SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Fakultas Kedokteran Makassar, 30 Juni 2018
Universitas Muslim Indonesia
LAPORAN PBL FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
MODUL 1
LUKA/TRAUMA
Kelompok 8
11020140009 Aulia Amani
11020150013 Nabilah Biyanti
11020150016 Eka Indah Meivy Puti
11020150053 Risna Sri Wahyuni
11020150058 Muhammad Iqbal Gaffar
11020150059 Nur Zamzam Azizah
11020150094 Herry Gunawan
11020150121 Michaella Almirah Tenrisaju M.
11020150140 Aydilla Lil ‘Annisani
11020150143 Siti Mithmainah Parmani
TUTOR : dr. Zulfiyah Surdam
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga laporan hasil TUTORIAL modul 1 dari kelompok 8 ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada
nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari
alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa
TUTORIAL khususnya kepada beberapa tutor sekaligus pembimbing kami yang
telah membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan
permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah
baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak
yang telah membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun sendiri.
Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca
mengenai Foreensik dan Medikologi.
Makassar, 30 Juni 2018
Kelompok 8
Skenario 1.2
Seorang laki-laki berusia 28 tahun dibawa ke UGD RS diantar oleh polisi
dengan luka pada betis kiri. Menurut keterangan polisi, pasien merupakan anggota
geng motor tersangka pelaku pembegalan yang melarikan diri saat hendak
diinterogasi.
KATA / KALIMAT KUNCI :
– Laki-laki 28 tahun di bawa ke UGD
– Luka pada betis kiri
– Pelaku merupakan anggota geng motor (pelaku pembegalan)
– Pelaku melarikan diri saat akan diinterogasi
PERTANYAAN – PERTANYAAN PENTING
1. Deskripsi luka/trauma yang ditemukan pada pemeriksaan forensik, serta
membuat diagnosis hasil pemeriksaan
2. Patomekanisme terjadinya luka/trauma (anatomi, fisiologi, dan histologi)
tubuh manusia sesuai dengan kondisi luka.
3. Penyebab luka/trauma (Cause of Damage) menggunakan pendekatan
proximus morbus.
4. Karakteristik kemungkinan agen penyebab luka/trauma
5. Penjelasan derajat keparahan luka sesuai dengan hokum yang berlaku
Jawaban Pertanyaan
1. Deskripsi luka/trauma yang ditemukan pada pemeriksaan forensik, serta
membuat diagnosis hasil pemeriksaan
Luka adalah putusnya/ rusaknya kontinuitas jaringan akibat trauma (injury)
atau kekerasan.
Adapun yang perlu diperhatikan pada luka yaitu :
o Jumlah luka
o Jenis luka
o Regio anatomis
o Koordinat luka
o Ukuran luka
o Karakteristik/sifat luka
Dalam menghadapi kasus penembakan khususnya yang berakibat fatal,
penyidik harus dapat memperoleh kejelasan dari permasalahan sebagai berikut :
o Apakah luka yang diperiksa memang benar luka tembak,
o Apakah luka tersebut luka tempak masuk atau luka tembak keluar,
o Termasuk jenis apa senjata yang menyebabkan luka
o Pada jarak berapa penembakan dilakukan,
o Dari arah mana penembakan dilakukan,
o Bagaimana posisi korban dan posisi penembak,
o Apakah penembakan tersebut yang menyebabkan kematian
o Berapa kali korban terkena tembakan
Pada skenario, luka dapat dideskripsikan sebagai berikut :
o Jumlah luka: satu buah
o Jenis luka: luka terbuka
o Regio anatomis: alat gerak bawah, betis sebelah kiri (skenario)
o Koordinat luka : tidak dapat ditentukan karena foto luka berupa foto close up,
sehingga koordinat tidak dapat ditentukan.
o Ukuran luka :
– Panjang luka : 0,9 cm
– Ukuran klem lecet : 0,11 cm
o Karakteristik/sifat luka
– Tebing luka : sulit dilihat
– Dasar luka : suliit dilihat
– Tepi: irregular/tidak rata
– Jembatan jaringan: sulit dilihat
– Klem lecet : (+)
– Klem jelaga: (+)
– Klem lemak: (-)
– Klem tattoo: (-)
Kesimpulan : Satu buah luka tembak masuk jarak dekat pada betis kiriakibat trauma
senjata api.
Selanjutnya identifikasi luka tembak tersebut :
o Luka tersebut termasuk luka tembak masuk, hal tersebut dapat dilihat dari
ciri luka yang memiliki luka lecet.
o Pada luka tembak tersebut terdapat kelim lecet dan kelim jelaga, maka jarak
penembakan diperkirakan ±30 cm
o Sudut penembakan luka adalah :
Sin α =
𝐶𝐷
𝐴𝐵
Sin α =
9 𝑚𝑚
11 𝑚𝑚
Sin α = 0,8
α = 50o
2. Patomekanisme terjadinya luka/trauma (anatomi, fisiologi, dan histologi)
tubuh manusia sesuai dengan kondisi luka.
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan
yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata
api tersebut.
Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan
adalah:
a. Anak peluru
b. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar,
c. Asap atau jelaga
d. Api dan
e. Partikel logam.
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas maka minyak
yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka,
Bila penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan
erat pada tubuh korban maka akan terdapat jejas laras.
Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata yang tidak beralur
(smooth bore), maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu
kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat
menimbulkan kelainan dalam bentuk luka.
Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada tiap peristiwa penembakan akan
menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1. Akibat anak peluru (bullet effect): Luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
 Kecepatan
 Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
 Bentuk dan ukuran peluru, dan
 Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan
menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang
kecepatannya lebih rendah. Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila
peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing bila
terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
dengan jantung dalam fase sistol dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut
disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet
 Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan regang
 Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi
robekan,
 Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur
atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan
sehingga terjadi kelim lecet (abrasion ring),
 Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan
kesegala arah, maka waktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh
akan terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru,
 Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan
yang terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya
elastisitas dari jaringan,
 Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet
yang terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah,
 Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat
diketahui dari perangai kelim lecet,
 Kelim lecet yang paling lebar meurpakan petunjuk bahwa peluru masuk
dari arah tersebut, dengan kata lain kelim lecet yang terlebar
menunjukkan arah masuknya peluru,
 Pada senjata yang dirawat baik, maka pada kelim lecet akan dijumpai
pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat
atau kelim lemak (grease ring; grase mark),
 Bila peluru masuk pada daerah dimana densitasnya rendah, maka bentuk
luka yang terjadi adalah berbentuk bundar; bila jaringan di bawahnya
mempunyai densitas yang besar, misalnya tulang, maka sebagian tenaga
dari peluru yang disertai pula dengan gas yang terbentuk akan memantul
dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang terjadi menjadi
tidak beraturan atau berbentuk bintang,
 Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter
lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan
arah masuknya peluru,
 Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan
robekan dangkan, dan ini disebut “bullet slap” atau “bullet graze”,
 Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk
bersatu dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut “gutter
wound”.
2. Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect), tattoo, stippling.
 Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk
ke dalam kulit,
 Daerah dimana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-
bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan,
 Oleh karena penetrasi butir-butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-
bintik hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar,
 Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar 60 cm,
 “black powder” adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit,
tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, dan kalium sulfid;
sedangkan “smoke less powder”, terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat
yang dicampur dengan karbon dan grafit.
3. Akibat asap (smoke effect) Jelaga
 Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna maka
terbentuk asap atau jelaga,
 Jelaga yang berasal dari “black powder”, komposisinya CO2 (50%),
Nitrogen (35%), CO (10%), Hidrogen-Sulfid (3%), Hidrogen (2%),
serta sedikit Oksigen dan Methane,
 “Smokeless powder” akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedkit,
 Jangkauan jelaga untuk snejata genggam berkisar sekitar 30 cm,
 Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan
kulitm sehingga bila dihapus akan menghilang.
4. Akibat api. Luka bakar
 Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas
yang mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching,
charring),
 Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan
terbakar,
 Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam berkisar 15 cm,
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7
½ cm.
5. Akibat partikel logam (metal effect), fouling.
 Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka
sewaktu peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan
partikel logam sebagai akibat pergesekan tersebut,
 Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau
luka terbuka dangkal kecil-kecil pada tubuh korban,
 Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian
korban.
3. Penyebab luka/trauma (Cause of Damage) menggunakan pendekatan
proximus morbus.
Proximus Morbus Approach (PMA)
Alur analysis pada pembuatan laporan medis korban hidup yang bertujuan
untuk mengungkapkan penyeab terjadinya jejas pada korban hidup.
Penulisan sebabperlukaan/jejas/damage menggunakan pendekan Multiple
Cause of Damage (MCOD). Sehingga dituliskan terlebih dahulu keadaan morbid
yang berhubungan langsung dengan damage (A-1) dan keadaan morbid yang
mendahuluinya/penyebab sebelumnya (A-2,A-3), serta penyebab yang mendasari
(A-4). Selain itu dituliskan pula semua keadaan morbid lain yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan penyebab langsung damage tersebut, namun
memberikan kontribusi terhadap damage dari korban (B-1,B-2,B-3,B-4 dst)
Maka PMA sesuai skenario :
Current Finding
A-1
A-2
A-3
Satu buah luka tembak masuk
pada betis kiri (skenario)
Kerusakan Pembuluh darah
sampai ke otot
Kerusakan jaringan kulit
Trauma senjata api
4. Karakteristik kemungkinan agen penyebab luka/trauma
Senjata api adalah suatu senjata yang dapat menyebabkan perlukaan atau
kematian dimana anak peluru keluar dari senjata oleh karena terbakarnya mesiu.
Untuk menentukan jenis senjata api harus diketahui:
 Jenis anak peluru
 Diameter dan berat anak peluru
 Anak peluru yang ditemuka di cocokkan dengan senjata yang dicurigai
Anatomi Senjata Api
a. Peluru
Ada dua jenis peluru, yaitu peluru penabur atau mimis pada senjata api
berburu dan peluru tunggal.
 Peluru penabur jarang didapati pada korban penembakan masa kini.
 Peluru tunggal yang terbagi beberapa jenis :
1. Peluru timah bulat
2. Peluru timah lonjong
3. Peluru bulat lonjong berselubung tembaga setengah
4. Peluru bulat lonjong berselebung tembaga penuh
5. Peluru khusus (latihan)
b. Kaliber Peluru
Untuk senjata api berburu, kaliber ditentukan dari jumlah peluru bulat
(mimis) yang dapat di buat dari satu pound timah yang besarnya sesuai dengan
diameter laras. Kaliber yang lazim adalah 12, 16 dan 20.
Untuk peluru tunggal, kaliber ditentukan dari penampang atau garis tengah
anak peluru yang dinyatakan dalam inchi atau milimeter. Kaliber 38 berarti
penampang anak peluru berdiameter 0.38 inchi dan ini sama dengan kaliber
9.65 mm (0.38 x 25.4 mm).
c. Mesiu
Hasil pembakaran mesiu akan menimbulkan tekanan gas dalam ruangan
tertutup dalam selonsong yang akan mendorong anak peluru keluar. Mesiu
hitam (black powder) campuran belerang (S) 10 %, arang ( C ) 15 % dan
sendawa (KNO3) 75 %, kalau terbakar banyak mengeluarkan asap. 1 grain =
65 mg menghasilkan gas sebanyak 200-300 mm3.
Mesiu yang mengeluarkan sedikit asap (smokeles powder) terdiri dari
campuran nitrogliserin dan nitrosellulosa. 1 grain campuran ini menghasilkan
gas sebanyak 800-900 mm3.
Mesiu fulminating mercury adalah jenis mesiu yang mudah sekali terbakar
karena gesekan. Oleh karena itu dipakai sebagai pemicu dalam pembakaran di
bagian penggalak.
d. Selonsong
Selonsong peluru adalah tempat mesiu dan anak peluru. Pada bagian
pangkalnya terletak penggalak di mana pembakaran dimulai. Pada senjata api
revolver selongsong tetap tinggal dalam revolving chamber, jadi tidak akan
didapati di TKP penembakan. Tetapi senjata api tunggal lainnya akan keluar
dari magasin tercampak keluar, oleh karena itu biasanya akan didapati di TKP
penembakan.
e. Pegas Pelatuk
Alat penarik pelatuk mempunyai berbagai ukuran trigger pull. Trigger pull
1 kg, berarti diperlukan 1 kg tenaga tarikan katrol anak timbangan. Hair trigger
berarti pelatuk sangat sensitif, dengan tarikan sedikit saja senjata sudah
meletus.
- JENIS SENJATA API
 Berdasarkan Panjang Laras
– Laras Pendek :
1. Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru)
yang berputar ( revolve ) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan
peluru baru pada posisi siap untuk di tembakkan
2. Pistol : dimana pelurunya disimpan dalam sebuah silinder yang
diputar dengan menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis,
peluru disimpan dalam sebuahmagasin, putaran pertama harus
dimasukkan secara manual ke dalam ruangledaknya.
– Laras Panjang : Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak
sampai 3000m, mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata
laras panjang dibagi menjadidua yaitu:
1. Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan
butir- butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan
dirancang untuk memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya,
moncong senapan halus dantidak terdapat rifling.
2. Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri,
mampumelakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai
kapasitas magasinyang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk
peluru senapan dengankekuatan sedang (peluru dengan kekuatan
sedang antara peluru senapanstandard dan peluru pistol)
 Berdasarkan Alur laras
1. Laras beralur ( Rifled bore
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan
dalaml aras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari
diameter anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu,
saat melaluilaras, dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan
ini akan memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi
ujungdepannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran.
Dimana senjata genggamini yang banyak dipergunakan untuk maksud-maksud
kriminal. Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT)
dan arah putaranke kanan (Smith and Wesson).
a. Senjata api dengan alur ke kiri
1) dikenal sebagai senjata tipe COLT
2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban
yaituadanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat
dari basisanak peluru.
b. Senjata api dengan alur ke kanan
1) dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON ( tipe SW )
2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan
0.46
3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban
yaituadanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat
dari bagian basis anak peluru.
2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak
padasatu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.
5. Penjelasan derajat keparahan luka sesuai dengan hukum yang berlaku
a. Luka Ringan Pasal 352KUHP
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan,
dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi
orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya,
atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
b. Luka Sedang. Pasal 351 KUHP
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
c. Luka Berat (pasal 90 KUHP)
Luka berat berarti:
o Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
o Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
o Kehilangan salah satu pancaindera;
o Mendapat cacat berat;
o Menderita sakit lumpuh;
o Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
o Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Daftar Pustaka
1. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Edisi I.Jakarta : Sagung
Seto.2009
2. PS, Indah, dkk. Gunshot Wound.2008
3. Di Maio, V.J.M. 1999.Gunshot Wounds Practical Aspects of
Firearms, Ballistics, and Forensic
4. Techniques. Second Edition. New York : CRC Press.
5. Kitab UUD Hukum Pidana
6. Idries, Abdul Mun’im. Agung Legowo T.2017. Penerapan Ilmu Kedokteran
Forensik dalam Proses Penyidikan. SAgung Seto: Jakarta
7. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Indonesia. Pedoman teknik pemeriksaan dan interpretasi luka dengan
orientasi medikolegal atas kecederaan.Jakarta, 2005.

More Related Content

What's hot

80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebriCornelius Liza
 
Forensik - Traumatologi
Forensik - TraumatologiForensik - Traumatologi
Forensik - TraumatologiEvan Permana
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxAditAditya19
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikAulia Amani
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratAris Rahmanda
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Aulia Amani
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalKharima SD
 
1. perbedaan antara skizoafektif
1. perbedaan antara skizoafektif1. perbedaan antara skizoafektif
1. perbedaan antara skizoafektifAmelia Rahmadiyan
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabilfikri asyura
 
Penyakit Jantung Bawaan (PJB )
Penyakit Jantung Bawaan (PJB )Penyakit Jantung Bawaan (PJB )
Penyakit Jantung Bawaan (PJB )Ferdiansah Umar
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointDwika Marbun
 

What's hot (20)

80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri
 
Forensik - Traumatologi
Forensik - TraumatologiForensik - Traumatologi
Forensik - Traumatologi
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
 
Audiometri
AudiometriAudiometri
Audiometri
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
1. perbedaan antara skizoafektif
1. perbedaan antara skizoafektif1. perbedaan antara skizoafektif
1. perbedaan antara skizoafektif
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Penyakit Jantung Bawaan (PJB )
Penyakit Jantung Bawaan (PJB )Penyakit Jantung Bawaan (PJB )
Penyakit Jantung Bawaan (PJB )
 
Laporan mingguan igd
Laporan mingguan igdLaporan mingguan igd
Laporan mingguan igd
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Tanatologi
TanatologiTanatologi
Tanatologi
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpoint
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 

More from Aulia Amani

Persentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anakPersentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anakAulia Amani
 
Deep Vein Trombosis
Deep Vein TrombosisDeep Vein Trombosis
Deep Vein TrombosisAulia Amani
 
Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)Aulia Amani
 
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarPBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarAulia Amani
 
Modul Gangguan Haid
Modul Gangguan HaidModul Gangguan Haid
Modul Gangguan HaidAulia Amani
 
Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi Aulia Amani
 
Modul 2 BBLR Blok Reproduksi
Modul 2 BBLR Blok ReproduksiModul 2 BBLR Blok Reproduksi
Modul 2 BBLR Blok ReproduksiAulia Amani
 
Modul 2 Produksi Kencing Kurang
Modul 2 Produksi Kencing KurangModul 2 Produksi Kencing Kurang
Modul 2 Produksi Kencing KurangAulia Amani
 
Persentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamPersentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamAulia Amani
 
pbl report smelling
pbl report smellingpbl report smelling
pbl report smellingAulia Amani
 
persentasi laporan PBL Penghidu
persentasi laporan PBL Penghidupersentasi laporan PBL Penghidu
persentasi laporan PBL PenghiduAulia Amani
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisAulia Amani
 
Persentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
Persentasion PBL 1 Modul HemiparesisPersentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
Persentasion PBL 1 Modul HemiparesisAulia Amani
 
Laporan pbl modul Kegemukan
Laporan pbl modul KegemukanLaporan pbl modul Kegemukan
Laporan pbl modul KegemukanAulia Amani
 

More from Aulia Amani (20)

Persentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anakPersentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anak
 
HIV pada Anak
HIV pada AnakHIV pada Anak
HIV pada Anak
 
Deep Vein Trombosis
Deep Vein TrombosisDeep Vein Trombosis
Deep Vein Trombosis
 
Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)
 
PBL Modul Jatuh
PBL Modul JatuhPBL Modul Jatuh
PBL Modul Jatuh
 
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarPBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
 
Modul Gangguan Haid
Modul Gangguan HaidModul Gangguan Haid
Modul Gangguan Haid
 
Modul Demam
Modul DemamModul Demam
Modul Demam
 
Modul SS Mata
Modul SS MataModul SS Mata
Modul SS Mata
 
Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi Modul 2 BBLR Blok reproduksi
Modul 2 BBLR Blok reproduksi
 
Modul 2 BBLR Blok Reproduksi
Modul 2 BBLR Blok ReproduksiModul 2 BBLR Blok Reproduksi
Modul 2 BBLR Blok Reproduksi
 
Modul 2 Produksi Kencing Kurang
Modul 2 Produksi Kencing KurangModul 2 Produksi Kencing Kurang
Modul 2 Produksi Kencing Kurang
 
Persentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamPersentasi Modul Demam
Persentasi Modul Demam
 
Modul Demam
Modul Demam Modul Demam
Modul Demam
 
pbl report smelling
pbl report smellingpbl report smelling
pbl report smelling
 
persentasi laporan PBL Penghidu
persentasi laporan PBL Penghidupersentasi laporan PBL Penghidu
persentasi laporan PBL Penghidu
 
Modul Kulit
Modul Kulit Modul Kulit
Modul Kulit
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
 
Persentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
Persentasion PBL 1 Modul HemiparesisPersentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
Persentasion PBL 1 Modul Hemiparesis
 
Laporan pbl modul Kegemukan
Laporan pbl modul KegemukanLaporan pbl modul Kegemukan
Laporan pbl modul Kegemukan
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

Modul Luka/trauma

  • 1. Fakultas Kedokteran Makassar, 30 Juni 2018 Universitas Muslim Indonesia LAPORAN PBL FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL MODUL 1 LUKA/TRAUMA Kelompok 8 11020140009 Aulia Amani 11020150013 Nabilah Biyanti 11020150016 Eka Indah Meivy Puti 11020150053 Risna Sri Wahyuni 11020150058 Muhammad Iqbal Gaffar 11020150059 Nur Zamzam Azizah 11020150094 Herry Gunawan 11020150121 Michaella Almirah Tenrisaju M. 11020150140 Aydilla Lil ‘Annisani 11020150143 Siti Mithmainah Parmani TUTOR : dr. Zulfiyah Surdam FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2018
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga laporan hasil TUTORIAL modul 1 dari kelompok 8 ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa TUTORIAL khususnya kepada beberapa tutor sekaligus pembimbing kami yang telah membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang telah membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun sendiri. Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca mengenai Foreensik dan Medikologi. Makassar, 30 Juni 2018 Kelompok 8
  • 3. Skenario 1.2 Seorang laki-laki berusia 28 tahun dibawa ke UGD RS diantar oleh polisi dengan luka pada betis kiri. Menurut keterangan polisi, pasien merupakan anggota geng motor tersangka pelaku pembegalan yang melarikan diri saat hendak diinterogasi. KATA / KALIMAT KUNCI : – Laki-laki 28 tahun di bawa ke UGD – Luka pada betis kiri – Pelaku merupakan anggota geng motor (pelaku pembegalan) – Pelaku melarikan diri saat akan diinterogasi PERTANYAAN – PERTANYAAN PENTING 1. Deskripsi luka/trauma yang ditemukan pada pemeriksaan forensik, serta membuat diagnosis hasil pemeriksaan 2. Patomekanisme terjadinya luka/trauma (anatomi, fisiologi, dan histologi) tubuh manusia sesuai dengan kondisi luka. 3. Penyebab luka/trauma (Cause of Damage) menggunakan pendekatan proximus morbus.
  • 4. 4. Karakteristik kemungkinan agen penyebab luka/trauma 5. Penjelasan derajat keparahan luka sesuai dengan hokum yang berlaku Jawaban Pertanyaan 1. Deskripsi luka/trauma yang ditemukan pada pemeriksaan forensik, serta membuat diagnosis hasil pemeriksaan Luka adalah putusnya/ rusaknya kontinuitas jaringan akibat trauma (injury) atau kekerasan. Adapun yang perlu diperhatikan pada luka yaitu : o Jumlah luka o Jenis luka o Regio anatomis o Koordinat luka o Ukuran luka o Karakteristik/sifat luka Dalam menghadapi kasus penembakan khususnya yang berakibat fatal, penyidik harus dapat memperoleh kejelasan dari permasalahan sebagai berikut : o Apakah luka yang diperiksa memang benar luka tembak, o Apakah luka tersebut luka tempak masuk atau luka tembak keluar, o Termasuk jenis apa senjata yang menyebabkan luka o Pada jarak berapa penembakan dilakukan, o Dari arah mana penembakan dilakukan, o Bagaimana posisi korban dan posisi penembak, o Apakah penembakan tersebut yang menyebabkan kematian o Berapa kali korban terkena tembakan Pada skenario, luka dapat dideskripsikan sebagai berikut : o Jumlah luka: satu buah o Jenis luka: luka terbuka o Regio anatomis: alat gerak bawah, betis sebelah kiri (skenario) o Koordinat luka : tidak dapat ditentukan karena foto luka berupa foto close up, sehingga koordinat tidak dapat ditentukan. o Ukuran luka : – Panjang luka : 0,9 cm – Ukuran klem lecet : 0,11 cm o Karakteristik/sifat luka – Tebing luka : sulit dilihat – Dasar luka : suliit dilihat – Tepi: irregular/tidak rata – Jembatan jaringan: sulit dilihat
  • 5. – Klem lecet : (+) – Klem jelaga: (+) – Klem lemak: (-) – Klem tattoo: (-) Kesimpulan : Satu buah luka tembak masuk jarak dekat pada betis kiriakibat trauma senjata api. Selanjutnya identifikasi luka tembak tersebut : o Luka tersebut termasuk luka tembak masuk, hal tersebut dapat dilihat dari ciri luka yang memiliki luka lecet. o Pada luka tembak tersebut terdapat kelim lecet dan kelim jelaga, maka jarak penembakan diperkirakan ±30 cm o Sudut penembakan luka adalah : Sin α = 𝐶𝐷 𝐴𝐵 Sin α = 9 𝑚𝑚 11 𝑚𝑚 Sin α = 0,8 α = 50o
  • 6. 2. Patomekanisme terjadinya luka/trauma (anatomi, fisiologi, dan histologi) tubuh manusia sesuai dengan kondisi luka. Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut. Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan adalah: a. Anak peluru b. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar, c. Asap atau jelaga d. Api dan e. Partikel logam. Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas maka minyak yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka, Bila penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada tubuh korban maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka. Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada tiap peristiwa penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut: 1. Akibat anak peluru (bullet effect): Luka terbuka. Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:  Kecepatan
  • 7.  Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh  Bentuk dan ukuran peluru, dan  Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah. Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar. Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing bila terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam fase sistol dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian. Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet  Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan regang  Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan,  Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim lecet (abrasion ring),  Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan kesegala arah, maka waktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru,  Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas dari jaringan,  Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah,  Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui dari perangai kelim lecet,  Kelim lecet yang paling lebar meurpakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah tersebut, dengan kata lain kelim lecet yang terlebar menunjukkan arah masuknya peluru,  Pada senjata yang dirawat baik, maka pada kelim lecet akan dijumpai pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease ring; grase mark),  Bila peluru masuk pada daerah dimana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang terjadi adalah berbentuk bundar; bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas yang besar, misalnya tulang, maka sebagian tenaga dari peluru yang disertai pula dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang terjadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang,  Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya peluru,
  • 8.  Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan dangkan, dan ini disebut “bullet slap” atau “bullet graze”,  Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut “gutter wound”. 2. Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect), tattoo, stippling.  Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke dalam kulit,  Daerah dimana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik- bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan,  Oleh karena penetrasi butir-butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik- bintik hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar,  Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar 60 cm,  “black powder” adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, dan kalium sulfid; sedangkan “smoke less powder”, terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan grafit. 3. Akibat asap (smoke effect) Jelaga  Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna maka terbentuk asap atau jelaga,  Jelaga yang berasal dari “black powder”, komposisinya CO2 (50%), Nitrogen (35%), CO (10%), Hidrogen-Sulfid (3%), Hidrogen (2%), serta sedikit Oksigen dan Methane,  “Smokeless powder” akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedkit,  Jangkauan jelaga untuk snejata genggam berkisar sekitar 30 cm,  Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulitm sehingga bila dihapus akan menghilang. 4. Akibat api. Luka bakar  Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring),  Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar,  Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam berkisar 15 cm, sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7 ½ cm. 5. Akibat partikel logam (metal effect), fouling.  Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat pergesekan tersebut,
  • 9.  Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka dangkal kecil-kecil pada tubuh korban,  Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban. 3. Penyebab luka/trauma (Cause of Damage) menggunakan pendekatan proximus morbus. Proximus Morbus Approach (PMA) Alur analysis pada pembuatan laporan medis korban hidup yang bertujuan untuk mengungkapkan penyeab terjadinya jejas pada korban hidup. Penulisan sebabperlukaan/jejas/damage menggunakan pendekan Multiple Cause of Damage (MCOD). Sehingga dituliskan terlebih dahulu keadaan morbid yang berhubungan langsung dengan damage (A-1) dan keadaan morbid yang mendahuluinya/penyebab sebelumnya (A-2,A-3), serta penyebab yang mendasari (A-4). Selain itu dituliskan pula semua keadaan morbid lain yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan penyebab langsung damage tersebut, namun memberikan kontribusi terhadap damage dari korban (B-1,B-2,B-3,B-4 dst) Maka PMA sesuai skenario : Current Finding A-1 A-2 A-3 Satu buah luka tembak masuk pada betis kiri (skenario) Kerusakan Pembuluh darah sampai ke otot Kerusakan jaringan kulit Trauma senjata api
  • 10. 4. Karakteristik kemungkinan agen penyebab luka/trauma Senjata api adalah suatu senjata yang dapat menyebabkan perlukaan atau kematian dimana anak peluru keluar dari senjata oleh karena terbakarnya mesiu. Untuk menentukan jenis senjata api harus diketahui:  Jenis anak peluru  Diameter dan berat anak peluru  Anak peluru yang ditemuka di cocokkan dengan senjata yang dicurigai Anatomi Senjata Api a. Peluru Ada dua jenis peluru, yaitu peluru penabur atau mimis pada senjata api berburu dan peluru tunggal.  Peluru penabur jarang didapati pada korban penembakan masa kini.  Peluru tunggal yang terbagi beberapa jenis : 1. Peluru timah bulat 2. Peluru timah lonjong 3. Peluru bulat lonjong berselubung tembaga setengah 4. Peluru bulat lonjong berselebung tembaga penuh 5. Peluru khusus (latihan) b. Kaliber Peluru Untuk senjata api berburu, kaliber ditentukan dari jumlah peluru bulat (mimis) yang dapat di buat dari satu pound timah yang besarnya sesuai dengan diameter laras. Kaliber yang lazim adalah 12, 16 dan 20. Untuk peluru tunggal, kaliber ditentukan dari penampang atau garis tengah anak peluru yang dinyatakan dalam inchi atau milimeter. Kaliber 38 berarti penampang anak peluru berdiameter 0.38 inchi dan ini sama dengan kaliber 9.65 mm (0.38 x 25.4 mm). c. Mesiu Hasil pembakaran mesiu akan menimbulkan tekanan gas dalam ruangan tertutup dalam selonsong yang akan mendorong anak peluru keluar. Mesiu hitam (black powder) campuran belerang (S) 10 %, arang ( C ) 15 % dan sendawa (KNO3) 75 %, kalau terbakar banyak mengeluarkan asap. 1 grain = 65 mg menghasilkan gas sebanyak 200-300 mm3. Mesiu yang mengeluarkan sedikit asap (smokeles powder) terdiri dari campuran nitrogliserin dan nitrosellulosa. 1 grain campuran ini menghasilkan gas sebanyak 800-900 mm3. Mesiu fulminating mercury adalah jenis mesiu yang mudah sekali terbakar karena gesekan. Oleh karena itu dipakai sebagai pemicu dalam pembakaran di bagian penggalak.
  • 11. d. Selonsong Selonsong peluru adalah tempat mesiu dan anak peluru. Pada bagian pangkalnya terletak penggalak di mana pembakaran dimulai. Pada senjata api revolver selongsong tetap tinggal dalam revolving chamber, jadi tidak akan didapati di TKP penembakan. Tetapi senjata api tunggal lainnya akan keluar dari magasin tercampak keluar, oleh karena itu biasanya akan didapati di TKP penembakan. e. Pegas Pelatuk Alat penarik pelatuk mempunyai berbagai ukuran trigger pull. Trigger pull 1 kg, berarti diperlukan 1 kg tenaga tarikan katrol anak timbangan. Hair trigger berarti pelatuk sangat sensitif, dengan tarikan sedikit saja senjata sudah meletus. - JENIS SENJATA API  Berdasarkan Panjang Laras – Laras Pendek : 1. Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang berputar ( revolve ) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi siap untuk di tembakkan 2. Pistol : dimana pelurunya disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan dalam sebuahmagasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual ke dalam ruangledaknya. – Laras Panjang : Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000m, mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadidua yaitu: 1. Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir- butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dantidak terdapat rifling. 2. Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampumelakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasinyang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk
  • 12. peluru senapan dengankekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapanstandard dan peluru pistol)  Berdasarkan Alur laras 1. Laras beralur ( Rifled bore Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalaml aras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melaluilaras, dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujungdepannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Dimana senjata genggamini yang banyak dipergunakan untuk maksud-maksud kriminal. Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah putaranke kanan (Smith and Wesson). a. Senjata api dengan alur ke kiri 1) dikenal sebagai senjata tipe COLT 2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45 3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaituadanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basisanak peluru. b. Senjata api dengan alur ke kanan 1) dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON ( tipe SW ) 2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan 0.46 3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaituadanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari bagian basis anak peluru.
  • 13. 2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore) Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak padasatu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun. 5. Penjelasan derajat keparahan luka sesuai dengan hukum yang berlaku a. Luka Ringan Pasal 352KUHP (1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya. (2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. b. Luka Sedang. Pasal 351 KUHP (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. (3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. (4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. c. Luka Berat (pasal 90 KUHP) Luka berat berarti: o Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut. o Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian; o Kehilangan salah satu pancaindera; o Mendapat cacat berat; o Menderita sakit lumpuh; o Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih; o Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
  • 14. Daftar Pustaka 1. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Edisi I.Jakarta : Sagung Seto.2009 2. PS, Indah, dkk. Gunshot Wound.2008 3. Di Maio, V.J.M. 1999.Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and Forensic 4. Techniques. Second Edition. New York : CRC Press. 5. Kitab UUD Hukum Pidana 6. Idries, Abdul Mun’im. Agung Legowo T.2017. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. SAgung Seto: Jakarta 7. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Indonesia. Pedoman teknik pemeriksaan dan interpretasi luka dengan orientasi medikolegal atas kecederaan.Jakarta, 2005.