Peran dan batasan pekerja sosial (PPA) dalam perlindungan anak dijelaskan. Pekerja sosial berperan sebagai penghubung antara klien dengan sumber daya yang dibutuhkan, serta sebagai pemungkin dengan memberikan peluang bagi klien. Beberapa peran PPA mencakup advokasi, pendampingan, dan penanganan kasus kekerasan anak."
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
1. PERAN DAN BATASAN
PEKERJA PPA DALAM PERLINDUNGAN
ANAK
Disampakan pada kegiatan Mini Latih - PPA IO 106,
27 Oktober 2020.
Ismail Marzuki
Manajer Program Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
2. Alur Kegiatan
• Eksplorasi pemahaman
dan menyatukan cara
pandang peserta
(Story: Buaya di Sungai
dan Benar Salah)
Step 1
•Konsep dasar
Anak dan
perlindungan
khusus
Step 2
• Lingkar Interaksi
Anak (Simulasi )
Step 3
•Peran dan
Batasan Pekerja
Sosial (PPA) dalam
Perlindungan
Anak
Step 4
3. Siapa orang yang paling bersalah?
(boleh lebih dari satu orang) dan
mengapa?
Kekerasan apa saja yang terjadi?
Siapa saja yang berpotensi menjadi
pelaku kekerasan?
Story: Buaya di Sungai
5. Anak cacat tidak menarik secara seksual. Oleh karena itu,
mereka lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi korban
kekerasan.
Statemen 1
Anak cacat hampir 4 kali lebih mungkin untuk menjadi korban kekerasan seksual, fisik
dan emosional serta penelantaran daripada anak yang bukan penyandang cacat.
Mereka sering tidak memiliki keterampilan untuk melaporkan kekerasan.
Mereka tidak diajak bicara / tidak banyak tools untuk berkomunikasi tentang
pengalaman dan perasaan mereka.
National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC)
6. Statemen-2
Orang asing adalah ancaman terbesar
bagi anak-anak.
Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2018 di 9
provinsi menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi
korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6 persen di
lingkungan sekolah dan 17.9 persen di lingkungan
masyarakat.
7. Anda selalu dapat memberitahu
siapa orang yang aman dengan
anak-anak.
Statemen-3
9. BAEKUNI
Baekuni alias Babe, 49 tahun
Terdakwa kasus mutilasi dan
sodomi terhadap 14 anak
jalanan
divonis hukuman seumur
hidup oleh Majelis Hakim PN
Jakarta Timur
Babe terlibat pembunuhan dari
kurun tahun 1993-2009
10. HARJA
Harja, usia 48 tahun pegawai RRI,
Guru SMK dan status Mahasiswa S2
Melakukan kekerasan seksual
terhadap anak perempuan usia 17
tahun yang merupakan fans siaran
radio yang dibawakan oleh Harja.
Proses hukum terhenti dengan
adanya perjanjian damai dengan
pihak keluarga korban.
Harja di pecat dari
mahasiswa
11. NURMA TEL.
Nurma Telaumbanua, 20 tahun
Pelaku penganiyaan seorang
anak perempuan usia 7 tahun,
hingga tewas.
Vonis penjara 8 tahun penjara.
14. Sejarah singkat perlindungan anak di
Indonesia
Merupakan salah satu Instrumen Hak Asasi Manusia
Berkembang dari Deklarasi yang tidak mengikat:
Deklarasi Jenewa tentang Hak-hak Anak – 1924
Deklarasi Universal HAM – 1948
Deklarasi PBB tentang Hak-hak Anak - 1959
Disahkan tahun 1989, mulai berlaku 1990
Diratifikasi oleh 193 negara
Indonesia meratifikasi KHA dengan KEPPRES 36/1990
15. - 1990 : Indonesia meratifikasi UN CRC sebagai bagian dari komitment international
terhadap perlindungan anak
- 1990 : Ratifikasi ini dikukuhkan dalam keppres nomor 36 tahun 1990
- 2002: Indonesia mengesahkan UU Perlindungan anak melalui UU nomor 23 tahun
2002
- 2014 : Indonesia memperbaharui UU Perlindungan anak melalui UU nomor 35
tahun 2014
- 2017 : Indonesia memperbaharui UU Perlindungan anak melalui UU nomor 17
tahun 2016 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti UU nomor 1 tahun
2016 tentang perubahan kedua atas UU nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak menjadi UU.
Ratifikasi menuju Undang-undang
16. - Dokumen UU mengadopsi Un CRC (hak anak, tanggungjawab
pemerintah dan keluarga) sebanyak 91 pasal.
- UU No. 35 tahun 2014 mengadopsi juga Optional Protocol UN
CRC tentang perlindungan khusus untuk anak dalam kondisi
khusus.
- Ada perubahan yang lebih baik dan detail dalam system
peradilan, seperti hukuman yang lebih lama, hukuman tambahan
1/3 bagi pelaku yang merupakan orangtua, pengasuh atau guru,
resitusi bagi korban, prioritas untuk proses diversi bagi anak
yang berkonflik dengan hukum dan yang terbaru adalah
penambahan hukuman kebiri, chip elektrik dan eksekusi.
Gambaran dan Perubahan dalam Undang Undang
perlindungan Anak.
17. 5 Kluster Hak Anak
- 18
Hak Sipil dan
kebebasan
Pendidikan,
pemanfaatan
waktu luang, dan
kegiatan seni
budaya
Kesehatan dan
Kesejahteraan
Lingkungan
keluarga dan
pengasuhan
alternatif
Perlindungan
Khusus
18. Definisi Perlindungan Anak
Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
(UU 35/2014 ttg Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak)
Perlindungan Anak adalah upaya untuk mencegah dan
merespon dari kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan
penelantaran, terhadap anak.
19. Kekerasan terhadap anak.
Kekerasan fisik, psikologis (mental) dan seksual terhadap anak melalui
penyalahgunaan, penelantaran atau eksploitasi sebagai tindakan perbuatan
atau penghilangan dalam bentuk langsung atau tidak langsung yang
membahayakan atau mengganggu martabat, fisik, psikologis, atau status
sosial, atau perkembangan anak.
Kekerasan Fisik
Tindakan yang disengaja yang mengakibatkan bahaya dan luka fisik terhadap
anak. Ini dapat berupa menampar, meninju, mengguncang, membakar, menggigit,
menggantung atau bentuk lain yang memberi cidera fisik pada anak.
20. Kekerasan Emosional/Psikis
Meliputi perilaku yang terus menerus dari orang dewasa kepada anak yang
meliputi ancaman, penolakan, pengasingan, memberi julukan, atau bentuk
kekerasan non fisik lain termasuk menolak memberikan layanan dikarenakan
status social yang mengakibatkan menurunnya kompetensi anak dalam
sosialisasi dan kepercayaan diri.
Setiap perilaku yang memiliki muatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah
orang dengan memanfaatkan kekuatan atau otoritas yang mereka miliki terhadap
anak/orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negative seperti : rasa
malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kehilangan kesucian, dan
sebagainya pada diri orang yang menjadi korban. Misalnya : pemerkosaan, anal seks, oral
seks, menggunakan jari untuk melakukan aktivitas seksual, memegang payudara,
voyeurism, exhibitionism, melibatkan anak dalam aktivitas pornografi. Baik anak perempuan
dan anak laki laki dapat menjadi korban kekerasan seksual.
Kekerasan seksual
21. Beberapa contoh kekerasan
seksual
Dengan Sentuhan
Pelaku mencium, memeluk, atau
menyentuh bagian tubuh anak
Penetrasi genital/ digital
Pelaku meminta anak menyentuh
tubuhnya
Prostitusi anak
Menunjukkan foto, video, film,
website porno
Meminta anak menonton langsung
aktivitas seksual
Memperlihatkan bagian tubuh
kepada anak
Meminta anak berpose tanpa
pakaian
Mengatakan hal-hal yang membuat
anak merasa tidak nyaman
terhadap tubuh mereka
Tanpa Sentuhan
22. Yayasan PKPA
Kekerasan Seksual
Setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual dengan cara
wajar maupun tidak, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain
untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
Indikator Fisik:
➤ Kerusakan yang tidak dapat dijelaskan atau
nyeri pada alat kelamin, anus atau mulut
➤ Infeksi saluran kemih
➤ Kehamilan yang tidak diinginkan
➤ Penyakit menular seksual
➤ Sakit perut
Kekerasan seksual jarang diidentifikasi melalui
indikator fisik, indikasi pertama biasanya saat
anak menyampaikannya.
sakit perut
Indikator Prilaku:
➤Perubahan mendadak
dalam berprilaku
➤ Disampaikan terluka
saat beraktivitas lain
➤ Menarik diri dari
lingkungan bermain
➤ Takut terhadap
pertolongan medis
➤ Tidak ingin pulang
➤ Menyakiti diri sendiri
24. Situasi Kejahatan Seksual Anak
Tahun 2013 saja tercatat 1,620 anak menjadi korban kejahatan seksual
(KPAI-2014) di Indonesia.
PKPA tahun 2012 melakukan pendampingan 83 kasus kekerasan anak, 40%
nya adalah kekerasan seksual.
PKPA tahun 2013 melakukan pendampingan 76 kasus kekerasan anak, 60%
nya adalah kekerasan seksual.
PKPA tahun 2014 melakukan pendampingan 77 kasus kekerasan anak, 20
kasus (6 kasus sodomi usia 5 – 8 tahun) diantaranya adalah kekerasan seksual
PKPA tahun 2015 melakukan pendampingan 76 kasus kekerasan anak, 37
kasus (7 kasus incest) diantaranya adalah kekerasan seksual
25. Pemetaan situasi prostitusi anak di kota Medan oleh PKPA tahun
2014, dari 22 informan anak (terlibat prostitusi) menyebutkan
ada sekitar 130 anak lainnya (teman mereka) yang juga masuk
dunia prostitusi. Sebagain besar pelajar SLTP dan SMA, dan anak
yang akhirnya drop out.
kekerasan lebih banyak dilakukan orang-orang terdekat anak
seperti keluarga, tetangga, pacar, anggota keluarga, dan teman.
Tahun 2014 Indonesia berada pada situasi Darurat Perlindungan
Anak.
26.
27.
28.
29. Indikator Kekerasan
Definisi: Indikator adalah perilaku dan tanda-tanda tertentu yang mungkin menjadi akibat dari
tindak kekerasan yang dilakukan kepada anak.
Indikator tidak bisa dijadikan bukti kekerasan
Indikator biasanya bukan dampak langsung dari kekerasan, kita harus menggalinya lagi
lebih dalam
Indikator-indikator ini disimpulkan berdasarkan penelitian dan pengalaman praktis
Indikator membantu para profesional untuk bertanya, “haruskah saya khawatir?”
Satu indikator saja TIDAK cukup untuk menunjukkan telah terjadinya kekerasan pada anak
Kita harus melihat situasi anak secara keseluruhan – untuk mencari petunjuk / apa yang
berubah
31. Level Kontak orang/organisasi dengan anak
1. Jika mereka
bekerja dengan
anak-anak
secara
langsung
2. Jika mereka
bekerja dengan
sekelompok
anak
3. Jika mereka bekerja secara
langsung dengan masyarakat, dimana
teradapat anak-anak
4. Jika mereka tidak bekerja full time
dilapangan tetapi memiliki akses
terhadap informasi pribadi anak-anak
5. Jika mereka membuat keputusan
yang dapat mempengaruhi anak-anak,
terkait dengan kebijakan, praktik dan
pendanaan
6. Jika fungsi kerja mereka tidak
mempengaruhi anak-anak secara
langsung, tapi anak-anak sudah
terbiasa dan mempercayai kehadiran
mereka
32. Peran dan Batasan Pekerja Sosial (PPA) dalam
Perlindungan Anak
Pekerja sosial merupakan seseorang yang bekerja baik pada lembaga pemerintahan atau pun
swasta yang memiliki kompetensi dalam profesi pekerjaan sosal, dan kepedulian dalam
pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, serta pengalaman praktik
pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah
sosial. Pekerja sosial sebagai profesi yang mendorong perubahan sosial, memecahkan
masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, memberdayakan, dan membebaskan
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya (Huda, 2009)
Peran pekerja sosial adalah berupaya untuk membuat individu, kelompok, dan masyarakat
dapat berfungsi secara sosial disertai dengan penerapan kemampuan mendasar, yaitu
pengetahuan, keahlian, dan nilai yang akan membentuk pribadi dari pekerja sosial dalam
melaksanakan pendekatan terhadap kliennya.
33. Beberapa Peran Pekerja PPA yang dapat
Dilakukan:
Peran sebagai penghubung. Pekerja sosial menghubungkan klien dengan sistem sumber yang
diperlukan
Peran sebagai pemungkin. Pekerja sosial berperan sebagai konselor dengan berupaya untuk
memberikan peluang agar kepentingan dan kebutuhan klien tidak terhambat.
Peran sebagai mediator. Pekerja sosial sebagai penengah antara klien dengan pihak yang
berkonflik
Peran sebagai advokat. Pekerja sosial berupaya untuk melindungi hak-hak dan kepentingan
klien serta menyediakan pelayanan yang dibutuhkan, dan mengembangkan program.
Peran sebagai perunding. Peranan ini muncul ketika pekerja sosial dan klien mulai bekerja
sama. Ini merupakan kolaborasi antara klien dan pekerja sosial yang menggunakan
pendekatan pemecahan masalah.
34. Peran sebagai pelindung. Pekerja sosial berusaha melindungi klien dari orangorang yan
berisiko terhadap kehidupan sosialnya
Peran sebagai fasilitator. Pekerja sosial membantu klien untuk dapat berpartisipasi,
berkontribusi, mengikuti keterampilan baru, dan menyimpulkan apa yang telah dicapai klien.
Peran sebagai inistiator. Pekerja sosial memberikan perhatian pada masalah atau hal-hal yang
berpotensi menjadi masalah.
Peran sebagai negosiator. Peran ini ditunjukkan pada klien yang mengalami konflik dan
mencari penyelesaian dengan kompromi sehingga mencapai kesepakatan kedua belah pihak.
Seorang negosiator berada pada salah satu yang sedang berkonflik.
Peran sebagai pendidik. Pekerja sosial berupaya untuk meingkatkan kekurangan pengetahuan
dan keterampilan klien.
35. Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan
Anak
Tidak membawa anak-anak sendiri ke sebuah tempat sunyi atau gelap
Tidak mengunjungi anak seorang anak di rumah ketika akan tersebut sendirian
Jangan terlibat dalam aktivitas mandi atau toilet kecuali dengan anak pra sekolah
atau anak-anak dengan kebutuhan khusus
Tidak terlibat dalam kontak fisik yang tidak pantas
Tidak membawa anak-anak pulang atau ke tempat mana pun, tanpa setidaknya
satu orang lain
Tidak pergunakan Bahasa kasar, mengancam, menghina atau bernuansa
pornografi
Tidak menghabiskan waktu berlama-lama dengan anak tertentu (kecuali terdapat
kebutuhan mendasar)
36. Jangan gunakan hukuman fisik untuk mendisiplinkan anak
Jangan libatkan anak-anak dalam pekerjaan rumah tangga pribadi untuk staf atau
orang lain.
Jangan libatkan anak-anak pada kegiatan beresiko
Tidak menyebarkan foto – foto anak tanpa consent, foto yang merendahkan martabat
anak
Tidak menyebarkan identitas anak yang berhadapan dengan hukum (ABH)