Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan hidung dan gangguan-gangguan yang terkait dengan hidung dan telinga, seperti rinitis alergi, rinitis vasomotor, sinusitis, polip hidung, epistaksis, dan otitis media akuta. Dokumen ini memberikan informasi mengenai gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan berbagai kondisi tersebut.
2. PEMERIKSAAN HIDUNG
Luar : ▫ Hidung bagian luar
▫ Vestibulum
Dalam : ▫ Rinoskopi anterior
▫ Rinoskopi posterior
2
3. Rinoskopi Anterior
Cavum nasi
Septum nasi
Konka nasi inferior dan media
Meatus nasi inferior dan media
Rinoskopi Posterior
Septum nasi (belakang)
Choanae
Cavum nasi (belakang)
Konka media dan superior
Nasofaring : Adenoid
Muara tuba eustachius
Fossa Rossenmuller
3
4. Rinitis Alergi
IMMUNOLOGI
Manifestasi di bidang THT paling banyak: Reaksi alergi Tipe 1
Etiologi :
Spesifik (alergen inhalan, ingestan)
Non spesifik (iklim)
mediator utama :
Histamin
4
5. GEJALA KLINIS
Bersin > 5x / serangan khas
Rinore : encer dan banyak
Hidung : tersumbat, hiposmia
Gatal : mata lakrimasi & tenggorok
Pada anak : gejala tidak lengkap, kadang hanya hidung tersumbat, batuk
“allergic shiner”, “allergic salute”, “allergic crease”
5
6. Pemeriksaan Fisik
Allergic salute
• kebiasaan anak menggosok-gosok hidung karena gatal
dengan telapak tangan kearah atas
Nasal crease
• garis melintang di dorsum nasi sepertiga bawah
Allergic shiners
• bayangan gelap di kelopak mata bawah (sumbatan vena
di daerah orbita, hidung dan sinus bocornya
hemosiderin)
6
7. Pemeriksaan hidung
Rinitis anterior : mukosa oedem, basah, pucat (livide), sekret encer
(khas)
Konka : kebiruan
Lab. :
in-vitro :
- sekret hidung / smear : eosinofil
- nasal scraping
- darah tepi : eosinofil n /
- Ig E total : n /
- Ig E spesifik (rast) : lebih bermakna
in-vivo :
- uji kulit : prick test, intrakutan, scratch test
- uji inhalasi (provokasi test)
7
8. TERAPI
Avoidance : menghindari kontak dengan alergen penyebab (ideal) dan
eliminasi
Simptomatis
Medikamentosa :
sistemis antihistamin dengan/tanpa vasokonstriktor
(dekongestan) peroral
Local tetes/semprot hidung yang mengandung vasokonstriktor
atau kortikosteroid
Operatif, imunoterapi
KOMPLIKASI
Polip hidung
Otitis media
Sinusitis
8
9. RINITIS VASOMOTOR
Etiologi:
gangguan keseimbangan fungsi vasomotor
Gejala :
Hidung sumbat (bergantian kanan/kiri) posisi pasien
Rinore : Mukus atau serous
Bersin : Jarang – gatal di mata : (-)
Gejala memburuk pada pagi hari o.k. : perubahan suhu udara, lembab – asap
rokok, dll.
9
10. Anamnesis :
- Faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor
- Singkirkan faktor alergi
Pemeriksaan rinoskopi anterior :
- Udem mukosa hidung (khas)
- Konka merah tua/gelap (bedakan dengan rinitis alergi), licin atau tidak rata
- Sekret mukoid (sedikit)
Laboratorium :
- Untuk menyingkirkan rinitis alergi
- Eos. sekret hidung : + / -
- Tes kulit (-)
10
11. Terapi :
Menghindari penyebab
Simptomatis :
- Dekongestan oral – diatermi kauterisasi konka hipertrofi
- Kortikosteroid topikal misal : Budesonid 2 x 100 gr/hari
Operatif : Bila terapi diatas tidak berhasil
11
12. Rinitis Medikamentosa
Gejala:
Hidung tersumbat terus menerus
Pemeriksaan:
Konka oedem – sekret hidung >>
Tes adrenalin oedem tidak berkurang
Diagnosis:
Riwayat pemakaian obat intra nasal yang berlebihan
Terapi:
Stop – pemakaian tetes atau semprot hidung
Kortikosteroid
Dekongestan oral (Pseudoephedrin)
12
13. Rinosinusitis akut
Etiologi:
Rinitis akut
Faringitis, adenoiditis & tonsilitis
Karies dentis
Gejala Klinik:
Demam, sakit kepala
Ingus kental (bau), dahak (post nasal drip)
Hidung tumpat
Nyeri pada lokasi sinus yang dikenai
Nyeri alih
13
14. Pemeriksaan Klinis :
Pembengkakan :
Pipi & kelopak mata bawah sinusitis maksila
Dahi & kelopak mata atas sinusitis frontal
Rinoskopi anterior :
mukosa konka hiperemis dan oedem
Pus:
meatus media s. Maksila, s. Frontal, s. Etmoid anterior
meatus superior s. Etmoid posterior, s. Sphenoid
Rinoskopi posterior : Post nasal drip
14
15. Pemeriksaan Mikrobiologik :
Kuman aerob : Pneumokokus
Terapi :
Medikamentosa :
Kortikosteroid
Antibiotik (Penicillin) 10-14 hr
Dekongestan lokal/oral
Mukolitik
Anti inflamasi
Anti histamin : < oedem sekret mudah keluar
Analgetik/antipiretik
Pembedahan : Bila terjadi komplikasi (selulitis orbita)
15
18. Patofisiologi:
Obstruksi mekanik KOM
Gejala:
Secret (+) mukopurulen
Berbau busuk
Obstruksi hidung o.k. penebalan mukosa
Tanda:
Tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan di muka
Rhinoskopi anterior: sekret kental (pus) dari meatus medius (khas) atau meatus superior
Rhinoskopi posterior: sekret kental (pus) di nasofaring
18
19. Konservatif: Medikamentosa
Antibiotik broad spectrum 10-14 hr
Kortikosteroid
Dekongestan topikal drainase dan encerkan sekret dari hidung
Anti inflamasi
Anti histamin : < oedem sekret mudah keluar
Analgetik/antipiretik
19
20. Polip Hidung
Terutama pada dewasa, anak jarang.
Etiologi :
Reaksi hipersensitif/alergi hidung yang kronis
Infeksi pada hidung dan sinus paranasal
20
21. Gejala :
Keadaan umum: Hidung tersumbat, semakin memberat
Dapat hiposmia atau anosmia
Sekret : Cair – mucous – purulent.
Dapat menutup ostium sinus paranasal sinusitis keluhan : sakit kepalam
rinore
Bila penyebab alergi keadaan umum : Bersin, iritasi hidung.
21
22. Pemeriksaan :
Rinoskopi anterior
•Massa polip, bertangkai, putih kebiruan
pada meatus/konka media
•Bergerak bebas pada tangkainya.
•Multiple dan bilateral
•Pada yang kronis, punggung hidung
melebar:“Frog Nose” (hidung kodok)
Rinkoskopi posterior
Polip (+) – pada koanal polip
22
23. Terapi :
Ekstraksi polip (polipektomi)
Bila sudah terdapat sinusitis drainase sinus
Sering kambuh bila penyebab alergi perlu terapi
kausal
23
28. Gangguan Pendengaran
CONDUCTIVE HEARING LOSS
Segala gangguan hantaran suara yang terdapat pada telinga luar dan tengah dengan
telinga dalam yang normal (gangguan konduksi suara dari foramen ovale ke arah
luar).
Gangguan konduksi (hantaran suara) contoh :
Cerumen diliang telinga luar
Atresia liang telinga
Mikroti
Otitis media
Baro Trauma
Tuba Catarhalis
28
29. SENSORY HEARING LOSS
Definisi : Segala gangguan atau penyakit yang terdapat pada :
Telinga dalam
Nervus VIII (N. Cochlearis)
Sentral Pendengaran (Cortex Cerebri) dengan telinga tengah dan luar yang normal
Etiologi :
Infeksi ; mis. Parotitis, labirinitis
Intoksikasi obat-obatan ; mis. Kinin, streptomisin, kanamisin
Trauma ; mis. Trauma akustik
Tumor ; mis. Neuroma akustik
Menier’s disease
29
30. MIXED HEARING LOSS
Hantaran suara pada telinga luar dan tengah terganggu serta telinga dalam rusak /tidak
berfungsi
Misalnya :
Otosclerosis tidak hanya stapes tapi juga telinga bagian dalam.
Presbiacusis pada permulaan terjadi SNHL dan akhirnya terjadi Mixed Hearing Loss
Uji Pendengaran
Test berbisik
Pemeriksaan garpu penala :
Garpu penala biasa
Rinne test
Weber test
Schwabach test
Audiometri : suatu pemeriksaan pendengaran dengan memakai alat audiometer
30
34. Audiometer
Suatu alat elektro kaustik yang mampu menghasilkan suara yang memenuhi
syarat sebagai bahan pemeriksaan yaitu :
Frekwensi ( 125 – 8000 Hz )
Intensitas suara yang dapat diukur ( - 10 s/d 110 dB
34
37. Otitis Media Akuta
Radang akut telinga tengah yang biasanya disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas sering
pada anak-anak.
Patogenesis
Gangguan fungsi/oklusi tuba Eustachius
MIKROORGANISME PENYEBAB
Streptococcus pneumoniae
STADIUM :
Stadium permulaan demam, batuk, pilek, telinga sakit
Stadium sekresi :
Sekret tertumpuk di cavum tympani jebol gendang telinga
Permukaan membran tympani merah, capillary injection lalu jadi merah semua
Pada otoskopi : membran dari bentuk kerucut jadi menonjol buldging
Stadium penyembuhan
37
38. DIAGNOSA BANDING : Otitis Eksterna
DIAGNOSA
Riwayat infeksi saluran nafas atas/rhinitis
Demam
Sakit telinga
Perforasi ; membrana tympani pada stadium sekresi
TERAPI
Terapi untuk infeksi saluran nafas atas, nasal dekongestan
Antibiotika
Analgetika, antipiretika
Anti histamin
Jika membran tympani buldging dilakukan miringotomi
Jika membran tympani perforasi diberikan obat tetes telinga
38
39. Otitis Media Supuratif Kronik
Etiopatologi
Lingkungan
Genetik
Otitis media sebelumnya
Infeksi
Infeksi Saluran Nafas Atas
Autoimmun
Alergi
Malfungsi Tuba Eustachius
39
40. Klasifikasi OMSK:
Tipe Tubo-timpani (tanpa kolesteatoma/benigna)
Karakteristik: perforasi pada parstensa
Penyakit tipe ini biasanya tidak berisiko komplikasi seperti sepsis intrakranial
Tipe Atiko-antral (dengan kolesteatoma/maligna)
Tipe ini mengenai pars plaksida dan karakteristik dengan pembentukan “retraction
pocket“, di mana terkumpul keratin untuk membentuk kolesteatoma
Kolesteatoma dibagi atas :
Kongenital (congenital)
Didapat (acquired)
40
41. Diagnosis
Anamnesis
Otoskopi
Kultur sekret/tes sensitivitas
Audiometri
Rontgen Foto: foto polos posisi schuller, CT, MRI
Penatalaksanaan
Prinsip dasar management medik dari OMSK (medikamentosa)
Tetap menjaga telinga bersih (aural toilet)
Tetes telinga, antibiotika
Terapi operatif mastoidektomi
41
43. Otittis Eksterna
Peradangan dari kulit telinga bagian luar
Trias: Gatal, korek, sakit
Melihat bentuk infeksi di liang telinga, penyakit dibagi atas :
Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkulosis)
Otitis Eksterna Difusa
FURUNKULOSIS (OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA)
infeksi Gram positif dari folikel rambut di liang telinga, biasanya disebabkan oleh
stafilokokus aureus
Bisul (boil) terasa sangat sakit, berbatas tegas, pustula, eritematous mengelilingi
rambut di liang telinga bagian luar.
Rasa tidak enak bertambah dengan pergerakan rahang.
43
44. Terapi
Aural toilet yang lembut (gentle cleaning)
Tampon (pack/wick) steroid/antibiotik atau gliserin (tradisionil dengan
ikhtamol/ichtamol)
Obat terpilih: flukloksasilin atau sefradin, 500 mg setiap 6 jam atau eritromisin
jika penisilin alergi
analgetika
Bisul tidak pecah dalam 24-48 jam insisi dengan anestesi lokal
Pada kasus yang tidak responsif/infeksi rekuren kultur dan tes sensitivitas,
diabetes melitus ?
44
45. OTITIS EKSTERNA DIFFUSA
Timbul pada udara panas & lembab
“Tropical ear” atau “Singapore ear”
Faktor utama/paling penting trauma lokal (mengorek - ngorek telinga)
Mikroorganisme: Pseudomonas aeruginosa, Basilus piosianius dan Stafilokokus aureus
Otitis Eksterna Diffusa ada 2 stadium:
Stadium Akut
Stadium Kronik
45
46. Stadium Akut
Rasa tidak enak di dan sekitar telinga ; rasa sakit bertambah dengan bergeraknya
rahang
Terapi :
Dibuat hapusan kultur tes sensitivitas
Aural toilet
Dipasang tampon/pack neomisin atau gentamisin dan diganti setiap hari
Penderita tetap menjaga telinga kering dan menghindari mengorek & menggosok telinga
46
47. Stadium Kronik
Iritasi dan telinga berair
Kurang pendengaran
Tidak didapati tenderness
Didapati pus & debris di liang telinga
Terapi:
Aural toilet
Tampon / packing neomisin atau gentamisin atau antiseptik (klioquinol) dan steroid atau sebagai
drop
Atau dioleskan krem antiseptik dan hidrokortison
Tetes telinga seperti soframisin atau gentamisin kombinasi dengan hidrokortison
47
48. OTOMIKOSIS
pada udara panas & lembab
Sering: pada penderita yang mengalami operasi mastoid dan yang memakai alat
bantu mendengar
Aspergilus niger, kandida albikan
Anamnesis:
Rasa gatal keluhan yang sangat menonjol
rasa penuh di telinga atau rasa pekak dengan penumpukan debris basah di liang telinga
Otoskopi: massa putih keabu - abuan, lapisan seperti kertas basah berbintik - bintik
mengisi liang telinga
Diagnosa selalu dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis dari debris atau dengan kultur
Diagnosis dikonfirmasi dengan: pemeriksaan mikroskopis dari
debris atau dengan kultur
48
49. Terapi :
Aural toilet dengan alat pengisap ( suction ) atau
diirigasi jika membran timpani tidak perforasi
Obat antifungal: nistatin
Klotrimazol krem 1% di liang telinga
Larutan Gentian violet
49
50. Perikondritis
Etiologi
Laserasi
Dingin atau terbakar
Aspirasi atau insisi hematoma daun telinga
Infeksi superfisial dari Meatus Akustikus atau daun telinga
Pemakaian anting-anting pada tulang rawan
Gejala dan Tanda
Daun telinga terasa sakit sekali, panas dan tegang.
Daun telinga bengkak, merah.
Dapat menjadi abses.
Lobulus tidak ikut meradang
50
51. Terapi
Antibiotik broad spektrum
Jika ada sekret hapusan kultur tes sensitivitas
Penyebab : Pseudomonas aeruginosa (gram negatif)
Drug of choice: aminoglikosida
Jika terbentuk abses subperikondrial insisi dan drainase
Komplikasi: Cowlyflower ear
51
54. Most common vestibular syndromes
- Benign Paroxysmal Positioning Vertigo/BPPV
attacks, 10 – 60 secs, by change of head relative to gravity, nystagmus
- Motion sickness
continuous, hours to days, by boat/car/airplane, incorrect perception of gravity vector
- Phobic postural vertigo / visual vertigo / anxiety / psychogenic vertigo
subjective, fluctuating instability, fear to fall and vegetative symptoms, hours,
induced by crowds, visual stimulation, improves by alcohol, avoidance behaviour,
secundary to vestibular deficits ?
- Vestibular migraine
attacks, minutes to hours, often also migraneous symptoms, postural imbalance,
sometimes oculomotor deficits and/or spontaneous or positioning nystagmus
-Meniere’s disease
attacks, hours, spontaneous, fluctuating hearing loss, tinnitus or fullness
54
55. - Vestibular neuritis
1 attack acute vertigo / nausea/ oscillopsia, days, HSV-I, harmonie vestibulaire + HI
- Bilateral vestibulopathy (due to intoxication, MD, meningitis, encephalitis)
unsteadiness in dark or on uneven ground, oscillopsia during walking and head turning
- Vestibular paroxysms
attacks, secs, spontaneous
- Central vestibular vertigo
continuous, abnormal oculo-motor function
- Fistula – superior canal dehiscence syndrome
attacks, secs, sound or pressure induced
- Unknown vestibular syndromes
55
58. Pemeriksaan Adenoid :
Rhinoscopy posterior
Pakai spekulum suruh pasien bilang “i” berulang-ulang lihat palatum mole!
Jika palatum mole tidak bergerak berarti (+)
Raba mulut dengan tangan dari belakang penderita hingga teraba adenoid
Foto soft tissue lateral
58
60. RADANG AKUT FARING DAN TONSIL
Terdiri dari :
Faringitis akut
Tonsilitis akut
ETIOLOGI
Streptococcus β-haemoliticus
GEJALA KLINIS
Hiperpireksia (sampai 400 C) bakteri ; demam sub febris virus
Lesu dan arthralgia
Odinofagi
Anorexia
Otalgia nyeri sampai ke telinga melalui “Arnold nerve”
Referred pain melalui N. IX (Glossopharyngeus)
60
61. PEMERIKSAAN
Faring hiperemis
Tonsil membengkak dan hiperemis
Detritus berbentuk folikel, lakuna, membrana/beslah” kuman
Glandula sub mandibula membengkak
Nyeri tekan terutama pada anak-anak
TERAPI
Antimikroba bila kuman penyebabnya
Antipiretik
Obat kumur/hirup yang mengandung desinfektan
KOMPLIKASI
Pada anak-anak Otitis Media Akuta
Pada tonsilitis akut : abses peritonsil
61
63. Tonsilitis Membranosa
ETIOLOGI DAN IMUNITAS
Etiologi : Corynebacterium diphteriae (gram positif)
GAMBARAN KLINIS
Dibagi 3 golongan :
Gejala Umum = Penyakit infeksi lainnya
Demam subfebris
Nyeri kepala
Anorexia
Malaise
Nadi lambat
63
64. Gejala Lokal
Odinofagi
Pada pemeriksaan dijumpai :
pembengkakan tonsil bercak putih kotor meluas dan bersatu membentuk
pseudomembran (membran semu/pseudomembran, lengket)
membran meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, bronkhus
Gejala Akibat Eksotoksin
Timbul pada jantung (myokarditis), saraf kranial (lumpuh otot pernafasan) dan
ginjal
Bullneck (leher bengkak)
64
65. PENATALAKSANAAN/TERAPI
Penyakit ini menular isolasi
Istirahat di tempat tidur 2-3 minggu
Pengawasan harus cermat cegah timbul komplikasi
ADS dosis 20.000-100.000 unit, tergantung umur, berat dan lama penyakit
Antimikroba : eritromisin atau penisilin selama 14 hari
Kortikosteroid untuk bullneck
Simptomatis
65
66. Tonsilitis Septik
ETIOLOGI
Streptococcus β-haemoliticus dalam susu sapi dapat timbul epidemi
GEJALA
Demam tinggi 39-410C dan timbul mendadak
Odinofagi
Arthralgia
Malaise
Nyeri kepala yang hebat
Mual dan muntah
66
67. PEMERIKSAAN
Mukosa faring dan tonsil hiperemis
Bercak putih keabuan
Edema sampai uvula
Mulut bau (foetor ex ore)
TERAPI
Terapi pencegahan dicari penyebab terjadinya epidemi
Terapi kausal diberikan serum streptococcus β-haemoliticus dan antimikroba
Terapi simptomatik
67
69. GEJALA DAN TANDA
Dijumpai jaringan ikat ikat pada tonsil tonsil bisa membesar atau mengecil
Permukaan tidak rata, Kriptus melebar dan terisi detritus, Tonsil lengket
Bila dipencet keluar eterprop (seperti butiran nasi berisi nanah & kuman)
Pasien mengeluh seperti ada yang menghalangi/rasa mengganjal di tenggorokan,
Tenggorokan terasa kering dan gatal
Pernafasan berbau, Kelenjar regional membesar
Tidak dijumpai demam
TERAPI
Lokal : higiene mulut obat kumur/hisap
Radikal : operasi tonsilectomy setelah 2 minggu infeksi akut hilang
69
70. Kelainan-kelainan LARING
Kelainan Kongenital
1. LARINGOMALACIA
Paling sering ditemukan
Stadium Awal : epiglottis lemah
Gejala Awal : Stridor oleh karena lemahnya rangka laring
Tanda sumbatan jalan nafas : retraksi suprasternal, epigastrium, interkostal dan
supraklavikular.
Bila sumbatan berat Intubasi Endotrachea
Tidak boleh dilakukan Tracheostomy oleh karena sering disertai Tracheomalacia.
70
73. Peradangan laring
1. LARINGITIS AKUT
Umumnya kelanjutan dari rinofaringitis (common cold).
Dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas terutama pada anak-anak.
Etiologi :
Bakteri peradangan lokal
Virus peradangan sistemik
73
74. Gejala dan Tanda :
Demam, Malaise
Suara parau sampai afonia
Nyeri ketika menelan atau berbicara
Sumbatan laring
Batuk kering, bisa disertai dahak kental
Pada pemeriksaan : mukosa laring hiperemis, membengkak pada supra dan subglotik, Tanda
radang akut di hidung atau sinus paranasal.
Terapi :
Istirahat bicara/bersuara 2-3 hari, Menghirup udara lembab, Menghindari iritan seperti rokok,
makanan pedas atau minum es.
Antimikroba bila radang berasal dari paru.
Trakeostomi/Endotracehal Tube bila terjadi sumbatan laring.
74
75. 2. LARINGITIS KRONIS
Etiologi : Sinusitis kronis, bronkitis kronis, penyalahgunaan suara (Vocal abuse)
seperti biasa bersuara keras atau berteriak
Gejala :
Suara parau menetap
Rasa tersangkut di tenggorok pasien mendehem tanpa sekret oleh karena
mukosa menebal
Pada pemeriksaan: mukosa menebal, tidak rata, hiperemis
Terapi :
Pengobatan peradangan di hidung, faring serta bronkhus yang menjadi penyebab.
Vocal Rest (pasien tidak banyak berbicara)
75
76. 3. CROUP
= Infeksi laring berkembang cepat stridor & obstruksi jalan nafas.
Dapat terjadi pada semua usia namun terutama menyerang pada anak usia < 6 tahun.
Gambaran Klinis dibagi atas :
Supraglotitis
Laringotrakeobronkitis (Infraglotitis)
Penatalaksanaan Croup
Hidrasi yang adekuat, Pemberian udara dingin dan lembab (uap air berpartikel kecil)
Antibiotik, Kortikosteroid dosis tinggi
Bantuan Pernafasan bila kemunduran tetap terjadi setelah diterapi, Pengawasan secara terus
menerus
Intubasi hidung, bila anak kolaps respirator dan trakeotomi bila diperlukan
Croup umumnya sembuh dalam 48-72 jam ekstubasi
76
77. Supraglotitis Infraglotitis (Laringotrakeobronkitis)
3-6 thn < 3 thn
Awitan dalam beberapa jam Awitan dalam beberapa hari
Suara jernih Serak
Disfagia -
Mengiler -
Posisi duduk, mulut terbuka, dagu mengarah
kedepan
Berbaring
Jarang kambuh Dapat kambuh
Perjalanan cepat Beberapa hari – minggu
Radiogram lateral edema supraglotis Foto leher normal
Etiologi :
Haemophilus Influenzae, Streptococcus
viridans, jarang oleh virus
Etiologi :
Virus
77
78. Laringitis Tuberculosis
Infeksi sekunder TBC paru
Gejala Klinis :
Tergantung stadium
Rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring
Suara parau berlangsung berminggu-minggu, sedangkan pada stadium lanjut dapat
timbul afonia.
Hemoptisis
Nyeri waktu menelan yang hebat dibanding radang lainnya khas
Keadaan umum buruk
Proses aktif pada pemeriksaan paru (klinis dan radiologik) stadium
eksudatif/pembentukan kaverne.
78
79. Diagnosa berdasarkan :
Anamnesis
Gejala dan pemeriksaan klinis
Laboratorium
Foto Toraks
Laringoskopi direct/indirect
Pemeriksaan PA
Terapi :
Obat anti TBC primer dan sekunder
Vocal Rest
79
80. Nodule pita suara ( vocal nodule )
Etiologi : Vocal abuse jangka lama pada guru, penyanyi, dsb, disebut juga Singers node
Gejala :
Suara parau
Terkadang disertai batuk
Pada pemeriksaan : nodul pita suara sebesar kacang hijau, warna keputihan di 1/3 anterior atau
tengah pita suara.
Bila nodul bilateral simetris
Diagnosa :
Pemeriksaan laringoskopi direk/indirek
Terapi :
Laryngeal microsurgery (Bedah mikro Laring)
80
81. Karsinoma Nasofaring
Etiologi
Etiologi pasti : ??? belum diketahui
Multifaktor, seperti :
Virus Epstein-Barr
Faktor genetik
Zat karsinogenik
Gejala klinis
Gejala Dini
a. Gejala telinga (dinding lateral)
Penyumbatan muara tuba telinga
rasa penuh, berdenging, gangguan pendengaran.
b. Gejala hidung (dinding posterior+anterior)
Pilek berulang dengan ingus bercampur darah.
Sumbatan hidung
81
82. Gejala Lanjut
a. Pembesaran kelenjar getah bening leher
b. Akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar
b.1. Perluasan keatas
Disebut penjalaran petrosfenoid
Melalui foramen laserum
Mengenai grup saraf anterior (n. II s/d n. VI)
Tersering mengenai n. VI dengan keluhan diplopia
b.2. Perluasan ke belakang
Disebut penjalaran retroparotidian
Mengenai grup saraf posterior (n. VII s/d n. XII)
82
83. Gejala akibat Metastase Lanjut
Limfogen atau hematogen.
Tersering :
- Tulang, terutama femur
- Hepar.
- Paru.
Stadium
T1 : Terbatas pada nasofaring
T2 : Meluas ke orofaring dan atau fosa nasal
T2a : Tanpa perluasan ke parafaring
T2b : Dengan perluasan ke parafaring
T3 : Invasi ke struktur tulang dan sinus
T4 : Meluas ke intrakranial dan atau mengenai saraf otak, fossa infratemporal,
hipofaring atau orbita
83
84. N0 : tidak ada pembesaran kelenjar limfe regional
N1 : ada pembesaran kelenjar ipsilateral < 6 cm
N2 : ada pembesaran kelenjar bilateral < 6 cm
N3 : ada pembesaran kelenjar > 6 cm atau ekstensi ke supraklavikular.
M0 : tidak ada metastase jauh
M1 : ada metastase jauh
Berdasarkan TNM diatas :
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium IIA : T2a N0 M0
Stadium IIB : T1N1M0, T2aN1M0, T2bN0-1M0
Stadium III : T1-2N2M0, T3N0-2M0
Stadium IVA : T4N0-2M0
Stadium IVB : Tiap T N3 M0
Stadium IVC : Tiap T, Tiap N, M1
Stadium dini : Stadium I
Stadium lanjut : Stadium II,III,IV
84
86. JUVENILE NASOFARING ANGIOFIBROMA
Etiologi
Diduga faktor ketidakseimbangan hormonalHistopatologi
Terdiri dari : Angioma + Fibroma
Histopatologi : Benigna
Klinis : Maligna
Pemeriksaan Klinis
•Rinoskopi Anterior Massa merah muda
•Rinoskopi Posterior
•Abu-abu sampai merah muda
•Usia muda : merah muda
•Lebih tua : kebiruan karena lebih banyak komponen fibromanya
86
87. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi konvensional tanda “Holman miller” yaitu pendorongan prosesus
pterigoideus ke belakang sehingga fisura pterigopalatina melebar
CT Scan Melihat perluasan tumor dan destruksi tulang sekitarnya
MRI
Arteriografi : melihat vaskularisasi tumor, biasanya dari cabang arteri maksila
interna
Derajat (Stadium) berdasarkan CT Scan : Chandler
I Tumor terbatas di Nasofaring
II Meluas ke kavum nasi/ sinus sfenoid
III Kedalam antrum, etmoid, fossa pterigomaksila, fossa infratemporal, orbita dan
pipi
IV Tumor meluas ke intra kranial
87