2. PENDAHULUAN
• Gangguan orientasi realita adalah
ketidakmampuan klien menilai dan merespon
pada realita.
• Klien tidak dapat membedakan rangsang internal
dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan
dan kenyataan.
• Gangguan orientasi realita disebabkan oleh fungsi
otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan
proses fikir, fungsi persepsi, fungsi memori, fungsi
motorik dan fungsi sosial.
3. HALUSINASI ?
•Adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsang yang menimbulkan atau tidak ada objek (Sunardi,
2005)
•Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon
neurobiological yang maladaptif (Stuart and Sundeen, 1998)
•Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi dimana
terjadi pengalaman panca indra tanpa adanya ransangan
(Cook dan Fotaine, 1987)
2
4. Halusinasi perlu perawatan “Intensif”, karena dapat
berkembang ke berat & kronis serta dpt terjadi resiko
tinggi Perilaku Kekerasan (PK) pd diri sendiri dan orang
lain
Jika indiv. stress berat kemampuan menilai relitas
akan terganggu Halusinasi.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat
disimpukan bahwa halusinasi adalah gangguan
persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem pengindraan.
5. Halusinasi dapat pula terjadi pada :
Gangguan mental organik
Syndroma putus zat
Gangguan tidur.
Halusinasi sering terjadi pada klien dg. diagnosa medis :
Skizophrenia, yang menggambarkan hilangnya kemampuan
menilai realitas
3
6. ETIOLOGI
• Gangguan otak karena keracunan , obat
halusinogen, ganggguan jiwa seperti emosi
tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi,
psikosisi yang dapat yang dapat menimbulkan
halusinasi dan pengaruh sosial budaya
• Sosial budaya yang berbeda dapat
menimbilkan persepsi berbeda
7. Stuart and Sudeen, 1998
HALUSINASI AKUSTIK Pendengaran :
Halusinasi yang seolah- olah mendengar suara, paling
sering suara manusia, dari yg mengejek, mengancam,
bahkan memerintahkan untuk melakukan hal yang
berbahaya.
HALUSINASI VISUAL / OPTIC Penglihatan :
Indiv. melihat orang,binatang, pancaran cahaya, panorama
dll yg menyuruh,mengejek, mentertawakan atau bahkan
penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan.
7
8. HALUSINASI OLFAKTORIC Penghidu :
Halusinasi yang seolah- olah individu mencium bau busuk,
amis atau bau yang menjijikkan seperti darah, urin, feses
bahkan bau mayat ataupun kemenyan (jarang terjadi) atau
bahkan bau – bauan yang enak seperti membau bunga.
HALUSINASI GUSTATORIK Pengecap :
Halusinasi yang seolah-olah mengecap/merasakan
sesuatu dimulutnya, seperti darah, urin, rasa manis,
asam, asin atau pahit.
9. HALUSINASI TAKTIL Perabaan (misal : di kulit):
Halusinasi yang seolah – olah mengalami rasa sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat.
Indiv. merasa ada binatang yg merayap dikulitnya, merasakan
sensasi listrik yang datang dari tanah dll.
Bila rabaan ini merupakan rabaan
rangsangan seksual :
8
10. FASE I : Klien Stress klien melamun & m’fokus pikiran
pd hal yg menyenangkan u/ m’hilang kecemasan. Cara ini
menolong klien dari kecemasan untuk sementara waktu.Pd
fase ini klien masih mampu mengontrol kesadarannya & me
ngenal pikirannya. Secara umum halusinasi merupakan suatu
kesenangan.
Perilaku Klien:
Tersenyum/ tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam
dan berkonsentrasi.
4
11. FASE II : Kecemasan meningkat (cemas sedang- berat), klien
pd tingkat “listening” pd halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol. Gambaran & sensasi halusinasi dpt
berupa ‘bisikan yg tdk jelas’.
Klien merasa takut bila orang lain ikut mendengarkan &
merasa tdk mampu mengontrol halusinasi tersebut.
Klien m’proyeksi seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain atau tempat lain.
Pada fase ini biasanya klien menarik diri dari orang lain.
12. PERILAKU KLIEN PADA FASE II
Terjadi peningkatan
denyut jantung,
penafasan dan tekan
darah
Perhatian dengan
lingkungan berkurang
Konsentrasi terhadap
pengalaman sensorinya
Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas
13. FASE III :
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan
mengontrol. Klien menjadi terbiasa & tdk berdaya pada
Halusinasinya. Halusinasi memberikan kesenangan &
rasa aman yg sementara pd klien. Klien akan merasa kesepian
bila pengalaman halusinasiny berakhir.
Perilaku Klien:
Sulit berhubungan dengan orang lain.
Perhatian dengan lingkungan kurang atau
hanya beberapa detik.
Tidak mampu mengikuti perintah perawat
Tampak tremor dan berkeringat
14. FASE IV :
Klien merasa terpaku & tdk berdaya melepaskan diri dari
halusinasinya. Halusinasi yg menyenangkan Berubah
menjadi sesuatu yg “Mengancam-Memerintah-Memarahi-
Mentertawakan” dan klien tak mampu melepaskan diri
dari halusinasi,klien tak dpt berhub. dg oranga lain, klien
berada pd dunia yg menakutkan dlm beberapa
jam/selamanya, serta dpt Kronis jika tdk dilakukan
Intervensi yg tepat.
Dapat membahayakan diri & Orang lain
RESTI PERILAKU KEKERASAN
PADA DIRI & ORANG LAIN
15. Rentang respon Neurobiologi
Respon adaptif Respon maladaptif
Pikiran logis
Persepsi
akurat
Emosi
konsisten
Perilaku sosial
Hubungan
sosial
Pikiran
terkadang
menyimpang
Ilusi
Emosional
berlebih
Perilaku ganjil
Menarik diri
•Kelainan pikiran
•Halusinasi
•Tidak mampu
mengatur emosi
•Ketidakteraturan
•Isolasi sosial
16. Faktor Predisposisi
Biologis
abnormalitas yang menyebabkan respon
neurobiologi yang adaptif, seperti lesi pada
area frontal maupun temporal
Psikologis
halusinasi terjadi karena adanya isi alam tidak
sadar yang masuk ke alam sadar sebagai
respon terhadap konflik psikologis
Sosial Budaya
9
17. Gangg. Tukem gangg. hub. interpersonal Cemas.
Beberapa faktor di masyarakat menyebabkan
seseorang merasa terisolasi kesepian kurangnya
stimulus dari external Halusinasi.
FAKTOR PRESIPITASI
1. Lingkungan yang tidak terapeutik
2. Stress yang extrem
Stress yg tinggi mengganggu sistem metabolisme,
keluar zat yg bersifat “ Halusinogen”
Hub. interpersonal yg tdk harmonis , dan
bertentangan stress dan kecemasan.
Meningkatkan cemas yg disertai dg
koping yang tidak efektif Halusinasi.
18. PERILAKU HALUSINASI
Respon klien tdhp halusinasi berupa :
1. Curiga
2. Ketakutan
3. Gelisah, bingung
4. Perilaku merusak diri
5. Kurang perhatian
6. Tidak mampu mengambil keputusan
7. Inkoheren, bicara sendiri dll.
20. Tujuan utama pada keperawatan Halusinasi :
Mampu mengontrol halusinasinya
Meningkatkan hub. interpersonal
Meningkatkan harga diri klien.
PRINSIPASKEP KLIEN HALUSINASI :
•Melakukan validasi thd. persepsi klien Terima persepsi
klien & kemukakan persepsi perawat ( real untuk klien &
tidak real untuk perawat)
•Menghadirkan realitas Dimulai dari diri klien, orang
lain dan lingkungan
•Menurunkan kecemasan
•Melindungi klien & orang lain dari bahaya halusinasi
•Meningkatkan sistem pendukung (Kelg.) .
21. I N T R V E N S I
Bantu klien mengenal halusinasinya :
Bina hubungan saling percaya
Identifikasi : kapan ?, bagaimana situasi ?, frekwensi ?
apa isi halisinasinya ?, apa sifatnya ?
Bersama klien mengontrol halusinasinya klien melapor
perawat jika halusinasi muncul. Perawat mengklarifikasi
halusinasinya.
Meningkatkan kontak Realitas :
Awasi tanda halusinasi, diskusikan hasil observ. halusinasi.
Hadirkan realitas sering & singkat, bicara pd topik nyata.
Dorong klien u/ berespon thd rangsang external
Berikan aktifitas yg disenangi klien
Buat jadwal aktifitas untuk menghindarkan kesendirian.
22. Menurunkan kecemasan klien :
Temani klien bila klien merasa ketakutan
Terima klien dg hangat & empati
Terima pengalaman halusinasi klien tanpa mendukung,
menyalahkan atau mendebat halusinasi klien.
Cegah klien dari menarik diri
Tidak memojokkan secara verbal maupun non verbal .