongesti nasal, dan sekret serous sejak
2 tahun yang lalu dan jarang diobati
₋ Riwayat berobat : minum obat pilek namun tidak membaik
₋ Riwayat alergi : alergi debu
Status Generalis
₋ Kepala : pada wajah terdapat nyeri tekan di pipi sebelah kiri
15. Resume
Pemeriksaan THT
₋ Rhinoskopi Anterior :
○ Hidung kiri :
■ Mukosa → Hiperemis
■ Sekret (+) → Mukopurulen
■ Concha → Hipertrofi sehingga meatus sulit dinilai
₋ Rhinoskopi Posterior : terdapat sekret pada kedua hidung
₋ Transluminasi Sinus : hidung kiri sinus maksilaris gelap
₋ Palpasi sinus maksilaris : nyeri tekan (+) pada hidung kiri
16. Usulan Pemeriksaan Penunjang
₋ Hematologi rutin: Hb, Ht, Trombosit, Leukosit, LED, hitung jenis
₋ Foto X-ray Sinus Paranasalis Posisi Waters dan Caldwell
₋ Nasoendoskopi
18. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
₋ Hindari faktor pencetus seperti alergen
₋ Sering kontrol berkala
₋ Obati sampai tuntas bila muncul keluhan pilek
Medikamentosa
₋ Antibiotik : Amoxicillin 3x 500 mg pc PO
₋ Nasal dekongestan : Pseudoefedrin 2 x 60 mg PO
₋ Mukolitik : Ambroxol 3x 30 mg PO
₋ Analgetik-antipiretik : Paracetamol 3x 500 mg PO bila demam
19. Prognosis
₋ Quo ad vitam : ad bonam
₋ Quo ad functionam : dubia ad bonam
₋ Quo ad sanationam : dubia ad malam
23. ₋ Concha meningkatkan kontak
mukosa dengan udara yang
masuk
₋ Muara cavum nasi
○ Meatus inferior → muara
ductus nasolacrimalis
○ Meatus Media → muara
sinus paranasalis anterior
○ Meatus Superior → muara
sinus paranasalis posterior
₋ Regio cavum nasi
○ Vestibulum nasi
○ Regio olfaktorius
○ Regio respiratorik
Cavum Nasi
24. Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, terdapat muara
saluran dari sinus maksila, sinus frontal, dan sinus etmoid anterior → Kompleks Ostiomeatal
Merupakan unit drainase fungsional meliputi prosessus uncinatus, infundibulum etmoid,
hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan ressesus frontalis, dimana semuanya berupa
celah sempit dan rumit yang mudah mengalami penyempitan. Kompleks osteomeatal berperan
sangat penting dalam mempertahankan kondisi fisiologis sinus paranasal.
Kompleks Osteomeatal
25.
26. ARTERI
₋ A. Carotis Externa → a.
sphenopallatina, a. pallatina major,
a. labialis superior, a.nasalia
lateralis
₋ A. Carotis Interna→ a. ethmoidali
anterior et posterior
Pembuluh darah penting:
₋ Plexus Kiesselbach
₋ Plexus Woodruff
Perdarahan
27. VENA
₋ Saluran utama → plexus
pterygoideus di fossa
infratemporalis
₋ drainage lain : v. facialis, (anterior),
v. nasalis, sinus cavernosus
Perdarahan
28. ₋ anterior → KGB
Submandibularis
₋ posterior → KGB cervicalis
profunda
Limfatik
31. ₋ Suatu rongga berisi udara disekitar rongga
hidung yang dibatasi oleh tulang wajah
dan cranial yang bermuara ke cavitas nasi.
₋ Terdapat 4 sinus:
○ Sinus frontalis
○ Sinus etmoidalis
○ Sinus sphenoidalis
○ Sinus maxillaris
₋ Setiap sinus dilapisi epitel respirasi
₋ Bermuara di cavum nasi
₋ Dipersarafi N. Trigeminalis
Sinus Paranasalis
32. ₋ Ukuran bervariasi
₋ Terletak paling superior diantara sinus
Berbentuk segitiga dan bagian dari o
frontale
₋ Bermuara → Dinding lateral meatus nasi
medius bagian anterior hiatus semilunaris
₋ Dipersyarafi → N. supraorbitalis
₋ Diperdarahi → A. ethmoidalis anterior
Sinus Frontalis
33. ₋ Struktur sinus maxilaris → Berbentuk pyramid dengan volume 15 ml
(34x33x23mm)
₋ Dasar 🡪 Dinding nasal dengan puncak menuju processus zygomaticum
₋ Anterior
○ Foramen intraorbitalis bagian midsuperior dengan N.Infraorbitalis melewati
atap sinus dan keluar melewati foramen
○ Bagian paling tipis dinding anterior di atas gigi caninus 🡪 fossa cannina
₋ Atap → Dibentuk dasar orbita
₋ Posterior → Fossa pterygomaxilaris dengan arteri maxillaris interna, ganglion
sphenopalatine, kanalis vidian, nervus palatinus, dan foramen rotundum
Berhubungan erat dengan pertumbuhan gigi dengan infeksi sinus maxillaris,
serta ekstrasi gigi yang menghasilkan fistula oral antral
Sinus Maxillaris
34.
35. ₋ Terletak dalam corpus ossis sphenoidales,
terbuka ke atap cavitas nasi melalui bukaan pada
dinding
₋ Batas:
○ Superior → Cavitas cranii (dekat dengan
glandula hypofisis dan chiasma opticum )
○ Latera→ Sinus cavernosus
○ Inferior dan Anterior 🡪 Cavitas nasi
₋ Dipersyarafi
○ Cabang n. opthalmicus (ramus ethmoidalis
posterior)
○ N. maxilaris (ramus orbitalis dari ganglion
pterygopalatinum)
Sinus Sphenoidalis
36. ₋ Terletak pada kedua sisi os ethmoidale
₋ Dipisahkan:
○ Cavitas orbitalis oleh lamina orbitalis os ethmoidale
○ Cavitas nasi oleh dinding medial labyrinthus ethmoidale
₋ Bermuara
○ Cellulae ethmoidales anterior dan medial → Meatus nasi
medius
○ Cellulae ethmoidales posterior bermuara → Meatus nasi
superior
₋ Dipersyrafi
○ N. nasociliaris
₋ Rami orbitales N. maxillaris
₋ Diperdarahi → A. ethmoidalis anterior dan posterior
Cellular Ethmoidalis
40. ₋ Fungsi respirasi
○ Penyaring udara → vibrissae pada vestibulum nasi, silia, dan mucus
○ Penghangat udara → mukosa nasal akan menjaga suhu dalam cavum nasi berkisar antara 31-37o
C
○ Humidifikasi → Menaikkan kelembaban relatif udara hingga 95% sebelum mencapai nasopharynx
₋ Fungsi penghidu
○ Mendeteksi odoran yang memenuhi syarat berikut
○ Volatil → dapat menguap sehingga dapat bercampur dengan udara yang terhirup ke dalam
nostril
○ Harus larut air → dapat menembus lapisan mukus untuk mencapai sel olfaktori
○ Sedikit larut dalam lipid → tidak ditolak oleh unsur lipid dari membran silia
₋ Fungsi fonetik
○ nasal aerodynamic berperan dalam modifikasi suara nada tinggi & konsonan
₋ Fungsi statik & mekanis: untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung
panas
₋ Refleks nasal
○ Iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas berhent
Cavitas Nasi
41. ₋ Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
₋ Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
₋ Membantu keseimbangan kepala
₋ Membantu resonansi suara
₋ Sebagai peredam perubahan tekanan udara → perubahan tekanan yang besar dan
mendadak (misal pada waktu bersin atau membuang ingus)
₋ Membantu produksi mukus → efektif membersihkan partikel yang turut masuk dengan
udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius
Sinus Paranasal
43. ₋ Rinosinusitis pada orang dewasa didefinisikan sebagai radang hidung dan sinus paranasal yang
ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah satunya harus berupa :
○ hidung tersumbat / obstruksi / kongesti
○ sekret hidung (nasal drip anterior / posterior)
₋ disertai dengan ada atau tidaknya nyeri/tekanan wajah, pengurangan atau hilangnya penciuman,
dan lainnya.
₋ Pada endoskopi ditemukan :
○ tanda-tanda polip hidung,
○ sekret mukopurulen terutama dari meatus tengah,
○ edema/obstruksi mukosa terutama di meatus medius.
₋ Pada pemeriksaan CT : perubahan mukosa di dalam kompleks ostiomeatal dan/atau sinus.
Definisi
44. Bakteri : Bacteroides dan Streptokokus anaerob
TANDA INFEKSI ANAEROB
₋ Sekret berbau busuk
₋ Infeksi terjadi setelah prosedur
pembedahan atau infeksi gigi
₋ Kerusakan jaringan dan
pembentukan abses
₋ Bakteri campuran yang tampak
pada pewarnaan gram atau
kultur anaerob adalah gram negatif
Etiologi
46. ₋ ISPA akibat virus,
₋ rinitis → rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil,
₋ polip hidung,
deviasi septum atau hipertrofi konka,
₋ sumbatan kompleks osteomeatal (KOM),
₋ infeksi tonsil, infeksi gigi,
₋ kelainan imunologik,
₋ hipertrofi adenoid
₋ lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering
₋ kebiasaan merokok. Keadaaan ini lama-lama menyebabkan
₋ perubahan mukosa dan merusak silia.
Faktor Risiko
47. Berdasar lama penyakit, Litton (1971) :
₋ Akut: 1-3 minggu
₋ Subakut: 3 minggu-3 bulan
₋ Kronis: lebih dari 3 bulan
Berdasar patologis perubahan jaringan sinus, Eggston (1933) :
₋ Sinusitis hipertrofikan atau polipoid
₋ Sinsuisitis atrofikan atau fibrotik
₋ Sinusitis hipertrofikan papilare
Klasifikasi
48.
49.
50. ₋ timbul selama <12 minggu dengan interval bebas gejala jika masalahnya berulang dan dapat
terjadi sekali atau lebih dari sekali dalam jangka waktu tertentu.
₋ biasanya dinyatakan sebagai episode setiap tahun tetapi dengan resolusi gejala yang lengkap
antar episode.
₋ Pada anak kecil : onset mendadak dari 2 atau lebih gejala ; hidung tersumbat/ obstruksi/
kongesti, atau sekret hidung tidak berwarna, atau batuk ( pagi dan malam hari ) , untuk < 12
minggu
Gejala Klinis
51. Mayor
₋ Nyeri/rasa tertekan di wajah
₋ Rasa penuh di wajah
₋ Hidung tersumbat
₋ Hidung berair/ bernanah/
perubahan warna ingus
₋ Penurunan/ berkurangnya
penghidu
₋ Nanah dalam rongga hidung
₋ Demam (hanya RS akut)
Gejala Klinis
Minor
₋ Nyeri kepala
₋ Demam (pada RS kronik)
₋ Bau mulut
₋ Mudah lelah
Sakit gigi
₋ Batuk
₋ Nyeri/ rasa tertekan/ rasa
penuh di telinga
52. ₋ Pada pemeriksaan rinoskopi anterior atau nasoendoskopi terlihat sekret hidung di meatus medius.
Mukosa konka media dan meatus medius mengalami edema dan hiperemis.
₋ Pada pemeriksaan rinoskopi posterior atau nasoendoskopi terlihat sekret belakang hidung (post-nasal
drip).
₋ Pada pemeriksaan transiluminasi terlihat sinus yang terkena lebih gelap→ Transluminasi (jarang
digunakan) → hanya dapat dilakukan pada sinus frontal dan maxilla
Pemeriksaan Fisik
53. Foto polos → posisi waters (sinus maksila dan frontal), PA (sinus frontal) dan lateral (sinus frontal, sfenoid,
ethmoid). Akan terlihat perselubungan, air fluid level, atau penebalan mukosa.
Pemeriksaan Penunjang
54. ₋ CT-Scan (Gold Standard) 🡪 menunjukan penebalan mukosa yang terisolasi atau difus, perubahan tulang,
atau kadar cairan udara. penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan
atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
₋ Kultur dan tes sensitivitas
Pemeriksaan Penunjang
57. ₋ Pasien dan keluarga perlu mendapatkan penjelasan yang adekuat mengenai penyakit yang
diderita, termasuk faktor risiko yang diduga mendasari
1. Berhenti merokok
2. Meminimalisir pajanan polutan
3. Cukup istirahat dan menjaga hidrasi
4. Pasien dianjurkan untuk membilas/ mencuci hidung secara teratur dengan larutan garam
isotoni (saline).
Non-Farmakologi
58. Ringan dan tidak ada riwayat pemberian antibiotic
₋ Amoksisilin klavulanat (1,75-4 gr/250 mg/hari atau 45-90 mg/6,4 mg/kg/hari untuk anak),
amoksisilin(1,5-4 g/hari atau 45-90 mg/kg/hari untuk anak), atau cefpodoxime, cefuroksim, atau
cefdinir
₋ Untuk dewasa yang alergi beta-lactamase diberikan TMP/SMX,doksisiklin atau makrolid,
sedangkan anak yang alergi beta-lactamase diberikan TMP/SMX atau makrolid
(azitromisin,klaritromisin dan eritromisin)
Sedang dan ada riwayat pemberian antibiotik
₋ Direkomendasikan respiratory quinolone (gatifloxacin, levofloxacin,atau moxifloxacin)
amoksisilin klavulanat, ceftriaxone dan terapi kombinasi
₋ Dewasa yang alergi beta-lactamase diberikan respiratory quinolone atau klindamisin dan
rifampin, sedangkan untuk anak diberikan TMP/SMX, makrolid atau klindamisin.
₋ Bila dalam 72 jam tidak ada perbaikan dan terjadi perburukan gejala, pasien harus direvaluasi.
Terapi tambahan meliputi cuci hidung hidung, analgetik, mukolitik dan dekongestan oral.
Farmakologi
59. Indikasi:
₋ Komplikasi supurasi seperti subperiosteal
orbital abses.
₋ Refraktori sinusitis yang mendasari
penyakit paru.
₋ Penyakit kronis yang mengganggu
kualitas hidup pasien.
Operasi Caldwell-Luc (CWL)
₋ Mengeluarkan lapisan mukosa yang telah
rusak secara ireversibel pada sinus
maksilaris
Operatif
61. ₋ Pencegahan primer bertujuan untuk mengurangi kejadian penyakit dengan mengurangi paparan
faktor risiko atau pemicu.
₋ Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi prevalensi penyakit dengan deteksi dini dan
manajemen yang tepat, mengembalikan pasien untuk kesehatan penuh dan mencegah
persistensi penyakit. Ini bertujuan untuk mengurangi keparahan dan dampak penyakit sejak
awal.
₋ Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi dampak kronis yang sedang berlangsung
penyakit dan komplikasinya untuk menjaga kualitas hidup dan berfungsi normal semaksimal
mungkin.
Pencegahan
62. ₋ Akibat adanya post nasal drip :
○ Faringitis kronis
○ Otitis media
○ Bronkiektasi
○ Gastritis
₋ Komplikasi pada mata
₋ Edema
₋ Selulitis orbital
₋ Abses superiosteal
₋ Abses orbita
₋ Trombosis sinus cavernosus
Komplikasi
₋ Komplikasi Intrakranial
○ Meningitis
○ Abses epidural
○ Abses subdural
○ Abses otak
○ Trombosis sinus cavernosus
₋ Mukokel
₋ Osteomielitis
63. ₋ Prognosis RS akut adalah sangat baik, kira-kira 70% pasien sembuh tanpa pengobatan.
₋ Antibiotik hanya diperlukan bila ada gejala.
₋ Rhinosinusitis kronik memiliki masalah yang lebih rumit, jika penyebabnya adalah struktur
anatomi yang perlu dikoreksi, maka prognosis menjadi lebih baik.
₋ Lebih dari 90% pasien mengalami perbaikan dengan intervensi bedah.
₋ Penyakit ini sering kambuh → sehingga tindakan preventif adalah hal yang sangat penting.
Prognosis