Spondilitis tuberkulosis merupakan infeksi tulang belakang yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada kasus ini, pasien wanita berusia 27 tahun mengeluh nyeri tulang belakang dan benjolan di punggung. Pemeriksaan menemukan spondilitis deformans yang diduga tuberkulosis berdasarkan hasil MRI dan diagnosa akhir adalah spondilitis tuberkulosis pasca operasi.
2. PENDAHULUAN
Sampai saat ini, Indonesia merupakan negara dengan
pasien TB terbanyak ke-3 di dunia setelah India dan Cina.
Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10%
dari total jumlah pasien TB di dunia.
Diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru tuberkulosis per
tahun, sebagian besar berada dalam usia produktif (15-55
tahun), dengan tingkat sosioekonomi dan pendidikan yang
rendah.
Pada tahun 2005, World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa jumlah kasus TB baru terbesar
terdapat di Asia Tenggara (34% insiden TB secara global)
termasuk Indonesia.
3. Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang
belakang adalah peradangan granulomatosa yang
bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium
Tuberculosis.
Pada 1779, Percivall Pott, yang memberi nama
penyakit ini, menyajikan deskripsi klasik dari
tuberkulosis tulang belakang bahwa terdapat
hubungan antara penyakit ini dengan deformitas
tulang belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini
disebut juga sebagai penyakit Pott.
Tuberkulosis Ekstra Paru (TBEP) hampir 10%
mengenai muskuloskeletal dan 50% mempunyai lesi
di vertebra dengan disertai defisit neurologis pada
10–45% penderita.
7. Nama : Ny. WM
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Simpang Keramat, Aceh Utara
CM : 1.06.12.92
Tgl Masuk : 15 Agustus 2015
Identitas Pasien
8. Keluhan Utama : Nyeri tulang belakang
Anamnesis
Keluhan tambahan : Benjolan di tulang belakang
9. Pasien datang dengan keluhan nyeri tulang belakang yang sudah
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu yang kemudian semakin memberat
sejak 2 minggu terakhir. Keluhan bertambah berat apabila pasien
melakukan aktivitas berat, bahkan berdiri dan berjalan keluhan pasien
bertambah berat. Keluhan ini disebabkan oleh adanya benjolan
sebesar telur ayam di punggung. Benjolan tersebut sudah tumbuh
sejak 2 bulan yang lalu. Benjolan tersebut terasa sangat nyeri dan juga
terasa perih sehingga menyebabkan pasien sulit untuk berbaring.
Benjolan tersebut semakin lama semakin besar dan semakin
bertambah nyeri dan pasien hanya beristirahat untuk mengurangi
keluhan. Pasien juga sulit berjalan dan harus membungkuk agar nyeri
berkurang. Pasien juga merasa semakin lama berat badan semakin
turun. Berat badan pasien turun 20 kg dalam jangka waktu 2 bulan.
Riwayat batuk lama tidak dikeluhkan pasien. Tapi pasien mengaku
bahwa tetangganya pernah terkena penyakit TB paru 6 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
10. Riwayat Penggunan Obat: Tidak ada
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat trauma (+) 4 tahun yang lalu. Pasien jatuh
dari motor dengan posisi terduduk. Sebelumnya
pasien mengaku pernah berobat ke dokter penyakit
dalam dan hanya mendapatkan beberapa vitamin
tetapi pasien tidak mengingat nama vitamin yang
sudah diberikan. Pasien sudah dioperasi tulang
belakang oleh bedah ortopedi sejak 1 minggu yang
lalu.
11. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti
pasien. TB dalam keluarga disangkal, namun ada
tetangga pasien yang menderita TB Paru
Anamnesis
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Sosial:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
12. Keadaan Umum : Kesan Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 92 kali /menit, regular, isi cukup
Frekuensi Nafas : 20 kali /menit
Suhu Axilla : 36,9 0C
Pemeriksaan Fisik
14. Leher :
Pembesaran KGB (-)
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, pembesaran (-)
Peningkatan TVJ: (-), R 5 - 2 cmH2O
Axilla : Pembesaran KGB (-)
15. Thoraks
Paru-paru : Tampak simetris, sonor (+/+),
vesikuler (+/+),
ronkhi(-/-), wheezing(-/-)
Jantung : BJ I> BJ II, reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), simetris, massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), soepel (+), hepar,
lien dan renal tidak teraba
Perkusi : pekak hati (+), timpani (+)
Auskultasi : peristaltik dalam batas normal
Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), sianosis (-/-)
Inferior : Edema (-/-), sianosis (-/-)
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tulang Belakang : Terdapat luka bekas operasi
16. STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4 M6 V5
Pupil : Isokor, bulat, ukuran 3 mm/3 mm
Reflek Cahaya : Langsung (+/+), tidak langsung
(+/+)
Tanda Rangsang Meningeal (TRM) : Negatif
17. NERVUS CRANIALIS
Kelompok Optik
Fungsi visual (N.II) : dalam batas normal
Fungsi otonom :dalam batas normal
Gerakan okuler (N.III, IV, VI) : dalam batas normal
Kelompok motorik
Fungsi motorik (N.V) : dalam batas normal
Fungsi motorik (N.VII) : dalam batas normal
Fungsi motorik (N. IX) : dalam batas normal
Fungsi motorik (N. XI) : dalam batas normal
Fungsi motorik (N.XII) : dalam batas normal
Fungsi motorik (N X) : dalam batas normal
18. Kelompok sensori khusus
Fungsi Pengecapan (N.V): dalam batas normal
Fungsi Penciuman (N.I): dalam batas normal
Fungsi Pendengaran (N.VIII): dalam batas normal
19. Fungsi Motorik
Gerakan Abnormal : tidak ditemukan
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Motorik Superior Inferior
Pergerakan +/+ +/+
Kekuatan 5555/5555 5555/5555
Tonus N/N normal N/N normal
Atropi -/- -/-
Refleks Fisiologis ++/++ +/+
Refleks Patologis -/- -/-
24. Tatalaksana
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftiaxone1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30%/8 jam
Operatif (laminektomi
dekompresi dan stabilisasi
posterior)
1. Quo ad vitam : dubia ad bonam
2. Quo ad functionam: dubia
3. Quo ad sanactionam: dubia ad bonam
Tatalaksana
Prognosis
26. Gambaran khas spondilitis TB
destruksi 2 atau lebih vertebra
erosi vertebra
kalsifikasi jaringan lunak vertebra
adanya massa paravertebral
pada fase lanjut didapatkan penyempitan diskus
intervertebralis akibat herniasi ke dalam corpus
vertebra yang telah rusak atau destruksi diskus
intervertebralis akibat gangguan nutrisi.
27. Foto Polos Vertebra
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan pada foto polos dan
gambaran yang ditemukan meliputi penyempitan disk space,
pelibatan diskus sentralis dan kolaps corpus anterior.
Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian
anterior korpus vertebra dan osteoporosis regional.
Penyempitan ruang diskus intervertebralis, menunjukkan
terjadinya kerusakan diskus. Pembengkakan jaringan lunak
di sekitar vertebra menimbulkan bayangan fusiform.
Plain radiography kurang sensitif dalam mendiagnosa
Spodilitis TB, bahkan paravertebral abses sangat sulit dilihat
pada foto polos.
28. Foto polos vertebra
Gambaran radiologis
pada foto polos
vertebra posisi lateral
menunjukkan adanya
destruksi pada diskus
intervertebralis (arah
panah biru) pada
spondilitis TB.
29. Foto polos tulang
vertebra orang
dewasa dengan
spondilitis
tuberkulosis yang
menunjukkan erosi
end-plate vertebra
setinggi L3 dan L4.
30. Foto Thorakolumbar
AP: Paravertebral
mass (tanda panah)
yang merupakan
gambaran klasik
dari spondilitis TB.
31. CT Scan
CT Scan efektif mendeteksi kalsifikasi pada abses jaringan lunak.
Dilaporkan 25% dari pasien memperlihatkan gambaran proses infeksi pada
CT Scan yang lebih luas dibandingkan dengan yang terlihat pada foto polos.
CT Scan efektif mendeteksi kalsifikasi pada abses jaringan lunak,
fragmentasi dan paravertebral kalsifikasi.
CT Scan juga dapat menentukan derajat tulang yang terkena dan dapat
menjadi panduan dalam proses biopsyi serta dapat memperlihatkan bagian-
bagian vertebra secara rinci dan melihat kalsifikasi jaringan lunak,
membantu mencari fokus yang lebih kecil, menentukan lokasi biopsi dan
menentukan luas kerusakan.
32. Gambar 1: CT Scan non
kontras vertebra posisi
axial : tampak abses
pada m. Psoas kiri
(lingkaran kuning )
dengan ditengahnya
terdapat kalsifikasi (arah
panah) sebagai
gambaran dari
Spondilitis TB.
Gambar 2: CT Scan
vertebra posisi transaxial
: tampak paravertebral
abses (lingkaran kuning)
yang merupakan tanda
dari spondilitis TB.
1
2
33. MRI
Memiliki kelebihan dalam menggambarkan jaringan lunak
dan aman digunakan.
MRI juga sangat efektif dalam mendeteksi dini spondilitis TB
untuk lesi multipel dibandingkan CT dan pemeriksaan
radiologik konvensional.
Pada spondilitis tuberkulosa akan didapat gambaran dengan
lingkaran inflamasi dibagian luar dan sekuester ditengah
yang hipointens ; tetapi gambaran ini mirip dengan infeksi
piogenik dan neoplasma sehingga tidak spesifik untuk
spondilitis tuberkulosa.
Gambaran lesi pada T1 weighted image adalah hypointense
sedangkan pada T2 weighted image adalah hyperintense.
Lesi juga dapat menjadi lebih jelas dengan injeksi
Gadolinium DTPA intravena.
34. Gambar sagital T1
postcontrast menunjukkan
destruksi dari dua corpus
vertebra yang berdekatan
dengan perluasan ke sumsum
tulang, endplate, dan
menghancurkan diskus
intervertebralis .Perhatikan
adanya kifosis dan kompresi
tulang belakang pada level ini.
35. Modalitas MRI sagital yang
menunjukkan spondilitis
ekstensif pada T8-T10 yang
ditandai dengan adanya
destruksi korpus vertebra dan
diskus intervertebralis. Dan
terdapat paravertebral dan
epidural abses yang terdapat
pada T2 (tapi tidak terlihat).
36. T1W potongan sagital
menunjukkan
penyempitan diskus
intervertebralis pada
L1/2. L1/2 mengalami
hypointense yang
menunjukkan adanya
inflamasi dan edema
(arah panah).
37. Diagnosis Banding
1. Infeksi pyogenik grade rendah (Brucellosis)
Orang dewasa
dengan spondilitis
piogenik akibat
infeksi Stap. Aureus
pada diskus
intervertebralis
L5/S1 yang
memperlihatkan
penyempitan ruang
diskus, erosi
endplate dan
sklerosis
disekitarnya.
38. 2. Trauma (Fraktur Kompresi)
Modalitas MRI:
Tampak fraktur
kompresi L5 yang
tidak melibatkan
diskus
intervertebralis tidak
seperti pada
spondilitis TB.
39. 3. Scheuermann’s disease
Tampak osteolitik pada
L1 bagian inferior, tidak
adanya penipisan korpus
vertebrae dan tidak
terbentuk abses
paraspinal seperti pada
spondilitis TB .
40. Kesimpulan
Tuberkulosis Ekstra Paru (TBEP ) hampir 10% mengenai musculoskeletal,
dan 50% mempunyai lesi di vertebra dengan disertai defisit neurologis
pada 10 – 45 % penderita.
Spondilitis tuberkulosis (potts disease) merupakan infeksi sekunder dari
infeksi TB yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan
penyebaran ke vertebra.
Diagnosis dini dan terapi yang tepat sangat penting untuk meminimalkan
gejala dengan melakukan pemeriksaan klinis dan laboratoris serta
pemeriksaan radiologis, dimana sangat penting untuk membantu
menegakkan diagnosis spondilitis TB.
Prinsip pengobatan adalah mencegah terjadinya deformitas dan
mengurangi gejala nyeri kronis yang ditimbulkan.