2. 1. Definisi Permukiman Kumuh
2. Penyebab Terbentuknya Permukiman
Kumuh
3. Dampak dari Permukiman Kumuh
4. Upaya pemerintah dan peran masyarakat
5. Solusi yang berhasil mengurangi jumlah
permukiman kumuh
6. Contoh negara dan kota-kota di dunia
yang berhasil mengatasi masalah
permukiman kumuh
7. Harapan untuk masa depan permukiman
kumuh
3. Definisi dari permukiman kumuh di perkotaan
Permukiman kumuh di perkotaan dapat didefinisikan
sebagai daerah permukiman yang terbentuk tanpa
memenuhi standar minimum sanitasi, infrastruktur,
dan kualitas hidup yang layak, serta cenderung
memiliki kondisi perumahan yang buruk dan akses
terbatas terhadap layanan publik.
Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari
permukiman kumuh di perkotaan:
Kepadatan penduduk yang tinggi cenderung
mengakibatkan kepadatan penduduk dengan rumah
atau bangunan yang secara fisik berdekatan satu sama
lain.
4. Kondisi rumah yang buruk juga terjadi di permukiman kumuh, yang
umumnya terdiri dari rumah-rumah di bawah standar seperti rumah
panggung, gubuk, atau bangunan sementara.
Pemukiman kumuh seringkali kekurangan infrastruktur dasar seperti akses
air bersih, sanitasi yang memadai, sistem drainase, listrik, dan jalan yang
layak. Fasilitas umum seperti taman, ruang hijau, dan tempat rekreasi juga
seringkali kurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Selain itu, para penghuni kawasan kumuh seringkali menghadapi
keterbatasan akses terhadap layanan publik seperti pendidikan,
kesehatan, dan transportasi.
5. Pemukiman kumuh tidak memiliki
sistem pengelolaan sampah yang
baik, sehingga sampah rumah tangga
dan jenis sampah lainnya, termasuk
limbah cair, dibuang secara tidak
terkendali, sehingga meningkatkan
risiko pencemaran lingkungan dan
penularan penyakit.
Permukiman kumuh seringkali dalam
keadaan ketidakpastian hukum atau
tidak diakui secara resmi oleh
pemerintah, yang dapat menimbulkan
ketidakpastian, konflik, dan
ketegangan sosial antar warga.
6. Menurut BPS, persentase permukiman kumuh
perkotaan menurut provinsi pada 2019 berkisar
antara 1,79% di Bali hingga 42,73% di DKI
Jakarta. Secara nasional, persentase
permukiman kumuh Indonesia sebesar 5,3%
pada 2019. Persebaran permukiman kumuh di
perdesaan lebih tinggi sebesar 6,7% daripada
perkotaan sebesar 4,1%
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) telah menangani permukiman
kumuh seluas 7.257 hektar selama tahun 2020-
2022. Hal ini melebihi target pada periode tahun
2022 ini yang seharusnya seluas 5.830 hektar.
Sementara itu, hingga tahun 2024, masih ada
sisa target penyelesaian penataan kawasan
kumuh seluas 4.170 hektar
Persentase Permukiman Kumuh
7. Penyebab Terbentuknya
Permukiman Kumuh
Faktor yang menyebabkan terbentuknya
permukiman kumuh antara lain kemiskinan,
urbanisasi yang cepat kurangnya lahan kosong
untuk permukiman, dan minimnya regulasi
pemerintah terhadap pembangunan. Selain itu,
permukiman kumuh juga seringkali terbentuk akibat
adanya konflik sosial, seperti perang atau bencana
alam yang mengakibatkan banyak orang kehilangan
tempat tinggal.
8. Dampak Permukiman Kumuh
Permukiman Kumuh memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan dan lingkungan
sekitarnya. Kondisi sanitasi yang buruk dapat menyebabkan penyakit menular seperti diare,
kolera, dan hepatitis. Selain itu permukiman kumuh juga dapat menjadi tempat
berkembangnya kejahatan, seperti perdagangan narkoba dan protitusi. penduduk yang
tinggal di permukiman kumuh juga seringkali mengalami diskriminasi sosial dan kesulitan
dalam mengakses layanan public seperti pendidikan dan kesehatan.
9. Program pemukiman kumuh yang dibuat oleh pemerintah untuk
merenovasi atau merevitalisasi permukiman kumuh.
Pemerintah juga melakukan relokasi penduduk dari permukiman kumuh
ke tempat tinggal yang lebih layak melalui pembangunan perumahan
sosial atau pemukiman khusus untuk penduduk yang tinggal di
permukiman kumuh.
Pemerintah juga membuat program perumahan terjangkau bagi
penduduk dengan berbagai tingkat pendapatan.
Pemerintah juga melakukan perbaikan regulasi terkait tata ruang
perkotaan dan penegakan hukum terhadap pembangunan illegal.
Selain itu, Pemerintah juga meningkatkan akses penduduk permukiman
kumuh terhadap infrastruktur dan layanan dasar.
10. Masyarakat juga memegang peran
penting dalam mengatasi masalah
permukiman kumuh. Mereka dapat
berpartisipasi dalam program
rehabilitasi dan relokasi permukiman
kumuh yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Selain itu, masyarakat juga
dapat membantu kelompok – kelompok
swadaya masyarakat untuk
membersihkan lingkungan sekitar dan
meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya menjaga kebersihan dan
kesehatan di permukiman mereka.
11. Solusi yang berhasil mengurangi jumlah
Permukiman Kumuh
Program Kampung Improvement Program di Indonesia:
Program ini membantu penduduk memperbaiki rumah dan
lingkungan mereka dengan bantuan pemerintah.
Inisiatif Slum Networking di Ahmedabad, India: Inisiatif ini
melibatkan masyarakat dalam meningkatkan infrastruktur dasar
di permukiman kumuh dengan cara partisipatif.
Program Pengembangan Perumahan Terpadu di Brasil:
Menyediakan dana dan bimbingan kepada masyarakat untuk
merevitalisasi permukiman kumuh dan meningkatkan kondisi
perumahan.
Proyek Khusus Perumahan Kumuh di Mumbai, India: Proyek ini
memindahkan penduduk permukiman kumuh ke perumahan
yang layak dan membangun fasilitas dasar serta program sosial
bagi mereka.
12. Contoh negara dan kota-kota di dunia yang berhasil
mengatasi masalah permukiman kumuh secara efektif
Curitiba, Brasil: Dengan “Program Kehidupan Baru” yang berfokus pada
perbaikan dan pengembangan permukiman kumuh.
Singapura: Singapura memiliki pendekatan komprehensif dengan
menyediakan perumahan subsidi yang terjangkau dan berkualitas tinggi
bagi penduduk melalui program “Housing and Development Board” (HDB).
Medellin, Kolombia: Melalui program “Social Urbanism” yang melibatkan
peningkatan aksesibilitas dan konektivitas dengan membangun
infrastruktur transportasi, taman kota, dan pusat komunitas di permukiman
kumuh.
Vancouver, Kanada: Dengan pendekatan yang berfokus pada keberlanjutan
dan inklusivitas dengan berinvestasi dalam pembangunan perumahan
terjangkau dan berkelanjutan, serta meningkatkan akses layanan sosial dan
kesehatan bagi penduduk permukiman kumuh.
13. 01
02
03
Harapan untuk masa depan Permukiman
Kumuh
Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, ada harapan untuk masa
depan permukiman kumuh.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat,
permukiman kumuh dapat direvitalisasi menjadi wilayah permukiman yang lebih
layak huni dan berkelanjutan.
Selain itu, teknologi dan inovasi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kondisi lingkungan dan kesehatan di permukiman kumuh, seperti pengolahan
limbah dan penggunaan energy terbarukan.
14. Perbedaan Kualitas Hidup berdasarkan Kriteria
Kriteria
Kondisi
perumahan
Keamanan fasilitas Lingkungan Akses layanan
Permukiman
kumuh
Perumahan yg
tidak layak huni
Rendahnya
keamanan dan
resiko
kriminalitas
Kurangnya
akses ke
fasilitas publik
Lingkungan yg
tidak terawat
Terbatasnya akses ke
layanan kesehatan, air
bersih, trasportasi, dan
listrik
Permukiman
mewah
Perumahan yg
memadai dan
layak huni
Tingkat
keamanan yg
lebih tinggi
Akses yg
memadai ke
fasilitas publik
Lingkungan yg
terawatt dan
bersih
Akses mudah ke layanan-
layanan tersebut
Kriteria Privasi Kualitas Hidup Kebersihan
Akses
Pendidikan
Kesenjangan Sosial
Permukiman
kumuh
Kepadatan
populasi dan
kurangnya
privasi
Standar hidup yg
rendah
Kurangnya
sanitasi dan
kebersihan
Terbatasnya
akses ke
pendidikan
berkualitas
Potensi kesenjangan sosial
yang tinggi
Permukiman
mewah
Lebih tinggi
tingkat privasi
Standar hidup yg
lebih tinggi
Upaya yg lebih
besar dalam
menjaga
kebersihan
Akses mudah ke
pendidikan
berkualitas
Kesenjangan sosial yg lebih
rendah
15. Bentuk Konkret dari Gaya Hidup Warga Permukiman Kumuh
Gaya Hidup
Kondisi
Perumahan
Keterbatasan
Akses
Kesenjangan Sosial
Pekerjaan tidak
tetap
Keterbatasan
Pendidikan
Deskripsi
Tinggal di rumah yg
tidak memadai,
seperti rumah yg
rusak atau tidak
layak huni, dan
padatnya
permukiman
Terbatasnya
akses ke fasilitas
dasar seperti air
bersih, sanitasi,
dan listrik
Potensi tinggi untuk
kesenjangan sosial
dalam hal pendapatan,
pendidikan, dan
kesempatan pekerjaan
Bekerja dalam
pekerjaan informal
atau pekerjaan
yang tidak
menentu
Terbatasnya akses dan
kualitas pendidikan,
kurangnya fasilitas dan
sumber daya
pendidikan
Gaya Hidup
Ketidakstabilan
Ekonomi
Akses Layanan
Kesehatan Terbatas
Kebersihan dan
Sanitasi Terbatas
Ketidakpastian
Keamanan
Keterbatasan
Rekreasi
Deskripsi
Rentan terhadap
ketidakstabilan
ekonomi dan
ketidakpastian
penghasilan
Terbatasnya akses ke
layanan kesehatan,
fasilitas kesehatan yang
terbatas, dan kurangnya
pemahaman tentang
kesehatan
Tidak adanya sanitasi
yang memadai,
kurangnya akses ke
fasilitas sanitasi seperti
kamar mandi yang layak
Tingkat
keamanan yang
rendah, tingginya
tingkat kejahatan
dan
ketidakamanan
Kurangnya akses
ke ruang terbuka,
taman, dan fasilitas
rekreasi yang mem
adai