SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Download to read offline
TATALAKSANA KORBAN
KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN DAN ANAK,
TERMASUK TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
KOTA BANDUNG
15 DAN 18 AGUSTUS 2022
2
Prinsip Layanan Umum
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan seksual
Pemeriksaan penunjang/laboratorium
Penatalaksanaan medis
Tata laksana penanganan medis korban KtP/A,
termasuk TPPO
Suatu kasus patut diduga sebagai KtP/A bila ditemukan adanya:
3
Memar/jejas di kulit pada daerah yang tidak lazim terkena kecelakaan seperti pipi, lengan atas, paha, bokong
dan genital.
Perlukaan multipel (ganda) dengan berbagai tingkat penyembuhan; tanda dengan konfigurasi sesuai jari
tangan, tali atau kabel, kepalan, ikat pinggang bahkan gigi orang dewasa.
Patah tulang pada anak usia dibawah tiga tahun, patah tulang baru dan lama (dalam penyembuhan) yang
ditemukan bersamaan, patah tulang ganda, patah tulang bentuk spiral pada tulang-tulang panjang lengan
dan tungkai, patah tulang pada kepala, rahang dan hidung serta patahnya gigi.
Luka bakar seperti bekas sundutan rokok, luka bakar pada tangan, kaki, atau bokong akibat kontak bagian-
bagian tubuh tersebut dengan benda panas, bentuk luka yang khas sesuai dengan bentuk benda panas
yang dipakai untuk menimbulkan luka tersebut.
Cedera pada kepala, seperti perdarahan (hematoma) subkutan atau subdural, yang dapat dilihat pada foto
rontgen, bercak/area kebotakan akibat tertariknya rambut, baik yang baru atau berulang.
Lain-lain: dislokasi/lepas sendi pada sendi bahu atau pinggul.
PRINSIP UMUM
4
5
PrinsipUmumLayananKorban
Responsif
gender
• Semua
petugas
pelayanan
harus peka
gender
Non-
diskriminasi
• Setiap
perempuan
dan anak
tanpa kecuali
berhak
mendapatka
n layanan
berkaitan
dengan
kekerasan
yang
dialaminya
Hubungan
setara dan
menghormati
• Pemberian
layanan bagi
korban harus
dijalankan
dengan rasa
hormat
tanpa
membedaka
n keyakinan,
nilai-nilai
dan status
sosialnya
Cepat dan
sederhana
• Pemberian
layanan
harus
diberikan
dengan
segera tanpa
penundaan
yang tidak
perlu
Komunikasikan
informasi
secara hati-hati
• Berhati-
hatilah
dalam
memberikan
informasi
kepada
korban
Pemenuhan
hak anak
• Memperhati
kan hak-hak
anak
sebagaimana
diatur dalam
Konvensi
Hak Anak
LANGKAH-LANGKAH PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI KORBAN ANAK
6
Lembaga penyedia layanan harus menjadikan kepentingan terbaik untuk anak sebagai pertimbangan utama.
Korban anak memperoleh hak dan perlindungan yang sama di negara/ daerah asal, transit atau daerah tujuan, yang berkaitan
dengan status, kewarganegaraan, ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, keyakinan, agama, dll.
Korban anak diberikan haknya untuk dengan bebas mengekspresikan pandangannya terhadap semua hal, termasuk yang berkaitan
dengan proses hukum, perawatan dan perlindungan sementara serta identifikasi dan implementasi solusi selanjutnya.
Pandangan anak tersebut diberikan tidak melebihi takaran sehubungan dengan usianya, kematangan, perkembangan kapasitasnya,
dan kepentingan terbaik bagi dirinya.
Korban anak dilengkapi akses terhadap informasi tentang segala hal yang mempengaruhinya termasuk hak-haknya, layanan yang
tersedia dan proses reunifikasi keluarga dan/atau repatriasi.
Informasi yang dapat membahayakan korban anak dan atau keluarganya, tidak diungkap kecuali diperlukan oleh hukum. Semua
langkah diambil untuk melindungi privasi dan identitas korban anak.
Identitas etnis, kultur, kepercayaan dan agama korban anak, dihormati setiap saat dan mendapatkan dukungan untuk menjalankan
ritual tekait.
Selama proses penanganan berlangsung, korban anak perlu mendapatkan hak dasar anak termasuk hak untuk pendidikan dan akses
kepada orang tua.
Negara bertanggung jawab untuk membuat korban anak bebas dari stigma yang disebabkan karena perdagangan orang dan anak
yang dikandung dan dilahirkan dari seorang korban.
ANAMNESIS
7
8
Anamnesis
Merupakan langkah pertama yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi
lebih dalam tentang kekerasan atau
trauma yang dialami dan riwayat
kesehatan korban.
Hal-hal yang sudah ditanyakan pada
waktu penggalian informasi sebaiknya
tidak ditanyakan lagi dalam anamnesis,
kecuali untuk menegaskan/memastikan
kebenarannya. Lakukan dengan cara
yang membuat pasien tidak merasa
jenuh atau bosan.
HAL PENTING YANG DIPERHATIKAN DALAM ANAMNESIS
BOLEH:
Dalam penanganan kasus KtP/A dan TPPO,
Petugas harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1 Melindungi korban dari pelaku dan upaya
bunuh diri (lihat buku Pedoman Pencegahan
Tindakan Bunuh Diri (Pegangan bagi petugas
kesehatan), Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, Tahun
2005).
2 Melaporkan/memberikan informasi kejadian
dugaan kekerasan kepada pihak yang
berwenang dengan persetujuan korban
(kecuali yang mengancam keselamatan hidup
korban dan kasus dugaaan KtA sesuai
Permenkes No.68 th 2013).
3 Menyediakan penanganan medis komprehensif.
4 Merujuk ke jejaring untuk pendampingan
paripurna dan penanganan aspek non-medis.
TIDAK BOLEH:
Berikut ini adalah hal penting yang harus dihindarkan oleh setiap petugas yang
melayani korban:
1 Sedapat mungkin tidak melakukan kontak fisik dengan korban kekerasan seksual.
2 Menjanjikan sesuatu kepada korban, keluarganya, saksi maupun sumber informasi
lain; ketika memberikan sedikit harapan kepada korban hanya tawarkan apa yang
mampu diberikan.
3 Menggunakan bahan/hasil informasi atau kasus tanpa seizin korban; termasuk ttg
kontak dengan media.
4 Memanfaatkan posisi sebagai petugas/pengelola unit pelayanan untuk mengambil
keuntungan/imbalan dari korban atau keluarganya dalam bentuk apapun;
5 Melakukan kekerasan terhadap korban dalam bentuk apapun; dan
6 Membangun hubungan non-profesional dengan korban selama masa pemberian
pelayanan.
7 Mengungkapkan alamat pribadi kepada korban atau berupaya untuk menampung
di rumah sendiri
8 Mencoba untuk menyelamatkan korban (sendiri) jika tenaga kesehatan belum
terkait dengan jejaring perlindungan yang sudah ada bagi korban KTP/A dan TPPO
di daerahnya serta tidak mempunyai, informasi yang cukup tentang jejaring
rujukan yang ada dan pelayanan yang tersedia.
Disampingitupetugasjugaharusmemperhatikan:
• Selama melakukan anamnesis amati dan observasi perilaku, ekspresi wajah, nada suara,
dan berikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk menceritakan isi hatinya
• Bila pasien masih belum mau berbicara tentang tindak kekerasan yang dialaminya,
petugas kesehatan hendaknya jangan memaksa. Katakanlah bahwa anda dapat
memahami keraguan pasien,
• Menjamin kerahasiaan informasi yang disampaikan pasien. Diperoleh secara cermat, baik
allo maupun autoanamnesa dalam ruangan tersendiri guna menjaga kerahasiaannya.
• Sikap/perilaku pasien dan pengantar dicermati apakah dalam keadaan tertekan atau
terkontrol
• Bila memungkinkan anamnesis dilakukan terpisah antara pasien dan pengantar, untuk
menilai kemungkinan adanya ketidak sesuaian penuturan masing-masing.
• Perhatikan sikap dan perilaku pasien, apakah terlihat takut, cemas, ragu-ragu dan tidak
konsisten dalam memberikan jawaban.
Langkah-langkah melakukan anamnesis:
1. Apabila petugas yang melakukan anamnesis adalah petugas yang sama dengan
penggalian informasi, maka binalah terus rapport (hubungan baik) yang telah terjalin
antara petugas dengan pasien. Apabila petugas yang melakukan anamnesis berbeda
dengan petugas yang melakukan penggalian informasi maka pertama kali adalah
membina hubungan (rapport), antara petugas kesehatan dan pasien, yaitu saling
percaya, saling menghormati, saling menghargai dalam upaya mencari jalan keluar
permasalahan.
2. Lakukan dan minta “informed consent” pasien untuk pemeriksaan dan pembuatan
visum apabila dikemudian hari ada permintaan dari kepolisian untuk dilakukan visum
et repertum. Jelaskan kepada pasien bahwa nanti akan dilakukan pemeriksaan
sehubungan dengan kekerasan yang dialami, dan diperlukan persetujuan pasien.
3. Lengkapi Rekam medis korban. Rekam medis perlu diperlakukan khusus (diberi tanda
khusus dan disimpan sampai 18 tahun), tidak dibuka kecuali untuk yang langsung
berhubungan dengan kasus atas persetujuan tertulis korban atau atas permintaan
pengadilan.
Langkah-langkah melakukan anamnesis:
4. Tanyakan status hubungan pasien dengan pengantar dan sudah berapa lama pasien mengenal
pengantar.
5. Konfirmasi ulang urutan kejadian, apa yang menjadi pemicu, penyiksaan apa yang telah terjadi, oleh
siapa, dimana terjadinya, dengan menggunakan apa, berapa kali dan apa akibatnya terhadap pasien
6. Gali informasi tentang:
• Keadaan kesehatan sebelum trauma
• Adakah riwayat trauma seperti ini sebelumnya
• Adakah riwayat penyakit dan perilaku seperti ini sebelumnya
• Pada anak, diperhatikan apakah ada perubahan perilaku anak setelah mengalami trauma seperti
ngompol, mimpi buruk, susah tidur, menjadi manja, suka menyendiri, murung atau agresif.
• Pernah/tidak mengalami hal seperti ini
• “terlapor adalah orang yang sama/tidak sama
• Keadaan korban lebih berat/ringan/sama dengan keadaan sekarang
• Pernah/tidak pernah mengalami tekanan psikologi oleh pelaku kekerasan
• Ada/tidak ada keluarga korban yang ikut dianiaya
• Ada/tidak ada keluarga korban yang lain ikut menganiaya
Langkah-langkah melakukan anamnesis:
7. Jika ditemukan amnesia (organik atau psikogenik) lakukan konseling atau rujuk jika
memerlukan intervensi psikiatrik.
8. Periksa apakah ada tanda2 penurunan/kehilangan kesadaran yang diakibatkan oleh
pemberian NAPZA
9. Pada kasus kekerasan seksual, ditambah dengan pertanyaan tentang hal-hal sebagai
berikut:
• Waktu dan lokasi kejadian, ada tidaknya kekerasan sebelum kejadian, segala bentuk kegiatan seksual
yang terjadi, termasuk bagian-bagian tubuh yang mengalami kekerasan, ada tidaknya penetrasi, serta
dengan apa penetrasi dilakukan.
• Apa yang dilakukan pasien setelah kejadian kekerasan, apakah pasien mengganti pakaian, buang air
kecil, membersihkan bagian kelamin/dubur, mandi, atau gosok gigi. Pada anak ditanyakan adakah rasa
nyeri, perdarahan dan atau keluarnya sekret dari kemaluan/dubur. Ditanyakan adanya gangguan rasa
nyeri dan gangguan pengendalian BAB/BAK
• Pada pasien kekerasan terhadap perempuan (termasuk remaja) ditanyakan kemungkinan adanya
hubungan seksual dua minggu sebelumnya.
• Riwayat penggunaan kontrasepsi pada kasus KtP
• adalah pernyataan persetujuan (consent)
atau izin dari pasien yang diberikan
dengan bebas, rasional, tanpa paksaan
(voluntary) tentang tindakan kedokteran
yang akan dilakukan terhadapnya
sesudah mendapatkan informasi yang
cukup tentang tindakan kedokteran yang
dimaksud.
• yaitu persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapat penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien.
• Puskesmas/RS dapat menggunakan form
informed consent yang sudah ada.
Contoh form Informed consent.
InformedConsent/
PersetujuanTindakanMedis
14
merupakan berkas berisi catatan dan dokumen penting tentang :
• Identitas pasien
• Pemeriksaan
• Pengobatan
• Tindakan
• Pelayanan lain
• Pada waktu anamnesis isilah rekam medis sesuai dengan hasil anamnesis
• Berikut adalah form Rekam medis kekerasan terhadap perempuan dan anak.
FORM REKAM MEDIS.doc
Rekam Medis
15
PEMERIKSAAN FISIK
16
Pemeriksaan Fisik
17
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Lakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh dengan ramah dan sopan.
2. Sebelum pemeriksaan fisik, cek apakah sudah dilakukan informed-consent
3. Dipastikan ada yang mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan
4. Pastikan peralatan dan bahan sudah disiapkan sebelum pemeriksaan
5. Selalu beritahu apa yang akan dilakukan dan minta persetujuan kepada pasien sebelum
dilakukan pemeriksaan.
6. Lakukan pemeriksaan keadaan umum, tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital.
7. Selain pemeriksaan fisik umum sebagaimana biasa, lakukan pencatatan khusus pada
rekam medis untuk kekerasan fisik dan seksual.
8. Perhatikan apakah ada luka lama dan baru yang sesuai urutan kejadian peristiwa
kekerasan yang dialami. Catat jenis, lokasi, bentuk, ukuran, dasar dan tepi luka.
• Seperti pada pemeriksaan korban dewasa, harus ada pendamping yang dipercaya anak berada di ruang pemeriksaan
dan didapatkan informed-consent dari orang tua atau walinya.
• Jelaskan apa yang akan terjadi selama pemeriksaan dengan menggunakan istilah atau bahasa yang dimengerti anak-
anak.
• Dengan persiapan yang cukup, kebanyakan anak dapat tenang dan mengikuti pemeriksaan. Jika anak tidak dapat
tenang karena nyeri, dapat diberikan parasetamol atau obat nyeri sederhana lainnya.
• Jangan memaksa dengan menakuti anak untuk menyelesaikan pemeriksaan. jika dilakukan akan menambah ketakutan
dan kecemasan anak dan memperburuk dampak psikologis kekerasan.
• Sangat berguna menggunakan boneka tangan untuk mendemonstrasikan prosedur dan posisi. Tunjukan pada anak
perlengkapan pemeriksaan seperti sarung tangan, swab dll.
• Anak kecil dapat diperiksa di pangkuan ibunya, sedangkan yang lebih tua dapat diberikan pilihan duduk di kursi, di
pangkuan ibu atau berbaring di tempat tidur.
• Periksa dan catatlah keadaan gizi (tinggi badan, berat badan dan usianya), higiene dan tumbuh kembang si anak.
Pemeriksaan status tumbuh kembang dan status gizi anak sangat relevan dalam upaya menegakkan ada atau tidaknya
penelantaran.
• Periksa dan catatlah keadaan umum si anak, seperti kesadaran, kooperatif atau non kooperatif, kejang, apnue dan syok.
Perhatian Khusus pada Korban Anak
18
PEMERIKSAAN
SEKSUAL
19
PERBUATAN CABUL
SEMUA PERBUATAN YG DILAKUKANUTKMENDAPATKAN
KENIKMATAN SEKSUAL DILUAR PERSETUBUHAN DAN TDK
DIKEHENDAKI KORBAN SEKALIGUS MENGANGGU
KEHORMATAN / SUSILA.
PERKOSAAN :
PERSETUBUHAN DILUAR NIKAH DENGAN
PEMAKSAAN, KEKERASAAN & ATAU ANCAMANAN.
PELECEHAN SEKSUAL :
SEMUA PERLAKUAN SEKSUAL YG TDK DIINGINKAN &
MEMBUAT
SESEORANG MERASA TERHINA, TERTEKAN SERTA
DIRENDAHKAN MARTABATNYA.
engertian
PERSETUBUHAN.
MASUKNYA ALAT KELAMIN PRIA
KE DALAM LIANG VAGINA DGN /
TANPA EYAKULASI
PER-ZINAH-AN :
ADALAH PERSETUBUHANYG
DILAKUKAN OLH PASANGAN DIMANA
SALAH SATU / KEDUANYATLHTERIKAT DLMPERKAWINAN.
( HANYA DPT DITUNTUT BILA ADA PENGADUAN)
PEMERIKSAAN FORENSIK
KASUS KEJAHATAN SEKSUAL
DITUJUKAN UNTUK MENENTUKAN :
1. TANDA – TANDA PERSETUBUHAN
2. PERKIRAAN UMUR
3. TANDA– TANDA KEKERASAN
4. TANDA – TANDA KEMUNGKINAN
ADANYA KELAINAN PSIKOLOGIS
MENGGUMPULKAN SISA2 PERSETUBUHAN
( TRACE EVIDENCE )
BARANG BUKTI LAIN :
1. CELANA DALAM & BAJU YG DIPAKAI PADA KEJADIAN .
2. RAMBUT KEMALUAN (KORBAN DEWASA )
3. SWAB BEKAS GIGITAN.
4. FOTO BEKAS GIGITAN.
5. JARINGAN BAWAH KUKU.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
23
1. Tangani kegawatdaruratan yang mengancam nyawa terlebih dahulu
2. Pastikan keamanan korban
3. Tangani luka sesuai prosedur
4. Bila dicurigai terdapat patah tulang, lakukan rontgen dan penanganan yang sesuai atau rujuk
5. Bila dicurigai terdapat perdarahan dalam, lakukan USG atau rujuk
6. Bersihkan robekan, irisan dan abrasi, hilangkan kotoran, feses dan jaringan mati atau rusak.
Putuskan apakah luka perlu dijahit. Jika ada luka kotor jangan dijahit, pertimbangkan pemberian
antibiotic dan pereda nyeri
7. Jika ada kulit atau mukosa yang robek, profilaksis tetanus harus diberikan meskipun korban sudah
divaksinasi lengkap. Jika vaksin dan immunoglobulin diberikan pada saat bersamaan, penting
untuk menggunakan suntikan berbeda clan titik suntik berbeda
8. Dengarkan dan dukung korban sesuai manual konseling
24
Langkah-Langkah Penatalaksanaan Medis
9. Pada anak korban KtA, informasikan dengan hati-hati hasil pemeriksaan dan kemungkinan dampak
yang terjadi pada anak dan keluarga serta rencana tindak lanjutnya.
10. Pada kasus kekerasan seksual :
• Segera dirujuk ke Rumah Sakit/dokter kebidanan untuk pemeriksaan lebih lanjut (jika tidak
terbiasa menangani kasus kekerasan seksual);
• Periksa dan cegah kehamilan;
• Periksa, cegah dan obati infeksi menular seksual atau rujuk ke RS;
• Berikan konseling untuk pemeriksaan HIV AIDS dalam 6-8 minggu atau rujuk bila perlu
11. Tanyakan makna temuan bagi korban dan keluarganya serta langkah mereka berkaitan dengan
temuan tersebut, lalu terangkan temuan pemeriksaan dan kosekuensinya dengan hati-hati
12. Jika ditemukan masalah gangguan mental, lakukan konseling atau rujuk jika memerlukan
intervensi psikiatrik
13. Periksa dengan teliti dan lakukan pencatatan serta berikan surat-surat yang diperlukan
14. Setiap korban berhak mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis maupun rehabilitasi psikososial.
25
Langkah-LangkahPenatalaksanaanMedis
Pemberian Terapi Pada Korban kekerasan seksual
Terapi dibedakan jika korban datang dalam waktu 72 jam dan lebih dari 72 jam
Korban datang dalam waktu 72 jam setelah kejadian
Ø Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS):
• Korban perkosaan harus diberi antibiotik untuk infeksi Klamidia, GO dan Sifilis. Jika diketahui IMS
lain sering dijumpai (seperti Trikomoniasis atau Chancroid), beri terapi preventif untuk infeksi ini
juga
• Berikan regimen terpendek yang ada di protokol lokal yang mudah diberikan
• Hati-hati pada wanita yang hamil tidak boleh minum obat antibiotik tertentu dan sesuaikan terapi
• Regimen pencegahan IMS dapat dimulai bersamaan dengan kontrasepsi darurat dan Post-Exposure
Prophylaxis (PEP) untuk HIV, meskipun dosis harus di bagi (dan diminum bersama makanan) untuk
mengurangi efek samping seperti mual
• Lakukan tes HIV (Rapid test) dan PEP harus diberikan kepada korban berdasarkan penilaian risiko
dari anamnesis kejadian perkosaan yang dilakukan dokter dan prevalensi HIV di wilayah tersebut.
Risiko HIV meningkat pada kasus-kasus berikut :jika lebih dari satu pelaku, jika korban memiliki kulit
luka atau rusak, jika terjadi sodomi, jika pelaku diketahui HIV positif atau pengguna jarum suntik.
Jika status HIV tidak diketahui, asumsikan mereka HIV positif, terutama di negara dengan prevalensi
HIV tinggi.
• PEP biasanya terdiri dari 2 atau 3 obat antiretroviral (ARV), diminum 2 kali sehari selama 28 hari.
Obat terdiri dari zidovudine (ZDV atau AZT) dan lamivudine (3TC). Tersedia kombinasi obat ini dalam
1 tablet bernama Combivir.
• Jika tidak memungkinkan korban menerima PEP di tempat anda, rujuk secepat mungkin (dalam
waktu 72 jam setelah kejadian) ke tempat yang menyediakan PEP
• Jika korban datang setelah 72 jam PEP tidak diberikan dan korban dirujuk ke fasyankes yang
memiliki layanan konseling tes sukarela (KTS) yang ada di wilayah anda
Pencegahan infeksi HIV
• Berikan pil kontrasepsi darurat dalam waktu 72 jam (3 hari) akan mengurangi
kemungkinan hamil antara 56%-93% (cek lagi)
• Regimen kontrasepsi darurat tidak merusak kehamilan yang sudah ada dan bukan
metode untuk aborsi
• Pengunaan kontrasepsi darurat adalah.pilihan pribadi korban. Korban harus
diberikan informed consent sebelum memutuskan menggunakan regimen ini.
• Jika korban adalah anak yang sudah menstruasi, diskusikan mengenai kontrasepsi
darurat dengan korban dan pendampingnya, yang dapat menolongnya mengerti
dan mengambil regimen sesuai kebutuhan
Pencegahan kehamilan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG/
LABORATORIUM
29
Dilakukan sesuai kebutuhan dan ketersediaan sarana.
a. Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan darah lainnya
b. Pemeriksaan urin dan fases
c. Rontgen dan USG
d. Pada kasus kekerasan seksual perlu dilakukan tambahan pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Penapisan (skrining) penyakit kelamin
• Tes Rapid Plasma Reagen (RPR) untuk sifilis atau jenis tes cepat lainnya,
• Pewarnaan Gram dan kultur untuk Gonorea, Kultur atau Enzym-linked Immunosorbent
Assay (ELISA) untuk Chlamydia atau jenis tes cepat lainnya,
• Sediaan basah untuk Trichomoniasis,
• Tes HIV (hanya berdasar bukti dan setelah konseling).
2. Tes kehamilan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kehamilan apabila terdapat
indikasi.
3. Pengambilan barang bukti dan sampel yang wajib diambil
30
Pemeriksaan laboratorium
• Barang bukti utama :
1. Swab/bilas vagina untuk pemeriksaan spermatozoa, sel Infeksi Menular Seksual, DNA
2. Urin untuk pemeriksaan kehamilan, Narkotika dan obat-obatan
3. Swab Mukosa mulut untuk pemeriksaan DNA
• Barang bukti penunjang:
1. Darah untuk pemeriksaan Toksikologi dan Keayahan (apabila telah terjadi kehamilan)
2. Foto dan swab bekas gigitan, untuk pencocokan cetak gigi pelaku dengan gambaran/pola bekas
gigitan
3. Ambil jaringan dibawah kuku apabila ada riwayat korban melawan dengan mencakar untuk
pemeriksaan DNA
4. Sisiran rambut kemaluan bila korban sudah dewasa untuk pemeriksaan DNA
5. Pakaian yang dipakai waktu kejadian (Celana dalam, BH, baju, rok/celana) untuk menemukan sisa
– sisa kejadian (trace evidence) baik berupa sperma, cairan sperma maupun sisa dari pelaku,
rambut pelaku, tanah, rumput dan lain-lain
31
Pengambilan barang bukti dan sampel yang wajib
diambil pada kasus kekerasan seksual
TERIMAKASIH
32

More Related Content

What's hot

Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfPermenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfMuh Saleh
 
Paparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final editPaparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final editDokter Tekno
 
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)ADam Raeyoo
 
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi Barat
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi BaratUpaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi Barat
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi BaratMuh Saleh
 
Konsep Sehat dan Sakit
Konsep Sehat dan SakitKonsep Sehat dan Sakit
Konsep Sehat dan SakitMoch Lutvie
 
Jalan lahir normal & kala 3 & 4
Jalan lahir normal & kala  3 & 4Jalan lahir normal & kala  3 & 4
Jalan lahir normal & kala 3 & 4fikri asyura
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisDasuki Suke
 
Imunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAPImunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAPZakiah dr
 
Diseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiDiseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiAfina Permatasari
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiAffiZakiyya
 
Klasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasiKlasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasihiolove
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6tristyanto
 
Paparan rencana tindak lanjut oriesntasi anc terpadu
Paparan rencana tindak lanjut oriesntasi anc terpaduPaparan rencana tindak lanjut oriesntasi anc terpadu
Paparan rencana tindak lanjut oriesntasi anc terpaduDokter Tekno
 

What's hot (20)

Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfPermenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
 
Paparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final editPaparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final edit
 
SPO pemasangan NGT
SPO pemasangan NGTSPO pemasangan NGT
SPO pemasangan NGT
 
P4 k
P4 kP4 k
P4 k
 
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
 
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi Barat
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi BaratUpaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi Barat
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sulawesi Barat
 
Konsep Sehat dan Sakit
Konsep Sehat dan SakitKonsep Sehat dan Sakit
Konsep Sehat dan Sakit
 
Advokasi Kesehatan
Advokasi KesehatanAdvokasi Kesehatan
Advokasi Kesehatan
 
Jalan lahir normal & kala 3 & 4
Jalan lahir normal & kala  3 & 4Jalan lahir normal & kala  3 & 4
Jalan lahir normal & kala 3 & 4
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamis
 
Imunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAPImunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAP
 
A kep
A kepA kep
A kep
 
Diseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiDiseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologi
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
 
Klasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasiKlasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasi
 
PHBS DI SEKOLAH DASAR
PHBS DI SEKOLAH DASARPHBS DI SEKOLAH DASAR
PHBS DI SEKOLAH DASAR
 
Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan   Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan
 
Ppt stunting niken
Ppt stunting nikenPpt stunting niken
Ppt stunting niken
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
 
Paparan rencana tindak lanjut oriesntasi anc terpadu
Paparan rencana tindak lanjut oriesntasi anc terpaduPaparan rencana tindak lanjut oriesntasi anc terpadu
Paparan rencana tindak lanjut oriesntasi anc terpadu
 

Similar to Tatalaksana KtPA.pdf

Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidulPencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidulProdiAPUGK
 
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidulPencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidulUGK
 
Modul 4 - Pelayanan Kesehatan
Modul 4 - Pelayanan KesehatanModul 4 - Pelayanan Kesehatan
Modul 4 - Pelayanan KesehatanECPAT Indonesia
 
Pengkajian Data Subjektif
Pengkajian Data SubjektifPengkajian Data Subjektif
Pengkajian Data Subjektifpjj_kemenkes
 
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdfPeran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdfIsmailAlmariza1
 
Kekerasan Anak(sekolah) New 2 (1).pptx
Kekerasan Anak(sekolah) New 2 (1).pptxKekerasan Anak(sekolah) New 2 (1).pptx
Kekerasan Anak(sekolah) New 2 (1).pptxBustomiYazed
 
Perspektif kmb
Perspektif kmbPerspektif kmb
Perspektif kmbmateri-x2
 
VISUM ET REPERTUM PADA KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .pdf
VISUM ET REPERTUM PADA KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .pdfVISUM ET REPERTUM PADA KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .pdf
VISUM ET REPERTUM PADA KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .pdfwendy320950
 
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.pptdokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.pptyunimamaIrdinakelas7
 
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaKonsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaLinda Meliati
 
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)Nad Meda
 
KESEHATAN REPRODUKSI SEKSUAL CATIN TERBARUpptx
KESEHATAN REPRODUKSI SEKSUAL CATIN TERBARUpptxKESEHATAN REPRODUKSI SEKSUAL CATIN TERBARUpptx
KESEHATAN REPRODUKSI SEKSUAL CATIN TERBARUpptxKralitaIntan
 
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatanPerilaku kesehatan
Perilaku kesehatanputri_indah
 
Konsep kesehatan reproduksi
Konsep kesehatan reproduksiKonsep kesehatan reproduksi
Konsep kesehatan reproduksiAsih Astuti
 
LKK 1 Wawancara Psikotik BARU.docx
LKK 1 Wawancara Psikotik BARU.docxLKK 1 Wawancara Psikotik BARU.docx
LKK 1 Wawancara Psikotik BARU.docxOtchiPutri
 
Materi Bullying SMPN 151.pptx
Materi Bullying SMPN 151.pptxMateri Bullying SMPN 151.pptx
Materi Bullying SMPN 151.pptxadeafitoni54
 
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptxASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptxDlacxNy
 
Pengkajian Kekerasan Pada Anak.ppt
Pengkajian Kekerasan Pada Anak.pptPengkajian Kekerasan Pada Anak.ppt
Pengkajian Kekerasan Pada Anak.pptDinaZakiyyaF
 

Similar to Tatalaksana KtPA.pdf (20)

Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidulPencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidul
 
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidulPencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidul
 
8
88
8
 
Modul 4 - Pelayanan Kesehatan
Modul 4 - Pelayanan KesehatanModul 4 - Pelayanan Kesehatan
Modul 4 - Pelayanan Kesehatan
 
Pengkajian Data Subjektif
Pengkajian Data SubjektifPengkajian Data Subjektif
Pengkajian Data Subjektif
 
Page 1
Page 1Page 1
Page 1
 
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdfPeran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
 
Kekerasan Anak(sekolah) New 2 (1).pptx
Kekerasan Anak(sekolah) New 2 (1).pptxKekerasan Anak(sekolah) New 2 (1).pptx
Kekerasan Anak(sekolah) New 2 (1).pptx
 
Perspektif kmb
Perspektif kmbPerspektif kmb
Perspektif kmb
 
VISUM ET REPERTUM PADA KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .pdf
VISUM ET REPERTUM PADA KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .pdfVISUM ET REPERTUM PADA KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .pdf
VISUM ET REPERTUM PADA KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI .pdf
 
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.pptdokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
 
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaKonsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
 
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
 
KESEHATAN REPRODUKSI SEKSUAL CATIN TERBARUpptx
KESEHATAN REPRODUKSI SEKSUAL CATIN TERBARUpptxKESEHATAN REPRODUKSI SEKSUAL CATIN TERBARUpptx
KESEHATAN REPRODUKSI SEKSUAL CATIN TERBARUpptx
 
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatanPerilaku kesehatan
Perilaku kesehatan
 
Konsep kesehatan reproduksi
Konsep kesehatan reproduksiKonsep kesehatan reproduksi
Konsep kesehatan reproduksi
 
LKK 1 Wawancara Psikotik BARU.docx
LKK 1 Wawancara Psikotik BARU.docxLKK 1 Wawancara Psikotik BARU.docx
LKK 1 Wawancara Psikotik BARU.docx
 
Materi Bullying SMPN 151.pptx
Materi Bullying SMPN 151.pptxMateri Bullying SMPN 151.pptx
Materi Bullying SMPN 151.pptx
 
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptxASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
 
Pengkajian Kekerasan Pada Anak.ppt
Pengkajian Kekerasan Pada Anak.pptPengkajian Kekerasan Pada Anak.ppt
Pengkajian Kekerasan Pada Anak.ppt
 

Recently uploaded

Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 

Recently uploaded (20)

Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 

Tatalaksana KtPA.pdf

  • 1. TATALAKSANA KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK, TERMASUK TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KOTA BANDUNG 15 DAN 18 AGUSTUS 2022
  • 2. 2 Prinsip Layanan Umum Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan seksual Pemeriksaan penunjang/laboratorium Penatalaksanaan medis Tata laksana penanganan medis korban KtP/A, termasuk TPPO
  • 3. Suatu kasus patut diduga sebagai KtP/A bila ditemukan adanya: 3 Memar/jejas di kulit pada daerah yang tidak lazim terkena kecelakaan seperti pipi, lengan atas, paha, bokong dan genital. Perlukaan multipel (ganda) dengan berbagai tingkat penyembuhan; tanda dengan konfigurasi sesuai jari tangan, tali atau kabel, kepalan, ikat pinggang bahkan gigi orang dewasa. Patah tulang pada anak usia dibawah tiga tahun, patah tulang baru dan lama (dalam penyembuhan) yang ditemukan bersamaan, patah tulang ganda, patah tulang bentuk spiral pada tulang-tulang panjang lengan dan tungkai, patah tulang pada kepala, rahang dan hidung serta patahnya gigi. Luka bakar seperti bekas sundutan rokok, luka bakar pada tangan, kaki, atau bokong akibat kontak bagian- bagian tubuh tersebut dengan benda panas, bentuk luka yang khas sesuai dengan bentuk benda panas yang dipakai untuk menimbulkan luka tersebut. Cedera pada kepala, seperti perdarahan (hematoma) subkutan atau subdural, yang dapat dilihat pada foto rontgen, bercak/area kebotakan akibat tertariknya rambut, baik yang baru atau berulang. Lain-lain: dislokasi/lepas sendi pada sendi bahu atau pinggul.
  • 5. 5 PrinsipUmumLayananKorban Responsif gender • Semua petugas pelayanan harus peka gender Non- diskriminasi • Setiap perempuan dan anak tanpa kecuali berhak mendapatka n layanan berkaitan dengan kekerasan yang dialaminya Hubungan setara dan menghormati • Pemberian layanan bagi korban harus dijalankan dengan rasa hormat tanpa membedaka n keyakinan, nilai-nilai dan status sosialnya Cepat dan sederhana • Pemberian layanan harus diberikan dengan segera tanpa penundaan yang tidak perlu Komunikasikan informasi secara hati-hati • Berhati- hatilah dalam memberikan informasi kepada korban Pemenuhan hak anak • Memperhati kan hak-hak anak sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak
  • 6. LANGKAH-LANGKAH PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI KORBAN ANAK 6 Lembaga penyedia layanan harus menjadikan kepentingan terbaik untuk anak sebagai pertimbangan utama. Korban anak memperoleh hak dan perlindungan yang sama di negara/ daerah asal, transit atau daerah tujuan, yang berkaitan dengan status, kewarganegaraan, ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, keyakinan, agama, dll. Korban anak diberikan haknya untuk dengan bebas mengekspresikan pandangannya terhadap semua hal, termasuk yang berkaitan dengan proses hukum, perawatan dan perlindungan sementara serta identifikasi dan implementasi solusi selanjutnya. Pandangan anak tersebut diberikan tidak melebihi takaran sehubungan dengan usianya, kematangan, perkembangan kapasitasnya, dan kepentingan terbaik bagi dirinya. Korban anak dilengkapi akses terhadap informasi tentang segala hal yang mempengaruhinya termasuk hak-haknya, layanan yang tersedia dan proses reunifikasi keluarga dan/atau repatriasi. Informasi yang dapat membahayakan korban anak dan atau keluarganya, tidak diungkap kecuali diperlukan oleh hukum. Semua langkah diambil untuk melindungi privasi dan identitas korban anak. Identitas etnis, kultur, kepercayaan dan agama korban anak, dihormati setiap saat dan mendapatkan dukungan untuk menjalankan ritual tekait. Selama proses penanganan berlangsung, korban anak perlu mendapatkan hak dasar anak termasuk hak untuk pendidikan dan akses kepada orang tua. Negara bertanggung jawab untuk membuat korban anak bebas dari stigma yang disebabkan karena perdagangan orang dan anak yang dikandung dan dilahirkan dari seorang korban.
  • 8. 8 Anamnesis Merupakan langkah pertama yang bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih dalam tentang kekerasan atau trauma yang dialami dan riwayat kesehatan korban. Hal-hal yang sudah ditanyakan pada waktu penggalian informasi sebaiknya tidak ditanyakan lagi dalam anamnesis, kecuali untuk menegaskan/memastikan kebenarannya. Lakukan dengan cara yang membuat pasien tidak merasa jenuh atau bosan.
  • 9. HAL PENTING YANG DIPERHATIKAN DALAM ANAMNESIS BOLEH: Dalam penanganan kasus KtP/A dan TPPO, Petugas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 Melindungi korban dari pelaku dan upaya bunuh diri (lihat buku Pedoman Pencegahan Tindakan Bunuh Diri (Pegangan bagi petugas kesehatan), Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, Tahun 2005). 2 Melaporkan/memberikan informasi kejadian dugaan kekerasan kepada pihak yang berwenang dengan persetujuan korban (kecuali yang mengancam keselamatan hidup korban dan kasus dugaaan KtA sesuai Permenkes No.68 th 2013). 3 Menyediakan penanganan medis komprehensif. 4 Merujuk ke jejaring untuk pendampingan paripurna dan penanganan aspek non-medis. TIDAK BOLEH: Berikut ini adalah hal penting yang harus dihindarkan oleh setiap petugas yang melayani korban: 1 Sedapat mungkin tidak melakukan kontak fisik dengan korban kekerasan seksual. 2 Menjanjikan sesuatu kepada korban, keluarganya, saksi maupun sumber informasi lain; ketika memberikan sedikit harapan kepada korban hanya tawarkan apa yang mampu diberikan. 3 Menggunakan bahan/hasil informasi atau kasus tanpa seizin korban; termasuk ttg kontak dengan media. 4 Memanfaatkan posisi sebagai petugas/pengelola unit pelayanan untuk mengambil keuntungan/imbalan dari korban atau keluarganya dalam bentuk apapun; 5 Melakukan kekerasan terhadap korban dalam bentuk apapun; dan 6 Membangun hubungan non-profesional dengan korban selama masa pemberian pelayanan. 7 Mengungkapkan alamat pribadi kepada korban atau berupaya untuk menampung di rumah sendiri 8 Mencoba untuk menyelamatkan korban (sendiri) jika tenaga kesehatan belum terkait dengan jejaring perlindungan yang sudah ada bagi korban KTP/A dan TPPO di daerahnya serta tidak mempunyai, informasi yang cukup tentang jejaring rujukan yang ada dan pelayanan yang tersedia.
  • 10. Disampingitupetugasjugaharusmemperhatikan: • Selama melakukan anamnesis amati dan observasi perilaku, ekspresi wajah, nada suara, dan berikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk menceritakan isi hatinya • Bila pasien masih belum mau berbicara tentang tindak kekerasan yang dialaminya, petugas kesehatan hendaknya jangan memaksa. Katakanlah bahwa anda dapat memahami keraguan pasien, • Menjamin kerahasiaan informasi yang disampaikan pasien. Diperoleh secara cermat, baik allo maupun autoanamnesa dalam ruangan tersendiri guna menjaga kerahasiaannya. • Sikap/perilaku pasien dan pengantar dicermati apakah dalam keadaan tertekan atau terkontrol • Bila memungkinkan anamnesis dilakukan terpisah antara pasien dan pengantar, untuk menilai kemungkinan adanya ketidak sesuaian penuturan masing-masing. • Perhatikan sikap dan perilaku pasien, apakah terlihat takut, cemas, ragu-ragu dan tidak konsisten dalam memberikan jawaban.
  • 11. Langkah-langkah melakukan anamnesis: 1. Apabila petugas yang melakukan anamnesis adalah petugas yang sama dengan penggalian informasi, maka binalah terus rapport (hubungan baik) yang telah terjalin antara petugas dengan pasien. Apabila petugas yang melakukan anamnesis berbeda dengan petugas yang melakukan penggalian informasi maka pertama kali adalah membina hubungan (rapport), antara petugas kesehatan dan pasien, yaitu saling percaya, saling menghormati, saling menghargai dalam upaya mencari jalan keluar permasalahan. 2. Lakukan dan minta “informed consent” pasien untuk pemeriksaan dan pembuatan visum apabila dikemudian hari ada permintaan dari kepolisian untuk dilakukan visum et repertum. Jelaskan kepada pasien bahwa nanti akan dilakukan pemeriksaan sehubungan dengan kekerasan yang dialami, dan diperlukan persetujuan pasien. 3. Lengkapi Rekam medis korban. Rekam medis perlu diperlakukan khusus (diberi tanda khusus dan disimpan sampai 18 tahun), tidak dibuka kecuali untuk yang langsung berhubungan dengan kasus atas persetujuan tertulis korban atau atas permintaan pengadilan.
  • 12. Langkah-langkah melakukan anamnesis: 4. Tanyakan status hubungan pasien dengan pengantar dan sudah berapa lama pasien mengenal pengantar. 5. Konfirmasi ulang urutan kejadian, apa yang menjadi pemicu, penyiksaan apa yang telah terjadi, oleh siapa, dimana terjadinya, dengan menggunakan apa, berapa kali dan apa akibatnya terhadap pasien 6. Gali informasi tentang: • Keadaan kesehatan sebelum trauma • Adakah riwayat trauma seperti ini sebelumnya • Adakah riwayat penyakit dan perilaku seperti ini sebelumnya • Pada anak, diperhatikan apakah ada perubahan perilaku anak setelah mengalami trauma seperti ngompol, mimpi buruk, susah tidur, menjadi manja, suka menyendiri, murung atau agresif. • Pernah/tidak mengalami hal seperti ini • “terlapor adalah orang yang sama/tidak sama • Keadaan korban lebih berat/ringan/sama dengan keadaan sekarang • Pernah/tidak pernah mengalami tekanan psikologi oleh pelaku kekerasan • Ada/tidak ada keluarga korban yang ikut dianiaya • Ada/tidak ada keluarga korban yang lain ikut menganiaya
  • 13. Langkah-langkah melakukan anamnesis: 7. Jika ditemukan amnesia (organik atau psikogenik) lakukan konseling atau rujuk jika memerlukan intervensi psikiatrik. 8. Periksa apakah ada tanda2 penurunan/kehilangan kesadaran yang diakibatkan oleh pemberian NAPZA 9. Pada kasus kekerasan seksual, ditambah dengan pertanyaan tentang hal-hal sebagai berikut: • Waktu dan lokasi kejadian, ada tidaknya kekerasan sebelum kejadian, segala bentuk kegiatan seksual yang terjadi, termasuk bagian-bagian tubuh yang mengalami kekerasan, ada tidaknya penetrasi, serta dengan apa penetrasi dilakukan. • Apa yang dilakukan pasien setelah kejadian kekerasan, apakah pasien mengganti pakaian, buang air kecil, membersihkan bagian kelamin/dubur, mandi, atau gosok gigi. Pada anak ditanyakan adakah rasa nyeri, perdarahan dan atau keluarnya sekret dari kemaluan/dubur. Ditanyakan adanya gangguan rasa nyeri dan gangguan pengendalian BAB/BAK • Pada pasien kekerasan terhadap perempuan (termasuk remaja) ditanyakan kemungkinan adanya hubungan seksual dua minggu sebelumnya. • Riwayat penggunaan kontrasepsi pada kasus KtP
  • 14. • adalah pernyataan persetujuan (consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud. • yaitu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. • Puskesmas/RS dapat menggunakan form informed consent yang sudah ada. Contoh form Informed consent. InformedConsent/ PersetujuanTindakanMedis 14
  • 15. merupakan berkas berisi catatan dan dokumen penting tentang : • Identitas pasien • Pemeriksaan • Pengobatan • Tindakan • Pelayanan lain • Pada waktu anamnesis isilah rekam medis sesuai dengan hasil anamnesis • Berikut adalah form Rekam medis kekerasan terhadap perempuan dan anak. FORM REKAM MEDIS.doc Rekam Medis 15
  • 17. Pemeriksaan Fisik 17 Hal yang perlu diperhatikan: 1. Lakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh dengan ramah dan sopan. 2. Sebelum pemeriksaan fisik, cek apakah sudah dilakukan informed-consent 3. Dipastikan ada yang mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan 4. Pastikan peralatan dan bahan sudah disiapkan sebelum pemeriksaan 5. Selalu beritahu apa yang akan dilakukan dan minta persetujuan kepada pasien sebelum dilakukan pemeriksaan. 6. Lakukan pemeriksaan keadaan umum, tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital. 7. Selain pemeriksaan fisik umum sebagaimana biasa, lakukan pencatatan khusus pada rekam medis untuk kekerasan fisik dan seksual. 8. Perhatikan apakah ada luka lama dan baru yang sesuai urutan kejadian peristiwa kekerasan yang dialami. Catat jenis, lokasi, bentuk, ukuran, dasar dan tepi luka.
  • 18. • Seperti pada pemeriksaan korban dewasa, harus ada pendamping yang dipercaya anak berada di ruang pemeriksaan dan didapatkan informed-consent dari orang tua atau walinya. • Jelaskan apa yang akan terjadi selama pemeriksaan dengan menggunakan istilah atau bahasa yang dimengerti anak- anak. • Dengan persiapan yang cukup, kebanyakan anak dapat tenang dan mengikuti pemeriksaan. Jika anak tidak dapat tenang karena nyeri, dapat diberikan parasetamol atau obat nyeri sederhana lainnya. • Jangan memaksa dengan menakuti anak untuk menyelesaikan pemeriksaan. jika dilakukan akan menambah ketakutan dan kecemasan anak dan memperburuk dampak psikologis kekerasan. • Sangat berguna menggunakan boneka tangan untuk mendemonstrasikan prosedur dan posisi. Tunjukan pada anak perlengkapan pemeriksaan seperti sarung tangan, swab dll. • Anak kecil dapat diperiksa di pangkuan ibunya, sedangkan yang lebih tua dapat diberikan pilihan duduk di kursi, di pangkuan ibu atau berbaring di tempat tidur. • Periksa dan catatlah keadaan gizi (tinggi badan, berat badan dan usianya), higiene dan tumbuh kembang si anak. Pemeriksaan status tumbuh kembang dan status gizi anak sangat relevan dalam upaya menegakkan ada atau tidaknya penelantaran. • Periksa dan catatlah keadaan umum si anak, seperti kesadaran, kooperatif atau non kooperatif, kejang, apnue dan syok. Perhatian Khusus pada Korban Anak 18
  • 20. PERBUATAN CABUL SEMUA PERBUATAN YG DILAKUKANUTKMENDAPATKAN KENIKMATAN SEKSUAL DILUAR PERSETUBUHAN DAN TDK DIKEHENDAKI KORBAN SEKALIGUS MENGANGGU KEHORMATAN / SUSILA. PERKOSAAN : PERSETUBUHAN DILUAR NIKAH DENGAN PEMAKSAAN, KEKERASAAN & ATAU ANCAMANAN. PELECEHAN SEKSUAL : SEMUA PERLAKUAN SEKSUAL YG TDK DIINGINKAN & MEMBUAT SESEORANG MERASA TERHINA, TERTEKAN SERTA DIRENDAHKAN MARTABATNYA. engertian PERSETUBUHAN. MASUKNYA ALAT KELAMIN PRIA KE DALAM LIANG VAGINA DGN / TANPA EYAKULASI PER-ZINAH-AN : ADALAH PERSETUBUHANYG DILAKUKAN OLH PASANGAN DIMANA SALAH SATU / KEDUANYATLHTERIKAT DLMPERKAWINAN. ( HANYA DPT DITUNTUT BILA ADA PENGADUAN)
  • 21. PEMERIKSAAN FORENSIK KASUS KEJAHATAN SEKSUAL DITUJUKAN UNTUK MENENTUKAN : 1. TANDA – TANDA PERSETUBUHAN 2. PERKIRAAN UMUR 3. TANDA– TANDA KEKERASAN 4. TANDA – TANDA KEMUNGKINAN ADANYA KELAINAN PSIKOLOGIS MENGGUMPULKAN SISA2 PERSETUBUHAN ( TRACE EVIDENCE )
  • 22. BARANG BUKTI LAIN : 1. CELANA DALAM & BAJU YG DIPAKAI PADA KEJADIAN . 2. RAMBUT KEMALUAN (KORBAN DEWASA ) 3. SWAB BEKAS GIGITAN. 4. FOTO BEKAS GIGITAN. 5. JARINGAN BAWAH KUKU.
  • 24. 1. Tangani kegawatdaruratan yang mengancam nyawa terlebih dahulu 2. Pastikan keamanan korban 3. Tangani luka sesuai prosedur 4. Bila dicurigai terdapat patah tulang, lakukan rontgen dan penanganan yang sesuai atau rujuk 5. Bila dicurigai terdapat perdarahan dalam, lakukan USG atau rujuk 6. Bersihkan robekan, irisan dan abrasi, hilangkan kotoran, feses dan jaringan mati atau rusak. Putuskan apakah luka perlu dijahit. Jika ada luka kotor jangan dijahit, pertimbangkan pemberian antibiotic dan pereda nyeri 7. Jika ada kulit atau mukosa yang robek, profilaksis tetanus harus diberikan meskipun korban sudah divaksinasi lengkap. Jika vaksin dan immunoglobulin diberikan pada saat bersamaan, penting untuk menggunakan suntikan berbeda clan titik suntik berbeda 8. Dengarkan dan dukung korban sesuai manual konseling 24 Langkah-Langkah Penatalaksanaan Medis
  • 25. 9. Pada anak korban KtA, informasikan dengan hati-hati hasil pemeriksaan dan kemungkinan dampak yang terjadi pada anak dan keluarga serta rencana tindak lanjutnya. 10. Pada kasus kekerasan seksual : • Segera dirujuk ke Rumah Sakit/dokter kebidanan untuk pemeriksaan lebih lanjut (jika tidak terbiasa menangani kasus kekerasan seksual); • Periksa dan cegah kehamilan; • Periksa, cegah dan obati infeksi menular seksual atau rujuk ke RS; • Berikan konseling untuk pemeriksaan HIV AIDS dalam 6-8 minggu atau rujuk bila perlu 11. Tanyakan makna temuan bagi korban dan keluarganya serta langkah mereka berkaitan dengan temuan tersebut, lalu terangkan temuan pemeriksaan dan kosekuensinya dengan hati-hati 12. Jika ditemukan masalah gangguan mental, lakukan konseling atau rujuk jika memerlukan intervensi psikiatrik 13. Periksa dengan teliti dan lakukan pencatatan serta berikan surat-surat yang diperlukan 14. Setiap korban berhak mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis maupun rehabilitasi psikososial. 25 Langkah-LangkahPenatalaksanaanMedis
  • 26. Pemberian Terapi Pada Korban kekerasan seksual Terapi dibedakan jika korban datang dalam waktu 72 jam dan lebih dari 72 jam Korban datang dalam waktu 72 jam setelah kejadian Ø Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS): • Korban perkosaan harus diberi antibiotik untuk infeksi Klamidia, GO dan Sifilis. Jika diketahui IMS lain sering dijumpai (seperti Trikomoniasis atau Chancroid), beri terapi preventif untuk infeksi ini juga • Berikan regimen terpendek yang ada di protokol lokal yang mudah diberikan • Hati-hati pada wanita yang hamil tidak boleh minum obat antibiotik tertentu dan sesuaikan terapi • Regimen pencegahan IMS dapat dimulai bersamaan dengan kontrasepsi darurat dan Post-Exposure Prophylaxis (PEP) untuk HIV, meskipun dosis harus di bagi (dan diminum bersama makanan) untuk mengurangi efek samping seperti mual
  • 27. • Lakukan tes HIV (Rapid test) dan PEP harus diberikan kepada korban berdasarkan penilaian risiko dari anamnesis kejadian perkosaan yang dilakukan dokter dan prevalensi HIV di wilayah tersebut. Risiko HIV meningkat pada kasus-kasus berikut :jika lebih dari satu pelaku, jika korban memiliki kulit luka atau rusak, jika terjadi sodomi, jika pelaku diketahui HIV positif atau pengguna jarum suntik. Jika status HIV tidak diketahui, asumsikan mereka HIV positif, terutama di negara dengan prevalensi HIV tinggi. • PEP biasanya terdiri dari 2 atau 3 obat antiretroviral (ARV), diminum 2 kali sehari selama 28 hari. Obat terdiri dari zidovudine (ZDV atau AZT) dan lamivudine (3TC). Tersedia kombinasi obat ini dalam 1 tablet bernama Combivir. • Jika tidak memungkinkan korban menerima PEP di tempat anda, rujuk secepat mungkin (dalam waktu 72 jam setelah kejadian) ke tempat yang menyediakan PEP • Jika korban datang setelah 72 jam PEP tidak diberikan dan korban dirujuk ke fasyankes yang memiliki layanan konseling tes sukarela (KTS) yang ada di wilayah anda Pencegahan infeksi HIV
  • 28. • Berikan pil kontrasepsi darurat dalam waktu 72 jam (3 hari) akan mengurangi kemungkinan hamil antara 56%-93% (cek lagi) • Regimen kontrasepsi darurat tidak merusak kehamilan yang sudah ada dan bukan metode untuk aborsi • Pengunaan kontrasepsi darurat adalah.pilihan pribadi korban. Korban harus diberikan informed consent sebelum memutuskan menggunakan regimen ini. • Jika korban adalah anak yang sudah menstruasi, diskusikan mengenai kontrasepsi darurat dengan korban dan pendampingnya, yang dapat menolongnya mengerti dan mengambil regimen sesuai kebutuhan Pencegahan kehamilan
  • 30. Dilakukan sesuai kebutuhan dan ketersediaan sarana. a. Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan darah lainnya b. Pemeriksaan urin dan fases c. Rontgen dan USG d. Pada kasus kekerasan seksual perlu dilakukan tambahan pemeriksaan penunjang antara lain: 1. Penapisan (skrining) penyakit kelamin • Tes Rapid Plasma Reagen (RPR) untuk sifilis atau jenis tes cepat lainnya, • Pewarnaan Gram dan kultur untuk Gonorea, Kultur atau Enzym-linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk Chlamydia atau jenis tes cepat lainnya, • Sediaan basah untuk Trichomoniasis, • Tes HIV (hanya berdasar bukti dan setelah konseling). 2. Tes kehamilan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kehamilan apabila terdapat indikasi. 3. Pengambilan barang bukti dan sampel yang wajib diambil 30 Pemeriksaan laboratorium
  • 31. • Barang bukti utama : 1. Swab/bilas vagina untuk pemeriksaan spermatozoa, sel Infeksi Menular Seksual, DNA 2. Urin untuk pemeriksaan kehamilan, Narkotika dan obat-obatan 3. Swab Mukosa mulut untuk pemeriksaan DNA • Barang bukti penunjang: 1. Darah untuk pemeriksaan Toksikologi dan Keayahan (apabila telah terjadi kehamilan) 2. Foto dan swab bekas gigitan, untuk pencocokan cetak gigi pelaku dengan gambaran/pola bekas gigitan 3. Ambil jaringan dibawah kuku apabila ada riwayat korban melawan dengan mencakar untuk pemeriksaan DNA 4. Sisiran rambut kemaluan bila korban sudah dewasa untuk pemeriksaan DNA 5. Pakaian yang dipakai waktu kejadian (Celana dalam, BH, baju, rok/celana) untuk menemukan sisa – sisa kejadian (trace evidence) baik berupa sperma, cairan sperma maupun sisa dari pelaku, rambut pelaku, tanah, rumput dan lain-lain 31 Pengambilan barang bukti dan sampel yang wajib diambil pada kasus kekerasan seksual