SlideShare a Scribd company logo
1 of 130
UPDATE MANAJEMEN
SNAKEBITE
Dr.dr.Tri Maharani Msi SpEM (K) toxino
BIODIVERSITY OF INDONESIAN SNAKE
Sundaland
Wallacea
Papua New
Guinea
Snakebites data
 Data : 135.000/year incidence
 mortality over 10%incidence (50-100 ITS data )
 Cases report in ITS : 500-1000 cases
Pengertian tentang Ular
Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang,
dan seluruh tubuh tertutup oleh lapisan kitin yang berbentuk
sisik-sisik
Pengertian tentang Ular (lanjutan…)
 Ular tidak mempunyai daun telinga dan gendang telinga sehingga tidak ada keistimewaan pada
ketajaman indera mata maupun telinga
 Mata ular selalu terbuka dan dilapisi selaput tipis, sehingga mudah melihat gerakan sekelilingnya tapi
tidak dapat memfokuskan pandangannya. Ular baru dapat melihat dengan jelas dalam jarak dekat
Pengertian tentang Ular (lanjutan…)
 Indera yang menjadi andalan ular adalah sisik pada perutnya
yang dapat menangkap getaran langkah manusia dan binatang
lainnya
Pengertian tentang Ular
(lanjutan)
 Gerakan ular lamban, rata-rata ular bergerak sekitar 1.6 km/jam. Jenis
tercepat adalah ular mamba di Afrika yang bisa lari dengan kecepatan 11
km/jam, sedangkan manusia sebagai perbandingan dapat berlari antara
16-24 km/jam
 Lubang yang terdapat antara mata dan mulut ular dapat berfungsi sebagai
thermosensorik (sensor panas).
 Organ ini biasa disebut ceruk atau organ jacobson, ular juga dapat
mengetahui perubahan suhu karena kedatangan makhluk lainnya,
contohnya ular tanah yang memilki ceruk peka sekali
Tempat tinggal Ular
Habitatnya:
 Hutan
 Sungai
 Rawa-rawa
 Sawah
 Ladang
 Kebun
 Rumah
Berdasarkan Aktivitasnya
 Diurnal  Nocturnal
Menghindari (gigitan) Ular
Di Alam:
 Mengenakan perlengkapan lapangan (baju, celana, topi,
sepatu)
 Jangan berjalan sendirian di hutan
 Bekerja dengan hati-hati di habitat yang diperkirakan
menjadi sarang ular (semak belukar, tumpukan
batu/kayu, serasah tebal, lubang di tanah atau pohon)
 Jangan mengusik ular yang sedang tidur/posisi diam
 Ketika bertemu ular yang siap menyerang, jangan
lari/panik. Diam dan mundur secara perlahan-lahan
 Persiapkan penerangan ketika berangkat ke hutan
Menghindari (gigitan) Ular
Di sekitar tempat tinggal:
 Membersihkan kawasan rumah/tempat tinggal dari tumpukan
kayu/batu dan bahan organik lainnya yang dapat dimanfaatkan
oleh ular/mangsa ular sebagai tempat sembunyi
 Memangkas tanaman yang pertumbuhannya menjorok ke arah
rumah (lubang ventilasi/jendela)
 Menutup bagian bawah pintu (bila ada celah) dengan
kayu/bahan lainnya, sehingga ular tidak dapat masuk melalui
celah di bawah pintu
 Menutup lubang-lubang yang berpotensi untuk ular masuk
dalam rumah
SNAKE FAMILIES AND GENERAL VENOM EFFECTS
Venomous Snake
families
Elapidae
Hydrophiidae
Viperidae
Colubridae
Cytotoxic
Myotoxic
Coagulopathic
Neurotoxic
(bungarus sp),calliophis
+cytotoxic in cobra & king cobra
+ coagulopathy in Australasian
elapids
Coagulopathic
Neurotoxin
Myotoxic
Renal toxicity
INDONESIA
Total snake species : 350
Venomous snake species:
Elapidae: 55
Viperidae: 21
Colubridae: 1
SEA KRAIT AND SEA SNAKES
Sea krait
Laticauda colubrina
Beaked sea snakes
Hydrophis schistosa
Spine-bellied sea snake
Hydrophis curtus
Berbisa
Tidak Berbisa
NON VENOMOUS
V APERTUM DAN
VULNUS ABRASIO
VENOMOUS
VULNUS ICTUM
First aid
TREATMENT (1)
Keep the Airway Breathing and Circulation stable
• Airway
• 02 Non Re-Breathing Mask 12 lpm
• Laryngeal Mask Airway and Endotracheal Tube (if needed)
• Suction if gargling (+), Head tilt and chin lift if snoring (+)
• Breathing
• Evaluate the respiratory rate
• Circulation
• Make iv access, give Normal Saline 0.9% (don’t forget to take some blood for laboratory checking)
• Blood pressure
• Pulse
• Oxygen saturation by using pulse oxymetri
• Blood or Fresh Frozen Plasma as indicated
TREATMENT (2)
• fase local and sistemik
• Lokal:
• 1.imobilisasi: dengan spalk saja (ular tidak diketahui jenisnya atau selain neurotoxin dan
daboia sp
• Jika neurotoxin efek venomnya maka PBI (pressure bandage immobilisation)
• Jika jenis daboia :pads pressure immobilization
JIKA FASE SISTEMIK ATAU FASE LOKAL
PROGRESIF
 1.menentukan species
 2.menentukan antibisa (sabu) sesuai species
26
Monovalent Polyvalent
Snake Antivenom
ALLPPT Layout Clean Text Slide
for your Presentation. ALLPPT
Layout Clean Text Slide for your
Presentation.
“You can simply impress your audience and add a
unique zing and appeal to your Presentations. Get
a modern PowerPoint Presentation that is
beautifully designed. I hope and I believe that this
Template will your Time, Money and Reputation.
TREATMENT (3)
 Anticholinesterase drugs
 Especially for neurotoxin envenoming
 Should give atropine before giving the drugs to prevent physostigmine intoxication.
 Physostigmine dose
 Adult (>12 yo) : 0,5-2,5 mgevery 1-3 hours up to 10 mg/24hours
 Children ≤ 12 yo : 0.01 mg-0,04/kg
 Should be given slowly 3-5 minutes by IV /IV/SC repeat 2-4 hours
 Atropin inj bradikardia
Venom oftalmia
You can simply impress your
audience and add a unique
zing and appeal to your
Presentations.
Contents Here
You can simply impress your
audience and add a unique
zing and appeal to your
Presentations.
Contents Here
SIMPLE POWERPOINT
REAGENT DEVELOPMENT
You can simply impress your
audience and add a unique
zing and appeal to your
Presentations.
Contents Here
You can simply impress your
audience and add a unique
zing and appeal to your
Presentations.
Contents Here
0
500
2019 2020
Chart Title
parangtritis mlandingan banyuputih samas cilacap
krakal kukup indrayanti drini sepanjang
nguyahan ngandong sundak sadranan gesing
42-45 degC
cubozoa
• Box jellyfish
Management
•Life threatening cardiac/respiratory
decompensation or arrest
•ACLS
•Antivenom (AV) (max 6 vials)
•IV Mg Sulfate 0.3mmol/kg
•Inotropics
Stone fish
Efek venom
• Myotoxin
• Neurotoxin
• cardiotoxin
terapi
• First aid : hot water 45 derajat (suam suam kuku)
• Analgesik:parenteral,local,regional
• Antibiotika:terutama saat terdapat lekositosis
• Antivenom:terutama kasus nyeri yg tidak membaik setelah diberi
analgesik
Echinoderms(starfish /sea urchin)
Efek lokal
• Nyeri
• Kemerahan
• Bengkak
sistemik
• Nausea
• Vomiting
• Nyeri perut
• Hipotensi
• Paralysis
• Respiratory distress
tatalaksana
• Simptomatik dan suportif
• Antinyeri
• Air hangat
• Mengambil duri dengan tindakan bedah terutama didekat sendi
• Kadang menyebabkan granuloma jika duri tidak dicabut
sponges
Lokal reaksi
• Gatal
• Rasa terbakar
• Edema
• vesikulasi
tatalaksana
• Dekontaminasi dari kontak
• Mengambil duri dengan adhesive tape
• Vinegar/cuka
• Corticosteroid topikal
• Antihistamin topical
• Rawat luka
Sea cucumbers
Tanda dan gejala
• Memegang dapat menimbulkan dermatitis kontak
• Mata bisa timbul corneak dan conjunctiva inflamasi jika kontak
tatalaksana
• Dekontaminasi bagian yang kontak
• Irigasi mata yang kontak dengan normal salin
• Simptomatik terapi
Stingray/ikan pari
• Tanda dan gejala
• Tanda local:laserasi,nyeri
• Infeksi sekunder dan myonecrotic venom dari duri di ekor
tatalaksana
• First aid : air hangat
• Antinyeri kalau perlu blok regional dengan anesthesia local
• Infeksi bisa diberikan antibiotika adekuat
• Rawat luka dan debridement
Blue ring octopus
Tanda dan gejala
• Venom in saliva
• Lokal efek (10-15 menit):
• Nyeri
• Mati rasa
• Paralysis
• Dysphagia,dysathria,oropharyngeal paralysis
• Sistemik efek (4 sampai 12 menit):
• Dyspnea dan respiratory failure
• Death from cardiorespiratory arrest
tatalaksana
• First aid: pressure bandage imobilisasi seperti snakebite neurotoxin
• Rapid transport ke rumah sakit
• Terapi ABC
• Terapi simptomatik dan suportif
• Antivenom tidak ada
Cone snails
Tanda dan gejala
• Nyeri local
• Perioral dan peripheral paresthesia
• Paralysis 15-30 menit
• Respiratory paralysis 20-40 menit
• kematian pada 40 menit sampai beberapa jam
tatalaksana
• Pressure bandage imobilisasi
• Simptomatis dan suportif
• Cardiovascular dan respiratory support
• Paralysis reversible
5.2Keracunan akibat makan ikan
 5.2.1 scombroid (tuna ,macherel,escolar )peningkatan kadar histamine pada ikan
akibat bakteri yang mengubah histidin menjadi histamine
 5.2.2.ciguatoxin(kakap merah,barakuda,amberjack,moray eel,parrot fish ) akibat
ikan makan dinofagelata yang menyebabkan adanya ciguatoxin yang terakumulasi
di beberapa bagian ikan seperti gonad
 5.2.3.Tetrodoksin (ikan buntal,porcupine,boxfish ,sunfish,triggerfish) adanya
tetrodiksin pada bagian ikan seperti di gonad ,liver atau visera ikan
Racun akibat memakan ikan
• Scombroid fish poisoning
• Disebabkan karena memakan ikan yang kadar histaminnya tinggi
seperti ikan tuna,mackerel dan escolar.Ikan tidak beracun saat
ditangkap tapi kandungan histamine meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah bakteri yang mengubah histidin menjadi
histamine
Tanda dan gejala
• Kemerahan
• urticaria
• Palpitasi
• Nyeri kepala
• Nausea
• Vomiting
• diare
tatalaksana
• Antihistamin parenteral
• Memanajemen alergi dan anafilaksis
Ciguatoxin
• Terjadi karena konsumsi ikan pantai tropis atau ikan karang seperti
kakap merah,barakuda,amberjack,moral eel,parrot fish
• Toxin itu berasal dari derivate dinoflagelletes yang dimakan oleh
ikan,biasanya ikan >2kg beresiko mempunyai toxin ini
• Di bagian hati dan gonads
Tanda dan gejala
3 sampai 12 jam setelah makan
Nausea
Vomiting
Diare
Kaku otot
Efek toxin
• Gastrointestinal : 24 jam setelah makan sampai 1-3 hari
(mual,muntah,diare,nyeri perut)
• Neurological: 2 hari setelah konsumsi paresthesia perioral dan
ekstremitas ,nyeri,konvulsi, peningkatan sensasi kedinginan atau
kepanasan
• Cardiovascular:bradikardia,hipotensi
• Diffuse pain syndrome
tatalaksana
• Simptomatik
• Amitriptiline jika ada tanda neurologic yang kronik
• Indometacin jika ada atralgia
• Cyproheptadin jika ada pruritus
• Manitol jika ada penurunan kesadaran
• Vitamin b1 dan b12
Ikan buntal (puffer fish)
tetrodoxin
• Ikan buntal/puffer fish
• Porcupine fish
• Boxfish
• Sunfish
• triggerfish
Tempat tetrodoxin
• Gonads
• Liver
• Viscera
• Skin
• ovary
tetrodoxin
• Diproduksi oleh microorganism
• Didapat di alam
• Gangguan GIT,neurological manifestasi
(paresthesia,hipersalivasi,dizziness,ataxia,sweating,hypotension)
• Menyebabkan kematian karena respiratory failure
tatalaksana
• First aid :
• Airway protection
• Respiratory support
• Terapi:
• Observasi
• Respiratory support
• Atropin ketika bradikardia
• Tidak ada antidote
5.4 Hymenoptera
 Identifikasi
 Vespids(waps,yellow,jackets,hornets,ant)
 Apids(bees)
 Identifikasi
 Efek venom
 Tanda dan gejala
 Habitat
 Penanganan awal
 Penatalaksanaan:
 Fase lokal
 Fase sistemik
V. affinis V. tropica V. analis V. velutina Non Vespa
Tertutup+
Terbuka
Tertutup Terbuka Tertutup+
Terbuka
Terbuka
Dataran rendah Dataran rendah Datar Datar tinggi Dataran
rendah
Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah
Insectivora+
Super-scavanger
Insectivora+
Scavanger
Insectivora+
Scavanger
Insectivora+
Scavanger
Insectivora
Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah
KARAKTER
JENIS
TIPE
BERSARANG
KETINGGIAN
TINGKAT
ADAPTASI
PERILAKU
MAKAN
FREKUENSI
PEMECAHA
N KOLONI
Identifikasi tawon
FIRST AID
1.Kompres es pada bekas sengatan dan rawat luka ( WHO 2013)
FASE LOKAL
• Nyeri
• Edema
• eritema
2.BERI ANALGESIK
• Tramadol
• Methampiron
• achetaminophen
3.ABC
• Airway
• Breathing
• circulation
FASE SISTEMIK
• Tanda dan gejala
• Sesak
• Oliguria
• Anuria
• Rhabdomyolisis
• ALO
• GGA
• GGA:terapi cuci darah
• ALO: penatalaksanaan dengan diuretic
KESIMPULAN
 Tidak membuang sisa-sisa bahan makanan hewani
 Tidak mengganggu “koloni kawan”
 Membersihkan koloni berpotensi “berbahaya” dengan cara yang aman
(sejak koloni kecil dan tepat caranya).
 Memindahkan / membunuh koloni tanpa memunculkan koloni-koloni
pendendam baru.
 Menandai, memonitor dan mengevaluasi perkembangannya sarang.
Saran terapi
1.Melakukan first aid yang benar pada sengatan tawon
2JIka sengatan lebih dari 2 segera ke tempat pelayana kesehatan
3.Jika ada tanda tanda sesak ,kemerahan ,bengkak atau susah buang air
kecil maka merupakan tanda fases sistemik
4.Pada kondidi sengatan sangat banyak maka pengobatan HD dan juga
manajemen Alo sangat dibutuhkan untuk meneyelematkan nyawa si
RAWAT LUKA DENGAN MODERN
DRESSING SEPERTI BURN
APIS DORSATA
Apis dorsata
 Tanda dan gejala alergi sampai anafilaksis pada orang hipersensitifitas
 Penanganan awal:mengambil sengat dan dikompes es
 Tatalaksana
 Mengambil sengat
 Analgesik
 Oral corticosteroid
 Antihistamin
 Adrenalin jika anafilaksis
LEBAH MADU APIS DORSATA. TIDAK
MASALAH KALAU TIDAK DIGANGGU.
BAHKAN 2 MINGGU LAGI BISA PANEN
MADU
APIS DORSATA MORFOLOGI
Centipedes
 Tanda dan gejala:
 Fase local :nyeri,bengkak,eritema
 Fase sistemik:ACS(acut coronary ischemia),rhabdomyolisis,renal failure:
 Penanganan awal:analgesic dan kompres es
 Penatalaksanaan :jika nyeri berat bisa diberi obat anestesi local infiltrasi
Laba laba(spider)
 Venom sangat menimbulkan efek menganggu kesehatan dan menimbulkan
kematian di daerah Australia,Afrika,Amerika selatan,US,timur tengah
 Tipe venom: neuroexcitatory dan cytotoxin
 Tanda dan gejala tergantung dari spesiesnya tetapi kebanyakan menimbulkan lesi
nekrosis,nyeri dan kaku otot,berkeringat banyak
 Fase local:nyeri,edema,eritema,local necrosis
 Fase sistemik:neuromuscular symptom
 Tarantula : nyeri dalam,urtikaria
 Penatalaksanaan:simptomatik dan rawat luka serta tidak ada antivenom
Scorpion /kalajengking
 Hewan berkoloni ,mudah beradaptasi,nocturnal .
 Menimbulkan kematian karena neurotoxin di amerika utara dan masalah jantung di
amerika selatan
 fase local tanda dan gejala: nyeri local,eritema,edema
 Fase sistemik: menstimulasi syaraf parasimpatik dan simpatik ,ALO,cardiac
failure,nekrosis di iran
 Penanganan awal :
 kompres es
 Rawat luka
 Obat analgesic
 Penatalaksanaan
 Pada envenomasi sistemik adalah pemberian antivenom
Bab 6 tanaman beracun
 Tanaman beracun untuk membela diri terhadap herbivore,insekta,mikroba dan
kompetitif dengan hewan lain
 Identifikasi
 Solanaceae - Potato / tomato family
 Araceae - Aroids
 Apocynaceae – Oleander family, milky sap
 Euphorbiaceae – Euphorbia family, milky sap
.Apiaceae - carrot family
 Fabaceae - legumes
 Liliaceae - lily family
Tanaman hias
Selain tumbuhan liar juga terdapat tanaman hias yang sering ditanam di halaman
rumah secara alamiah mengandung racun, seperti gambar dibawah ini :
Gambar 37. Pilodendron
(Philodendron sp)
Gambar 38. Difenbahia
(Diefenbahia sp)
Gambar 39. Pohon Merah
(Euphorbia pulcherrima)
Gambar 40. Bunga Tembelekan
(Lantana camara)
Gambar 41. Tapak dara
6.2.Venom efek tanaman beracun
 6.2.1 neurotoxin
 6.2.2.cytotoxic dan cyanotoxic
 6.2.3.hepatotoxic dan neprotoxic
 6.2.4.cardiotoxic
 6.2.5.dermatoxic
 6.2.6 jamur beracun
Tanaman dengan racun merusak syaraf
 Jenis tanaman: conium maculatum ( Apiaceae/fools parsley),tree
tobacco,laburnum,wild carrot/cicuta virosa
 Mekanisme:blockade terhadap reseptor nikotinik di otak,ganglia
simpatik,parasimatik dan neuromuscular junction
 Tanda dan gejala:tremor,ataxia,midriasis,gangguan pencernaan,depresi ascending
paralysis,cardiorespirasi depresi
 Terapi :
 Suportif :A,B,C
 Antidote: atropine kalau bradikardia,
Tumbuhan yang menyebabkan halusinasi
 Bunga terompet/brugmansia
 Atropin belladonna
 Tanda dan gejala:
 Takikardia,hipotensi,coma,convulsi,retensi urin,ileus,rhabdomyolisis,pupil dilatasi
 Tatalaksana:sedasi,intubasi
 Indikasi terapi jika agitasi,kejang
 Antidote:fisostigmin
 Dosis 1-2mg IV pelan 5 menit
 Diulang jika 15 sampai 30 menit tidak berespon
6.2.2.cytotoxic dan cyanotoxic
 Atractylis gummifera,xanthium strumarium,detrium
senegalense,elderberry,cassava,,sorghum,prunus ,bitter almonds,ackees fruit,G
superba,colchicine,common true,robini pseudoacacia,ricin
 Tanda dan gejala:
 Mual ,muntah,nyeri perut dan ulu hati,diare,nyeri kepala,kejang sampai koma
 Gagal hati,kematian
 Terapi:
 Dekontaminasi pencernaan
 Rehidrasi dan suportif
6.2.3.hepatotoxic dan neprotoxic
 Menyebabkan hepato veno oklusi
 Jenis tanaman:senecio spp,senna occidentalis,
 Tanda dan gejala:rash,hepatomegaly,lifer failure,kematian
 Antidote belum ada
 Terapi simptomatik dan usportif
cardiotoxin
 Aconitum,
 Tanda dan gejala:masalah pencernaan,muntah berat,ektremitas tidak berasa atau
baal,hipotensi dan cardiovascular colaps,CBS depresi dan kejang
 VT/VF
 Hipotensi
 Cardiovaskuler kolaps
 Kejang dan CNS depresi
 Penatalaksanaan: suportif,obat
atropine,Mgso4,flecaidine/liddocain,amiodaron,ecmo
Jenis jenis lain tumbuhan dengan venom
efek cardiotoksin
 Grayanotoxin
 Anabasis dari Xenophon
 Taxus spp
 Coconut crab dari makan cerbera manghas
 Cardenolide
 Tanda dan gejala:
 Disritmia
 hiperkalemia
terapi
 Kumbah lambung
 Arang aktif
 Suportif
 Atropin
 Cardiac pacing
 Digoxin spesifik Fab antibody fragmen
 Antitoxin belum ada
Dermatik toxin
 Dermatitis kontak
 Golongan toxicodendron:
 1.anacardiae
 Sesquiterpene lactone
TOXICODENDRON (POISON
iVy)
 6.2.7
 Jamur
 Identifikasi:
 Muskarinik
 Coprine
 Ibotenic
 Amantoxin
 Orellanine
 Amanita
 Erythromelalgic
 Shittake dermatitis
jamur
• Kandungan racun pada jamur ini bersifat paling toksik dan dari kasus
keracunan akibat Amanita phalloides 90% di antaranya menyebabkan
kematian.
• Jamur ini mengandung racun amatoksin yang merupakan golongan peptida
yang sangat beracun.
• Racun ini bersifat menghambat sintesis protein seluler dengan cara
menghambat polimerisasi RNA. Amatoksin bersifat stabil dan tahan panas,
tidak larut dalam air dan tidak dapat diuraikan walaupun telah dimasak.
• Dosis letal kira-kira 0,1 mg /kg BB. Sebuah jamur Amanita mengandung 10
– 15 mg. Menyebabkan kulit berwarna kuning.
6.3 tanaman pangan beracun
xxxxxx

More Related Content

What's hot

Mata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok ForensikMata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok Forensikdacilganteng
 
Update Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan PenganannyaUpdate Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan PenganannyaSyauqy Nurul Aziz
 
REVISI 2 REAKSI KUSTA
REVISI 2 REAKSI KUSTAREVISI 2 REAKSI KUSTA
REVISI 2 REAKSI KUSTAzara larasati
 
Laporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fixLaporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fixbeequeen_30
 
Epidural Hematoma
Epidural HematomaEpidural Hematoma
Epidural HematomaDVP Nugroho
 
patofisiologi dan penatalaksanaan wus (pathophysiology and management of wake...
patofisiologi dan penatalaksanaan wus (pathophysiology and management of wake...patofisiologi dan penatalaksanaan wus (pathophysiology and management of wake...
patofisiologi dan penatalaksanaan wus (pathophysiology and management of wake...vita kusuma
 
Toksoplasmosis
ToksoplasmosisToksoplasmosis
Toksoplasmosisdanivita
 
1. Transduksi, Transmisi & Modulasi.pptx
1. Transduksi, Transmisi & Modulasi.pptx1. Transduksi, Transmisi & Modulasi.pptx
1. Transduksi, Transmisi & Modulasi.pptxaditya romadhon
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatNovi Vie Opie
 
Patofisiologi Infark Miokard Akut
Patofisiologi Infark Miokard AkutPatofisiologi Infark Miokard Akut
Patofisiologi Infark Miokard AkutImron Rosyadi
 

What's hot (20)

Komposisi Urin
Komposisi UrinKomposisi Urin
Komposisi Urin
 
Tes alergi
Tes alergiTes alergi
Tes alergi
 
Osteomyelitis Case Report Session
Osteomyelitis Case Report SessionOsteomyelitis Case Report Session
Osteomyelitis Case Report Session
 
Arsen
ArsenArsen
Arsen
 
Mata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok ForensikMata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok Forensik
 
Hematologi(ppp)
Hematologi(ppp)Hematologi(ppp)
Hematologi(ppp)
 
DIAGNOSIS TB MDR.ppt
DIAGNOSIS TB MDR.pptDIAGNOSIS TB MDR.ppt
DIAGNOSIS TB MDR.ppt
 
Update Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan PenganannyaUpdate Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan Penganannya
 
Dermatomikosis
DermatomikosisDermatomikosis
Dermatomikosis
 
REVISI 2 REAKSI KUSTA
REVISI 2 REAKSI KUSTAREVISI 2 REAKSI KUSTA
REVISI 2 REAKSI KUSTA
 
Laporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fixLaporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fix
 
Epidural Hematoma
Epidural HematomaEpidural Hematoma
Epidural Hematoma
 
patofisiologi dan penatalaksanaan wus (pathophysiology and management of wake...
patofisiologi dan penatalaksanaan wus (pathophysiology and management of wake...patofisiologi dan penatalaksanaan wus (pathophysiology and management of wake...
patofisiologi dan penatalaksanaan wus (pathophysiology and management of wake...
 
limfoma.pptx
limfoma.pptxlimfoma.pptx
limfoma.pptx
 
Cestoda patogen 2
Cestoda patogen 2Cestoda patogen 2
Cestoda patogen 2
 
Toksoplasmosis
ToksoplasmosisToksoplasmosis
Toksoplasmosis
 
1. Transduksi, Transmisi & Modulasi.pptx
1. Transduksi, Transmisi & Modulasi.pptx1. Transduksi, Transmisi & Modulasi.pptx
1. Transduksi, Transmisi & Modulasi.pptx
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
 
5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan 5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan
 
Patofisiologi Infark Miokard Akut
Patofisiologi Infark Miokard AkutPatofisiologi Infark Miokard Akut
Patofisiologi Infark Miokard Akut
 

Similar to xxxxxx

Snake Bite SHI - New.pptx
Snake Bite SHI - New.pptxSnake Bite SHI - New.pptx
Snake Bite SHI - New.pptxIgdUlindokter
 
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
388562047 envenomasi-dan-intoksitasisasakmuda
 
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdfseminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdfSulistyaNingsih45
 
Hewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjauHewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjaumikeyulisa
 
Hewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptxHewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptxmikeyulisa
 
Makalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarMakalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarNovi Fachrunnisa
 
PERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN ULAR.pptx
PERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN ULAR.pptxPERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN ULAR.pptx
PERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN ULAR.pptxLelitasari Danukusumo
 
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...Didi Sadili
 
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjingFirst Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjingAfifah Izzah
 
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptxPenanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptxhelmyfirdaus2
 
CIRI-CIRI HEWAN VERTEBRATA PADA COORDATA
CIRI-CIRI HEWAN VERTEBRATA PADA COORDATACIRI-CIRI HEWAN VERTEBRATA PADA COORDATA
CIRI-CIRI HEWAN VERTEBRATA PADA COORDATAsitidahliasiregar
 
gigitan_serangga_n_ular_ppt.ppt
gigitan_serangga_n_ular_ppt.pptgigitan_serangga_n_ular_ppt.ppt
gigitan_serangga_n_ular_ppt.pptAbdulBasith160206
 

Similar to xxxxxx (20)

Penanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ular
Penanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ularPenanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ular
Penanganan Gawat Darurat Pada Gigitan ular
 
Biologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdfBiologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdf
 
DOC-20221123-WA0006..pptx
DOC-20221123-WA0006..pptxDOC-20221123-WA0006..pptx
DOC-20221123-WA0006..pptx
 
Snake Bite SHI - New.pptx
Snake Bite SHI - New.pptxSnake Bite SHI - New.pptx
Snake Bite SHI - New.pptx
 
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
388562047 envenomasi-dan-intoksitasi
 
Fraktur mandibula
Fraktur mandibulaFraktur mandibula
Fraktur mandibula
 
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdfseminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
seminar gigitan hewan berbisa - Copy.pdf
 
Hewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjauHewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjau
 
Hewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptxHewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptx
 
Makalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarMakalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa Ular
 
Biologi udang
Biologi udangBiologi udang
Biologi udang
 
88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi
88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi
88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi
 
PERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN ULAR.pptx
PERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN ULAR.pptxPERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN ULAR.pptx
PERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN ULAR.pptx
 
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
 
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjingFirst Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
 
S. neurologi
S. neurologiS. neurologi
S. neurologi
 
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptxPenanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
Penanganan-gawat-darurat-pada-gigitan-ular.pptx
 
CIRI-CIRI HEWAN VERTEBRATA PADA COORDATA
CIRI-CIRI HEWAN VERTEBRATA PADA COORDATACIRI-CIRI HEWAN VERTEBRATA PADA COORDATA
CIRI-CIRI HEWAN VERTEBRATA PADA COORDATA
 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus) SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
 
gigitan_serangga_n_ular_ppt.ppt
gigitan_serangga_n_ular_ppt.pptgigitan_serangga_n_ular_ppt.ppt
gigitan_serangga_n_ular_ppt.ppt
 

xxxxxx

  • 2. BIODIVERSITY OF INDONESIAN SNAKE Sundaland Wallacea Papua New Guinea
  • 3. Snakebites data  Data : 135.000/year incidence  mortality over 10%incidence (50-100 ITS data )  Cases report in ITS : 500-1000 cases
  • 4. Pengertian tentang Ular Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang, dan seluruh tubuh tertutup oleh lapisan kitin yang berbentuk sisik-sisik
  • 5. Pengertian tentang Ular (lanjutan…)  Ular tidak mempunyai daun telinga dan gendang telinga sehingga tidak ada keistimewaan pada ketajaman indera mata maupun telinga  Mata ular selalu terbuka dan dilapisi selaput tipis, sehingga mudah melihat gerakan sekelilingnya tapi tidak dapat memfokuskan pandangannya. Ular baru dapat melihat dengan jelas dalam jarak dekat
  • 6. Pengertian tentang Ular (lanjutan…)  Indera yang menjadi andalan ular adalah sisik pada perutnya yang dapat menangkap getaran langkah manusia dan binatang lainnya
  • 7. Pengertian tentang Ular (lanjutan)  Gerakan ular lamban, rata-rata ular bergerak sekitar 1.6 km/jam. Jenis tercepat adalah ular mamba di Afrika yang bisa lari dengan kecepatan 11 km/jam, sedangkan manusia sebagai perbandingan dapat berlari antara 16-24 km/jam  Lubang yang terdapat antara mata dan mulut ular dapat berfungsi sebagai thermosensorik (sensor panas).  Organ ini biasa disebut ceruk atau organ jacobson, ular juga dapat mengetahui perubahan suhu karena kedatangan makhluk lainnya, contohnya ular tanah yang memilki ceruk peka sekali
  • 8. Tempat tinggal Ular Habitatnya:  Hutan  Sungai  Rawa-rawa  Sawah  Ladang  Kebun  Rumah
  • 10. Menghindari (gigitan) Ular Di Alam:  Mengenakan perlengkapan lapangan (baju, celana, topi, sepatu)  Jangan berjalan sendirian di hutan  Bekerja dengan hati-hati di habitat yang diperkirakan menjadi sarang ular (semak belukar, tumpukan batu/kayu, serasah tebal, lubang di tanah atau pohon)  Jangan mengusik ular yang sedang tidur/posisi diam  Ketika bertemu ular yang siap menyerang, jangan lari/panik. Diam dan mundur secara perlahan-lahan  Persiapkan penerangan ketika berangkat ke hutan
  • 11.
  • 12. Menghindari (gigitan) Ular Di sekitar tempat tinggal:  Membersihkan kawasan rumah/tempat tinggal dari tumpukan kayu/batu dan bahan organik lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh ular/mangsa ular sebagai tempat sembunyi  Memangkas tanaman yang pertumbuhannya menjorok ke arah rumah (lubang ventilasi/jendela)  Menutup bagian bawah pintu (bila ada celah) dengan kayu/bahan lainnya, sehingga ular tidak dapat masuk melalui celah di bawah pintu  Menutup lubang-lubang yang berpotensi untuk ular masuk dalam rumah
  • 13. SNAKE FAMILIES AND GENERAL VENOM EFFECTS Venomous Snake families Elapidae Hydrophiidae Viperidae Colubridae Cytotoxic Myotoxic Coagulopathic Neurotoxic (bungarus sp),calliophis +cytotoxic in cobra & king cobra + coagulopathy in Australasian elapids Coagulopathic Neurotoxin Myotoxic Renal toxicity
  • 14. INDONESIA Total snake species : 350 Venomous snake species: Elapidae: 55 Viperidae: 21 Colubridae: 1
  • 15. SEA KRAIT AND SEA SNAKES Sea krait Laticauda colubrina Beaked sea snakes Hydrophis schistosa Spine-bellied sea snake Hydrophis curtus
  • 21.
  • 23.
  • 24. TREATMENT (1) Keep the Airway Breathing and Circulation stable • Airway • 02 Non Re-Breathing Mask 12 lpm • Laryngeal Mask Airway and Endotracheal Tube (if needed) • Suction if gargling (+), Head tilt and chin lift if snoring (+) • Breathing • Evaluate the respiratory rate • Circulation • Make iv access, give Normal Saline 0.9% (don’t forget to take some blood for laboratory checking) • Blood pressure • Pulse • Oxygen saturation by using pulse oxymetri • Blood or Fresh Frozen Plasma as indicated
  • 25. TREATMENT (2) • fase local and sistemik • Lokal: • 1.imobilisasi: dengan spalk saja (ular tidak diketahui jenisnya atau selain neurotoxin dan daboia sp • Jika neurotoxin efek venomnya maka PBI (pressure bandage immobilisation) • Jika jenis daboia :pads pressure immobilization
  • 26. JIKA FASE SISTEMIK ATAU FASE LOKAL PROGRESIF  1.menentukan species  2.menentukan antibisa (sabu) sesuai species 26
  • 28. ALLPPT Layout Clean Text Slide for your Presentation. ALLPPT Layout Clean Text Slide for your Presentation. “You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal to your Presentations. Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation.
  • 29. TREATMENT (3)  Anticholinesterase drugs  Especially for neurotoxin envenoming  Should give atropine before giving the drugs to prevent physostigmine intoxication.  Physostigmine dose  Adult (>12 yo) : 0,5-2,5 mgevery 1-3 hours up to 10 mg/24hours  Children ≤ 12 yo : 0.01 mg-0,04/kg  Should be given slowly 3-5 minutes by IV /IV/SC repeat 2-4 hours  Atropin inj bradikardia
  • 31.
  • 32.
  • 33. You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal to your Presentations. Contents Here You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal to your Presentations. Contents Here SIMPLE POWERPOINT REAGENT DEVELOPMENT
  • 34. You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal to your Presentations. Contents Here You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal to your Presentations. Contents Here
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 39.
  • 40. 0 500 2019 2020 Chart Title parangtritis mlandingan banyuputih samas cilacap krakal kukup indrayanti drini sepanjang nguyahan ngandong sundak sadranan gesing
  • 41.
  • 42.
  • 43.
  • 45.
  • 46.
  • 47.
  • 48.
  • 50.
  • 51.
  • 52.
  • 53. Management •Life threatening cardiac/respiratory decompensation or arrest •ACLS •Antivenom (AV) (max 6 vials) •IV Mg Sulfate 0.3mmol/kg •Inotropics
  • 54.
  • 55.
  • 56.
  • 58.
  • 59.
  • 60.
  • 61. Efek venom • Myotoxin • Neurotoxin • cardiotoxin
  • 62. terapi • First aid : hot water 45 derajat (suam suam kuku) • Analgesik:parenteral,local,regional • Antibiotika:terutama saat terdapat lekositosis • Antivenom:terutama kasus nyeri yg tidak membaik setelah diberi analgesik
  • 63.
  • 64.
  • 66. Efek lokal • Nyeri • Kemerahan • Bengkak
  • 67. sistemik • Nausea • Vomiting • Nyeri perut • Hipotensi • Paralysis • Respiratory distress
  • 68. tatalaksana • Simptomatik dan suportif • Antinyeri • Air hangat • Mengambil duri dengan tindakan bedah terutama didekat sendi • Kadang menyebabkan granuloma jika duri tidak dicabut
  • 70. Lokal reaksi • Gatal • Rasa terbakar • Edema • vesikulasi
  • 71. tatalaksana • Dekontaminasi dari kontak • Mengambil duri dengan adhesive tape • Vinegar/cuka • Corticosteroid topikal • Antihistamin topical • Rawat luka
  • 73. Tanda dan gejala • Memegang dapat menimbulkan dermatitis kontak • Mata bisa timbul corneak dan conjunctiva inflamasi jika kontak
  • 74. tatalaksana • Dekontaminasi bagian yang kontak • Irigasi mata yang kontak dengan normal salin • Simptomatik terapi
  • 75. Stingray/ikan pari • Tanda dan gejala • Tanda local:laserasi,nyeri • Infeksi sekunder dan myonecrotic venom dari duri di ekor
  • 76. tatalaksana • First aid : air hangat • Antinyeri kalau perlu blok regional dengan anesthesia local • Infeksi bisa diberikan antibiotika adekuat • Rawat luka dan debridement
  • 78. Tanda dan gejala • Venom in saliva • Lokal efek (10-15 menit): • Nyeri • Mati rasa • Paralysis • Dysphagia,dysathria,oropharyngeal paralysis • Sistemik efek (4 sampai 12 menit): • Dyspnea dan respiratory failure • Death from cardiorespiratory arrest
  • 79. tatalaksana • First aid: pressure bandage imobilisasi seperti snakebite neurotoxin • Rapid transport ke rumah sakit • Terapi ABC • Terapi simptomatik dan suportif • Antivenom tidak ada
  • 81. Tanda dan gejala • Nyeri local • Perioral dan peripheral paresthesia • Paralysis 15-30 menit • Respiratory paralysis 20-40 menit • kematian pada 40 menit sampai beberapa jam
  • 82. tatalaksana • Pressure bandage imobilisasi • Simptomatis dan suportif • Cardiovascular dan respiratory support • Paralysis reversible
  • 83. 5.2Keracunan akibat makan ikan  5.2.1 scombroid (tuna ,macherel,escolar )peningkatan kadar histamine pada ikan akibat bakteri yang mengubah histidin menjadi histamine  5.2.2.ciguatoxin(kakap merah,barakuda,amberjack,moray eel,parrot fish ) akibat ikan makan dinofagelata yang menyebabkan adanya ciguatoxin yang terakumulasi di beberapa bagian ikan seperti gonad  5.2.3.Tetrodoksin (ikan buntal,porcupine,boxfish ,sunfish,triggerfish) adanya tetrodiksin pada bagian ikan seperti di gonad ,liver atau visera ikan
  • 84. Racun akibat memakan ikan • Scombroid fish poisoning • Disebabkan karena memakan ikan yang kadar histaminnya tinggi seperti ikan tuna,mackerel dan escolar.Ikan tidak beracun saat ditangkap tapi kandungan histamine meningkat seiring dengan peningkatan jumlah bakteri yang mengubah histidin menjadi histamine
  • 85. Tanda dan gejala • Kemerahan • urticaria • Palpitasi • Nyeri kepala • Nausea • Vomiting • diare
  • 86. tatalaksana • Antihistamin parenteral • Memanajemen alergi dan anafilaksis
  • 87. Ciguatoxin • Terjadi karena konsumsi ikan pantai tropis atau ikan karang seperti kakap merah,barakuda,amberjack,moral eel,parrot fish • Toxin itu berasal dari derivate dinoflagelletes yang dimakan oleh ikan,biasanya ikan >2kg beresiko mempunyai toxin ini • Di bagian hati dan gonads
  • 88. Tanda dan gejala 3 sampai 12 jam setelah makan Nausea Vomiting Diare Kaku otot
  • 89. Efek toxin • Gastrointestinal : 24 jam setelah makan sampai 1-3 hari (mual,muntah,diare,nyeri perut) • Neurological: 2 hari setelah konsumsi paresthesia perioral dan ekstremitas ,nyeri,konvulsi, peningkatan sensasi kedinginan atau kepanasan • Cardiovascular:bradikardia,hipotensi • Diffuse pain syndrome
  • 90. tatalaksana • Simptomatik • Amitriptiline jika ada tanda neurologic yang kronik • Indometacin jika ada atralgia • Cyproheptadin jika ada pruritus • Manitol jika ada penurunan kesadaran • Vitamin b1 dan b12
  • 92. tetrodoxin • Ikan buntal/puffer fish • Porcupine fish • Boxfish • Sunfish • triggerfish
  • 93. Tempat tetrodoxin • Gonads • Liver • Viscera • Skin • ovary
  • 94. tetrodoxin • Diproduksi oleh microorganism • Didapat di alam • Gangguan GIT,neurological manifestasi (paresthesia,hipersalivasi,dizziness,ataxia,sweating,hypotension) • Menyebabkan kematian karena respiratory failure
  • 95. tatalaksana • First aid : • Airway protection • Respiratory support • Terapi: • Observasi • Respiratory support • Atropin ketika bradikardia • Tidak ada antidote
  • 96. 5.4 Hymenoptera  Identifikasi  Vespids(waps,yellow,jackets,hornets,ant)  Apids(bees)  Identifikasi  Efek venom  Tanda dan gejala  Habitat  Penanganan awal  Penatalaksanaan:  Fase lokal  Fase sistemik
  • 97. V. affinis V. tropica V. analis V. velutina Non Vespa Tertutup+ Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup+ Terbuka Terbuka Dataran rendah Dataran rendah Datar Datar tinggi Dataran rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Insectivora+ Super-scavanger Insectivora+ Scavanger Insectivora+ Scavanger Insectivora+ Scavanger Insectivora Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah KARAKTER JENIS TIPE BERSARANG KETINGGIAN TINGKAT ADAPTASI PERILAKU MAKAN FREKUENSI PEMECAHA N KOLONI Identifikasi tawon
  • 98.
  • 99. FIRST AID 1.Kompres es pada bekas sengatan dan rawat luka ( WHO 2013)
  • 100. FASE LOKAL • Nyeri • Edema • eritema
  • 101. 2.BERI ANALGESIK • Tramadol • Methampiron • achetaminophen
  • 103. FASE SISTEMIK • Tanda dan gejala • Sesak • Oliguria • Anuria • Rhabdomyolisis • ALO • GGA
  • 104. • GGA:terapi cuci darah • ALO: penatalaksanaan dengan diuretic
  • 105. KESIMPULAN  Tidak membuang sisa-sisa bahan makanan hewani  Tidak mengganggu “koloni kawan”  Membersihkan koloni berpotensi “berbahaya” dengan cara yang aman (sejak koloni kecil dan tepat caranya).  Memindahkan / membunuh koloni tanpa memunculkan koloni-koloni pendendam baru.  Menandai, memonitor dan mengevaluasi perkembangannya sarang.
  • 106. Saran terapi 1.Melakukan first aid yang benar pada sengatan tawon 2JIka sengatan lebih dari 2 segera ke tempat pelayana kesehatan 3.Jika ada tanda tanda sesak ,kemerahan ,bengkak atau susah buang air kecil maka merupakan tanda fases sistemik 4.Pada kondidi sengatan sangat banyak maka pengobatan HD dan juga manajemen Alo sangat dibutuhkan untuk meneyelematkan nyawa si
  • 107. RAWAT LUKA DENGAN MODERN DRESSING SEPERTI BURN
  • 109. Apis dorsata  Tanda dan gejala alergi sampai anafilaksis pada orang hipersensitifitas  Penanganan awal:mengambil sengat dan dikompes es  Tatalaksana  Mengambil sengat  Analgesik  Oral corticosteroid  Antihistamin  Adrenalin jika anafilaksis
  • 110. LEBAH MADU APIS DORSATA. TIDAK MASALAH KALAU TIDAK DIGANGGU. BAHKAN 2 MINGGU LAGI BISA PANEN MADU
  • 112. Centipedes  Tanda dan gejala:  Fase local :nyeri,bengkak,eritema  Fase sistemik:ACS(acut coronary ischemia),rhabdomyolisis,renal failure:  Penanganan awal:analgesic dan kompres es  Penatalaksanaan :jika nyeri berat bisa diberi obat anestesi local infiltrasi
  • 113. Laba laba(spider)  Venom sangat menimbulkan efek menganggu kesehatan dan menimbulkan kematian di daerah Australia,Afrika,Amerika selatan,US,timur tengah  Tipe venom: neuroexcitatory dan cytotoxin  Tanda dan gejala tergantung dari spesiesnya tetapi kebanyakan menimbulkan lesi nekrosis,nyeri dan kaku otot,berkeringat banyak  Fase local:nyeri,edema,eritema,local necrosis  Fase sistemik:neuromuscular symptom  Tarantula : nyeri dalam,urtikaria  Penatalaksanaan:simptomatik dan rawat luka serta tidak ada antivenom
  • 114. Scorpion /kalajengking  Hewan berkoloni ,mudah beradaptasi,nocturnal .  Menimbulkan kematian karena neurotoxin di amerika utara dan masalah jantung di amerika selatan  fase local tanda dan gejala: nyeri local,eritema,edema  Fase sistemik: menstimulasi syaraf parasimpatik dan simpatik ,ALO,cardiac failure,nekrosis di iran  Penanganan awal :  kompres es  Rawat luka  Obat analgesic  Penatalaksanaan  Pada envenomasi sistemik adalah pemberian antivenom
  • 115. Bab 6 tanaman beracun  Tanaman beracun untuk membela diri terhadap herbivore,insekta,mikroba dan kompetitif dengan hewan lain  Identifikasi  Solanaceae - Potato / tomato family  Araceae - Aroids  Apocynaceae – Oleander family, milky sap  Euphorbiaceae – Euphorbia family, milky sap .Apiaceae - carrot family  Fabaceae - legumes  Liliaceae - lily family
  • 116. Tanaman hias Selain tumbuhan liar juga terdapat tanaman hias yang sering ditanam di halaman rumah secara alamiah mengandung racun, seperti gambar dibawah ini : Gambar 37. Pilodendron (Philodendron sp) Gambar 38. Difenbahia (Diefenbahia sp) Gambar 39. Pohon Merah (Euphorbia pulcherrima) Gambar 40. Bunga Tembelekan (Lantana camara) Gambar 41. Tapak dara
  • 117. 6.2.Venom efek tanaman beracun  6.2.1 neurotoxin  6.2.2.cytotoxic dan cyanotoxic  6.2.3.hepatotoxic dan neprotoxic  6.2.4.cardiotoxic  6.2.5.dermatoxic  6.2.6 jamur beracun
  • 118. Tanaman dengan racun merusak syaraf  Jenis tanaman: conium maculatum ( Apiaceae/fools parsley),tree tobacco,laburnum,wild carrot/cicuta virosa  Mekanisme:blockade terhadap reseptor nikotinik di otak,ganglia simpatik,parasimatik dan neuromuscular junction  Tanda dan gejala:tremor,ataxia,midriasis,gangguan pencernaan,depresi ascending paralysis,cardiorespirasi depresi  Terapi :  Suportif :A,B,C  Antidote: atropine kalau bradikardia,
  • 119. Tumbuhan yang menyebabkan halusinasi  Bunga terompet/brugmansia  Atropin belladonna  Tanda dan gejala:  Takikardia,hipotensi,coma,convulsi,retensi urin,ileus,rhabdomyolisis,pupil dilatasi  Tatalaksana:sedasi,intubasi  Indikasi terapi jika agitasi,kejang  Antidote:fisostigmin  Dosis 1-2mg IV pelan 5 menit  Diulang jika 15 sampai 30 menit tidak berespon
  • 120. 6.2.2.cytotoxic dan cyanotoxic  Atractylis gummifera,xanthium strumarium,detrium senegalense,elderberry,cassava,,sorghum,prunus ,bitter almonds,ackees fruit,G superba,colchicine,common true,robini pseudoacacia,ricin  Tanda dan gejala:  Mual ,muntah,nyeri perut dan ulu hati,diare,nyeri kepala,kejang sampai koma  Gagal hati,kematian  Terapi:  Dekontaminasi pencernaan  Rehidrasi dan suportif
  • 121. 6.2.3.hepatotoxic dan neprotoxic  Menyebabkan hepato veno oklusi  Jenis tanaman:senecio spp,senna occidentalis,  Tanda dan gejala:rash,hepatomegaly,lifer failure,kematian  Antidote belum ada  Terapi simptomatik dan usportif
  • 122. cardiotoxin  Aconitum,  Tanda dan gejala:masalah pencernaan,muntah berat,ektremitas tidak berasa atau baal,hipotensi dan cardiovascular colaps,CBS depresi dan kejang  VT/VF  Hipotensi  Cardiovaskuler kolaps  Kejang dan CNS depresi  Penatalaksanaan: suportif,obat atropine,Mgso4,flecaidine/liddocain,amiodaron,ecmo
  • 123. Jenis jenis lain tumbuhan dengan venom efek cardiotoksin  Grayanotoxin  Anabasis dari Xenophon  Taxus spp  Coconut crab dari makan cerbera manghas  Cardenolide  Tanda dan gejala:  Disritmia  hiperkalemia
  • 124. terapi  Kumbah lambung  Arang aktif  Suportif  Atropin  Cardiac pacing  Digoxin spesifik Fab antibody fragmen  Antitoxin belum ada
  • 125. Dermatik toxin  Dermatitis kontak  Golongan toxicodendron:  1.anacardiae  Sesquiterpene lactone
  • 127.  6.2.7  Jamur  Identifikasi:  Muskarinik  Coprine  Ibotenic  Amantoxin  Orellanine  Amanita  Erythromelalgic  Shittake dermatitis
  • 128. jamur • Kandungan racun pada jamur ini bersifat paling toksik dan dari kasus keracunan akibat Amanita phalloides 90% di antaranya menyebabkan kematian. • Jamur ini mengandung racun amatoksin yang merupakan golongan peptida yang sangat beracun. • Racun ini bersifat menghambat sintesis protein seluler dengan cara menghambat polimerisasi RNA. Amatoksin bersifat stabil dan tahan panas, tidak larut dalam air dan tidak dapat diuraikan walaupun telah dimasak. • Dosis letal kira-kira 0,1 mg /kg BB. Sebuah jamur Amanita mengandung 10 – 15 mg. Menyebabkan kulit berwarna kuning.
  • 129. 6.3 tanaman pangan beracun