1. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM
PERSFEKTIF GENDER
KELOMPOK 4 ;
YASNI BUDIMAN
ANNISA
RISKA HAMSAH
ANDI TENRI WILYANI
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi
Dosen Pengampuh : Rismawati, S.ST.,M.Kes
2. A. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization
(WHO) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya.
Kesehatan reproduksi remaja diartikan sebagai kondisi
sehat secara sistem, fungsi dan proses reproduksi yang
termasuk didalamnya kesehatan mental, sosial dan juga
kultural.
Kesehatan reproduksi menjadi progam kesehatan yang
saat ini mendapat perhatian khusus baik itu secara global
ataupun nasional.
3. B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
1. Pengetahuan 2. Perhatian Keluarga
3. Lingkungan Sosial Budaya
Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang,
mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan
tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan
penyakit, dan sebagainya.
Adanya peran keluarga yang harmonis, yang secara
langsung akan membentuk sikap remaja dalam menjalani
hidupnya, serta sebagai bimbingan dalam pencarian jati
diri remaja yang akan didapatkan dalam keluarga.
Pengaruh lingkungan sosial budaya negatif cenderung lebih
tinggi, hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan merupakan
faktor yang paling kuat selain keluarga dalam pembentukkan
karakter individu.
4. Hak reproduksi adalah hak-hak dasar setiap pasangan maupun individu untuk secara bebas dan bertanggung
jawab memutuskan jumlah,jarak kehamilan dan waktu memiliki anak serta mendapatkan informasi mengenai
cara melakukanya termasuk hak untuk mendapatkan standar tertinggi kesehatan reproduksi juga kesehata
seksual termasuk hak mereka untuk membuat keputusan menyangkut reproduksi yang bebas dari diskriminasi
,perlakuan dan sewenang-wenang,dan kekerasan.
C. Hak-Hak Kesehatan Reproduksi
Hak reproduksi adalah hak-hak dasar setiap pasangan maupun individu untuk secara
bebas dan bertanggung jawab memutuskan jumlah, jarak kehamilan dan waktu memiliki
anak serta mendapatkan informasi mengenai cara melakukanya termasuk hak untuk
mendapatkan standar tertinggi kesehatan reproduksi juga kesehata seksual termasuk hak
mereka untuk membuat keputusan menyangkut reproduksi yang bebas dari diskriminasi,
perlakuan dan sewenang-wenang, dan kekerasan.
laki-laki maupun perempuan mempunyai kemampuan untuk menjalankan fungsi
reproduksi dan memiliki kebebasan untuk menentukan kapan dan seberapa banyak untuk
melakukannya.
• Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menentukan berapa banyak
anak yang ingin dimiliki,
• Khususnya bagi kaum perempuan, mereka juga memiliki hak asasi untuk
menentukan berapa sering ia ingin hamil dan melahirkan anak-anaknya.(Sari &
Hanifah, 2020)
5. W
Terdapat 12 hak-hak reproduksi yang telah di rumuskan:
Hak untuk hidup
Hak atas kemerdekaan dan
keamanan
Hak atas kesetaraan dan bebas dari
segala bentuk diskriminasi
Hak atas kerahasiaan pribadi
Hak atas kebebasan berfikir
Hak mendapatkan informasi dan
pendidikan
Hak untuk menikah atau tidak menikah serta
membentuk dan merencanakan keluarga
Hak untuk memutuskan mempunyai anak atau
tidak dan kapan mempunyai anak.
Hak atas pelayanan dan perlindungan
kesehatan
Hak untuk mendapatkan manfaat dari
kemajuan ilmu pengetahuan
Hak atas kebebasan berkumpul dan
berpartisipasi dalam politik
Hak untuk bebas dari penganiayaan dan
perlakuan buruk
6. Pemerintah Indonesia telah menandatangani the Mellenium Declaration
yang sekaligus berarti bahwa pemerintah Indonesia secara resmi telah
menyepakati apa yang dicanangkan sebagai MDGs atau Tujuan
Pembangunan Millenium.
Tujuan Pembangunan Mllenium yaitu:
MDGs Memenuhi hak pembangunan bagi setiap orang yang mempunyai
hak yang setara, tanpa membedakan jenis kelamin. Khususnya hak-hak
kesehatan reproduksi kaum perempuan.
Bagi Indonesia, komitmen ini harus jelas karena telah menganggap
bahwa Tujuan Pembangunan Mellenium searah dan setujuan dengan
pembangunan nasional jangka panjang dalam rangka upaya
meningkatkan kualitas, khususnya kualitas Kesehatan perempuan
Indonesia.
7. D. Konsep Gender
Pengertian Gender
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial
untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-
laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan
yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan
disosialisasikan sejak kecil.
Kata „gender‟ dapat diartikan sebagai perbedaan
peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki
dan perempuan sebagai hasil dari bentukan
(konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses
sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Kata Gender berasal dari bahasa Inggris
berarti “jenis kelamin”. gender diartikan
sebagai perbedaan yang tampak antara laki-
laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan
tingkah laku. Gender adalah suatu konsep
kultural yang berupaya membuat pembedaan
(distinction) dalam hal peran, perilaku,
mentalitas, dan karakteristik emosional antara
laki-laki dan perempuan yang berkembang
dalam masyarakat (Romdloni, 2019).
8. E. Kesehatan Reproduksi Dalam Perspektif Gender
Dalam masyarakat, gender ini merupakan aturan yang terbangun dari
transformasi seksualitas biologis ke dalam produk aktivitas manusia dan
dimana transformasi kebutuhan akan produk ini dapat dipenuhi.
Transformasi yang terjadi ditunjukan dalam bentuk norma perilaku yang
berhubngan dengan karakteristik manusia yang membedakan antara
perempuan dan laki-laki di suatu kelompok masyarakat atau system.
System gender dalam praktiknya memiliki komponen dan system yang
berbeda dan bervariasi antara kelompok masyarakat dengan kelompok
masyarakat yang lain.
9. Peran gender di masyarakat adalah suatu bentuk peran sosial yang seiring dengan
berjalannya waktu tidak lagi selalu ditentukan oleh perbedaan jenis kelamin. Pembagian
gender di dalam Masyarakat mulai dipengaruhi oleh:
Kemajuan Pendidikan
Teknologi
Dan ekonomi
Ketidakadilan gender mulai dirasakan oleh para kaum perempuan sebagai bentuk
diskriminasi. Diskriminasi ini berasal dari budaya patriarki yang tidak terkendali. Budaya
patriarki merupakan suatu sistem dari struktur dan praktik sosial dimana laki-laki lebih
mendominasi, menindas, dan mengeksploitasi kaum perempuan.
10. Salah satu bentuk budaya patriarki ditandai dengan banyaknya kasus kekerasan
dalam rumah tangga yang merugikan kaum perempuan. Dikeluarga perempuan
hanya dianggap sebagai sumber tenaga domestik yang tak dibayarkan untuk
melestarikan pekerja laki-laki (suami mereka) serta melahirkan dan
membesarkan anak-anak mereka yang kelak menjadi tenaga kerja generasi
baru.
11. Disisi lain budaya dan agama juga memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap pelaksanaan kesetaraan gender. Seperti pada masyarakat Aceh,
anak laki-laki sejak kecil sudah bebas berada di dapur bersama-sama
dengan ibu dan saudara perempuannya. Akan tetapi, di daerah lain anak
laki-laki yang aterlalu sering berada di rumah akan diejek oleh teman-
temannya karena dianggap aneh atau asing (Reni Pebrianti, 2020).