SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN CA SERVIKS
Oleh :
KELOMPOK 13
KELAS B13A
1. NI PUTU SRI RAHAYU ( 203221127)
2. I WAYAN SUKARTIKA YASA (203221128)
3. I GUSTI NGURAH ARYANA (203221129)
4. NI KADEK SUGIASIH (203221130)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
STIKES WIRA MEDIKA
DENPASAR
2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak
normal dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel
tersebut berubah menjadi sel kanker. Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian
tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker memiliki
berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis
kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim. Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada
bagian leher rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita
yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks
dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun
(Prawirohardjo, 2014).
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang
mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden
kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh
dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti
sebanyak 70% penyebab dari kanker serviks adalah infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel
epitel serviks. Meskipun infeksi Human Papilloma Virus HPV penyebab
lebih tinggi, namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti
melakukan hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual
yang berganti – ganti pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo,
2014).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker seviks merupakan salah
satu penyebab kemtian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan
negara – negara lain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks
3
di Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada
stadium lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil pengobatan yang
optimal dan hal tersebut membuat penderita sangat khawatir dan cemas
dengan keadaannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka kelompok kami
tertarik untuk menyusun makalah tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan kanker serviks.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
serviks
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks
b. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks
c. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kanker Serviks
1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang
menempel pada puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya
paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti
statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita
yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015).
Menurut Mitayani (2011) kanker serviks adalah perubahan sel-sel
serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi
tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.Kanker
serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi
dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.
2. Penyebab Kanker Serviks
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada
beberapa faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk
menderita kanker serviks menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008)
sebagai berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang
berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum
usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa
meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali
dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia
20 tahun.
Lesi pra kanker servik pada wanita dengan usia pertama kali
berhubungan seksual <20 tahun ini tentunya berhubungan dengan
5
belum matangnya organ reproduksi seorang wanita pada usia <20
tahun secara biologis. Infeksi pertama serviks oleh HPV sering terjadi
setelah terjadinya hubungan seksual pertama karena usia <20 tahun
serviks rentan terhadap rangsangan dari luar berupa bahan-bahan
karsinogen seperti virus HPV atau zat-zat kimia yang dibawa oleh
sperma.25 Proses terjadinya lesi pra kanker pada usia pertama kali
berhubungan seksual <20 tahun ini erat kaitannya dengan proses
metaplasia pada lapisan endoserviks menjadi epitel skuamosa pada
daerah transformasi. Ketika virus HPV masuk, maka virus tersebut
akan langsung melekat pada sel yang berada pada pada lapisan basal
epitel serviks kemudian DNA virus akan berintegrasi dengan DNA
penjamu sehingga sel skuamosa yang mengalami metaplasia pada
zona transformasi akan mengalami displasia menjadi lesi pra kanker
serviks. Kemudian sel ini akan terus membelah tanpa terkendali dan
menjadi kanker serviks (jurnal kesehatan andalas (8)4, 2019)
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi
HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut
rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-partner sehingga dapat
merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut
pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen infeksi virus.
Beberapa mekanisme molekuler telah diyakini bahwa merokok dapat
berkontribusi pada karsinogenesis pada serviks yang melibatkan
langsung paparan terhadap DNA dalam sel-sel epitel serviks.11 Asap
6
rokok dari satu batang rokok mengandung tar, nikotin,
karbondioksida, benzo [a] pyrene (BAP) dan bahan kimia berbahaya
lainnya dengan jumlah mencapai ribuan dan efek langsung bahan-
bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal dan
meningkatkan kemungkinan integrasi DNA virus ke dalam genom
inang. Efek jangka panjang nya adalah proliferasi seluler terganggu,
menghambat apoptosis & stimulasi faktor pertumbuhan endotel
vaskuler dengan peningkatan kepadatan pembuluh darah mikro.
Sehingga dapat menjadi ko-karsinogen infeksi virus HPV yang
akhirnya merusak epitel serviks dan menyebabkan neoplasma atau
populasi sel kanker serviks (jurnal kesehatan andalas (8)4, 2019)
4. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
Penggunaan obat-obatan pembersih vagina seperti deodoran ataupun
antisepsik baik yang komersil maupun yang tradisional secara terus
menerus atau terlalu sering akan menyebabkan iritasi pada vagina
bahkan serviks yang memicu perubahan sel yang mengarah pada
kanker. Kondisi ini di perburuk oleh kebiasaan dalam teknik mencuci
vagina yang seharusnya dilakukan satu arah dari depan kebelakang,
namun dilakukan sebaliknya
5. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan
gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang, hal
ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
7
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak
sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan
peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para
ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam
menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat pertumbuhan serta
penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra serviks bisa
berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
3. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
sebagai berikut:
1. Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsinoma mokroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
8
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks.
Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke
dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke
korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
2. Makroskopis
a. Stadium pre klinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
9
4. Klasifikasi Stadium Kanker Serviks
Menurut Tanto (2015), Klasifikasi stadium TNM (Tumor Node
Metastases) dan FIGO (The Internasional Federation of Gynecology and
obstetrics) sebagai berikut:
Klasifikasi
TNM
Klasifikasi
FIGO
Keterangan
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ditemukan adanya tumor primer
Tisb Carsinoma in situ (karsinoma prainvasif)
T1 I Karsinoma serviks yang terbatas pada uterus (ekstensi
sampai ke korpus tidak dihiraukan)
T1ac IA Karsinoma yang didiagnosis hanya secara
mikroskopik. Invasi stroma dengan kedalaman
maksimal 5.0 mm yang diukur dari dasar epitel dan
penyebaran secara horiziontal sebesar ≤ 7.0 mm.
Keterlibatan ruang vaskular, vena atau limpatik tidak
mempengaruhi klasifikasi.
T1a1 IA1 Invasi stroma dengan kedalaman ≤ 3.0 mm dan
penyebaran horiziontal ≤ 7.0 mm.
T1a2 IA2 Invasi stroma dengan kedalam > 3.0 mm tetapi ≤ 5.0
mm dengan penyebaran ≤ 7.0 mm.
T1b IB Lesi tampak secara klinis terbatas pada serviks atau
lesi mikroskopik > T1a/IA2.
T1b1 IB1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T1b2 IB2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2 II Karsinoma serviks dengan invasi yang melewati
uterus tetapi tidak mencapai dinding pelvis atau
sepertiga bawah.
10
T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrium
T2a1 IIA1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2a2 IIA2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium
T3 III Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau
melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T3a IIIA Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa
perluasan ke dinding pelvis.
T3b IIIB Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan atau
menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah
mencapai mukosa kandung kemih atau rektum
(terbukti melalui biopsi).
T4a IVA Penyebaran mencapai organ sekitar.
T4b IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh.
5. Patofisiologi Kanker Serviks
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel
skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan
skuamokolumnar atau zona transformasi). Pada zona transformasi serviks
memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir
sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in
situ mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila
tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker
servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan
11
terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif
dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale
dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh
darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.
Karsinoma servikal invasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma
invasif dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina.
Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak
selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam
keadaan lanjut pada saat di diagnosis. Jenis perdarahan vagina yang
paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi.
Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan
saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak,
hematuri atau perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran
pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan,
penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ).
Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan
berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan sehingga
daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak
sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa
cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman
status kesehatan dan mitos di masyarakat bahwa kanker tidak dapat
diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).
12
WOC Kanker Serviks
- Berhubungansexs usia<17
th
- Higene seksygkurang
- VirusHIV
- Seringmelahirkandengan
persalinanbermasalah
- Berganti-ganti pasangan
- Herediter
Prosesmetaplasti DysplasiaServiks Ca. Serviks
Tahap Awal Tahap Lanjut Terapi
Pembesaran MassaMenyebar ke pelvikNekrosis Jaringan Serviks
Penipisan Sel EpitelTekananIntrapelvikMalu
Hambatan Interaksi Sosial Tekanan Intra Abdomen
Nyeri Akut
Rusaknya
Permeabilitas
pembuluh darah
Perdarahan
Resiko Kekurangan
Volume Cairan
Anemia
Hb Turun Imunitas menurun
Resiko InfeksiSuplai O2 Turun
Metabolisme Anaerob
Pembentukan Asam
Laktat
Kelelahan
Defisit Perawatan Diri
13
Radiasi Kemoterapi Pembedahan /
Histerektomi
Pre Post Memepercepat
pertumbuhan sel normal
Memperpendek usia akar
rambut
Alopecia
Gangguan Citra Tubuh
Defisiensi Pengetahuan
Ansietas
Peningkatan Pemanasan
pada epidermis kulit
Eritema, pecah-pecah
kering, pruritus
Kerusakan Integritas Kulit
Gastrointestinal
Peningkatan Tekanan Gaster
Mual, Muntah
Anoreksia
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
kebutuhan tubuh
Perkemihan
Cystitis
Gangguan Eliminasi Urine
Kompresi pada RES
Anemia
Leukosit Menurun
Resiko Infeksi
PostPre
Kurang Pengetahuan
Ansietas
AktivitasFisikTerbatas
Intoleransi Citra
Tubuh
Terapi
14
15
7. Tanda dan gejala kanker serviks
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker
serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan
penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium
lanjut. Gejala-gejala umum yang terjadi pada penderita kanker ini adalah :
a. Ada bercak atau perdarahan setelah berhubungan seksual,
b. Ada bercak atau perdarahan di luar masa haid,
c. Ada bercak atau perdarahan pada masa menopause,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari
biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun
sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya
adalah:
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact
bleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi
d. Penurunan berat badan yang drastis
e. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan
menderita keluhan nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih
8. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
a. Sistem pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan mual dan
muntah berlangsung singkat atau lama. Mual muntah terjadi karena
peningkatan asam lambung sehingga terjadi penurunan nafsu makan.
Mengatasi mual dapat diberikan obat anti mual sebelum, selama, dan
sesudah pengobatan. Obat kemoterapi juga dapat menyebabkan diare
karena terjadi kejang otot perut yang menimbulkan rasa tidak nyaman
16
atau sakit pada perut, bahkan ada yang diare sampai dehidrasi berat
dan harus dirawat karena kekurangan volume cairan, kadang sampai
terjadi sembelit. Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang
mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum air yang banyak
untuk mengatasi kehilangan cairan. Bila susah BAB : makan-makanan
yang berserat, dan jika memungkinkan olahraga (Ariani, 2015).
b. Sistem imun dan sistemhematologi
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem
pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Organ
penyusun sistem kekebalan tubuh pada manusia salah satunya adalah
sumsum tulang. Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat
darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.
Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-
zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit (Potter & Perry, 2005).
Kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang
merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel
darah merah menurun, yang paling sering adalah penurunan sel darah
putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan
test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi berikutnya untuk
memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah
sel darah dapat menyebabkan:
a. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah
sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga
beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatan
leukosit. Bila terjadi infeksi maka terjafi peningkatan suhu tubuh.
17
b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah,
apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan,
ruam, dan bercak merah pada kulit.
c. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan
penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel
darah merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan
lemah, mudah lelah, tampak pucat.
c. Sistem integumen
Kerontokan rambut terjadi karena kemoterapi menargetkan
semua sel yang dapat membelah dengan sangat cepat. Folikel rambut
adalah struktur dalam kulit yang berfungsi menumbuhkan rambut.
Folikel adalah salah satu sel dengan laju pertumbuhan tercepat dalam
tubuh. Selama menjalani kemoterapi bekerja untuk menghancurkan
sel kanker, prosedur ini juga akan menghancurkan sel-sel rambut.
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut
patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi
(Ariani, 2015).
d. Sistem reproduksi
Terjadinya kekeringan cairan pada vagina karna efek terapi
yang di berikan dan dapat mengganggu hubungan seksual (Ariani,
2015).
9. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks
Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan
diagnostik untuk menentukan kanker serviks sebagai berikut:
1. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
18
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena
karsinoma tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsi.
Kelemahan: hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200
kali.
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
6. Pemeriksaan lainnya
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,
golongan darah, masa peredaran dan masa pembekuan).
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOT dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan sistem respiratorius dan urologi serta tes alergi
terhadap obat.
10. Penatalaksanaan Kanker Serviks
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks:
19
STADIUM PENATALAKSANAAN
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ib, IIa Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, IVb Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang
bisa dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi),
kemoterapi, atau kombinasi metode-metode tersebut:
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker
serviks stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah
bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan
dengan tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di
kemudian hari.
b. Histerektomi total
Mengangkat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher
rahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium
20
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini
disebut salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat
apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,
itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain
dari tubuh.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang
menderita kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan
dengan kanker serviks tahap awal dapat memilih terapi sebagai
pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi
untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di
daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang
bagian-bagian selain kanker serviks mungkin perlu diterapi radiasi
dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel –
sel di daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini:
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul
atau jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan
biasanya di berikan di rumah sakit. Penderita mungkin
menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa
minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa
menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu
zat radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita
mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber
radioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari).
21
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi
diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi. Radiasi pada
perut dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau
masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di
daerah genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat
menjadi merah dan kering.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun
1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran
kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk
membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan
dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal
pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan
sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung
pada jenis obat-obatan yang diberikan dan seberapa banyak
kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi
juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan
cepat, yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat, penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah
memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel – sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut
penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan
mengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan
muntah, diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.
22
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati
rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan
keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak.
Menurut Reeder dkk (2013), penataalksanaan pada kanker serviks yaitu:
1. Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerektomi
atau dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah
serviks.
2. Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan
limfadektomi bilateral.
3. Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks
sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya
dengan radioterapi.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Serviks
1. Pengkajian keperawatan
a. Anamnesis
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui
pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
2. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical record
(MR), nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
23
3. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan
pasien.
4. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan
seperti tpendarahan intra servikal dan disertai
keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila,
2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada
stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3
dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau
busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada
panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat
kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan,
riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor
yang paling mempengaruhi karena kanker bisa
dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang
memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih
berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang
24
tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda,
2008).
5. Riwayat obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan
kanker serviks yang perlu diketahui adalah:
a. Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir,
sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan
sebelumnya menarche dan mengalami atropi pada
masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur
atau terjadi perdarahan diantara siklus haid adalah
salah tanda gejala kanker serviks.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker
serviks terbanyak pada wanita yang sering partus,
semakin sering partus semakin besar kemungkinan
resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani,
2017).
6. Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya
serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani,
hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari
sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran
diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien
yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa
tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, dkk,
2013).
7. Riwayat kebiasaan sehari – hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi,
elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015).
25
8. Pemeriksaan fisik, meliputi:
a. Kepala
 Rambut: bersih, tidak ada ketombe, rambut rontok
dan mudah tercabut.
 Mata: konjungtiva anemis
 Leher: tidak ada kelainan
b. Thoraks
 Dada: tidak ada kelainan
 Jantung: tidak ada kelainan
c. Abdomen: tidak ada kelainan
d. Genetalia: sekret berlebihan, keputihan, peradangan,
perdarahan dan lesi (Brunner & Suddarth,2015)
e. Ekstremitas: pasien kanker serviks stadium lanjut
mengalami oedema dan nyeri (Brunner & Suddarth,
2015)
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Menurut SDKI, kemungkinan masalah yang muncul adalah
sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( stress,
keengganan makan)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek
tindakan/pengobatan (kemoterapi)
4. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
perdarahan
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional
26
3. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis
Defenisi : pengalaman sensori atau
emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif: mengeluh nyeri
Objektif:
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri).
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien
mampu mengontrol nyeri dengan
kriteria hasil:
a. Tingkat nyeri
1. Mengenali kapan nyeri
terjadi
2. Menggambarkan faktor
penyebab
3. Melaporkan perubahan
terhadap gejala
nyeri pada profesional
kesehatan
4. Mengenali apa yang terkait
dengan gejala
nyeri
5. Melaporkan nyeri yang
Manajemen Nyeri
Obervasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri.
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri.
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan.
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik
27
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur.
Gejala dan tanda minor:
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
terkontrol
b. Respon pengobatan
1. Pasien mengetahui
efek sampingnya
2. Tidak ada reaksi alergi
3. Tidak ada efek prilaku
dari pengobatan.
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupressur, terapi musik, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(misal suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
12. Jelaskan penyebab nyeri
13. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
14. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Pemberian Analgesik
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frukuensi,
28
durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri.
4. Monitor tanda – tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik.
5. Monitor efektifitas analgesik.
Terapeutik
6. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal, jika perlu.
7. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau
bolus opioid untuk mempertahankan kadar
dalam serum.
8. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien.
9. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak diinginkan.
Edukasi
29
10. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi.
Defisit nutrisi berhubungan dengan
faktor psikologis
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1. Berat badan menurun minimal
10% di bawah rentang ideal.
Gejala dan tanda minor:
Subjektif:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, nafsu
makan pasien baik dengan kriteria
hasil:
a. Status nutrisi : asupan
makanan dan cairan.
1. Asupan makanan secara
oral adekuat
2. Asupan cairan secara oral
adekuat
3. Asupan cairan IV adekuat
4. Asupan nutrisi parenteral
adekuat
5. Tidak ada mual dan
muntah
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.
3. Identifikasi makanan yang disukai.
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien.
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik.
6. Monitor asupan makanan.
7. Monitor berat badan.
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu.
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
30
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif:
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
b. Nafsu makan
1. Peningkatan keinginan
untuk makan
2. Peningkatan rangsangan
untuk makan
3. Intake makanan adekuat
piramida makanan).
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai.
12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi.
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein.
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu.
15. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi.
Edukasi
16. Anjurkan makan dalam posisi duduk, jika
mampu.
17. Ajarkan diet yang diprogramkan.
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri, antiemetik), jika perlu.
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
31
jika perlu.
Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh
Definisi : perubahan persepsi tentang
penampilan, struktur dan fungsi fisik
individu.
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif:
1. Mengungkapkan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh.
Objektif:
1. Kehilangan bagian tubuh.
2. Fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien
mampu beradaptasi terhadap
disabilitas fisik
dengan kriteria hasil:
1. Menyampaikan secara lisan
kemampuan untuk
menyesuaikan terhadap
disabilitas
2. Menyampaikan secara lisan
penyesuaianterhadap
disabilitas-
3. Beradaptasi terhadap
keterbatasan secara
fungsional
4. Mengidentifikasi cara-cara
untuk beradaptasi dengan
Promosi citra tubuh
Observasi
1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan
tahap perkembangan.
2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan
umur terkait citra tubuh.
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi bagian tubuh yang
berubah.
Terapeutik
4. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya.
5. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri.
6. Diskusikanperubahan akibat pubertas,
kehamilan dan penuaan.
7. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi
citra tubuh (mis. luka, penyakit, pembedahan).
32
Gejala dan tanda minor:
Subjektif:
1. Tidak mau mengungkapkan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh.
2. Mengungkapkan perasaan negatif
tentang perubahan tubuh.
3. Mengungkapkan kekhawatiran
pada penolakan/reaksi orang lain.
4. Mengungkapkan perubahan gaya
hidup.
Objektif:
1. Menyembunyikan/menunjukkan
bagian tubuh secara berlebihan.
2. Menghindari melihat dan/atau
menyentuh bagian tubuh.
3. Fgokus berlebihan pada perubahan
tubuh.
4. Respon nonverbal pada perubahan
dan persepsi tubuh.
perubahan hidup. 8. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra
tubuh secara realistis.
9. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
tentang perubahan citra tubuh.
Edukasi
10. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
perubahan citra tubuh.
11. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh.
12. Anjurkan menggunakan alat bantu (mis.
pakaian, wig, kosmetik).
13. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis.
kelompok sebaya).
14. Latih fungsi tubuh yang dimiliki.
15. Latih peningkatan penampilan diri (mis.
berdandan).
16. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada
orang lain maupun kelompok.
33
5. Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu.
6. Hubungan sosial berubah.
34
BAB III
CONTOH KASUS
2.1 Pengkajian
Informasi didapat dari: pasien dan suami pasien
No. Reg/RM: 1524/147340
Tanggal/jam
MRS : 15 november 2020 jam 03.00
Pengkajian : 15 november 2020 jam 06.00
Diagnosis medis : Ca. Serviks IIIB
Asal masuk :UGD
Cara tiba di
ruangan: menggunakan kereta dorong
Nama : Ny. A
Umur : 45 tahun
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Riwayatsakitdankesehatan
Keluhan utama:Pasien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti melilit
sudah ± 7 bulan, pasien tampak menyeringai kesakitan, skala nyeri = 7.
Merasa kurang tenaga dan cepat lelah.
Penyakit yang pernah diderita:
- sebelumnya pasien pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama dan pernah
dilakukan biopsi.
Penyakit yang pernah diderita keluarga:
- Suami pasien mengatakan dari keluarga tidak memiliki riwayat penyakit turunan
seperti hipertensi, jantung diabetes mellitus dan asma. Suami pasien mengatakan
keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat alergi: pasien tidak mempunyai alergi obat maupun makanan.
Riwayat KB (jenis, lama pemakaian, efek samping):
- Pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi yaitu pil KB sudah kurang
lebih 20 tahun dan pada saat menggunakan KB setiap kali menstruasi bercak
darah lebih banyak.
Riwayat menstruasi:
Menarche usia: 15 tahun
Banyaknya: pada saat menggunakan KB, darah menstruasi menjadi lebih banyak.
35
Dismenorea: Pasien mengatakan mengalami sakit perut sebelum menstruasi dan pada
hari pertama menstruasi saja.
Siklus: 30 hari
Lamanya: 5 – 7 hari
Genogram
Hamil ke- &
masalah
selama hamil
Usia
kehamilan
Jenis
persalinan
Penolong Penyulit BB/PB
lahir/JK
Usia anak
saat ini
Pengalaman
&masalah menyusui
1, tidak ada
gangguan
kehamilan
37 minggu Spontan bidan - 2,8 kg/
48 cm/
♀
28 tahun -
2, tidak ada
gangguan
kehamilan
39 minggu Spontan bidan - 3,3 kg/
50 cm/
♂
20 tahun -
Pemeriksaan Fisik Head to toe
Keadaan umum: lemah, tampak lesu
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : TD: 100/50 mmHg ; nadi: 100x/mnt; suhu badan: 37˚C; RR: 22x/mnt
CRT: < 2 detik; akral: hangat
Lain – lain:
- Status gizi:
TB = 155 cm
BB = 35 kg
IMT = 16,6 kg/m²
BB Ideal : (155-100)x(15% x (155-100)) = 46,75 kg
Kepaladanleher
Rambut :
Penglihatan (mata)
Pupil : isokor ukuran: 3 mm
Refleks cahaya (ka/ki): + / +
Diameter (ka/ki) : 3 mm / 3 mm
Sklera : putih
Konjungtiva : merah muda
Penglihatan : normal
Pendengaran (telinga): bersih
36
Gangguan pendengaran: tidak
Penciuman (Hidung) : tidak bermasalah
Bentuk : normal
Gangguan penciuman : tidak
Mulut : mukosa bibir: kering lidah: bersih, tidak ada stomatitis
Gigi: tidak ada caries
Higiene : untuk kebersihan pasien dibantu oleh suami
Nyeri telan : tidak
Cloasma : tidak
Pembesaran Kelenjar :
Tyroid : tidak
Distensi vena jugularis: tidak
Lain – lain : -
Masalah: -
(Thorax)dada
Irama jantung : reguler S1/S2 tunggal : ya
Bunyi jantung : normal
Nyeri dada : tidak
Irama nafas : teratur
Suara nafas : vesikuler
Sesak nafas : tidak
Payudara : simetris
Aerola : warna gelap
Papila : menonjol keluar di atas permukaan aerola
Nyeri : tidak
Lain – lain : -
Masalah : -
Abdomen
Inspeksi : tidak ada asites, tidak ada benjolan
Auskultasi : peristaltik usus 24 x/mnt
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, terdapat nyeri tekan pada abdomen bawah.
37
Masalah: -Genetalia
Miksi : pasien terpasang catheter, saat pengkajian urin yang tertampung di urin bag
terdapat 150 cc berwarna kuning.
Defekasi : saat pengkajian pasien sudah B.A.B dengan konsistensi lunak berwarna
kuning kecoklatan.
Lain – lain: pasien mengalami perdarahan pervagina dalam satu waktu 3 jam ganti satu
softex nifas
Masalah : -
Tangandankaki
Kemampuan pergerakan : bebas
Kekuatan otot :
Refleks : patella (+) biseps (+) trisep (+)
Babinsky (-) brudzinsky (+) kernig (+)
Edema : tidak ada edema pada ekstrimitas
Varises : tidak ada
Masalah :
Orang yang paling dekat : suami
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : sangat baik
Kegiatan ibadah : pasien menganut agama Islam, pasien selalu mejalankan ibadah sesuai
dengan agama yang dianut.
Konsep diri : Pasien dan keluarga mengatakan berharap akan kesembuhan pasien. Pasien
terlihat sering melamun, saat pengkajian saat ditanya tentang sakitnya
pasien menangis, pasien jarang menatap perawat ketika diajak bicara,
pasien jarang menjawab ketika ditanya dan menjawab seperlunya dan suara
lirih. Suami pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya menangis dan
diam. Istrinya juga semakin kurus
5 5
5 5
38
Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain
Hb = 11,5 g/dl
Hematokrit = 34,9%
Leukosit = 3,84%
Trombosit = 198.000
Albumin = 2,38 g/dl
Terapi/tindakan medis :
- Ceftazidime 3x1 gram (iv)
- Norages 3x1 (iv) k/p
- Albumin 1 vial
39
2.2 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS:
- Pasien mengatakan mules
pada bagian perut bawah,
mules seperti melilit ± 7
bulan
DO:
P : adanya ca serviks
Q : nyeri seperti mules
R : perut bagian bawah
S : skala 7
T : nyeri timbul terus menerus
(kronis)
- Nadi = 100 x/
menit, RR = 22 x/ menit,
TD = 100/50 mmHg
Infiltrasi tumor Nyeri kronis
2. DS :
- Suami pasien mengatakan
istrinya tambah kurus
DO :
- BB : 35 Kg
- BB ideal 46,75 kg
- TB : 155
- BB turun > 10 % dari BB
ideal
- Diit pasien terlihat masih
utuh
- BU : 24 x/menit
- Albumin = 2.38 g/dl
faktor
psikologis
Defisit nutrisi
3 DS : pasien mengatakan Kondisi Keletihan
40
kurang tenaga dan mudah lelah
DO :
- Tampak lesu
- Seluruh aktivitas pasien
selama di rumah sakit
pasien tergantung total dan
hanya berbaring di tempat
tidur
- KU : lemah
- Tonus otot
- Nadi = 100 x/mnt
fisiologis
4 DS:
- Suami pasien mengatakan
semenjak sakit pasien
hanya menangis dan diam.
DO :
- Pasien tampak tegang,
- Saat pengkajian saat
ditanya tentang sakitnya
pasien menangis,
- Pasien jarang menatap
perawat ketika diajak
bicara,
- Pasien jarang menjawab
ketika ditanya dan
menjawab seperlunya.
- Berbicara pasien lirih
penyakit kronis
progresif
Ansietas
5 5
5 5
41
2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
4. Ansietas berhubungan dengan penyakit kronis progresif
42
2.4 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri kronis
berhubungan
dengan infiltrasi
tumor
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, 2x24 jam
pasien
mampu mengontrol nyeri
dengan kriteria hasil:
- Pasien mampu mengenali
kapan nyeri terjadi.
- Pasien melaporkan jika
nyeri sudah berkurang.
- Ekspresi wajah rileks
- Skala nyeri 3-4
- Tensi normal (100/60 –
120/80 mmHg)
- Nadi normal (60 – 100
x/menit)
- Respirasi normal (16 – 20
x/menit)
Manajemen Nyeri
Obervasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
Terapeutik
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (hipnosis, terapi musik, terapi pijat, kompres hangat)
5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
6. Jelaskan penyebab nyeri
7. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
43
9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
2. Defisit nutrisi
berhubungan
dengan faktor
psikologis
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 4x24 jam,
nafsu
makan pasien baik dengan
kriteria hasil:
- Pasien mengungkapkan
tidak mual dan muntah.
- Pasien mampu
menghabiskan makanan
yang sudah disediakan.
Manajemen nutrisi
Observasi
1.Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi makanan yang disukai.
3. Monitor asupan makanan
Terapeutik
4. Lakukan oral hygiene sebelum makan
5. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Edukasi
6. Anjurkan makan dalam posisi duduk
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan.
3. Keletihan
berhubungan
dengan kondisi
fisiologis
Setelah dilakukan tindakan
perawatan 3 x 24 jam
diharapkan pasien mampu
meningkatkan/
mempertahankan mobilitas
Manajemen energi
Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan.
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional.
44
yang optimal dengan
kriteria:
- Mempertahankan posisi
fungsional
- Meningkatnya
kekuatan/fungsi yang
sakit.
- Menunjukkan teknis
yang memampukan
melakukan aktivitas.
3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas.
Terapeutik
4. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif.
Edukasi
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
7. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang.
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
4. Ansietas
berhubungan
dengan penyakit
kronis progresif
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan ansietas bisa
berkurang dengan kriteria
hasil
- Pasien rileks
- Pasien dapat menerima
Reduksi ansietas
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,
waktu, stresor).
2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
45
keadaan perubahan
status kesehatannya.
- Pasien tidak mengalami
gangguan tidur
- Tensi normal (100/60 –
120/80 mmHg)
- Nadi normal (60 – 100
x/menit)
- Respirasi normal (16 –
20 x/menit)
kepercayaan.
4. Dengarkan dengan penuh perhatian.
5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
Edukasi
6. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis.
7. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.
8. Latih teknik relaksasi
46
47
BAB V
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kasus diatas dan setelah melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dapat disimpulkan:
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian yang didapatkan pasien mengatakan mules pada bagian
perut bawah, mules seperti melilit sudah ± 7 bulan, kedaan umum pasien
lemah, berat badan pasien turun, nafsu makan berkurang dan pasien
sering terlihat melamun dan menangis.
2. Diagnosis keperawatan
Pada contoh kasus ditemukan 4 diagnosa keperawatan. Diagnosa utama
yang diangkat adalah nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan untuk nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi
tumor adalah manajemen nyeri
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah mengdentifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri; skala
nyeri dan respons nyeri non verbal; memberikan kompres hangat;
membatasi pengunjung; menjelaskan penyebab nyeri; memberikan
analgesik sesuai anjuran dokter.
2.2 Saran
Bagi perawat agar senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita
kanker serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan
spiritual melalui pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita
maupun keluarga.
48
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, S. (2015). Stop Kanker. Yogyakarta: Istana Media
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC
Diananda, Rama. (2008). Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati.
Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction Jogja
Padila, (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
49

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
Anatomi panggul
Anatomi panggulAnatomi panggul
Anatomi panggul
 
Anatomi Panggul
Anatomi PanggulAnatomi Panggul
Anatomi Panggul
 
Gangguan identitas jenis kelamin
Gangguan identitas jenis kelaminGangguan identitas jenis kelamin
Gangguan identitas jenis kelamin
 
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri IminensPemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
 
Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)
 
Ppt bu ayu
Ppt bu ayuPpt bu ayu
Ppt bu ayu
 
KELAINAN TALI PUSAT Ppt
KELAINAN TALI PUSAT PptKELAINAN TALI PUSAT Ppt
KELAINAN TALI PUSAT Ppt
 
Air ketuban ppt
Air ketuban pptAir ketuban ppt
Air ketuban ppt
 
Dokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidananDokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidanan
 
tengkorak bayi
tengkorak bayitengkorak bayi
tengkorak bayi
 
Distosia bahu
Distosia bahuDistosia bahu
Distosia bahu
 
Diagnosa Kehamilan
Diagnosa KehamilanDiagnosa Kehamilan
Diagnosa Kehamilan
 
Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisiMalpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisi
 
Telaah Jurnal
Telaah JurnalTelaah Jurnal
Telaah Jurnal
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
 
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis fKonsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
Distosia kelainan alat kandungan poltekkes surakarta
Distosia kelainan alat kandungan poltekkes surakartaDistosia kelainan alat kandungan poltekkes surakarta
Distosia kelainan alat kandungan poltekkes surakarta
 
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatalKb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
 

Similar to Askep ca servik kelompok 13

Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa OperasiFakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa OperasiDimasKuncoro4
 
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa OperasiFakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa OperasiKumbangHerba
 
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptxKESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptxKiaTauhid
 
sekilas kanker serviks
sekilas kanker servikssekilas kanker serviks
sekilas kanker serviksFarien Putri
 
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-198769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1RinaLestari17
 
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan BandungKanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandungrafaclinic
 
Tumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahirTumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahirririn95
 
Kanker Serviks
Kanker ServiksKanker Serviks
Kanker ServiksDwi Ayu
 
Slide Kanker Serviks
Slide Kanker ServiksSlide Kanker Serviks
Slide Kanker Serviksjati_purnama
 
Materi penyuluhan kesehatan
Materi penyuluhan kesehatanMateri penyuluhan kesehatan
Materi penyuluhan kesehatanTut swan
 

Similar to Askep ca servik kelompok 13 (20)

Makalah kanker vagina
Makalah kanker vaginaMakalah kanker vagina
Makalah kanker vagina
 
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa OperasiFakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
 
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa OperasiFakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa Operasi
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Kankerserviks
KankerserviksKankerserviks
Kankerserviks
 
Kanker serviks
Kanker serviksKanker serviks
Kanker serviks
 
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptxKESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
 
sekilas kanker serviks
sekilas kanker servikssekilas kanker serviks
sekilas kanker serviks
 
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-198769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
 
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan BandungKanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
 
Kata pengantar (2)
Kata pengantar (2)Kata pengantar (2)
Kata pengantar (2)
 
Landasan teori
Landasan teoriLandasan teori
Landasan teori
 
Tumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahirTumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahir
 
Kanker Serviks
Kanker ServiksKanker Serviks
Kanker Serviks
 
Slide Kanker Serviks
Slide Kanker ServiksSlide Kanker Serviks
Slide Kanker Serviks
 
SAP kanker serviks
SAP kanker serviksSAP kanker serviks
SAP kanker serviks
 
Materi penyuluhan kesehatan
Materi penyuluhan kesehatanMateri penyuluhan kesehatan
Materi penyuluhan kesehatan
 
Kanker serviks
Kanker serviksKanker serviks
Kanker serviks
 

Recently uploaded

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 

Recently uploaded (20)

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 

Askep ca servik kelompok 13

  • 1. 1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA SERVIKS Oleh : KELOMPOK 13 KELAS B13A 1. NI PUTU SRI RAHAYU ( 203221127) 2. I WAYAN SUKARTIKA YASA (203221128) 3. I GUSTI NGURAH ARYANA (203221129) 4. NI KADEK SUGIASIH (203221130) PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA STIKES WIRA MEDIKA DENPASAR 2020
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker. Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014). Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti sebanyak 70% penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Meskipun infeksi Human Papilloma Virus HPV penyebab lebih tinggi, namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti melakukan hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual yang berganti – ganti pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo, 2014). Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker seviks merupakan salah satu penyebab kemtian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara – negara lain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks
  • 3. 3 di Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita sangat khawatir dan cemas dengan keadaannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka kelompok kami tertarik untuk menyusun makalah tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks 1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks b. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks c. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks d. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks e. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks
  • 4. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kanker Serviks 1. Pengertian Kanker Serviks Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015). Menurut Mitayani (2011) kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun. 2. Penyebab Kanker Serviks Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut : 1. Usia Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Lesi pra kanker servik pada wanita dengan usia pertama kali berhubungan seksual <20 tahun ini tentunya berhubungan dengan
  • 5. 5 belum matangnya organ reproduksi seorang wanita pada usia <20 tahun secara biologis. Infeksi pertama serviks oleh HPV sering terjadi setelah terjadinya hubungan seksual pertama karena usia <20 tahun serviks rentan terhadap rangsangan dari luar berupa bahan-bahan karsinogen seperti virus HPV atau zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma.25 Proses terjadinya lesi pra kanker pada usia pertama kali berhubungan seksual <20 tahun ini erat kaitannya dengan proses metaplasia pada lapisan endoserviks menjadi epitel skuamosa pada daerah transformasi. Ketika virus HPV masuk, maka virus tersebut akan langsung melekat pada sel yang berada pada pada lapisan basal epitel serviks kemudian DNA virus akan berintegrasi dengan DNA penjamu sehingga sel skuamosa yang mengalami metaplasia pada zona transformasi akan mengalami displasia menjadi lesi pra kanker serviks. Kemudian sel ini akan terus membelah tanpa terkendali dan menjadi kanker serviks (jurnal kesehatan andalas (8)4, 2019) 2. Sering berganti pasangan Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-partner sehingga dapat merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia. 3. Merokok Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Beberapa mekanisme molekuler telah diyakini bahwa merokok dapat berkontribusi pada karsinogenesis pada serviks yang melibatkan langsung paparan terhadap DNA dalam sel-sel epitel serviks.11 Asap
  • 6. 6 rokok dari satu batang rokok mengandung tar, nikotin, karbondioksida, benzo [a] pyrene (BAP) dan bahan kimia berbahaya lainnya dengan jumlah mencapai ribuan dan efek langsung bahan- bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal dan meningkatkan kemungkinan integrasi DNA virus ke dalam genom inang. Efek jangka panjang nya adalah proliferasi seluler terganggu, menghambat apoptosis & stimulasi faktor pertumbuhan endotel vaskuler dengan peningkatan kepadatan pembuluh darah mikro. Sehingga dapat menjadi ko-karsinogen infeksi virus HPV yang akhirnya merusak epitel serviks dan menyebabkan neoplasma atau populasi sel kanker serviks (jurnal kesehatan andalas (8)4, 2019) 4. Hygiene dan sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan- kumpulan smegma. Penggunaan obat-obatan pembersih vagina seperti deodoran ataupun antisepsik baik yang komersil maupun yang tradisional secara terus menerus atau terlalu sering akan menyebabkan iritasi pada vagina bahkan serviks yang memicu perubahan sel yang mengarah pada kanker. Kondisi ini di perburuk oleh kebiasaan dalam teknik mencuci vagina yang seharusnya dilakukan satu arah dari depan kebelakang, namun dilakukan sebaliknya 5. Status sosial ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang, hal ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
  • 7. 7 6. Terpapar virus Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat pertumbuhan serta penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra serviks bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya. 7. Faktor genetik Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya. 3. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai berikut: 1. Mikroskopis a. Displasia Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu. b. Stadium karsinoma insitu Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks. c. Stadium karsinoma mokroinvasif Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
  • 8. 8 membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker. d. Stadium karsinoma invasive Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks. Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium. Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus. 2. Makroskopis a. Stadium pre klinis Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa. b. Stadium permulaan Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum c. Stadium setengah lanjut Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio. d. Stadium lanjut Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
  • 9. 9 4. Klasifikasi Stadium Kanker Serviks Menurut Tanto (2015), Klasifikasi stadium TNM (Tumor Node Metastases) dan FIGO (The Internasional Federation of Gynecology and obstetrics) sebagai berikut: Klasifikasi TNM Klasifikasi FIGO Keterangan TX Tumor primer tidak dapat dinilai T0 Tidak ditemukan adanya tumor primer Tisb Carsinoma in situ (karsinoma prainvasif) T1 I Karsinoma serviks yang terbatas pada uterus (ekstensi sampai ke korpus tidak dihiraukan) T1ac IA Karsinoma yang didiagnosis hanya secara mikroskopik. Invasi stroma dengan kedalaman maksimal 5.0 mm yang diukur dari dasar epitel dan penyebaran secara horiziontal sebesar ≤ 7.0 mm. Keterlibatan ruang vaskular, vena atau limpatik tidak mempengaruhi klasifikasi. T1a1 IA1 Invasi stroma dengan kedalaman ≤ 3.0 mm dan penyebaran horiziontal ≤ 7.0 mm. T1a2 IA2 Invasi stroma dengan kedalam > 3.0 mm tetapi ≤ 5.0 mm dengan penyebaran ≤ 7.0 mm. T1b IB Lesi tampak secara klinis terbatas pada serviks atau lesi mikroskopik > T1a/IA2. T1b1 IB1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi terbesar. T1b2 IB2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi terbesar. T2 II Karsinoma serviks dengan invasi yang melewati uterus tetapi tidak mencapai dinding pelvis atau sepertiga bawah.
  • 10. 10 T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrium T2a1 IIA1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi terbesar. T2a2 IIA2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi terbesar. T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium T3 III Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi. T3a IIIA Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa perluasan ke dinding pelvis. T3b IIIB Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan atau menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi. T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah mencapai mukosa kandung kemih atau rektum (terbukti melalui biopsi). T4a IVA Penyebaran mencapai organ sekitar. T4b IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh. 5. Patofisiologi Kanker Serviks Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan
  • 11. 11 terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal invasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat di diagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012). Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos di masyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).
  • 12. 12 WOC Kanker Serviks - Berhubungansexs usia<17 th - Higene seksygkurang - VirusHIV - Seringmelahirkandengan persalinanbermasalah - Berganti-ganti pasangan - Herediter Prosesmetaplasti DysplasiaServiks Ca. Serviks Tahap Awal Tahap Lanjut Terapi Pembesaran MassaMenyebar ke pelvikNekrosis Jaringan Serviks Penipisan Sel EpitelTekananIntrapelvikMalu Hambatan Interaksi Sosial Tekanan Intra Abdomen Nyeri Akut Rusaknya Permeabilitas pembuluh darah Perdarahan Resiko Kekurangan Volume Cairan Anemia Hb Turun Imunitas menurun Resiko InfeksiSuplai O2 Turun Metabolisme Anaerob Pembentukan Asam Laktat Kelelahan Defisit Perawatan Diri
  • 13. 13 Radiasi Kemoterapi Pembedahan / Histerektomi Pre Post Memepercepat pertumbuhan sel normal Memperpendek usia akar rambut Alopecia Gangguan Citra Tubuh Defisiensi Pengetahuan Ansietas Peningkatan Pemanasan pada epidermis kulit Eritema, pecah-pecah kering, pruritus Kerusakan Integritas Kulit Gastrointestinal Peningkatan Tekanan Gaster Mual, Muntah Anoreksia Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh Perkemihan Cystitis Gangguan Eliminasi Urine Kompresi pada RES Anemia Leukosit Menurun Resiko Infeksi PostPre Kurang Pengetahuan Ansietas AktivitasFisikTerbatas Intoleransi Citra Tubuh Terapi
  • 14. 14
  • 15. 15 7. Tanda dan gejala kanker serviks Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala-gejala umum yang terjadi pada penderita kanker ini adalah : a. Ada bercak atau perdarahan setelah berhubungan seksual, b. Ada bercak atau perdarahan di luar masa haid, c. Ada bercak atau perdarahan pada masa menopause, d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya, atau e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah diobati. Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah: a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact bleeding) b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal c. Pendarahan diluar siklus menstruasi d. Penurunan berat badan yang drastis e. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung f. Hambatan dalam berkemih 8. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis a. Sistem pencernaan Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Mual muntah terjadi karena peningkatan asam lambung sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Mengatasi mual dapat diberikan obat anti mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan. Obat kemoterapi juga dapat menyebabkan diare karena terjadi kejang otot perut yang menimbulkan rasa tidak nyaman
  • 16. 16 atau sakit pada perut, bahkan ada yang diare sampai dehidrasi berat dan harus dirawat karena kekurangan volume cairan, kadang sampai terjadi sembelit. Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum air yang banyak untuk mengatasi kehilangan cairan. Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika memungkinkan olahraga (Ariani, 2015). b. Sistem imun dan sistemhematologi Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Organ penyusun sistem kekebalan tubuh pada manusia salah satunya adalah sumsum tulang. Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat- zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Potter & Perry, 2005). Kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah menurun, yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan: a. Mudah terkena infeksi Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatan leukosit. Bila terjadi infeksi maka terjafi peningkatan suhu tubuh.
  • 17. 17 b. Perdarahan Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit. c. Anemia Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak pucat. c. Sistem integumen Kerontokan rambut terjadi karena kemoterapi menargetkan semua sel yang dapat membelah dengan sangat cepat. Folikel rambut adalah struktur dalam kulit yang berfungsi menumbuhkan rambut. Folikel adalah salah satu sel dengan laju pertumbuhan tercepat dalam tubuh. Selama menjalani kemoterapi bekerja untuk menghancurkan sel kanker, prosedur ini juga akan menghancurkan sel-sel rambut. Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi (Ariani, 2015). d. Sistem reproduksi Terjadinya kekeringan cairan pada vagina karna efek terapi yang di berikan dan dapat mengganggu hubungan seksual (Ariani, 2015). 9. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk menentukan kanker serviks sebagai berikut: 1. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
  • 18. 18 yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna. 2. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsi. Kelemahan: hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat. 3. Kolpomikroskopi Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali. 4. Biopsi Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. 5. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas. 6. Pemeriksaan lainnya a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah, masa peredaran dan masa pembekuan). b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOT dan SGPT. c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG. d. Pemeriksaan sistem respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat. 10. Penatalaksanaan Kanker Serviks Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium kanker serviks:
  • 19. 19 STADIUM PENATALAKSANAAN 0 Biopsi kerucut Histerektomi transvaginal Ia Biopsi kerucut Histerektomi transvaginal Ib, IIa Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan IIb, III, IV Histerektomi transvaginal IVa, IVb Radioterapi Radiasi paliatif Kemoterapi Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-metode tersebut: 1. Operasi atau pembedahan Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium I dan II. a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy) Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan dengan tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari. b. Histerektomi total Mengangkat leher rahim dan rahim. c. Histerektomi radikal Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan bagian dari vagina. d. Saluran telur dan ovarium
  • 20. 20 Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut salpingo-ooforektomi. e. Kelenjar getah bening Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. 2. Radioterapi Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks tahap awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang bagian-bagian selain kanker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel – sel di daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini: a. Terapi radiasi eksternal Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa menit. b. Terapi radiasi internal Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari).
  • 21. 21 Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi. Radiasi pada perut dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi merah dan kering. 3. Kemoterapi Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-obatan yang diberikan dan seberapa banyak kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu: a. Sel darah Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah. b. Sel – sel pada akar rambut Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur. c. Sel yang melapisi saluran pencernaan Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.
  • 22. 22 Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak. Menurut Reeder dkk (2013), penataalksanaan pada kanker serviks yaitu: 1. Stadium I Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerektomi atau dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks. 2. Stadium IB dan IIA Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi bilateral. 3. Stadium IIB sampai IVB Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan radioterapi. 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Serviks 1. Pengkajian keperawatan a. Anamnesis 1. Data dasar Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium). 2. Identitas pasien Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
  • 23. 23 3. Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien. 4. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti tpendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia. b. Riwayat kesehatan sekarang Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia. c. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). d. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang
  • 24. 24 tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda, 2008). 5. Riwayat obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu diketahui adalah: a. Keluhan haid Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks. b. Riwayat kehamilan dan persalinan Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017). 6. Riwayat psikososial Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, dkk, 2013). 7. Riwayat kebiasaan sehari – hari Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015).
  • 25. 25 8. Pemeriksaan fisik, meliputi: a. Kepala  Rambut: bersih, tidak ada ketombe, rambut rontok dan mudah tercabut.  Mata: konjungtiva anemis  Leher: tidak ada kelainan b. Thoraks  Dada: tidak ada kelainan  Jantung: tidak ada kelainan c. Abdomen: tidak ada kelainan d. Genetalia: sekret berlebihan, keputihan, peradangan, perdarahan dan lesi (Brunner & Suddarth,2015) e. Ekstremitas: pasien kanker serviks stadium lanjut mengalami oedema dan nyeri (Brunner & Suddarth, 2015) 2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Menurut SDKI, kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( stress, keengganan makan) 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/pengobatan (kemoterapi) 4. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan perdarahan 5. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional
  • 26. 26 3. Rencana Keperawatan DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Defenisi : pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Gejala dan tanda mayor: Subjektif: mengeluh nyeri Objektif: 1. Tampak meringis 2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri). Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil: a. Tingkat nyeri 1. Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Menggambarkan faktor penyebab 3. Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan 4. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri 5. Melaporkan nyeri yang Manajemen Nyeri Obervasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal. 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri. 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri. 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri. 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan. 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik. Terapeutik
  • 27. 27 3. Gelisah 4. Frekuensi nadi meningkat 5. Sulit tidur. Gejala dan tanda minor: Subjektif: (tidak tersedia) Objektif: 1. Tekanan darah meningkat 2. Pola nafas berubah 3. Nafsu makan berubah 4. Proses berpikir terganggu 5. Menarik diri 6. Berfokus pada diri sendiri 7. Diaforesis terkontrol b. Respon pengobatan 1. Pasien mengetahui efek sampingnya 2. Tidak ada reaksi alergi 3. Tidak ada efek prilaku dari pengobatan. 10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupressur, terapi musik, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) Edukasi 12. Jelaskan penyebab nyeri 13. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 14. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 15. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. Pemberian Analgesik Observasi 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frukuensi,
  • 28. 28 durasi) 2. Identifikasi riwayat alergi obat 3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri. 4. Monitor tanda – tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik. 5. Monitor efektifitas analgesik. Terapeutik 6. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu. 7. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum. 8. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien. 9. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan. Edukasi
  • 29. 29 10. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat. Kolaborasi 11. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Gejala dan tanda mayor: Subjektif: (tidak tersedia) Objektif: 1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal. Gejala dan tanda minor: Subjektif: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nafsu makan pasien baik dengan kriteria hasil: a. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan. 1. Asupan makanan secara oral adekuat 2. Asupan cairan secara oral adekuat 3. Asupan cairan IV adekuat 4. Asupan nutrisi parenteral adekuat 5. Tidak ada mual dan muntah Manajemen Nutrisi Observasi 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan. 3. Identifikasi makanan yang disukai. 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien. 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik. 6. Monitor asupan makanan. 7. Monitor berat badan. 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium. Terapeutik 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu. 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
  • 30. 30 1. Cepat kenyang setelah makan 2. Kram/nyeri abdomen 3. Nafsu makan menurun Objektif: 1. Bising usus hiperaktif 2. Otot pengunyah lemah 3. Otot menelan lemah 4. Membran mukosa pucat 5. Sariawan 6. Serum albumin turun 7. Rambut rontok berlebihan 8. Diare b. Nafsu makan 1. Peningkatan keinginan untuk makan 2. Peningkatan rangsangan untuk makan 3. Intake makanan adekuat piramida makanan). 11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai. 12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi. 13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. 14. Berikan suplemen makanan, jika perlu. 15. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi. Edukasi 16. Anjurkan makan dalam posisi duduk, jika mampu. 17. Ajarkan diet yang diprogramkan. Kolaborasi 18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetik), jika perlu. 19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
  • 31. 31 jika perlu. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik individu. Gejala dan tanda mayor: Subjektif: 1. Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh. Objektif: 1. Kehilangan bagian tubuh. 2. Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu beradaptasi terhadap disabilitas fisik dengan kriteria hasil: 1. Menyampaikan secara lisan kemampuan untuk menyesuaikan terhadap disabilitas 2. Menyampaikan secara lisan penyesuaianterhadap disabilitas- 3. Beradaptasi terhadap keterbatasan secara fungsional 4. Mengidentifikasi cara-cara untuk beradaptasi dengan Promosi citra tubuh Observasi 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan. 2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh. 3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi bagian tubuh yang berubah. Terapeutik 4. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya. 5. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri. 6. Diskusikanperubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan. 7. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis. luka, penyakit, pembedahan).
  • 32. 32 Gejala dan tanda minor: Subjektif: 1. Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh. 2. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh. 3. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain. 4. Mengungkapkan perubahan gaya hidup. Objektif: 1. Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan. 2. Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh. 3. Fgokus berlebihan pada perubahan tubuh. 4. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh. perubahan hidup. 8. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis. 9. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh. Edukasi 10. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh. 11. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh. 12. Anjurkan menggunakan alat bantu (mis. pakaian, wig, kosmetik). 13. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok sebaya). 14. Latih fungsi tubuh yang dimiliki. 15. Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan). 16. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok.
  • 33. 33 5. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu. 6. Hubungan sosial berubah.
  • 34. 34 BAB III CONTOH KASUS 2.1 Pengkajian Informasi didapat dari: pasien dan suami pasien No. Reg/RM: 1524/147340 Tanggal/jam MRS : 15 november 2020 jam 03.00 Pengkajian : 15 november 2020 jam 06.00 Diagnosis medis : Ca. Serviks IIIB Asal masuk :UGD Cara tiba di ruangan: menggunakan kereta dorong Nama : Ny. A Umur : 45 tahun Suku : Bali Agama : Hindu Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu Rumah tangga Riwayatsakitdankesehatan Keluhan utama:Pasien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti melilit sudah ± 7 bulan, pasien tampak menyeringai kesakitan, skala nyeri = 7. Merasa kurang tenaga dan cepat lelah. Penyakit yang pernah diderita: - sebelumnya pasien pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama dan pernah dilakukan biopsi. Penyakit yang pernah diderita keluarga: - Suami pasien mengatakan dari keluarga tidak memiliki riwayat penyakit turunan seperti hipertensi, jantung diabetes mellitus dan asma. Suami pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Riwayat alergi: pasien tidak mempunyai alergi obat maupun makanan. Riwayat KB (jenis, lama pemakaian, efek samping): - Pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi yaitu pil KB sudah kurang lebih 20 tahun dan pada saat menggunakan KB setiap kali menstruasi bercak darah lebih banyak. Riwayat menstruasi: Menarche usia: 15 tahun Banyaknya: pada saat menggunakan KB, darah menstruasi menjadi lebih banyak.
  • 35. 35 Dismenorea: Pasien mengatakan mengalami sakit perut sebelum menstruasi dan pada hari pertama menstruasi saja. Siklus: 30 hari Lamanya: 5 – 7 hari Genogram Hamil ke- & masalah selama hamil Usia kehamilan Jenis persalinan Penolong Penyulit BB/PB lahir/JK Usia anak saat ini Pengalaman &masalah menyusui 1, tidak ada gangguan kehamilan 37 minggu Spontan bidan - 2,8 kg/ 48 cm/ ♀ 28 tahun - 2, tidak ada gangguan kehamilan 39 minggu Spontan bidan - 3,3 kg/ 50 cm/ ♂ 20 tahun - Pemeriksaan Fisik Head to toe Keadaan umum: lemah, tampak lesu Kesadaran : composmentis Tanda vital : TD: 100/50 mmHg ; nadi: 100x/mnt; suhu badan: 37˚C; RR: 22x/mnt CRT: < 2 detik; akral: hangat Lain – lain: - Status gizi: TB = 155 cm BB = 35 kg IMT = 16,6 kg/m² BB Ideal : (155-100)x(15% x (155-100)) = 46,75 kg Kepaladanleher Rambut : Penglihatan (mata) Pupil : isokor ukuran: 3 mm Refleks cahaya (ka/ki): + / + Diameter (ka/ki) : 3 mm / 3 mm Sklera : putih Konjungtiva : merah muda Penglihatan : normal Pendengaran (telinga): bersih
  • 36. 36 Gangguan pendengaran: tidak Penciuman (Hidung) : tidak bermasalah Bentuk : normal Gangguan penciuman : tidak Mulut : mukosa bibir: kering lidah: bersih, tidak ada stomatitis Gigi: tidak ada caries Higiene : untuk kebersihan pasien dibantu oleh suami Nyeri telan : tidak Cloasma : tidak Pembesaran Kelenjar : Tyroid : tidak Distensi vena jugularis: tidak Lain – lain : - Masalah: - (Thorax)dada Irama jantung : reguler S1/S2 tunggal : ya Bunyi jantung : normal Nyeri dada : tidak Irama nafas : teratur Suara nafas : vesikuler Sesak nafas : tidak Payudara : simetris Aerola : warna gelap Papila : menonjol keluar di atas permukaan aerola Nyeri : tidak Lain – lain : - Masalah : - Abdomen Inspeksi : tidak ada asites, tidak ada benjolan Auskultasi : peristaltik usus 24 x/mnt Perkusi : bunyi timpani Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, terdapat nyeri tekan pada abdomen bawah.
  • 37. 37 Masalah: -Genetalia Miksi : pasien terpasang catheter, saat pengkajian urin yang tertampung di urin bag terdapat 150 cc berwarna kuning. Defekasi : saat pengkajian pasien sudah B.A.B dengan konsistensi lunak berwarna kuning kecoklatan. Lain – lain: pasien mengalami perdarahan pervagina dalam satu waktu 3 jam ganti satu softex nifas Masalah : - Tangandankaki Kemampuan pergerakan : bebas Kekuatan otot : Refleks : patella (+) biseps (+) trisep (+) Babinsky (-) brudzinsky (+) kernig (+) Edema : tidak ada edema pada ekstrimitas Varises : tidak ada Masalah : Orang yang paling dekat : suami Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : sangat baik Kegiatan ibadah : pasien menganut agama Islam, pasien selalu mejalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut. Konsep diri : Pasien dan keluarga mengatakan berharap akan kesembuhan pasien. Pasien terlihat sering melamun, saat pengkajian saat ditanya tentang sakitnya pasien menangis, pasien jarang menatap perawat ketika diajak bicara, pasien jarang menjawab ketika ditanya dan menjawab seperlunya dan suara lirih. Suami pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya menangis dan diam. Istrinya juga semakin kurus 5 5 5 5
  • 38. 38 Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain Hb = 11,5 g/dl Hematokrit = 34,9% Leukosit = 3,84% Trombosit = 198.000 Albumin = 2,38 g/dl Terapi/tindakan medis : - Ceftazidime 3x1 gram (iv) - Norages 3x1 (iv) k/p - Albumin 1 vial
  • 39. 39 2.2 Analisa Data NO DATA ETIOLOGI MASALAH 1. DS: - Pasien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti melilit ± 7 bulan DO: P : adanya ca serviks Q : nyeri seperti mules R : perut bagian bawah S : skala 7 T : nyeri timbul terus menerus (kronis) - Nadi = 100 x/ menit, RR = 22 x/ menit, TD = 100/50 mmHg Infiltrasi tumor Nyeri kronis 2. DS : - Suami pasien mengatakan istrinya tambah kurus DO : - BB : 35 Kg - BB ideal 46,75 kg - TB : 155 - BB turun > 10 % dari BB ideal - Diit pasien terlihat masih utuh - BU : 24 x/menit - Albumin = 2.38 g/dl faktor psikologis Defisit nutrisi 3 DS : pasien mengatakan Kondisi Keletihan
  • 40. 40 kurang tenaga dan mudah lelah DO : - Tampak lesu - Seluruh aktivitas pasien selama di rumah sakit pasien tergantung total dan hanya berbaring di tempat tidur - KU : lemah - Tonus otot - Nadi = 100 x/mnt fisiologis 4 DS: - Suami pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya menangis dan diam. DO : - Pasien tampak tegang, - Saat pengkajian saat ditanya tentang sakitnya pasien menangis, - Pasien jarang menatap perawat ketika diajak bicara, - Pasien jarang menjawab ketika ditanya dan menjawab seperlunya. - Berbicara pasien lirih penyakit kronis progresif Ansietas 5 5 5 5
  • 41. 41 2.3 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis 3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis 4. Ansietas berhubungan dengan penyakit kronis progresif
  • 42. 42 2.4 Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI 1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 2x24 jam pasien mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil: - Pasien mampu mengenali kapan nyeri terjadi. - Pasien melaporkan jika nyeri sudah berkurang. - Ekspresi wajah rileks - Skala nyeri 3-4 - Tensi normal (100/60 – 120/80 mmHg) - Nadi normal (60 – 100 x/menit) - Respirasi normal (16 – 20 x/menit) Manajemen Nyeri Obervasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal. Terapeutik 4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (hipnosis, terapi musik, terapi pijat, kompres hangat) 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) Edukasi 6. Jelaskan penyebab nyeri 7. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
  • 43. 43 9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x24 jam, nafsu makan pasien baik dengan kriteria hasil: - Pasien mengungkapkan tidak mual dan muntah. - Pasien mampu menghabiskan makanan yang sudah disediakan. Manajemen nutrisi Observasi 1.Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi makanan yang disukai. 3. Monitor asupan makanan Terapeutik 4. Lakukan oral hygiene sebelum makan 5. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai Edukasi 6. Anjurkan makan dalam posisi duduk Kolaborasi 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan. 3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis Setelah dilakukan tindakan perawatan 3 x 24 jam diharapkan pasien mampu meningkatkan/ mempertahankan mobilitas Manajemen energi Observasi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan. 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional.
  • 44. 44 yang optimal dengan kriteria: - Mempertahankan posisi fungsional - Meningkatnya kekuatan/fungsi yang sakit. - Menunjukkan teknis yang memampukan melakukan aktivitas. 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas. Terapeutik 4. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif. Edukasi 5. Anjurkan tirah baring 6. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap. 7. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang. Kolaborasi 8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan. 4. Ansietas berhubungan dengan penyakit kronis progresif Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan ansietas bisa berkurang dengan kriteria hasil - Pasien rileks - Pasien dapat menerima Reduksi ansietas Observasi 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu, stresor). 2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal) Terapeutik 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
  • 45. 45 keadaan perubahan status kesehatannya. - Pasien tidak mengalami gangguan tidur - Tensi normal (100/60 – 120/80 mmHg) - Nadi normal (60 – 100 x/menit) - Respirasi normal (16 – 20 x/menit) kepercayaan. 4. Dengarkan dengan penuh perhatian. 5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan. Edukasi 6. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis. 7. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien. 8. Latih teknik relaksasi
  • 46. 46
  • 47. 47 BAB V PENUTUP 2.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus diatas dan setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dapat disimpulkan: 1. Pengkajian Keperawatan Hasil pengkajian yang didapatkan pasien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti melilit sudah ± 7 bulan, kedaan umum pasien lemah, berat badan pasien turun, nafsu makan berkurang dan pasien sering terlihat melamun dan menangis. 2. Diagnosis keperawatan Pada contoh kasus ditemukan 4 diagnosa keperawatan. Diagnosa utama yang diangkat adalah nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor. 3. Rencana keperawatan Rencana keperawatan untuk nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor adalah manajemen nyeri 4. Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah mengdentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri; skala nyeri dan respons nyeri non verbal; memberikan kompres hangat; membatasi pengunjung; menjelaskan penyebab nyeri; memberikan analgesik sesuai anjuran dokter. 2.2 Saran Bagi perawat agar senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan spiritual melalui pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita maupun keluarga.
  • 48. 48 DAFTAR PUSTAKA Ariani, S. (2015). Stop Kanker. Yogyakarta: Istana Media Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC Diananda, Rama. (2008). Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati. Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Jogja Padila, (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  • 49. 49