Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai gigitan ular, termasuk jenis ular berbisa di Indonesia, gejala dan tanda-tanda gigitan ular, jenis racun ular, dan penanganan awal gigitan ular. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa gigitan ular merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara tropis, menyebutkan beberapa spesies ular berbisa di Indonesia beserta karakteristik racunnya, serta gejala umum
2. Lelitasari
Ibu Rumah Tangga dengan 2 anak
Founder 4Life OHS Services
Trainer & Konsultan Kesehatan Kerja
Pendidiakan :
-S1 Kedokteran Umum UNDIP,Semarang
-S2 Kedokteran Kerja,FK UI,Jakarta
Kursus :
- Training Pelatih P3K Mabes PMI
- Hiperkes
- Ahli K3 Umum
- International Symposium on Biological Monitoring,
Manchester, 2013
- Nanomaterial Exposure Assessment, Profesional
Development Course-
ICOH,Seoul,Korea Selatan,2015
- Nano Safety Workshop, UNITAR, Bangkok, 2015
- Teaching Intervention Crossing Borders Ludwig
Maximilians Universitat Munchen,Germany, 2015
- Update BLS Guidelines AHA 2015, Hongkong 2016
Tentang Saya :
www.4Life.id
3. Gigitan Ular
• Kasus gigitan ular merupakan kasus kedaruratan medis
yang mengancam jiwa
• Merupakan bahaya kesehatan masyarakat yang bisa
dicegah di daerah pedesaaan di negara tropis dan sub
tropis dengan curah hujan dan kelembaban yang tinggi.
• Kasus gigitan ular oleh WHO dikategorikan sebagai
neglected tropical disease-penyakit tropis yang diabaikan.
• Setiap tahun diperkirakan >100.000 kematian karena
kasus gigitan ular, dan mencederai >400.000 orang.
https://www.nature.com/articles/nrdp201763
5. • Kasus gigitan ular dikategorikan
sebagai penyakit akibat kerja dan
lingkungan pada anak muda dan
pekerja agrikultur di negara-negara
Asia Tenggara.
• Sebagian besar kasus gigitan terjadi
di tungkai bawah, pergelangan kaki
dan kaki pekerja
perkebunan/pertanian/kehutanan
7. Pencegahan Gigitan Ular
• Kenali jenis ular yang ada di wilayah anda, habitatnya serta
waktu aktifnya
• Jangan pernah memegang, mengganggu atau menyerang ular
• Jangan menarik perhatian ular dengan memelihara hewan
unggas di dalam rumah
• Jangan menyimpan makanan tanpa penutup karena akan
menarik tikus
• Tidur menggunakan kelambu dengan tempat tidur ditinggikan
• Bersihkan sampah dari lingkungan rumah
• Selalu bawa lampu dan tongkat jika keluar malam hari
• Kenakan sepatu boots berbahan tebal/keras
• Nelayan hindari memegang ular laut yang tertangkap di jala.
8. Berbisa – Tidak Berbisa
Tidak ada petunjuk yang pasti
untuk mengidentifikasi ular berbisa
yang berbahaya.
10. • Kantong racun: kelenjar racun Elapidae
dan Viperidae terletak di belakang mata,
dikelilingi oleh otot-otot kompresor.
• Saluran racun terbuka di dasar taring,
menyalurkan racun ke ujungnya melalui
alur atau kanal.
11. Heat Sensitive Pit Organ
• Pits organ, lubang dengan
membran yang dapat mendeteksi
radiasi infra merah dari tubuh
yang hangat hingga jarak satu
meter
• Pada malam hari, Pits organ
memungkinkan ular untuk
'melihat' gambar pemangsa atau
mangsanya — seperti yang
dilakukan kamera inframerah —
memberi mereka indra ekstra
yang unik.
12. Indonesia
Total 348 spesies ular di
Indonesia
Spesies ular berbisa
- Elapidae 55 spesies
- Viperidae 21 spesies
- Colubridae 1 spesies
14. Elapidae
Spesies yang paling penting secara medis adalah
- Kobra (naja)
- Kraits (Bungarus)
- Death adders
- Taipan
- Black and brown snakes (Acanthophis, Oxyuranus, Pseudechis,
Psudonaja) dan ular laut
17. Bungarus flaviceps-Krait kepala merah-Ular Cabe
Malaysia, Pulau Tioman, Indonesia
(Bangka, Sumatra, Billiton, Borneo)
Neurotoksik
18. Ophiophagus Hannah – Ular Anang – King Kobra
• Ular berbisa terpanjang di dunia, 3,5-5 meter
• Distribusi: Indonesia (Sumatra, Java, Sulawesi,
Borneo, Bangka, Bali, Mentawai Islands, Riau
Islands), Singapore,
Laos, Thailand, Vietnam (Hoa Binh, Yen Bai etc.),
W Malaysia (Pulau Tioman)
• Neurotoksik
19.
20. Naja sputatrix-Kobra Jawa-Ular Sendok
Jawa,Javan Spitting Cobra
Indonesia (Java, Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores, Komodo, Alor,
Lomblen, Sulawesi)
Type locality: Java, Indonesia
Neurotoksik
21. Naja Sumatrana-ular sendok Sumatera-
Sumatran spitting cobra
Malaysia (Peninsula, East Malaysia, Pulau Pangkor, Pulau
Tioman), Thailand, Singapore, Indonesia (Sumatra, Borneo,
Bangka, Belitung), Philippines (Palawan: Calamian Islands
etc.) Type locality: Solok, Sumatra.
Neurotoksik
23. Acanthophis rugosus – Death adder
Indonesia (Irian Jaya), Australia (Northern Territory, Western Australia, NW Queensland)
Type locality: Merauke, Irian Jaya, Indonesia.
Neurotoksik
24. Micropechis ikaheca
• Distribusi: Papua New Guinea,
Batanta, Misool, Jobi, Mios, Num,
Mefoor, Mansinam, Valise, Aru
Islands Indonesia (Irian Jaya)
Type locality: Ddore, Irian Jaya
https://reptile-
database.reptarium.cz/species?genus=Micropec
his&species=ikaheca&search_param=%28%28
common_name%3D%27Trimeresurus%27%29
%28location%3D%27Indonesia%27%29%29
25. Oxyuranus scutellatus
S Papua New Guinea, Indonesia (Irian Jaya),
Australia (New South Wales, Northern Territory, Queensland, Western
Australia)
26. Pseudechis papuanus
S Papua New Guinea, Frederik-Hendrik Island, Yule Island; Sabai Island in Torres Strait; Australia (Saibai and
Boigu Islands)
27. Pseudonaja textilis
• Australia (New South
Wales, Northern Territory,
Queensland, South
Australia, Victoria,
Western Australia), Papua
New Guinea
28. Hydropiidae, elapidae yang hidup di laut
Hydropis curtus-ular laut
Distribusi: Indoaustralian Archipelago, Pacific Ocean (Myanmar (= Burma), Thailand, Indonesia, China, Japan,
New Guinea), Malaysia (Borneo: incl. Sabah, Sarawak)
Ciri khas ekor ular laut pipih karena digunakan untuk membantu berenang. Jenis ular laut di Indonesia ada
banyak.
Tipe bisa: Neurotoksik, Myotoksik (otot), Renal toksisiti (ginjal)
29. Viperidae
Spesies paling penting di Indonesia:
• Russell’s vipers (Daboia)
• Malayan pit viper (Calloselasma)
• Green pit vipers (Trimeresurus)
Tipe bisa:
• Cytotoxic
• Myotoxic
• Hemotoxic-Coagulopathic
31. Ular tanah-Calloselasma rhodostoma
• S Vietnam (Binh Thuan etc.),
Cambodia, Thailand, Laos, W
Malaysia, Indonesia (Java)
• Type locality: Java
https://reptile-
database.reptarium.cz/species?genus=Calloselasma&species
=rhodostoma&search_param=%28%28common_name%3D%
27Calloselasma+rhodostoma%27%29%28location%3D%27In
donesia%27%29%29
32. Trimeresurus puniceus
• Indonesia (Java, Sumatra, Simalur,
Mentawai, Natuna Archipelago)
Type locality: “Java”
https://www.inaturalist.org/observations/108359498
34. Trimeresurus sumatranus
Viper Hijau-Ular Gadung-Ular Beludak
• Distribusi: Indonesia (Borneo, Simalur =
Simeulue, Nias, Mentawi, Sumatra, Bangka,
Billiton = Belitung), W Malaysia, S
Thailand, Singapore [David & Vogel 1996]
Type locality: Sumatra (Indonesia)
• https://reptile-
database.reptarium.cz/species?genus=Trimeresurus&specie
s=sumatranus
35. Colubridae
Sebagian besar spesies keluarga colubridae tidak
berbisa, kecuali Rhapdophis
Distribusi:
S China (Hainan, S Yunnan, Fujian), Vietnam (Hoa
Binh etc), Laos, Thailand, Southern Myanmar,
Cambodia, Indonesia (Sumatra, Java, Sulawesi ?),
West Malaysia, Singapore
Type locality: “Java”
Intermedius: Indonesia (Java); Type locality:
Buitenzorg, now Bogor, West Java Province, Java,
Indonesia.
36. Jenis Venom-Bisa Ular
• Sitotoksin – merusak jaringan dengan cara menghancurkan membran sel
• Neurotoksin – memblok kerja saraf
• Hemotoksin – menyebabkan koagulopati, kondisi dimana darah tidak
bisa membeku karena racun/bisa ular menurunkan jumlah faktor
pembeku darah sehingga meningkatkan risiko perdarahan
• Myotoksin – merusak otot
37. Sitotoksin
• Racun sitotoksik bekerja pada
tingkat molekuler dengan
menghancurkan membran sel
sehingga menghancurkan sel
jaringan demi sel.
• Menyebabkan udema (penumpukan
cairan), lepuh parah, kerusakan sel
dan nekrosis
Jaringan nekrosis akibat gigitan King Kobra
38. Neurotoksin
• Hal paling berbahaya dari bisa
ular jenis neurotoksik adalah
memblokir kerja pengiriman
sinyal saraf sehingga
menyebabkan kelumpuhan otot
pernapasan.
39. Hemotoksin
• adalah bisa ular yang menghancurkan
sel darah merah, mengganggu fungsi
pembekuan darah, dan/atau
menyebabkan degenerasi organ dan
kerusakan jaringan umum.
• Hemotoksin merusak darah juga
merusak jaringan lain.
• Cedera dari agen hemotoksik
seringkali sangat menyakitkan dan
dapat menyebabkan kerusakan
permanen dan dalam kasus yang parah
kematian
40. Sistem Limfatik
Saat menggigit, ular menyuntikkan
bisa di bawah kulit (subkutan) atau
ke dalam otot (BUKAN ke dalam
aliran darah) dan bisanya akan
mengalir ke seluruh tubuh dalam
sistem limfatik.
Satu-satunya cara agar racun bisa
masuk ke aliran darah adalah
dipindahkan dari daerah gigitan
oleh pembuluh limfatik.
43. Kontributor kematian karena gigitan ular
Studi pada 46 kasus gigitan ular di Thailand, 3 spesies yang paling sering menyebabkan kematian Malayan krait
(Bungarus candidus), Malayan pit viper (Calloselasma rhodostoma) dan kobra (Naja species) (Looareesuwan et
al., 1988)
Faktor penyebab kematian:
• Terlambat dibawa ke RS karena berobat ke dukun
• Masalah transportasi
• Masalah anti bisa ular (dosis kurang atau penggunaan SABU monovalent yang tidak sesuai spesiesnya)
• Meninggal dalam perjalanan ke RS
• Kegagalan bantuan napas
• Kegagalan penanganan hipovolemik syok
• Sumbatan jalan napas
• Komplikasi infeksi
44.
45. Gejala Tanda
Lokal
• Pembengkakan local, blistering (lepuh)
dan nekrosis (kerusakan jaringan)
• Nyeri pada area tergigit dan
pembengkakan berat yang memicu
sindrom kompartemen
• Nyeri dengan gerakan pasif
• Hilang denyut nadi perifer dan hipoestesia
(hilang rasa sentuhan) merupakan tanda
sindrom kompartemen
• Pembengkakan kelenjar getah bening
(kelenjar limfe)
Sistemik
• Gangguan pembekuan darah
• Tanda-tanda neurotoksik
• Jantung abnormal
• Gagal ginjal
• Myoglobinuria/rhabdomyolisis
menyeluruh/hemolisis
• Pemeriksaan laboratorium penunjang
untuk mengetahui adanya envenoming
sistemik
46. a. Bengkak dan blister, digigit famili Viperidae di Brasil
b. Bengkak, blister dan ganggren, digigit Malayan Pit
Viper (Calloselasma rhodostoma, famili Viperidae) di
Thailand
c. Perdarahan gusi, tanda khas kegagalan pembekuan
darah karena digigit ular Echis ocellatus, famili
Viperidae di Nigeria
d. Bilateral conjungtival oedema(chemosis)/
pembengkakan kedua konjungtiva mata, digigit
Daboia siamensis, di Myanmar
e dan f Bilateral ptosis (kelumpuhan kedua kelopak
mata atas), digigit Papuan taipans (Oxyuranus
scutellatus, famili Elapidae), di Papua Nugini
g. Nekrosis kulit dan jaringan subkutan parah,
disemprot bisa kobra (Naja nigricollis, famili
Elapidae) di Nigeria
Foto courtesy of D.A.W University of Oxford, UK
Referensi: https://www.nature.com/articles/nrdp201763.pdf
47. Periksa Fisik
• Tanda vital (tekanan darah, denyut nadi,
jumlah pernapasan, temperatur)
• Skor nyeri
Pemeriksaan umum
- Kepala dan leher, lihat ptosis
- Dada (paru dan jantung)
- Perut
- Lengan dan tungkai
Pemeriksaan lokal
• Bekas gigitan
• Perdarahan
• Jaringan nekrotik
• Gelembung air/lepuh
48. Ptosis karena gigitan ular kobra
• Bisa ular tipe neurotoksik terutama akan
memengaruhi sambungan neuromuskular yang
menyebabkan gangguan neurotransmisi,sehingga
mengakibatkan kelumpuhan otot rangka (Harris
2009; Ranawaka 2013)
• Ptosis dan ophthalmoplegia adalah dua masalah di
mata akibat dari keracunan sistemik gigitan ular
neurotoksik
• Ptosis adalah istilah untuk menggambarkan
kelopak mata yang turun, sehingga mata terlihat
mengantuk.
• Ophthalmoplegia adalah kelumpuhan atau
kelemahan otot mata. Kondisi ini dapat
memengaruhi satu atau lebih dari enam otot yang
berfungsi menahan posisi mata pada tempatnya
dan mengendalikan gerakannya.
51. Tidak perlu mengidentifikasi jenis ular.
• Identifikasi jenis ular sulit
dilakukan dan tidak mendesak
untuk dikerjakan
• Jangan menangkap dan
membunuh ular.
• Pengobatan akan dilakukan
sesuai dengan gejala klinis jadi
tidak perlu menangkap ular
untuk memastikan.
52. Pertolongan Pertama
• Terpenting: tenangkan
• Lakukan balutan tekan diatas luka gigitan
• Jika perdarahan cukup banyak tutup luka dan balut
• Lakukan imobilisasi pada seluruh tubuh, khususnya pada anggota gerak yang tergigit (untuk mengurangi
penyebaran bisa ular melalui pembuluh vena dan sistem limfe)
• Lepas cincin, gelang, jam tangan dan semua perhiasan yang mengelilingi anggota gerak yang tergigit
• Tandai area gigitan/batas pembengkakan dengan menulis jam saat itu.
• Evaluasi per 2 jam, beri tanda. Bandingkan ukuran bengkak. Jika 2 jam berikutnya 2x dari 2 jam sebelumnya
maka masuk fase sistemik.
• Segera transportasikan ke fasilitas medis terdekat untuk mendapatkan perawatan selanjutnya
• Upayakan posisi korban pasif tidak bergerak.
• Gunakan tandu
• https://www.nature.com/articles/nrdp201763.pdf
• (WHO)
53.
54.
55. Jangan lakukan!!
Menyayat dan menghisap
dengan mulut
Mengikat erat dengan
torniquet
Membakar bekas gigitan
Mengompres es
Ramuan tradisional
Menunggu muncul gejala
56. Serum Anti Bisa Ular Indonesia
Untuk 3 jenis ular:
- Ular tanah (Angkistrodon rhodostoma)/Calloselasma
rhodostoma
- Ular welang (Bungarus fasciatus)
- Ular kobra (Naja sputatrix)
Bahan aktif:
- 1000 unit antibisa Brown snake (Psedonaja textilis)
- 3000 unit antibisa Tiger snake (Notechis scutatus)
- 6000 unit antibisa Death Adder (Acantophis antarticus)
- 12000 unit antibisa Taipan (Oxyuranus scutellatus)
- 18000 unit antibisa Black snake (Pseudochis australis)
58. Semburan Kobra
• Semburan sejauh 2,5 meter
mentarget mata
• Semburan bisa ular kobra
menyebabkan rasa nyeri parah,
photophobia, dan mata berair.
• Erosi multiple di kornea mata
• Ulser dan keratitis
• Perforasi
• Infeksi sekunder
• Kebutaan
59. Pertolongan Pertama Semburan Kobra
Jika mata terkena semprotan bisa ular kobra, segera guyur dengan air mengalir sebanyak
mungkin hingga semua bisa larut dan terbuang. Jika tidak ada air gunakan cairan yang
netral seperti susu atau NaCl
Lepaskan pakaian dan lakukan dekontaminasi dari ujung kepala hingga kaki untuk
mencegah pajanan ulang bisa kering.
Segera ke RS yang ada dokter Spesialis Mata untuk perawatan lebih lanjut.