2. ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL........................................
1.1 Pengertian Ekonomi Internasional...................................................................
1.2 Faktor Yang Mendorong Sebuah Negara Melalukan Ekonomi Internasional ......
1.3 Tujuan Ekonomi Internasional........................................................................
1.4 Ruang Lingkup Ekonomi Internasional............................................................
BAB II KONSEP TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL................................
2.1 Pengertian Perdagangan Internasional..............................................................
2.2 Konsep Perdagangan Internasional..................................................................
BAB III TEORI PRAKLASIK: MERKANTILISME ...................................................
3.1Teori PraKlasik Merkantilisme.........................................................................
3.2 Kebijakan Merkantilisme ................................................................................
3.3 Neo Merkantilisme .........................................................................................
BAB IV TEORI KLASIK: KEUNGGULAN MUTLAK DAN KOMPARATIF.............
4.1 Keunggulan Mutlak(Absolute Advantage)........................................................
4.2 Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) ..........................................
BAB V TEORI MODERNPERDAGANGAN INTERNASIONAL..............................
5.1 Teori Proporsi Faktor Produksi (Heckscer-Ohlin Theory)..................................
5.2 Teori Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle Theory) ............................
5.3 Offer Curve / Reciprocal Demand (OC/RD) Theory..........................................
BAB VI KEBIJAKSANAAN EKONOMI INTERNASIONAL DAN TARIF................
6.1 Definisi Kebijaksanaan Ekonomi Internasional.................................................
6.2 Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional..............................................
6.3 Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ..................................................
6.4 Macam-Macam Retriksi Dalam Perdagangan Internasional...............................
BAB VII KEBIJAKAN NON TARIF: KUOTA, SUBSIDI, DUMPING........................
7.1 Pengertian Kebijakan Non Tarif ......................................................................
7.2 Macam Hambatan Non Tarif...........................................................................
7.3 Cara Suatu Negara Dalam Menerapkan Hambatan Non Tarif ............................
7.4 Pembatasan Kuota Impor ................................................................................
7.5 Berbagai Hambatan Non Tarif.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
3. 3
BAB I
RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL
1.1 Pengertian Ekonomi Internasional
Yang dinamakan ekonomi internasional ialah suatu cabangan dari disiplin ekonomi,
yang mempelajari dan menganalisa transaksi serta permasalahan ekonomi secara
internasional meliputi perdagangan (ekspor dan impor), keuangan atau moneter dan
organisasi ekonomi baik swasta ataupun pemerintah sertakerja sama antar negara-negara.
Pengertian ekonomi internasional lainnya ialah suatu disiplin ilmu yang membahas
tentang akibat saling ketergantungan diantara negara-negara yang ada diseluruh dunia ini,
baik itu dari segi perdagangan maupun segi pasar kredit internasional.Permasalahan
utama yang biasanya dihadapi dalam ekonomi internasional adalah sama dengan ekonomi
lainnya, yakni masalah kelangkaan barang ataupun pilihan barang, yang diartikan produk
adalah barang atau jasa yang dibutuhkan dan dihasilkan oleh manusia.
Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Internasional – Seperti yang kita
ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Iya, tak
heran jika Indonesia kerap kali melalukan perbaikan baik dari sistem kinerja dan
ekonominya. Kenapa ekonomi? Iya karena akan ada banyak manfaat yang akan
diperoleh jika perekonomian Indonesia membaik. Untuk itu Indoensia pun juga
perlu melakukan tindakan ekonomi internasional untuk melakukan perbaikan
ekonomi masyarakat Indonesia. Nah, untuk anda yang belum mengenal ekonomi
internasional, berikut akan kami sajikan untuk anda secara lengkap terkait dengan
pengertian dan ruang lingkup ekonomi internasional.
1.2 Faktor-Faktor Yang Mendorong Sebuah Negara Melakukan Ekonomi
Internasional
Agar bisa memenuhi kebutuhan produk dan jasa dalam negeri.
Memiliki keinginan agar bisa mendapatkan keuntungan, yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan negara.
Mempunyai kemampuan yang berbeda dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) untuk mengelola sumber daya.
4. 4
Mempunyai kelebihan produk atau barang dalam negeri sehingga perlu pasar
baru untuk menjualnya.
Adanya perbedaan sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, adat istiadat maupun
jumlah penduduk yang bisa mengakibatkan adanya suatu perbedaan antara hasil
produksi dan terdapatnya keterbatasan dari produksi.
Terjadinya arus globalisasi, sebab tidak ada negara di muka bumi ini yang dapat
hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari negara lain.
Memiliki kesamaan selera terhadap suatu barang atau jasa.
Memiliki keinginan untuk membuka kerjasama dan hubungan diplomatik dengan
negara lain.
1.3 Tujuan Ekonomi Internasional
Tujuan dari ekonomi internasional yaitu untuk bisa meningkatkan kemakmuran yang
lebih baik untuk manusia. Tujuan tersebut dapat dicapi apabila dapat mengadakan
berbagai macam kegiatan, misalnya: kegiatan di bidang perdagangan (ekspor – impor),
perkreditan, perasuransian, investasi, dan di bidang yang lainnya.
Perbedaan tata cara ataupun sifat antara perdagangan internasional dengan perdagangan
yang ada didalam negeri dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain:
1. Perbedaan hukum peraturan jual beli, uang, peraturan bea, dan lain-lain.
2. Perbedaan adat istiadat, kegemaran, kebiasaan, musim dan perbedaan kondisi
pasar.
3. Perbedaan keadaan politik, sosial-budaya, ekonomi dan kultural.
1.4 Ruang Lingkup Ekonomi Internasional
1. Teori dan kebijakan moneter internasional
2. Teori dan kebijakan perdagangan internasional
3. Organisasi dan kerjasama ekonomi internasional
4. Perusahan dan bisnis internasional
5. 5
BAB II
TEORI KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL
2.1 Pengertian Perdagangan Internasional
Pengertian Perdagangan internasional secara umumadalah proses tukar menukar
barang dan jasa antar negara/bangsa. Pelaksanaan perdagangan internasional ini sangar
rumit dan komplek bila dibandingkan perdagangan didalam negeri yang disebabkan
karena politik, undang-undang, hukum, budaya mata uang dan juga adanya dumping.
Akan tetapi ada beberapa penyebab terjadinya perdagangan internasional, antara lain:
Perbedaan sumber daya alam (SDA).
Perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Perbedaan kebudayaan.
Mencari keuntungan.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
2.2 Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang dilaksanakan antar negara yang
berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing yang
mempengaruhi neraca perdagangan negara yang bersangkutan (Simorangkir, 1985).
Menurut Dachliani (2006) menyatakan bahwa perdagangan internasional merupakan
suatu cerminan dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka.Pada zaman
globalisasi ini hampir tidak ada negara yang menganut sistem ekonomi tertutup.Hal ini
terjadi karena tentu saja setiap negara tidak bisa memenuhi keseluruhan kebutuhan
masyarakatnya hanya dengan hasil produksi negeri sendiri.Masyarakat di suatu negara
perlu mengonsumsi barang-barang lainnya yang tidak bisa di produksi negeri sendiri
sehingga perlu adanya pertukaran atau perdagangan antar negara.
Menurut Salvatore (1997) Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara
mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu
mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs. Dalam
sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan
perubahan ke atas ekspor maupun impor. Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata
uang dalam negeri menurun dan berarti nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya
(harganya) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi
6. 6
kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila
nilai kurs dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2011).
Ekspor merupakan variabel injeksi yang menambah besaran aliran pendapatan seperti
halnya investasi, hal ini dikarenakan ekspor berasal dari produksi dalam negeri yang
diperdagangkan di luar negeri.Berbeda dengan ekspor, variabel impor merupakan
variabel bocoran yang mengurangi aliran pendapatan. Tambunan (2001) mendefinisikan
perdagangan sebagai proses tukar-menukar atas barang atau jasa yang didasarkan atas
kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Perdagangan internasional dibagi menjadi
dua jenis yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa (non fisik). Manfaat dari
kegiatan perdagangan internasional antara lain:
Membantu menjelaskan arah komposisi perdagangan antar negara serta bagaimana
efek terhadap struktur perekonomian suatu negara.
Dapat mewujudkan adanya keuntungan yang timbul dari perdagangan international
tersebut atau gain from trade. Perdagangan disini diartikan sebagai proses tukar-
menukar yang didasarkan kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-
masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi
pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian
menentukan apakah bersedia melakukan pertukaran atau tidak. Pada dasarnya
pertukaran atau perdagangan timbul karena salah satu kedua belah pihak melihat
adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran
tersebut (Boediono, 2000).
7. 7
BAB III
TEORI PRAKLASIK: MERKANTILISME
3.1 Teori Praklasik Merkantilisme
Merkantilisme adalah suatu aliran/filsafat ekonomi yang tumbuh dan berkembang
dengan pesat pada abad XVI s.d XVIII di Eropa barat.
Ide pokok merkantilisme adalah sebagai berikut:
1. Suatu negara/raja akan kaya/makmur dan kuat agar ekspor lebih besar daripada
impor (X-M).
2. Surplus yang diperoleh dari selisih (X-M) atau ekspor neto yang positif tersebut
diselesaikan dengan pemasukan logam mulia (LM), terutama emas dan perak dari
luar negeri. Dengan demikian, semakin besar ekspor neto, maka akan semakin
banyak LM yang dimiliki atau diperoleh dari luar negeri.
3. Pada waktu itu LM (emas maupun perak) digunakan sebagai alat pembayaran
(uang), sehingga negara/raja yang memiliki LM yang banyak akan kaya/makmur dan
kuat.
4. LM yang banyak tersebut digunakan oleh raja untuk membiayai armada perang guna
memperluas perdagangan luar negeri dan penyebaran agama.
5. Penggunaan kekuatan armada perang untuk memperluas perdagangan luar negeri ini
diikuti dengan kolonialisasi di Amerika Latin, Afrika dan Asia terutama dari abad
XVI s.d XVIII.
3.2 Kebijakan Merkantilisme
Untuk melaksanakan ide tersebut diatas, merkantilisme menjalankan kebijakan
perdagangan (trade policy) sebagai berikut:
1. Mendorong ekspor sebesar-besarnya, kecuali LM.
2. Melarang/membatasi impor dengan ketat kecuali LM.
8. 8
3.3 Neo Merkantilisme
Kebijakan merkantilisme pada saat ini masih dijalankan oleh banyak negara dalam
bentuk “neo merkantilisme”, yaitu kebijakan proteksi untuk melindungi dan mendorong
ekonomi industri nasional dengan menggunakan kebijakan tarif atau Tariff Barrier dan
kebijakan Nontariff Barrier. Biasanya tariff barrier dilaksanakan dengan menggunakan
countervailing duty, bea anti dumping dan surcharge.Dalam hal ini, kebijakan proteksi
yang lebih banyak digunakan biasanya dalam bentuk Nontariff Barrier seperti larangan,
sistem kuota, ketentuan teknis, harga patokan, peraturan kesehatan, dll.
9. 9
BAB IV
TEORI KLASIK: KEUNGGULAN MUTLAK DAN KOMPARATIF
4.1 Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage)
Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut teori murni perdagangan
internasional. Dasar pemikiran teori ini adalah suatu negara akan melakukan perdagangan
atau pertukaran apabila setiap negara memperoleh keuntungan mutlak dari perdagangan.
Suatu negara dikatakan mempunyai keuntungan mutlak dalam memproduksi suatu jenis
barang apabila negara tersebut dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih
murah dibandingkan jika barang itu diproduksi di negara lain. Dengandemikian, suatu
negara akan mengekspor suatu barang jika negara tersebut dapat membuatnya secara
lebih murah dibandingkan negara lain.Keunggulan absolut adalah situasi ekonomi di
mana penjual mampu menghasilkan jumlah yang lebih tinggi dari produk yang diberikan,
saat menggunakan jumlah yang sama sumber daya yang digunakan oleh pesaing untuk
menghasilkan jumlah yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan bagi individu, perusahaan,
dan bahkan negara memiliki keuntungan absolut di pasar.Kemampuan untuk
menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan lebih efisien juga memungkinkan
untuk mendapatkan keuntungan lebih, dengan asumsi bahwa semua unit yang diproduksi
dijual.
Biaya juga merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah keuntungan
absolut ada.Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih banyak produk dengan
menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, ini biasanya diterjemahkan ke dalam biaya
produksi yang lebih rendah per unit.Bahkan dengan asumsi bahwa produsen menjual
setiap unit dengan biaya sedikit di bawah kompetisi, hasil akhir masih harus keuntungan
yang lebih tinggi pada setiap unit yang dijual.
Ada beberapa asumsi dari keunggulan Absolut ini:
Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja.
Kualitas barang yang diproduksi kedua Negara sama.
Pertukaran dilakukan secara barter tanpa mengeluarkan uang.
Biaya transport ditiadakan.
Contoh: Indonesia dan India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian dan tas
dengan asumsi (anggapan) masing-masing negara menggunakan 100 tenaga kerja untuk
10. 10
memproduksi kedua komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan
50 tenaga kerja untuk memproduksi tas. Hasil total produksi kedua negara tersebut yaitu:
Produk Indonesia India
Pakaian 40 unit 20 unit
Tas 20 unit 30 unit
Berdasarkan informasi di atas, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam
produksi pakaian dibandingkan dengan India, karena 50 tenaga kerja di Indonesia mampu
memproduksi 40 tenaga kerja dan India hanya bisa memproduksi 20 unit. Sedangkan
India memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi tas karena India bisa membuat 30
tas, Indonesia hanya 20 tas. Jadi Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi
pakaian dan India memiliki keunggulan mutlak dalam produksi tas. Apabila Indonesia
dan India melakukan spesialisasi produksi, hasilnya akan sebagai berikut:
Produk Indonesia India
Pakaian 40 unit 20 unit
Tas 20 unit 30 unit
Dengan melakukan spesialisasi hasil produksi semakin meningkat. Karena Indonesia
dan India memindahkan tenaga kerja dalam produksi komoditi yang menjadi spesialisasi.
Sebelum spesialisasi, jumlah produksi sebanyak 60 unit pakain dan 40 unit tas. Tetapi
setelah spesialisasi, jumlah produksi meningkat menjadi 80 unit pakaian dan 60 unit tas.
Jadi keunggulan mutlak terjadi apabila suatu negara dapat menghasilkan komoditi-
komoditi tertentu dengan lebih efisien, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan
dengan negara lain.
Contoh lain:
Secara matematis, teori absolute advantage dari adam smith dapat diilustrasikan dengan
data hipotesis sebagai berikut.
11. 11
Tabel. Data Hipotesis Teori Absolute Advantage dari Adam Smith
Produk per satuan
tenaga kerja/hari
The Sutra
DTDN (Dasar Tukar
Dalam Negeri)
Indonesia 12 kg 3m
4kg = 1m
1kg = 1/4m
Cina 4 kg 8m
1/2kg = 1m
1kg = 2m
Berdasarkan ilustrasi di atas dapat diketahui bahwa tenaga kerja Indonesia memiliki
keunggulan absolute dalam produksi teh (12 kg), sedangkan Cina memiliki keunggulan
absolute dalam produksi sutra (8m). Berdasarkan DTDN dapat dilihat:
Harga 1 kg teh di Indonesia lebih murah (hanya ¼ sutra) dibandingkan dengan di Cina
yang lebih mahal (yaitu 2 m sutra). Sebaliknya, harga 1 m sutra di Cina lebih murah
(hanya ½ kg teh) dibandingkan dengan di Indonesia yang lebih mahal (yaitu 4 kg teh).
Berdasarkan perbandingan DTDN pada kedua negara di atas, maka dapat disimpulkan:
Indonesia memiliki keunggulan absolute dalam produksi teh sehingga akan
melakukan spesialisasi produksi dan ekspor teh ke Cina. Sebaliknya, Indonesia akan
mengimpor sutra ke Cina. Sedangkan Cina memiliki keunggulan absolute dalam produksi
sutra sehingga akan melakukan spesialisasi produksi dan ekspor sutra ke Indonesia.
Sebaliknya, Cina akan mengekspor teh dari Indonesia.
4.2Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif
bersifat kompetisi dan bersifat persaingan. Keunggulan kompetitif adalah merujuk pada
kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya
pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya.
Keunggulan kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai
lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya
Keunggulan Komperatif menurut David Ricardo merupakan perdagangan
internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia
berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu
memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada
negara lainnya. Dalam teori keunggulan komparatif yang dikemukan oleh David Ricardo,
12. 12
suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara
tersebut melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas
dan efisiensi tinggi. Teori keunggulan komparatif David Ricardo berdasarkan atas
beberapa sumsi, antara lain sebagai berikut:
1. Perdagangan internasional hanya terjadi antar dua negara.
2. Perdagangan dilakukan secara sukarela (bebas).
3. Barang yang dipertukarkan hanya dua macam.
4. Tenaga kerja bersifat homogen satu negara.
5. Tenaga kerja bergerak bebas di dalam negeri, tetapi tidak bebas dalam hubungan antar
negara.
6. Biaya-biaya produksi dianggap tetap.
7. Kualitas barang adalah sama.
8. Biaya transportasi tidak ada (nol).
9. Teknologi tidak berubah.
Ia menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh keuntungan jika ia
menspesialisasikan pada produksi dan ekspor yang dapat diproduksinya pada biaya yang
relatif lebih murah, dan mengimpor apa yang dapat diproduksinya pada biaya yang relatif
lebih mahal.
Ilustrasinya dapat dilihat pada tabel berikut :
Kebutuhan Jam Kerja untuk Produksi
Produk Amerika Eropa
Pizza 1 3
Pakaian 2 4
Agar terlihat sederhana, diasumsikan ada dua negara (Amerika dan Eropa) dan dua
output (pizza dan pakaian). Keduanya memiliki sumber daya masing-masing 120 jam
tenaga kerja (TK) untuk memproduksi pizza dan pakaian. Namun Amerika mampu
memproduksi 1 unit pizza dengan 1 jam TK dan 1 unit pakaian dengan 2 jam TK.
Sedangkan Eropa membutuhkan 3 jam TK untuk memproduksi 1 unit pizza dan 4 jam TK
untuk pakaian. Sekedar keterangan, Amerika mampu memproduksi keduanya dengan jam
TK (input) yang lebih sedikit daripada Eropa. Menurut Teori Keuntungan Absolut
(Absolute Advantage), Amerika seharusnya memproduksi keduanya sendiri. Namun tidak
13. 13
demikian menurut teori keuntungan komparatif. Kita lihat perbandingannya dibawah
dengan menggunakan teori keuntungan komparatif :
Ø Sebelum melakukan perdagangan
Produksi di kedua negara menghasilkan upah riil yang berbeda bagi TK. Upah riil bagi
TK di Amerika adalah 1 pizza atau 1/2 pakaian. Sementara di Eropa, upah riil TK hanya
1/3 pizza atau 1/4 pakaian. Artinya upah di Eropa lebih rendah dibandingkan di Amerika
dan TK di Eropa memiliki daya beli yang relatif lebih kecil. Ini tentunya juga
menimbulkan perbedaan biaya produksi, dan jika pasar adalah persaingan sempurna,
harga pizza dan pakaian akan berbeda di kedua negara.
Sementara itu, mari kita lihat berapa total output yang mampu diproduksi kedua
negara tanpa melakukan perdagangan. Jika diasumsikan dari total 120 jam TK (input)
yang tersedia di tiap negara separuhnya dialokasikan untuk produksi pizza dan
separuhnya lagi dialokasikan untuk produksi pakaian, maka total produksi kedua negara
adalah sebagai berikut:
Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi
Produk Amerika Eropa
Pizza 60 20
Pakaian 30 15
Total 90 + 35 = 125
Dengan input 120 jam TK yang dimiliki masing-masing negara, jika dialokasikan
separuh-separuh, Amerika mampu memproduksi 60 pizza (60 jam TK / 1) dan 30 pakaian
(60 jam TK / 2). Sedangkan Eropa mampu memproduksi 20 pizza (60 jam TK / 3) dan 15
pakaian (60 jam TK / 4). Dengan demikian, total produksi yang dihasilkan kedua negara
adalah 125 unit, yang terdiri dari pizza dan pakaian.
Menurut teori keuntungan komparatif, Amerika seharusnya hanya memproduksi
pizza dan Eropa memproduksi pakaian. Ini karena produksi pakaian relatif lebih mahal
bagi Amerika, dengan rasio harga produksi 2 dibandingkan dengan 4/3 yang mampu
diproduksi Eropa (lihat gambar 1). Sedangkan pizza relatif lebih mahal bagi Eropa karena
rasio harga produksinya adalah 3/4 dibandingkan dengan 1/2 yang mampu diproduksi
Amerika (lihat gambar 1). jadi, perbandingan dalam teori ini adalah berdasarkan harga
relatif di kedua negara, bukan hanya di satu negara.
14. 14
Dengan asumsi biaya transpotasi tidak ada atau relatif sangat kecil, Amerika
kemudian akan mengekspor pizza ke Eropa dan Eropa akan mengekspor pakaian ke
Amerika. Karena biaya produksi yang lebih murah, harga pizza Amerika yang diekspor
juga akan lebih murah dan ini mendorong harga pizza di Eropa turun. JIka harga pizza di
eropa terlalu rendah bagi produsen Eropa, mereka akan menutup produksinya karena
tidak menguntungkan lagi. Akhirnya mereka akan beralih ke produksi yang lebih
menguntungkan, yaitu pakaian. Sedangkan kebutuhan pizza di Eropa akan dipenuhi
dengan impor. Hal yang sama juga terjadi terhadap pakaian di Amerika. Pada akhirnya,
perbedaan harga akan membuat Amerika hanya memproduksi Pizza dan Eropa hanya
memproduksi pakaian.
Ø Setelah melakukan perdagangan
Total output kedua negara adalah sebagai berikut:
Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi
Produk Amerika Eropa
Pizza 120 0
Pakaian 0 30
Total 120 + 30 = 150
Pada gambar diatas, Amerika menggunakan semua inputnya (120 jam TK) untuk
memproduksi pizza saja, sehingga menghasilkan 120 pizza (120 jam TK / 1). Sedangkan
Eropa menggunakan semua inputnya untuk memproduksi pakaian saja, sehingga
menghasilkan 30 pakaian (120 jam TK / 4). Ternyata total output kedua negara
meningkat dengan melakukan spesialisasi produksi ini, yaitu menjadi 150 unit.
Contoh lain:
Berdasarkan hipotesis teori comparative advantage dari David Ricardo adalah cost
comparative advantage.
Negara Produksi
1 kg gula 1 m kain
Indonesia 3 hari kerja 4 hari kerja
Cina 6 hari kerja 5 hari kerja
15. 15
Perhitungan Cost Comparative
Perbandingan Cost 1 kg gula 1m kain
Indonesia/Cina 3/6 HK 4/5 HK
Cina/Indonesia 6/3 HK 5/4 HK
Berdasarkan perbandingan cost comparative advantage dapat dilihat bahwa tenaga kerja
Indonesia lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi 1 kg gula (3/6
atau ½ hari kerja) daripada produksi 1 meter kain (4/5 hari kerja). Hal ini akan
mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula.
Sebaliknya, tenaga kerja Cina ternyata lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia
dalam produksi 1 meter kain (3/6 hari kerja)daripada produksi 1 kg gula (6/3 atau 2/1 hari
kerja). Hal ini mendorong Cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain.Ilustrasi
diatas menjelaskan mengapa negara-negara perlu melakukan perdagangan internasional
dan bagaimana negara yang terlibat saling memperoleh keuntungan.
16. 16
BAB V
TEORI MODERN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
5.1 Teori Proporsi Faktor Produksi (Heckscer-Ohlin Theory)
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli
Heckscer (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai
perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan
komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan
mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O.
Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional
dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang
secara eksplisit dinyatakan) antarnegara (Salvatore, 2006).Namun teori ini tidak
memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut.Teori H-O
kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan
produktivitas tersebut.Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena
adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh
masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga
barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ”The
Proportional Factor Theory”. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi
relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi
untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan
mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
langka atau mahal dalam memproduksinya.
Teori Heckscer-Ohlin memprediksi bahwa negara-negara yang akan mengekspor
barang secara intensif menggunakan faktor berlimpah secara lokal, sambil mengimport
barang secara intensif menggunakan faktor-faktor lokal yang langka. Jadi, teori Heckscer-
Ohlin mencoba menjelaskan pola dari perdagangan internasional yang kita teliti pada
ekonomi dunia.
Teori Heckscer-Ohlin mempunyai pertimbangan akal sehat.Contohnya, Amerika
serikat telah lama menjadi eksportir besar dari produk-produk pertanian, mencerminkan
negara tersebut mempunyai pertanian yang melimpah karena tanahnya baik untuk
ditanami.Sebaliknya, China unggul pada ekspor barang-barang produksi dalam tenaga
kerja intensif industri manufaktur.Ini mencerminkan China mempunyai tenaga kerja
dengan biaya rendah berlimpah.Di Amerika serikat, yang kekurangan tenaga kerja
17. 17
dengan biaya rendah, telah memilih untuk mengimpor buruh.Secara relatif, tidak mutlak,
sumbangan adalah penting; sebuah negara bisa mempunyai jumlah lahan dan tenaga kerja
lebih besar dari negara lain, tetapi menjadi relatif melimpah satu dari mereka.
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik,
negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor
produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara
akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor
produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:
a. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.
b. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,
apakah labor intensity atau capital intensity.
Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva, yaitu:
1. Kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama.
2. Kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama.
Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva
isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk
yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:
a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara
akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.
c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang
relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena
negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan cukup mahal untuk
memproduksinya.
e. Paradoks Leontief
Wassily Leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks, melalui
study empiris yang dilakukannya pada tahun 1953 menemukan fakta, fakta itu
18. 18
mengenai struktur perdagangan luar negri (ekspor dan impor). Amerika serikat tahun
1947 yang bertentangan dengan teori H-O sehingga disebut sebagai paradoks
leontief.
Berdasarkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan
ternyata paradox liontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama yaitu:
a) Intensitas faktor produksi yang berkebalikan.
b) Tariff and Non tariff barrier.
c) Perbedaan dalam skill dan human capital.
d) Perbedaan dalam faktor sumberdaya alam
Kelemahan dari teori H-O adalah jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula
sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi. Kelebihan dari teori H-O adalah
jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih
banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki tenaga kerja terdidik maka
ekspornya akan lebih sedikit.
Hipotesis Teori H-O
Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan dikemukakan
hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:
1. Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap
negara turun.
2. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
3. Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara
cenderung sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderung sama.
4. Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara yang
kaya labor.
5. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang
relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. Sehingga Negara yang kaya
kapital maka ekspornya padat kapital dan impornya padat karya, sedangkan negara
kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat kapital.
19. 19
Kelemahan Asumsi Teori H-O
Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan
internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:
a. Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam
memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering
menggunakan teknologi yang berbeda.
b. Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih
menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara
industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum
bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.
c. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor secara
internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang
menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya
adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas model H-
O.
d. Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika
melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang
masih memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.
5.2 Teori Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle Theory)
Model Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle atau PLC) menjelaskan bahwa
suatu produk akan mengalami tahap-tahap: muncul, matang, dan mati. Penggunaan model
Siklus Kehidupan Produk dalam teori perdagangan internasional, atau yang dalam tulisan
ini disebut Teori PLC, dikemukakan oleh Raymond Vernon, dalam tulisannya yang
berjudul International Investment and International Trade in the Product Cycle (1966),
yang dilanjutkan pembahasannya, oleh penulis yang sama, dalam Sovereign at
Bay (1971), The Product Cycle Hypothesis in A New International Environment (1979),
dan dalam Sovereignty at Bay, Ten years After (1981). Dalam Teori PLC tahap "mati"
nya suatu produk dapat ditunda melalui perdagangan internasional dan melalui
pengembangan industri nasional menjadi industri multinasional.
Teori PLC adalah teori perdagangan internasional dinamik yang
mampu menjelaskan tentang:
a. Kenyataan pola dan arah perdagangan dunia yang terjadi, yaitu dominasi
perdagangan antar sesama negara maju yang relatif kaya akan kapital.
20. 20
b. Timbulnya perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs), yaitu bagaimana
perusahaan-perusahaan oligopolies mencapai kekuasaan pasar, menghadapi
persaingan dan mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar, dan mencapai
skala ekonomis yang esensial melalui ukuran usahanya yang besar. Dan selanjutnya,
bagaimana oligopolies mengambil keuntungan dari investasi dasar yang telah dibuat
dalam R & D, pengemasan, komunikasi, dan teknik pemasaran, untuk memperluas
operasinya ke daerah geografis baru dengan penghematan yang besar, sehingga
mampu meraih kekuatan pasar sebagai perusahaan-perusahaan dunia.
c. Ekspansi perusahaan-perusahaan dunia para oligopolies ke LDCs. Untuk
menjelaskan perdagangan, teori PLC tidak terlalu menekankan pada
doktrin Comparative Cost seperti pada pendahulunya, Klasik dan Neo Klasik.
Terutama pada tahap-tahap awal dari siklus kehidupan produk, tetapi lebih pada:
1) Dorongan melakukan innovation dan invention yang ditimbulkan oleh adanya
ketakutan dan harapan di pasar.
2) Ketepatan waktu untuk melakukan innovation dan invention.
3) Arti penting komunikasi untuk memecahkan masalah terhadap ketidakpedulian
terhadap produk dan ketidakpastian teknologis.
4) Memanfaatkan skala ekonomis.
5) Strategi untuk mencapai penguasaan pasar.
Teori PLC menjelaskan macam komoditi yang diperdagangkan antar negara maju, yaitu
komoditas yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Harganya tinggi, karena pengembangan dan penyempurnaannya memerlukan biaya
R & D yang tinggi, sehingga cenderung masuk kategori barang mewah terutama
pada tahap awal pemunculannya.
b. Merupakan barang konsumsi untuk konsumen yang berpenghasilan tinggi.
c. Hemat tenaga kerja, atau dengan kata lain komoditi yang memungkinkan
penggantian tenaga kerja dengan kapital.
21. 21
Adapun tahap-tahap dalam siklus hidup produk diantaranya:
1. Tahap perkenalan (Introductions),adalah dimana barang mulai dipasarkan dalam
jumlah yang besar namun distribusi barang masih terbatas dan laba yang diperoleh
masih rendah.
2. Tahap pertumbuhan (growth), adalah tahap pertumbuhan adalah penjualan dan laba
mulai meningkat seiring permintaan dari masyarakat yang semakin banyak.
3. Tahap kedewasaan (mature), adalah tahap penjualan yang meningkat dan berada di
taraf yang menetap, kemudian memproduksi model baru dan dilakukannya berbagai
usaha periklanan guna menghadapi persaingan.
4. Tahap kemunduran (decline), adalah adanya barang baru untuk mengganti barang
lama dalam istilah dinilai sudah kuno, dalam arti memperbarui barang dalam segi
fungsi, efisiensi, dan spesifikasi barang tersebut.
5.3 Teori Offer Curve / Reciprocal Demand (OC/RD) Theory
Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu Marshall dan
Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan kesediaan suatu
negara untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya pada
berbagai kemungkinan harga.
Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing negara akan memperoleh manfaat
dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga faktor produksi
tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada
akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola
perdagangan (trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi
adalah dua faktor yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar
internasional.Teori perdagangan yang baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu
teori Offer Curve.
22. 22
BAB VI
KEBIJAKSANAAN EKONOMI INTERNASIONAL DAN TARIF
6.1 Definisi Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Dalam arti luas kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan/kebijaksanaan
ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak mempengaruhi komposisi, arah
serta bentuk daripada perdagangan dan pembayaran internasional.Kebijaksanaan ini tidak
hanya berupa tarif, kuota dan sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah
di dalam negeri yang secara tidak langsung nasional seperti misalnya kebijaksanaan
moneter dan fiskal. Sedangkan definisi yang lebih sempit kebijaksanaan ekonomi
internasional adalah tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara
langsung mempengaruhi perdagangan dan pembayaran internasional.
6.2 Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Instrumen ini meliputi:
a. Kebijaksanaan Perdagangan Internasional
Kebijaksanaan perdagangan internasional mencakup tindakan pemerintah terhadap
rekening yang sedang berjalan (Current Account) daripada neraca pembayaran
internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang/jasa.jenis kebijaksanaan ini
misalnya tarif terhadap impor, bilateral trade agreement, state trading, dan sebagainya.
b. Kebijaksanaan Pembayaran Internasional
Kebijaksanaan pembayaran internasional meliputi tindakan/kebijaksanaan pemerintah
terhadap rekening modal (Capital Account) dalam neraca pembayaran internasional
yang berupa pengawasan terhadap pembayaran internasional. Hal ini dapat dilakukan
misalnya dengan pengawasan terhadap lalu lintas devisa (exchange control), atau
pengaturan/pengawasan lalu lintas modal jangka panjang.
c. Kebijaksanaan Bantuan Luar Negeri.
Kebijaksanaan bantuan luar negeri adalah tindakan/kebijaksanaan pemerintah yang
berhubungan dengan bantuan (grant), pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan untuk
membantu rehabilitasi serta pembangunan dan bantuan militer terhadap Negara lain.
23. 23
6.3 Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Secara umum dapatlah disebutkan bahwa tujuan kebijaksanaan ekonomi
internasional itu adalah sebagai berikut:
1. Autarki, tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari pengaruh-
pengaruh Negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau militer.
2. Kesejahteraan (welfare), tujuan ini bertentangan dengan tujuan untuk autarki.
Dengan mengadakan perdagangan internasional suatu negara akan memperoleh
keuntungan dari adanya spesialisasi. Oleh karena itu untuk mendorong adanya
perdagangan internasional maka halangan-halangan dalam perdagangan
internasional (tarif, kuota dan sebagainya) dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Hal ini berarti harus ada perdagangan bebas.
3. Proteksi, tujuan ini untuk melindungi industry dalam negeri dari persaingan barang
impor. Hal ini, misalnya dapat dijalankan dengan tarif, kuota dan sebagainya.
4. Keseimbangan neraca pembayaran, apabila suatu negara itu mempunyai kelebihan
cadangan valuta asing maka kebijaksanaan pemerintah untuk mengadakan stabilitas
ekonomi dalam negara akan tidak banyak menimbulkan problem dalam neraca
pembayaran internasionalnya. Tetapi sangat sedikit negara yang mempunyai posisi
demikian. Terutama negara-negara yang sedang berkembang posisi cadangan valuta
asingnya lemah, memaksa pemerintah negara-negara tersebut untuk mengambil
kebijaksanaan ekonomi internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran
internasional.
5. Pembangunan ekonomi, untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat mengambil
kebijaksanaan seperti misalnya:
Perlindungan terhadap industry dalam negeri (infant industries).
Mengurangi impor barang konsumsi yang nonessensial dan mendorong impor
barang-barang yang essensial.
Mendorong ekspor dsb.
Kesemuanya ini untuk mengarahkan perkembangan perdangangan internasional
guna menunjang pembangunan ekonomi dalam negeri.
24. 24
6.4Macam-Macam Retriksi Dalam Perdagangan Internasional
a. Tarif adalah pembebanan pajak atau custom duties terhadap barang – barang yang
melewati batas suatu negara.
1. Tarif digolongkan menjadi:
Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang
yang di angkut menuju ke negara lain. Jadi pajak untuk barang-barang yang
keluar dari custom area adalah daerah di mana barang – barang bebas bergerak
dengan tidak di kenai bea pabean. Batas custom area ini biasanya sama
dengan batas wilayah sesuatu negara, tetapi kesamaan ini bukanlah merupakan
keharusan, misalnya adanya custom union merupakan custom area yang
daerahnya meliputi lebih dari satu wilayah negara. Custom area di sini lebih
luas dari pada suatu negara. Tetapi dengan adanya free trade area makan
custom area lebih sempit dari pada batas wilayah suatu Negara.
Bea Transit(transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang
yang melalui wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa barang tersebut
sebagai tujuan akhirnya adalah negara lain.
Bea Impor (impor duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-
barang yang masuk dalam costum area suatu negara dengan ketentuan bahwa
negara tersebut sebagai tujuan terakhir.
2. Perbedaan tarif menurut jenisnya:
Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam
presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap ukuran
fisik daripada barang.
Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan
kombinasi antara specific dan ad valorem.
3. System tarif
Single-column tariffs, system dimana untuk masing-masing barang hanya
mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous tariffs (tarif yang
tingginya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan dengan
negara lain). Kalau tingginya tarif ditentukan dengan perjanjian dengan negara
lain disebut conventional tariffs.
25. 25
Double-colomn tariffs, system dimana untuk setiap barang mempunyai 2 tarif.
Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang-undang, maka
namanya: “bentuk maksimum dan minimum”. Dalam bentuk ini jika tarif
maksimum sebagai normal duties maka tarif minimumnya digunakan untuk
barang dari negara-negara tertentu yang mengadakan perjanjian tarif dengan
negara tersebut, tetapi apabila tarif minimum sebagai normal duties maka tarif
maksimum digunakan untuk membalas tindakan negara lain yang
membebankan tarif barang yang lebih tinggi. Jika tarif maksimum sebagai
normal duties sedang tarif yang lebih rendah ditentukan berdasarkan
perjanjian dengan negara lain maka bentuk ini dinamakan “general and
conventional form”.
Triple-colomn tariff, biasanya system ini digunakan oleh negara penjajah.
Sebenarnya system ini hanya perluasan daripada double colomn tariffs yakni
dengan menambah satu macam tarif preference untuk negara-negara bekas
jajahan atau afiliasi politiknya. System ini sering disebut dengan
nama“preferential system”.
4. Efek tarif
Pembebanan tarif terhadap suatu barang dapat mempunyai efek terhadap
perekonomian suatu negara,khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa
macam efek tarif tersebut adalah:
a) Efek terhadap harga (price effect)
b) Efek terhadap konsumsi (consumption effect)
c) Efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
d) Efek terhadap reditribusi pendapatan (redistribution effect)
5. Kuota adalah pembatasan jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota
impor) dan keluar (kuota ekspor).
a. Kuota impor
Jenisnya kuota impor adalah absolut atau unilateral kuota, negotiated atau
bilateral kuota, tarif kuota dan mixing kuota.
Absolute atau unilateral kuota adalah kuota yang besar/kecilnya
ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan dengan negara
lain. Kuota semacam ini sering menimbulkan tindakan balasan oleh
negara lain.
26. 26
Negotiated atau bilateral kuota adalah kuota yang besar/kecilnya
ditentukan berdasarkan perjanjian antara 2 negara atau lebih.
Tarif kuota adalah gabungan antara tarif dan kuota. Untuk jumlah tertentu
barang diizinkan masuk (impor) dengan tarif tertentu, tambahan impor
masih diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.
Mixing kuota adalah membatasi penggunaan bahan mentah yang diimpor
dalam proporsi tertentu dalam produksi barang akhir. Pembatasan ini
untuk mendorong berkembangnya industry di dalam negeri.
b. Kuota ekspor
Seperti juga halnya dengan kuota impor, maka ekspor pun dapat dibatasi
jumlahnya. Pembatasan jumlah ekspor ini bertujuan antara lain:
Untuk mencegah barang-barang yang penting jatuh/berada ditangan
musuh.
Untuk menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam proporsi yang
cukup.
Untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna
mencapai stabilitas harga.
27. 27
BAB VII
KEBIJAKAN NON TARIF: KUOTA, SUBSIDI, DUMPING
7.1 Pengertian Kebijakan Non Tarif
Hambatan non-tarif (non-tarif barrier) adalah berbagai kebijakan perdagangan selain
bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat
perdagangan internasional (Dr. Hamdy Hady).
7.2 Macam Hambatan Non Tarif
A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif (non-tarif
barrier) sebagai berikut:
1. Pembatasan spesifik (specific limitation):
a) Larangan impor secara mutlak.
b) Pembatasan impor (quota system).
Kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan
barang (kuota impor) dan pengeluaran barang (kuota ekspor) dari/ke suatu negara
untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen.
c) Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
d) Peraturan kesehatan/karantina.
e) Peraturan pertahanan dan keamanan negara.
f) Perizinan impor (import licence).
g) Embargo.
h) Hambatan pemasaran/marketing.
2. Peraturan bea cukai (customs administration rules):
a) Tatalaksana impor tertentu (procedure).
b) Penetapan harga pabean.
c) Penetapan kurs valas (forex rate)dan pengawasan devisa (forex control).
d) Packaging / labelling regulations.
e) Documentation needed.
f) Quality and testing standard.
g) Pungutan administrasi (fees).
28. 28
3. Partisipasi pemerintah (government participation):
a) Kebijakan pengadaan pemerintah.
b) Subsidi dan insentif ekspor
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau
bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak,
pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dll.
c) Countervaling duties.
d) Domestic assistance programs.
4. Import charges
a) Import deposite.
b) Supplementary duties.
c) Variable levies.
7.3 Cara Suatu Negara Dalam Menerapkan Hambatan Non Tarif (non-tarif
barrier)
Beberapa cara yang dilakukan oleh suau negara dalam menerapkan hambatan non
tarif adalah sebagai berikut:
a. Standardisasi Kualitas Produk atau Jasa.
b. Pembatasan Kuota Impor.
c. Prosedur atau Peraturan Khusus.
d. Struktur Pasar.
e. Kondisi Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya.
7.4Pembatasan Kuota Impor
Dilakukan dengan membatasi kuantitas barang yang boleh masuk ke suatu negara.
Pembatasan jumlah barang dilakukan dengan tujuan produk-produk impor tidak
membanjiri pasar dalam negeri.Dengan pembatasan ini diharapkan produk-produk dalam
negeri bisa bersaing di negerinya sendiri.
7.5 Berbagai Hambatan Non Tarif
1. Kuota impor
Kuota impor adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah barang yang boleh
diimpor dari luar negeri untuk melindungi kepentingan industri dan
29. 29
konsumen.Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada
beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk
yang jumlahnya dibatasi secara langsung.Kuota impor dapat digunakan untuk melindungi
sektor industri tertentu dan neraca pembayaran suatu negara.Negara maju pada umumnya
memberlakukan kuota impor untuk melindungi sektor pertaniannya.Sedangkan negara-
negara berkembang melakukan kebijakan kuota impor untuk melindungi sektor industri
manufakturnya atau untuk melindungi kondisi neraca pembayarannya yang seringkali
mengalami defisit akibat lebih besarnya impor daripada ekspor.
Macam-macam kuota impor:
a) Absolute/uniteral quota, yaitu sistem kuota yang ditetapkan secara sepihak (tanpa
negoisasi).
b) Negotiated/bilateral quota, yaitu sistem kuota yang ditetapkan atas kesepakatan atau
menurut perjanjian.
c) Tarif kuota, yaitu pembatasan impor yang dilakukan dengan mengkombinasikan
sistem tarif dengan sistem kuota.
d) Mixing quota, yaitu pembatasan impor bahan baku tertentu untuk melindungi
industri dalam negeri.
2. Pembatasan Ekspor Secara Sukarela
Konsep ini mengacu pada kasus di mana negara pengimpor mendorong atau bahkan
memaksa negara lain mengurangi ekspornya secara sukarela dengan ancaman bahwa
negara pengimpor tersebut akan melakukan hambatan perdagangan yang lebih keras lagi.
Kebijakan ini dilakukan berdasarkan kekhawatiran akan lumpuhnya sektor tertentu dalam
perekonomian domestik akibat impor yang berlebih.
Pembatasan ekspor secara sukarela ini kurang efektif, karena pada umumnya negara
pengekspor enggan membatasi arus ekspornya secara sukarela.Pembatasan ekspor ini
justru membebankan biaya yang lebih mahal bagi negar pengimpor karena lisensi impor
yang bernilai tinggi itu justru diberikan pada pemerintah atau perusahaan asing.
3. Kartel-kartel Internasional
Kartel internasional adalah sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari
berbagai negara. Mereka sepakat untuk membatasi outputnya dan juga mengendalikan
30. 30
ekspor komoditi tersebut dengan tujuan memaksimalkan dan meningkatkan total
keuntungan mereka. Berpengaruh tidaknya suatu kartel ditentukan oleh hal-hal berikut:
a) Sebuah kartel internasional berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam menentukan
harga jika komoditi yang mereka kuasai tidak memiliki subtitusi.
b) Peluang tersebut akan semakin besar apabila jumlah produsen, negara, atau pihak
yang terhimpun dalam kartel relatif sedikit.
4. Dumping
Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh di bawah pasaran,
atau penjualan komoditi ke luar negeri dengan harga jauh lebih murah dibandingkan
dengan harga penjualan domestiknya. Dumping diklasifikasikan menjadi tiga golongan,
yaitu:
a) Dumping terus-menerus atau international price discrimination adalah
kecenderungan terus-menerus dari suatu perusahaan monopolis domestik untuk
memaksimalkan keuntungannya dengan menjual suatu komoditi dengan harga yang
lebih tinggi di pasaran domestik, sedangkan harga yang dipasangnya di pasar luar
negeri sengaja dibuat lebih murah.
b) Dumping harga yang bersifat predator atau predatory dumping praktek penjualan
komoditi di bawah harga yang jauh lebih murah ketimbang harga domestiknya.
Proses dumping ini pada umumnya berlansung sementara, namun diskriminasi
harganya sangat tajam sehingga dapat mematikan produk pesaing dalam waktu
singkat.
c) Dumping sporadis atau sporadic dumping adalah suatu komoditi di bawah harga atau
penjualan komoditi itu ke luar negeri dengan harga yang sedikit lebih murah
daripada produk domestik, namun hanya terjadi saat ingin mengatasi surplus
komoditi yang sesekali terjadi tanpa menurunkan harga domestik.
5. Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran lansung atau pemberian keringanan pajak dan
bantuan subsidi pada para eksportir atau calon eksportir nasional, dan atau pemberian
pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu ekspor
suatu negara.
D.
31. 31
Tujuan suatu negara menerapkan kebijakan non tarif barrier
Ada beberapa tujuan penting dari proteksi:
a) Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran.
b) Mendorong perkembangan industri baru.
c) Mendiversifikasikan perekonomian.
d) Menghindari kemerosotan industri-industri tertentu.
e) Memperbaiki neraca pembayaran.
f) Menghindari neraca pembayaran.
g) Menghindari dumping.
h) Menambah pendapatan pemerintah.
Tujuan kebijakan proteksi
Memaksimalkan produksi dalam negeri.
Memperluas lapangan kerja.
Memelihara tradisional.
Menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu
komoditi andalan.
Menjaga stabilitas nasional, dan tidak menggantungkan diri pada negara lain.