KDRT merupakan masalah sosial yang memerlukan penanganan multi-pihak. Dokumen menjelaskan tentang KDRT, kekerasan terhadap perempuan dan anak, data KDRT di Indonesia, serta upaya pencegahan dan penanggulangannya melalui pilar-pilar seperti mencegah, melindungi, menangani, dan memulihkan korban. Dokumen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang KDRT beserta dampak dan penyelesaiannya.
2. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT),
Kekerasan pada Perempuan, dan Kekerasan pada Anak
KDRT
perbuatanmelawan hukum
atau norma yang menyakiti
anggota keluargaatau orang
serumahsecara fisik, psikis,
seksual, atau ekonomi.
KDRT dapt terjadi pada
suami, istri, anak, orang tua,
dan anggota keluargalainnya,
yang dapat berupa kekerasan
fisik, psikis, seksual, atau
penelantaran.
KDRT diaturdalam UU No. 23
Tahun 2004 ttg Penghapusan
KDRT.
Kekerasan terhadap Perempuan
kekerasan berbasis gender, yaitu
kekerasan yang dilakukankarena
perbedaanperan, fungsi, dan posisi
antaralaki-lakidan perempuan.
Dapat terjadi di ranah personal
(misalnya KDRT, kekerasan dalam
pacaran,kekerasan oleh mantan
pasangan) ataudi ranah publik
(misalnyapelecehan seksual,
pemerkosaan, perdagangan
perempuan).
Diatur dalam UU No. 7 Tahun 1984
ttg Pengesahan Konvensi
PenghapusanSegala Bentuk
DiskriminasiTerhadap Perempuan.
Kekerasan terhadap Anak
kekerasan yg dilakukanpada
seseorang yg berusia di bawah 18
tahun.
Dapat berupa kekerasan fisik, psikis,
seksual, eksploitasi,penelantaran,
atau diskriminasi.
Dapat terjadi di ranah personal
(misalnya KDRT, inses, kekerasan
oleh guru atauteman sebaya) atau
di ranahpublik (misalnyapelecehan
seksual, pemerkosaan, perdagangan
anak).
Diatur dalam UU No. 35 Tahun2014
ttg Perubahan atasUU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.
3. Total Kasus KDRT (Januari 2023)
Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id (diakses pada 20-07-2023)
laki-laki dan perempuan
memiliki resiko menjadi
korban KDRT
12.552
2.766
Total: 15.318
4. Perbandingan Jumlah Semua Kasus Kekerasan
DIY
238
Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id (diaksespada 20-07-2023)
Kepri
1.371
5. Jumlah Kasus dan Korban Menurut Tempat Kejadian
Jumlah KASUS berdasarkan
Tempat Kejadian
Jumlah KORBAN berdasarkan
Tempat Kejadian
Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id (diakses pada 20-07-2023)
KDRT
=
8.705
KDRT
=
9.321
6. Jumlah Korban Menurut Usia dan Pendidikan
Jumlah Korban
berdasarkan Usia
Jumlah KORBAN
berdasarkan Pendidikan
Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id (diakses pada 20-07-2023)
KDRT
=
9.321
5.318
3.368
614
82
3.116
1.073
1.344
1.107
3.210
3.692
4.394
1.226
344
7. Apa hubungan Pelaku dengan Korban?
Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id (diakses pada 20-07-2023)
Pelakunya
bukan orang
jauh, tapi
orang dekat?
8. Bentuk KDRT
Sumber: Profil Perempuan Indonesia2022 (Kemen PPPA 2022)
Fisik: memukul, menampar, menendang,
mencubit, menjambak, atau menyakitidengan
benda tajam atau keras, dan lainnya
Seksual: memaksa hubungan intim,
memperkosa, menyebarkanfoto / video intim
tanpa izin, atau melarang menggunakan alat
kontrasepsi, dan lainnya.
Psikologis:mengancam, mencemooh,
menghina, mengejek, mengucilkan,atau
melarang berkomunikasi,dan lainnya.
Penelantaran:tidak memberikan nafkahlahir
dan batin, meninggalkanpasanganatau anak,
atau tidak memberikan perhatiandan kasih
sayang, dan lainnya.
9. Apa yang harus Dilakukan?
Sumber: kekerasan.kemenpppa.go.id (diakses pada 20-07-2023)
Suami/istri: aktif membangun keluarga bahagiadan
sejahtera perbaikandiri dari hari ke hari. Pahami,
pedulidan perangi KDRT.
Anak: aktif menjadi anak yg berguna bagi semua.
Anggota keluarga besar dan tetangga: cegah, lindungi,
tanganidan pulihkan.
Tokoh masyarakat:KampanyeAnti KDRT, edukasi
tentang hak-hak perempuan dan anak, dan koordinasi
dengan pihak terkait.
Tokoh agama:kampanyenilai-nilai“rahmatbagi alam
semesta”, beri bimbinganpada pelakudan korban, dan
advokasipenegakanhukum bagi pelaku.
Tokoh pemuda:kampanyekanantiKDRT, bentuk
jaringansolidaritasperlindunganbagi korban KDRT,
dan mengembangkan budayadamaidan toleran.
10. Data Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2023
Data dari Lembaga Layanan Binaan Komnas Perempuan
Sumber: Lembar Fakta Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2023, “Kekerasan terhadap Perempuan
di Ranah Publik dan Negara: Minimnya Pelindungan dan Pemulihan”, Jakarta, 7 Maret 2023
11. Tension
(Ketegangan)
Komunikasi memburuk, korban takut dan
merasa harus menyenangkan pelaku.
RECONCILATION
(“Perdamaian”)
Pelaku minta maaf, menyalahkan korban,
menyangkal kekerasan yg telah dilakukan
(“Kamu tadi bikin aku marah sih. Maaf ya aku
tidak bermaksud menyakiti. Aku sayang kamu”
Incident
(Penganiayaan)
Kekerasan terjadi, pelaku menyalahkan,
mengintimidasi dan mengancam korban
Calm
(Perdamaian)
Fase “bulan madu”; pelaku seolah-olah
menyenangkan korban agar korban melupakan
KDRT
Siklus
KDRT
Sumber: Lenore E. Walker, The Battered Woman, 1979
14. Mengapa Tidak Melaporkan Kasus KDRT?
1. Rasa Malu dan Stigma: Korban merasa bahwa KDRT
adalah masalah keluarga yang seharusnya tidak diekspos
ke publik.
2. Rasa Takut terhadap Retaliasi: Korban seringkali takut
melaporkan karna menghadapi ancaman balasan yang
lebih keras.
3. Rasa Tidak Percaya pada Sistem Hukum: Beberapa
korban KDRT mungkin memiliki keyakinan bahwa sistem
hukum tidak dapat memberikan perlindungan atau
keadilan.
4. Keyakinan Budaya : Di beberapa masyarakat, terdapat
keyakinan bahwa KDRT adalah bagian dari budaya atau
norma yang harus diterima.
5. Ketergantungan Ekonomi: Korban
tergantung secara finansial pada pelaku KDRT;
takut kehilangan sumber kehidupan atau
tempat tinggal.
6. Ketidakadilan Gender: Di beberapa
masyarakat, pandangan patriarki mengakar dan
mempengaruhi persepsi terhadap KDRT.
Perempuan merasa tidak berdaya untuk
melawan kekerasan.
7. Ketidaktahuan tentang Hak dan Jalur
Penyelesaiannya: Banyak korban mungkin tidak
menyadari hak-haknya dan sumber daya yang
tersedia untuk membantu mereka mengatasi
situasi KDRT.
15. Dampak kesehatan: Luka, sakit, penyakitmenular
seksual, kehamilan tidak diinginkan,aborsi tidak aman,
gangguan mental, stres, trauma, depresi, atau bahkan
bunuh diri.
Dampak ekonomi: kesulitan bekerja, belajar, atau
beraktivitaskarenagangguan fisik atau mental,
membutuhkanbiayauntuk pengobatan,perawatan,
bantuanhukum, atau perlindungan.
Dampak sosial: isolasi sosial, diskriminasi,stigma,
kehilanganmartabat, ketidakharmonisankeluarga,
perceraian,atau kekerasan antar generasi.
Dampak politik: penurunanpartisipasipolitikdan
pengambilankeputusan,hambatandalam mengakses
informasi, layanan publik,hak asasi manusia, atau
keadilan.
Dampak adanya KDRT
16. Pilar Penanggulangan KDRT: Cegah, Lindungi, Tangani dan Pulihkan
Mencegah terjadinyaKDRT,
baik oleh pihak keluarga,
masyarakat,maupun
pemerintah.
Contoh: sosialisasidan
edukasi HAM, kesetaraan
gender, nilai-nilaikeluarga,
dan dampak negatif KDRT;
memberdayakan perempuan
dan anak-anaksecara
ekonomi, sosial, dan politik;
serta menciptakan
lingkunganyg kondusif dan
harmonis bagi rumah
tangga.
Melindungi korban KDRT
dari ancaman atau bahaya
yg ditimbulkanolehpelaku.
Contoh:bantuan hukum,
medis, psikologis, sosial, dan
finansialkepada korban;
memberikan perintah
perlindungansementara
atau permanen kepada
pelaku;serta memberikan
sanksi hukum yang tegas dan
proporsionalkepada pelaku.
Menangani dampak KDRT
yang dialamioleh korban
dan pelaku.
Contoh:memberikan
pelayanankesehatan,
konseling, terapi,
rehabilitasi,dan reintegrasi
kepada korban dan pelaku;
memberikan kompensasi
atau gantirugi kepada
korban; serta memberikan
bimbinganatau
pendampingankepada
korban dan pelaku.
Memulihkankondisi fisik,
mental, sosial, dan ekonomi
korban dan pelakuKDRT.
Contohnya adalah
memberikan dukungan
moral, emosional, dan
spiritualkepada korban dan
pelaku; memberikan
kesempatan atau fasilitas
untuk mengembangkan
potensi diri korban dan
pelaku; serta memberikan
bantuanuntuk membangun
kembali hubunganyang
sehat dan harmonis antara
korban dan pelaku.
17. P3K: Pahami, Peduli, dan Perangi KDRT
Pahami
Tahu dan paham arti KDRT,
jenis-jenisnya,
penyebabnya, dampaknya,
dan cara mengatasinya.
Masyarakat juga perlu
mengetahui hak-hak korban
dan pelaku KDRT, serta
peraturan hukum yang
mengaturnya.
Peduli
Menyadari dan bersikap
empati terhadap korban
dan pelaku KDRT, serta
memberikan dukungan dan
bantuan yang dibutuhkan.
Masyarakat juga perlu
melaporkan kasus KDRT
yang terjadi di sekitar
mereka kepada pihak yang
berwenang atau lembaga
terkait.
Perangi
Menentang dan mencegah
terjadinya KDRT dengan
cara mengubah pola pikir
dan perilaku yang
diskriminatif, patriarkal,
atau kekerasan.
Masyarakat juga perlu
berpartisipasi dalam
advokasi, edukasi, dan
kampanye anti-KDRT.
18. Proses Umum Mediasi Kasus KDRT
Pra-mediasi
1. Mediatormemper-
temukan pelaku,
korban dan pihak
lain yg terkait.
2. Menjelaskan
tujuan dan
prosedur mediasi,
3. Menanyakan
kesediaan para
pihak utk
melakukan
mediasi.
Proses Mediasi
1. Pembukaan,
2. Penyampaiandan identifikasimasalahKDRT,
3. Penyampaianharapandari korban, pelaku, dan pihak
terkait terhadap kasus KDRT,
4. Pencariansolusi: mediator dan kedua belah pihak
mencari solusi realistisyang sesuai dengan kondisi.
5. Penyepakatan: mediatormembantu menentukan
solusi adil, seimbang, dan dapat dilaksanakan oleh
kedua belah pihak,
6. PenandatangananKesepakatan:mediator
merumuskan kesepakatandalam bentuk tertulis dan
meminta kedua belah pihak untuk
menandatanganinyadisaksikanpara pihakterkait.
Pasca-mediasi
1. Evaluasidan tindak
lanjutmediasi,
2. Memberikansaran dan
rekomendasi untuk
menjaga hubungan
yang harmonis,
3. Melakukan
pemantauan terhadap
pelaksanaan
kesepakatan.
19. Pendalaman Kasus KDRT
1. Siapa korban dan pelaku KDRT? Apa hubungan
mereka? Bagaimanalatarbelakangsosial, ekonomi,
pendidikan,agama, budaya,dan psikologismereka?
2. Apa bentuk dan tingkat keparahanKDRT yang dialami
atau dilakukanolehkorban dan pelaku? Bagaimana
frekuensi, durasi, intensitas,dan lokasi kekerasan
tersebut?
3. Apa dampak dan akibatKDRT bagi korban dan
pelaku? Bagaimanakondisifisik, mental, emosional,
sosial, dan finansialmereka setelah kekerasan
tersebut?
4. Apa penyebabdan faktorpendorong KDRT yang
dialamiataudilakukan olehkorban dan pelaku?
Bagaimanaperan individu,keluarga,masyarakat,dan
negara dalam memicu atau mencegah kekerasan
tersebut?
5. Apa upayapenanganandan pemulihan
KDRT yang dilakukanoleh korban dan
pelaku? Bagaimanaproses hukum,
medis, psikologis, sosial, dan spiritual
yang mereka jalani?Apa kendaladan
tantanganyang mereka hadapidalam
proses tersebut?
6. Apa rekomendasi atausaran untuk
mencegah ataumengatasi KDRT yang
dialamiataudilakukan olehkorban dan
pelaku? Bagaimanastrategi
pemberdayaan,perlindungan,
pelayanan,advokasi,dan edukasiyang
dapat diterapkanoleh individu,keluarga,
masyarakat,dannegara?