2. Penyakit yang terjadi akibat penjalaran lanjutan dari jaringan atau
organ di bawah kulit yang telah terserang penyakit tuberculosis,
misalnya tuberkulosis kelenjar getah bening, tuberculosis tulang
dan keduanya.
DEFINISI
3. Persebaran penyakit
Terutama di Negara – Negara berkembang dan
negara tropis
Penyebarannya dapat terjadi pada musin hujan
dan diakibatkan karena gizi yang kurang dan
sanitasi yang buruk.
Menyerang semua usia tetapi lebih sering terjadi
pada anak – anak dan dewasa muda.
Prevalensinya tinggi pada anak – anak yang
mengonsumsi susu yang telah terkontaminasi
Mycobacterium bovis.
5. Perjalanan penyakit
•Biasanya menular melalui percikan air ludah dan oleh
karenanya awal infeksi skrofuloderma di daerah leher
adalah pada tonsil atau paru
•Jika di ketiak maka kemungkinan awal infeksi pada
apeks pleura
•Jika di lipat paha awal infeksi pada ekstrimitas
bawah.
• Fokus primer didapatkan pada daerah yang aliran getah
beningnya bermuara pada kelenjar getah bening yang
meradang.
• Penyebaran penyakit terjadi secara cepat melalui limfatik
ke kelenjar getah bening dari daerah yang sakit dan
melalui aliran darah
6.
7. Gejala klinis
• Pembesaran kelenjar getah bening.
• Kelenjar getah bening melunak dan membentuk abses
yang akan menembus kulit dan pecah.
• Abses tersebut tidak panas maupun nyeri tekan,
melainkan berfluktuasi (bergerak bila ditekan,
menandakan bahwa isinya cair).
• Fistel meluas hingga mejadi ulkus yang bentuknya
panjang dan tidak teratur, dan di sekitarnya berwarna
merah kebiruan, dindingnya tergaung, jaringan
granulasinya tertutup oleh pus yang purulen, jika
mengering menjadi krusta warna kuning.
8.
9. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan bakteriologik
• Menggunakan bahan berupa pus.
• Pemeriksaan bakteriologik yang dapat dilakukan antara
lain pemeriksaan BTA(Ziehl Neelson), kultur dan PCR.
2. Pemeriksaan Histopatologi
• Pada gambaran histopatologi tampak radang kronik
dan jaringan nekrotik mulai dari lapisan dermis sampai
subkutis tempat ulkus terbentuk. Jaringan yang
mengalami nekrosis kaseosa oleh sel – sel epitel dan
sel – sel Datia Langhan’s.
10. Pemeriksaan…
3. Tes Tuberkulin (Tes Mantoux)
• Diagnosis pasti tuberculosis kutis tidak
dapat ditegakkan berdasarkan tes
tuberculin yang positif karena tes ini hanya
menunjukkan bahwa penderita pernah
terinfeksi tuberculosis tetapi tidak dapat
membedakan apakah infeksi tersebut
masih berlangsung aktif atau telah berlalu.
11. Diagnosis
• Diagnosis pada skrofuloderma dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis dan ditunjang oleh
pemeriksaan histopatologi. Selain itu
dapat juga ditunjang dengan pemeriksaan
bakteriologik.
13. Penatalaksanaan
• Pengobatan tuberkulosis kutis pada prinsipnya sama
dengan pengobatan tuberkulosis paru, yaitu
menggunakan kombinasi beberapa obat dan diberikan
dalam jangka waktu tertentu.
• Sesuai rekomendasi WHO, untuk kasus tuberkulosis
kutis pengobatan yang diberikan dimasukkan dalam
kategori III (2HRZ 6HE, 2HRZ4HR, 2HRZ4H3R3)
14. Pengobatan
• INH 5-10 mg/kgBB/hr max 400 mg/hr
• Etambutol 25 mg/kgBB/hr utk 2 bln pertama
15 mg/kgBB/hr utk bln
selanjutnya
• Inj. Streptomisin 25 mg/kgBB/hr selama 90
hr
15. • Kriteria penyembuhan pada skrofuloderma ialah semua
fistel dan luka telah menutup, seluruh kelenjar getah
bening mengecil (kurang dari 1 cm dan berkonsistensi
keras), dan bekas luka yang semula kemerahan
menjadi tidak kemerahan lagi.
• Jika basah, kompres dengan kalium permanganate
1/50.000. Jika kering diberikan salep antibiotic.
16. • Terapi pembedahan berupa penmgambilan jaringan
dapat dilakukan. Terapi pembedahan pada
skrofuloderma biasanya diindikasikan untuk kasus :
- terapi dengan antituberkulosis gagal
- penderita skrofuloderma disertai penurunan kekebalan
tubuh
- penderita skrofuloderma berulang
- penderita skrofuloderma dengan penyakit yang berat.