Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Membahas tentang pengertian ekonomi internasional dan perdagangan antar negara serta manfaatnya
2. Menguraikan kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia dari Pelita I hingga Pelita VI yang mencakup deregulasi, insentif ekspor, dan stabilisasi harga
3. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan produksi, daya saing, dan kesejahteraan rakyat Indonesia
1. RESUME EKONOMI INTERNASIONAL
DOSEN:
ADE FAUJI, SE, MM
OLEH:
M. SAEPUDIN
11151001
6K
MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN
RUANGAN C.1.3
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS BINA BANGSA BANTEN
2018
2. BAB I
RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL
I. PENGERTIAN EKONOMI INTERNASIONAL
Ekonomi Internasional adalah Sebagai cabang dari ilmu ekonomi yang
mempelajari dan menganalisis tentang transaanksi dan permasalahan Ekonomi
Internasional (Eksport-Import) yang meliputi perdagangan dan keuanga atau
moneter serta organisasi ekonomi (Swasta maupun Pemerintah) dan kerjasama
ekonomi antar negara.
Pentingnya studi Ekonomi Internasional karena pada saat ini pengaruh globalisasi
ekonomi dunia yang ditandai ciri-ciri atau karakter yaitu:
1. Keterbukaan pasar atau liberalisasi pasar dan arus uang dan transfer
teknologi.
2. Ketergantungan ekonomi suatu negara terhadap dunia luar dimana adanya
perusahaan Multi Nasional.
3. Persaingan semakin ketat antar negara atau antar perusahaan untuk
meningkatkan: produktifitas, efisiensi, dan efektif yang optimal.
Sebagai konsekuensi dari globalisasi maka studi Ekonomi Internasional sangat
pnting guna mengukur kemampuan suatu negara dalam kancah globalisasi.
A. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Ekonomi International.
Pengertian ekonomi international tersebut dibagi menjadi 2 yaitu :
Dalam Segi Ilmiah, Ekonomi International adalah bagian atau
cabang dari Ilmu Ekonomi yang diterapkan pada kegiatan –
kegiatan ekonomi antar Negara atau antar bangsa.
Dalam Segi Praktisnya, Ekonomi International adalah meliputi
seluruh kegiatan perekonomian yang dilakukan antar Negara,
3. bangsa maupun antara orang – orang perorangan dari Negara
yang satu dengan Negara yang lain.
Tujuan Ekonomi International : Adalah untuk mencapai tingkat
kemakmuran yang lebih tinggi bagi umat manusia. Tujuan itu dapat
dicapai dengan mengadakan kegiatan – kegiatan dalam bidang
perdagangan, investasi, perkreditan, pengangkutan, perasuransian,
diplosiasi dll.
Ruang Lingkup :
Teori dan kebijakanPerdagangan International
Teori dan kebijakan Keuangan / Moneter International
Organisasi dan Kerjasama Ekonomi International
Perusahaan International dan Bisnis International
II. PERDAGANGAN ANTAR NEGERA
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan
individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu
negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan
internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun,
dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan
beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong
industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan
multinasional.
Manfaat perdagangan antar Negara.
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai
berikut:
4. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di
setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi,
iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya
perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan
yang tidak diproduksi sendiri.
Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara
dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang
diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara
tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
Memperluas pasar dan menambah keuntungan.
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi
kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.
Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan
mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut
keluar negeri.
Transfer teknologi modern.
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih
modern.
Faktor pendorong (Peranan Perdagangan Luar Negeri bagi
Pembangunan Ekonomi Indonesia).
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional, di antaranya sebagai berikut :
5. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan
Negara
Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru
untuk menjual produk tersebut.
Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga
kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya
perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain.
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia
dapat hidup sendiri.
Adanya perbedaan iklimAdanya perbedaan biaya produksi dan
spesialisasi produksi
Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di bidang ekonomi
saja. Manfaatnya di bidang lain pada masa globalisasi ini juga semakin terasa.
Bidang itu antara lain politik, sosial, dan pertahanan keamanan. Di bidang
ekonomi, perdagangan internasional dilakukan semua negara untuk memenuhi
kebutuhan rakyatnya. Negara dapat diibaratkan manusia, tidak ada manusia yang
bisa hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Begitu juga dengan negara, tidak ada
negara yang bisa bertahan tanpa kerja sama dengan negara lain. Negara yang
dahulu menutup diri dari perdagangan internasional, sekarang sudah membuka
pasarnya. Misalnya, Rusia, China, dan Vietnam. Perdagangan internasional juga
memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahan pangan dunia sangat tinggi.
Negara-negara penghasil beras berupaya untuk dapat mengekspornya. Di samping
memperoleh keuntungan, ekspor di sini juga berfungsi secara sosial. Jika krisis
pangan dunia terjadi, maka bisa berakibat pada krisis ekonomi. Akibat
6. berantainya akan melanda ke semua negara. Pada era globalisasi ini banyak
muncul perusahaan multi nasional. Perusahaan sepertiini sahamnya dimiliki oleh
beberapa orang dari beberapa negara. Misalnya, saham telkomsel dimiliki oleh
beberapa orang dari Indonesia dan Singapura. Perusahaan multi nasional seperti
ini dapat mempererat hubungan sosial antar bangsa. Di dalamnya banyak orang
dari berbagai negara saling bekerja sama. Maka terjadilah persabatan di antara
mereka. Perdagangan internasional juga bermanfaat di bidang politik.
Perdagangan antar negara bisa mempererat hubungan politik antar negara.
Sebaliknya, hubungan politik juga bisa mempererat hubungan dagang.
Perdagangan internasional juga berfungsi untuk pertahanan keamanan.
Misalnya, suatunegara nonnuklir mau mengembangkan senjata nuklir. Negara ini
dapat ditekan dengan dikenai sanksi ekonomi. Artinya, negara lain tidak
diperbolehkan menjalin hubungan dagangdengan negara tersebut. Biasanya upaya
seperti ini harus dengan persetujuan PBB. Hal ini dilakukan demi terciptanya
keamanan dunia. Perdagangan internasional juga terkait dengan pertahanan suatu
negara. Setiap negara tentu membutuhkan senjata untuk mempertahankan
wilayahnya. Padahal, tidak semua negara mampu memproduksi senjata. Maka
diperlukan impor senjata. Untuk mencegah perdagangan barang-barang yang
membahayakan, diperlukan kerjasama internasional. Barang yang membahayakan
tersebut misalnya senjata gelap, obat-obatan terlarang, hewan langka, ternak yang
membawa penyakit menular, dsb. Untuk kepentingan inilah pemerintah semua
negara memiliki bea cukai. Instansi ini dibentuk pemerintah suatu negara untuk
memeriksa barang-barang dan bagasi ketika memasuki suatu negara.Pemeriksaan
ini diperlukan untuk melihat apakah pajaknya telah dibayar. Pemeriksaan juga
untuk mengecek barang-barang tersebut barang selundupan ataupun barang
terlarang atautidak. Cara yang digunakan dalam pemeriksaan antara lain dengan
melihat dokumen barang, menggunakan detektor barang berbahaya, atau
menggunakan anjing pelacak.
Kebijaksanaan Perdagangan Luar Negeri dari Pelita ke Pelita berikutnya
1. Pelita I
7. Menurut peraturan pemerintah no.16 tahun 1970 kebijakan pemerintah
tentang perekonomian membicarakan tentang penyempurnaan tata niaga
ekspor dan impor. Peraturan pemerintah pada bulan agustus 1971
membahas tentang devaluasi rupiah terhadap dollar amerika dengan
memfokuskan pada beberapa sasaran, yakni kestabilan harga pokok,
peningkatan nilai ekspor, kelancaran impor, penyebaran barang di
dalam negeri.
2. Pelita II
Adapun kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah dalam pelita II ini
adalah dengan melakukan penghapusan pajak ekspor untuk
mempertahankan daya saing di pasar dunia. Penggalakan PMA dan
PMDN untuk mendorong investasi dalam negeri, yang menghasilakn
cadangan devisa naik dari $ 1,8 milyar menjadi $ 2,58 milyar dan
naiknya tabungan pemerintah dari Rp 255 milyar menjadi Rp 1.522
milyar pada periode pelita II tersebut. Sedangkan kebijakan moneter
yang dilakukan pemerintah adalah meningkatkan hasil produksi
nasional dan daya saing komoditi ekspor karena tingkat rata-rat inflasi
34%, resesi dan krisis dunia tahun 1979, serta penurunan bea masuk
impor komoditi bahan dan peningkatan bea masuk komoditi impor
lainnya.
3. Pelita III
Pelita III ini menitikberatkan pada sektor pertanian menuju swasembada
pangan, serta menignkatkan industri yang mengolah bahan baku
menjadi barang jadi. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman
tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam
suasana politik dan ekonomi yang stabil.
4. Pelita IV
8. Kebijakan Inpres No. 5 tahun 1985, yakni meningkatkan ekspor non
migas dan pengurangan biaya tinggi dengan :
o Pemberantasan pungli
o Mempermudah prosedur kepabeanan
o Menghapus dan memberantas biaya siluman
Paket Kebijakan 25 Oktober 1986 : deregulasi bidang perdagangan,
moneter, dan penanaman modal dengan cara :
o Penurunan bea masuk impor untuk komoditi bahan penolong dan
bahan baku
o Proteksi produksi yang lebih efisien
o Kebijakan penanaman modal
Paket Kebijakan 15 Januari 1987, yakni peningkatan efisiensi,
inovasi, dan produktivitas beberapa sektor industri (menengah ke
atas) guna meningkatkan ekspor non migas, adapun langkah-
langkahnya:
o Penyempurnaan dan penyederhanaan ketentuan impor
o Pembebasan dan keringanan bea masuk
o Penyempurnaan klasifikasi barang
Paket Kebijakan 24 Desember 1987 (PAKDES) adalah
restrukturisasi bidang ekonomi dalam rangka memperlancar
perijinan (deregulasi).
Paket 27 Oktober 1988 : kebijakan deregulasi untuk menggairahkan
pasar modal dan menghimpun dana masyarakat untuk biaya
pembangunan.
Paket Kebijakan 21 November 1988 (PAKNOV) yakni deregulasi
dan debirokratisasi bidang perdagangan dan hubungan laut.
Paket Kebijakan 20 Desember 1988 (PAKDES), yakni kebijakan
dibidang keuangan dengan memberikan keleluasaan bagi pasar
9. modal dan perangkatnya untuk melakukan aktivitas yang lebih
produktif, juga berisi mengenai deregulasi dalam hal pendirian
perusahaan asuransi.
5. Pelita V
Menitikberatkan sektor pertanian dan industri untuk menetapkan
swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil pertanian
lainnya; dan sektor industri khususnya industri yang menghasilkan
barang ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri
pengolahan hasil pertanian, serta industri yang dapat mengahsilkan
mesin mesin industri.
Diantaranya dengan cara :
Mengenakan tarif dan atau kuota
Mengawasi pemakaian valuta asing
Ekspor : mengurangi pajak komoditi ekspor,
menyederhanakan prosedur ekspor, memberantas pungli dan
biaya siluman
Menstabilkan harga dan upah di dalam negeri
Melakukan devaluasi
6. Pelita VI
Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang
berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan.
Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa
politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan
rezim Orde Baru runtuh.
Disamping itu Suharto sejak tahun 1970-an juga menggenjot
penambangan minyak dan pertambangan, sehingga pemasukan negara
dari migas meningkat dari $0,6 miliar pada tahun 1973 menjadi $10,6
10. miliar pada tahun 1980. Puncaknya adalah penghasilan dari migas yang
memiliki nilai sama dengan 80% ekspor Indonesia. Dengan kebijakan
itu, Indonesia di bawah Orde Baru, bisa dihitung sebagai kasus sukses
pembangunan ekonomi.
7. Pelita VII
Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor bidang
ekonomi. Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan
pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia sebagai pendukungnya
11. BAB II
KONSEP TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara
subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik
mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud
adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor,
perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen
pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000).
Perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar
yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-
masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari
pertukaran tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian
menetukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak (Boediono, 2000).
Pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan
internasional.
a. Teori Klasik
1. Merkantilis
Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu
negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin
ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya
akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya
emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara
maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. Dengan demikian, pemerintah
harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor, dan
mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah).
Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan
surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat
tertentu, maka sebuah Negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan
mengorbankan negara lain.
12. Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor, pemerintah akan
dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional.
2. Adam Smith
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi
hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith
sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu
negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill,
serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase
penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu negara akan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang
dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena
memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan
mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk
menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya
yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.
Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai
tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan
anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta merupakan satu-satunya
faktor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor
produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas, dapat dijelaskan
dengan contoh sebagai berikut: Misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan
Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen menghasilkan dua
barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit gandum dan
pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga kerja. Di
Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan tenaga
kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit.
13. Tabel 1.1 Banya knya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan
per UnitProduksi Amerika Inggris
Produksi Amerika Inggris
Gandum 8 10
Pakaian 4 2
Sumber: Salvatore (2006).
Dari tabel di atas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi
gandum sedang Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit gandum diperlukan 10 unit
tenaga kerja di Inggris sedang di Amerika hanya 8 unit (10 > 8). 1 unit pakaian
di Amerika memerlukan 4 unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit.
Keadaan demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute
advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki absolute advantage pada
produksi pakaian.
Dikatakan absolute advantage karena masing-masing negara dapat menghasilkan
satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara
lain. Kelebihan dari teori absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas
antara dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana
terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara.
Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut
maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.
b. Teori Modern
1. John Stuart Mill dan David Ricardo
Teori J.S.Mill menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan
kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage
terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu
barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang
kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar). Teori ini menyatakan
bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan
untuk memproduksi barang tersebut. Contoh: Produksi 10 orang dalam 1 minggu
14. Produksi Amerika Inggris
Gandum 6 bakul 2 bakul
Pakaian 10 yard 6 yard
Sumber: Salvatore (2006).
Menurut teori ini perdagangan antara Amerika dengan Inggris tidak akan
timbul karena absolute advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada
Amerika semua. Tetapi yang penting bukan absolute advantagenya tetapi
comparative Advantagenya. Besarnya comparative advantage untuk Amerika,
dalam produksi gandum 6 bakul dibanding 2 bakul dari Inggris atau = 3 : 1.
Dalam produksi pakaian 10 yard dibanding 6 yard dari Inggris atau 5/3 : 1. Di sini
Amerika memiliki comparative advantage pada produksi gandum yakni 3 : 1
lebih besar dari 5/3 : 1.
Untuk Inggris, dalam produksi gandum 2 bakul dibanding 6 bakul dari
Amerika atau 1/3 : 1. Dalam produksi pakaian 6 yard dari Amerika Serikat atau =
3/5: 1. Comparative advantage ada pada produksi pakaian yakni 3/5 : 1 lebih
besar dari 1/3 : 1. Oleh karena itu perdagangan akan timbul antara Amerika
dengan Inggris, dengan spesialisasi gandum untuk Amerika dan menukarkan
sebagian gandumnya dengan pakaian dari Inggris. Dasar nilai pertukaran (term of
trade) ditentukan dengan batas-batas nilai tukar masing-masing barang di dalam
negeri.
2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan
baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang
menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut
Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain
disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan
dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi
15.
16. BAB III
TEORI KLASIK: KEUNGGULAN MUTLAK DAN
KEUNGGULAN KOMPERATIF
Pengertian, Teori Keunggulan Mutlak, Komparatif. Pernjelasan Perbedaan.
Ada dua teori yang menjelaskan bagaimana perdagangan internasional antar
negara dapat terlaksana dengan saling menguntungkan. Kedua teori ini
menekankan pada keunggulan yang harus dimiliki negara agar memperoleh
keuntungan dari perdagangannya yaitu teori keunggulan mutlak dan teori
keunggulan komparatif.
1. Teori Keunggulan Mutlak
Ekonom bernama Adam Smith menjelaskan tentang Teori keunggulan mutlak
dalam bukunya berjudul “Wealth of Nations” yang diterbitkan pada tahun 1776.
Teori ini biasa disebut teori murni perdagangan.
Teori ini menjelaskan bahwa suatu negara dikatakan memiliki keunggulan mutlak
jika mampu memproduksi suatu barang dengan biaya yang lebih rendah dibanding
negara lain. Barang hasil produksinya secara mutlak mempunyai keunggulan.
Kelebihan produksi yang tidak dikonsumsi di dalam negeri kemudian diekspor ke
negara lain.
Teori ini menjelaskan bahwa efisiensi penggunaan faktor produksi tenaga kerja
menjadi sangat menentukan keunggulan atau daya saing dari negara bersangkutan.
Negara yang melakukan perdagangan internasional akan memproduksi dan
mengekspor barang-barang yang memiliki keunggulan mutlak (atau absolut
advantage). Sebaliknya negara hanya mengimpor barang-barang yang tidak
memiliki keunggulan mutlak (atau absolute disadvantage).
17. Keunggulan mutlak bisa diartikan sebagai keunggulan yang dimiliki suatu negara
karena memiliki keistimewaan. Contohnya suatu negara memiliki kekayaan alam
dan keahlian penduduk sehingga dapat memproduksi barang tertentu dengan biaya
lebih murah dibanding negara lain terhadap produk yang sama.
Contoh berikut merupakan ilustrasi bagaimana keunggulan mutlak dapat berlaku
pada perdagangan internasional antara negara A dan Negara B.
Mesin/tahun Produk Pangan/tahun
Negara A 100 1000
Negara B 200 100
Negara A menghasilkan lebih banyak bahan pangan dibandingkan dengan negara
B. Negara A memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi bahan pangan
dibanding negara B. Dilain pihak, negara B menghasilkan unit mesin lebih banyak
dibandingkan dengan negara A. Negara B memiliki keunggulan mutlak dalam
memproduksi mesin.
Perdagangan internasional terjadi ketika negara A mengekspor bahan pangan dan
mengimpor mesin dari negara B. Sebaliknya, negara B mengekspor mesin ke
negara A dan mengimpor bahan pangan dari negara A.
2. Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan mutlak mempunyai kelemahan yaitu tidak mampu memberikan
argumen dala menjelaskan mengapa suatu negara yang sama sekali tidak memiliki
keunggulan mutlak atas suatu produk, namun tetap bisa menjual (atau
mengekspor) produknya ke negara lain.
Teori keunggulan komparatif dikemukakan oleh David Ricardo. Teori ini
merupakan pelengkap dan perbaikan terhadapa teori keunggulan mutlak. Teori
18. keunggulan komparatif menekankan bahwa spesialisasi dapat meningkatkan
efisiensi produksi.
Negara dianjurkan untuk melakukan spesialisasi produksi dan mengekpor produk
yang mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor produk yang tidak
memiliki keunggulan komparatif.
Dengan spesialisasi pada beberapa produk berarti tidak memproduksi barang yang
lain. Sehingga perdagangan antar negara menjadi sangat esensial. Negara atau
perusahaan sebaiknya memfokuskan pada produksi komoditas yang mempunyai
keunggulan komparatif dibandingkan negara lain.
Faktor yang dilihat adalah seberapa jauh produktivitas tenaga kerja dalam
memproduksi suatu barang. Bila dua negara melakukan spesialisasi dalam
memproduksi suatu barang yang mempunyai keunggulan produktivitas, maka
keduanya akan mendapatkan keuntungan dari perdagangan tersebut.
Teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa perdagangan masih bisa terjadi
dan menguntungkan antara dua negara meskipun hanya satu negara yang
mempunyai keunggulan mutlak pada kedua jenis barang.
Pertukaran akan terjadi dan tetap menguntungkan bila masing-masing negara
punya keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang
dimiliki suatu negara karena memiliki keunggulan lebih besar pada satu barang
dibanding barang lain, sedangkan negara lain memiliki kelemahan yang lebih
kecil pada barang lainnya.
Contoh berikut merupakan ilustrasi bagaimana keunggulan komparatif dapat
berlaku pada perdagangan internasional antara negara A dan Negara B
Mesin/tahun Bahan Pangan/tahun
Negara A 200 1000
19. Negara B 50 500
Negara A memiliki keunggulan mutlak terhadap dua jenis produk (baik mesin
dan pangan) karena keduanya diproduksi lebih efisien di negara A dibanding di
negara B. Nanum demikian tidak berarti negara A dapat mengekspor mesin dan
bahan pangan ke negara B. Dan tidak berarti negara B harus impor kedua produk
dari negara A.
Agar terjadi perdagangan yang saling menguntungkan, maka dapat dilakukan
dengan mengkomparasi harga antara produk-produk tersebut. Dengan membagi
bahan pangan terhadap produk mesin, maka dapat ditulis ulang menjadi seperti
berikut:
Mesin Bahan Pangan
Negara
A
1 5
Negara
B
1 10
Harga mesin di negara A adalah sama dengan 5 bahan pangan. Sementara di
negara B, satu mesin dihargai dengan 10 bahan pangan. Jadi, mesin di negara A
relatif lebih murah dibandingkan harga mobil di negara B jika dihargai oleh bahan
pangan.
Komparasi berikutnya adalah 5 bahan pangan di negara A sama dengan 1 mesin.
Ini artinya 5 bahan pangan dihargai dengan satu mesin. Atau satu mesin hanya
dapat untuk membeli 5 bahan pangan. Sementara di negara B, satu mesin dapat
membeli 10 bahan pangan. Dengan demikian harga satu bahan pangan di negara
A lebih mahal dibanding di negara B.
20. Jadi perdagangan internasionalnya adalah negara A membeli atau impor bahan
pangan dan ekspor mesin ke negara B. Sedangakan negara B membeli atau impor
mesin dan ekspor bahan pangan ke negara A.
Keunggulan komparatif terbesar negara A adalah mampu memproduksi mesin
lebih murah, dan ini yang dijual ke negara B. Keunggulan komparatif terbesar
negara B adalah mampu memproduksi bahan pangan lebih murah, dan ini yang
dijual ke negara A.
Suatu negara menspesilisasikan diri pada ekspor produk tertentu bila negara itu
memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan impor produk tertentu bila
negara tersebut memiliki kerugian komparatif atau keunggulan komparatif
terendah.
21. BAB IV
TEORI MODERN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Teori Hecksher-Ohlin
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia
yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan
mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori
keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan
ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong
munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa
perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam
productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar
negara (Salvatore, 2004:116). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan
mengenai penyebab perbedaaan produktivitas tersebut. Sedangkan menurut dalil (
teorema) ini bahwa suatu negara mempunyai keuntungan komperatif atas barang,
dengan demikian seharusnya mengekspor barang tersebut, yang diproduksi
dengan menggunakan secara intensif faktor produksi yang dimiliki secara relatif
lebih kaya ( the abundant factor ).
Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab
terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab
perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi
yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga
selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan.
Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor
Theory”. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak
atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk
kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan
mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang
relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.
Penjelasan analisis teori H-O menggunakan dua kurva. Pertama adalah
kurva isocost yaitu kurva yang melukiskan total biaya produksi sama serta kurva
22. isoquant yang melukiskan total kuantitas produk yang sama. Teori ekonomi mikro
menyatakan bahwa jika terjadi persinggungan antara kurva isoquant dan kurva
isocost maka akan ditemukan titik optimal. Sehingga dengan menetapkan biaya
tertentu suatu negara akan memperoleh produk maksimal atau sebaliknya dengan
biaya yang minimal suatu negara dapat memproduksi sejumlah produk tertentu.
Uraian teori faktor proporsi belum lengkap apabila belum mengetahui
bagaimana suatu barang dihasilkan. Untuk mengetahui hal ini dapat dijelaskan
dengan kurva isoquant. Peta Isoquant masing-masing negara dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Isoquant Indonesia terletak dekat sumbu vertikal (TK) menunjukkan bahwa
barang yang dihasilkan Indonesia bersifat padat tenaga kerja (labor intensive)
sedangkan bagi Jepang lebih mendekati sumbu horizontal menunjukkan barang
yang dihasilkan bersifat padat modal (capital intensive).
Sesuai dengan konsep titik singgung antara isocost dan isoquant ini,
masing-masing negara tentu cenderung memproduksi barang tertentu dengan
kombinasi faktor produksi yang paling optimal sesuai struktur atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki.
Selanjutnya teori H-O menggunakan asumsi 2 x 2 x 2sebagai barikut:
1) Perdagangan internasional terjadi antara dua negara (misal-nya Indonesia dan
Jepang).
2) Masing-masing negara memproduksi dua macam barang (pakaian dan radio).
3) Masing-masing negara menggunakan dua macam faktor produksi, yaitu tenaga
kerja dan kapital.
Untuk memudahkan analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade)
berdasarkan teori H-O disusun Tabel berikut:
Teori Proporsi Faktor dengan data hipotetis
2 Negara Indonesia Jepang
2 barang Pakaian Radio Pakaian Radio
2 F. TK K TK K
23. produksi
Proses
Produksi
Labor
intensive
Capital
intensive
Labor
intensive
Capital
intensive
Proporsi F.
produksi
60 unit
(banyak)
15 unit
(sedikit)
30 unit
(sedikit)
60 unit
(banyak)
Isoquant 100 unit 20 unit 100 unit 20 unit
Isocost $ 400 $ 600 $ 600 $ 400
Unit cost $ 4
(murah)
$ 30
(mahal)
$ 6
(mahal)
$ 20
(murah)
Berdasarkan tabel diatas dan konsep titik singgung antara isocost
dan isoquant sebagai suatu titik optimal untuk memproduksi sejumlah barang
dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini.
Dari gambar diatas dapat dekemukakan hal-hal sbb:
1. Isoquant 100 unit pakaian dilakukan dengan padat TK
a) Di Indonesia Isoquant untuk 100 unit pakaian akan menyinggung
isocost $400 pada titik A dengan kombinasi 34 TK dan 3 K. Dengan demikian
untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di Indonesia akan lebih
murah, ini disebabkan jumlah/propporsi faktor produksi yang dimiliki oleh
Indonesia relatif banyak dan murah, sehingga unit costnya hanya $4.
b) Di Jepang 100 unit pakaian akan menyinggung isocost $600 pada titik B dengan
kombinasi 20 unit TK dan 7 unit K. Dengan demikian untuk memproduksi 100
unit pakaian yang padat karya di jepang relatif mahal karena faktor produksi TK
relatif sedikit dan mahal, sehingga unit cost adalah $6.
2. Isoquant 20 unit radio dilakukakan padat modal
a) Di Indonesia Isoquant untuk 20 unit radio akan menyinggung isocost $600 pada
titik C dengan kombinasi 20 TK dan 10 K. Dengan demikian untuk memproduksi
20 unit radio yang padat modal di Indonesia akan lebih mahal, ini disebabkan
24. jumlah/propporsi faktor produksi relatif sedikit dan mahal sehingga unit costnya
adalah $30.
b) Di Jepang 20 unit radio akan menyinggung isocost $400 pada titik D dengan
kombinasi 10 unit TK dan 18 unit K. Dengan demikian untuk memproduksi 20
unit radio yang padat karya di jepang relatif murah, sehingga unit cost adalah $20.
Kesimpulan dari teori H-O adalah sebagai berikut:
1) Harga/biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah faktor
produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara.
2) Comparative advantage atau keunggulan komparatif dari suatu jenis produk
yang dimiliki oleh masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan
proporsi faktor produksi yang dimiliki.
3) Masing-masing negara akan cenderung berspesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara itu memiliki faktor produksi yang
relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
4) Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu karena
negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal
memproduksinya.
B. Teori Opportunity Cost
Analisis perdagangan internasional dengan menggunakan teori opurtinity
cost adalah dengan menggunakan pendekatan kurva kemungkinan produksi
(production possibility curve, PPC) dan kurva indiferen (indifference curve,
IC). Pendekatan ini dikemukakan oleh G. Harberlel. Kurva kemungkinan
produksi (PPC) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi barang yang
dapat dihasilkan dengan sejumlah tertentu faktor produksi yang digunakan
sepenuhnya (full employment). Bentuk kurva kemungkinan produksi tergantung
pada anggapan (asumption) yang digunakan, apakah dengan biaya konstan (PPC
constant cost) atau biaya meningkat (increasing cost). Sedangkan kurva indiferen
(IC) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi barang yang
menghasilkan kepuasan sama.
1) Kurva indiferen dan PPC constant cost
25. Analisis manfaat perdagangan dapat ditunjukkan dengan menggunakan gambar
dibawah ini.
Dari gambar diatas, suatu negara dianggap memiliki PPC constant cost yaitu NT,
menghasilkan dua jenis barang yaitu X dan Y. Dari gambar diatas keuntungan
perdagangan (gain from trade) dapat dijelaskan sebagai berikut :
o Sebelum perdagangan
Kurva PPC NT bersinggungan dengan kurva indiferen IC. Ke-seimbangan
terjadi dititik A dimana jumlah produksi yang dihasilkan adalah sama dengan
konsumsi masyarakat secara keseluruhan. Kurva PPC bersinggungan dengan
kurva IC.
o Setelah perdagangan
Apabila dianggap Dasar tukar perdagangan luar negeri ada-lah garis putus-putus
yang ditunjukkan oleh NT’, maka ini berarti melakukan perdagangan dengan
negara lain akan menguntungkan, hal ini tercermin dari pergeseran kurva
indiferen kekanan atas yaitu IC’. Keseimbangan akan terjadi dititik B
Jadi dengan melakukaan perdagangan internasional maka kesejahteraan
masyarakatnya akan meningkat, hal ini dapat dicerminkan dari pergeseran kurva
indiferen ke kanan. Seperti kita ketahui, semakin jauh kurva indiferen dari titik O
(origin) mengindikasikan bahwa kesejahteraan meningkat.
2) Kurva indiferen dengan PPC increasing cost (biaya menaik)
Analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade) dengan IC dan PPC
increasing cost dapat dilakukan dengan tiga kemungkinan, yaitu; (a) PPC
increasing cost yang sama dan IC berbeda; (b) PPC increasing cost dengan IC
yang sama; dan (3) PPC Increasing cost dan IC yang berbeda.
Prinsip ketiga kemungkinan ini adalah sama, sehingga dalam kesempatan
yang ini akan dijelaskan adalah salah satu diantaranya, sedangkan dua
kemungkinan lain merupakan tugas Anda menganalisisnya. Yang akan dibahas
adalah PPC increasing cost yang sama dan IC yang berbeda. Persamaan PPC
menunjukkan kesamaan faktor-faktor produksi serta teknik produksi yang sama
antar negara. Perbedaan pada kurva Indiferen disebabkan oleh perbedaan dalam
26. pendapatan, rasa atau preferensi konsumen di masing-masing negara. Analisis ini
dapat diilustrasikan dengan memperhatikan gambar berikut ini :
Keterangan:
X : barang X
Y : barang Y
PP : kurva kemungkinan Produksi
ICa : kurva indiferen negara A
ICb : kurva indiferen negara B
DTI : Dasar Tukar Internasional
Analisis perdagangan adalah sebagai berikut :
3. Sebelum perdagangan
Negara A
Dengan kurva kemungkinan produksi PP, negara A akan menghasilkan
barang X sebesar X1 dan menghasilkan barang Y sebesar Y1. Keseimbangan
produksi dan konsumsi negara A sebelum perdagangan akan terjadi di titik C,
yaitu pada persinggungan PP dan ICa.
Negara B
Dengan kurva kemungkinan produksi PP, negara B akan menghasilkan
barang X sebesar sebesar X3 dan Y sebesar Y3. Keseimbangan produksi dan
konsumsi tercapai di titik E, yaitu persinggungan antara PP dan ICb.
4. Setelah perdagangan
Setelah kedua negara (negara A dan Negara B) melakukan perdagangan,
dan dasar tukar Internasional yang terjadi adalah DTI maka : kedua negara akan
berpoduksi pada titik yang sama, yaitu dititik A, yaitu menghasilkan barang X
sebesar X5 dan barang Y sebesar dan barang Y sebesar Y5. Manfaat perdagangan
(gain from trade) internasional dapat dilihat dari peningkatan kesehteraan yang
dicerminkan oleh pergeseran kurva indiferen masing-masing negara (kurva IC
negara A bergeser dari ICa menjadi ICa’ dan kurva IC negara B bergeser dari ICb
menjadi ICb’ ).
27. Negara A akan mengkonsumsi dititik B, yaitu mengkonsumsi X sebesar X2
dan Y sebesar Y2 pada kurva Ica’ , kekurangan barang Y akan dipenuhi dengan
melakukan impor (sebesar Y2Y4), sedangkan kelebihan produksi X akan diekspor
(sebesar X2X5) Sedangkan negara B akan mengkonsumsi di titik D, yaitu
mengkonsumsi X sebesar X4 dan Y sebesar Y4. Kelebihan produksi barang Y
akan diekspor (sebesar Y5Y4), dan Kekurangan barang X akan dipenuhi dengan
mengimpor (sebesar X5X4).
Dengan demikian perdagangan internasional akan dapat meningkatkan
kesejahteraan dimasing-masing negara. Dari gambar diatas kita hanya ada
menganggap dua negara yang berdagang, yaitu negara A dan negara B. Ekspor
bagi negara A merupakan impor bagi negara B, demikian sebaliknya. Prinsip ini
juga dapat diterapkan pada banyak negara. Penggunaan grafik hanya terbatas pada
dua negara saja, sedangkan untuk banyak barang dan banyak negara dapat
dillakukan analisis secara matematis, seperti penggunaan persamaan simultan dan
sebagainya.
C. Offer Curve/Reciprocal Demand (OC/RD)
Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu
Marshall dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan
kesediaan suatu Negara untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan
barang lainnya pada berbagai kemungkinan harga.
Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing Negara akan memperoleh
manfaat dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang
lebih tinggi.
Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga
factor produksi tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga
suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan
comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu negara.
Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa
diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional.Teori perdagangan yang
baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.
28. BAB V
KEBIJAKSANAAN EKONOMI INTERNASIONAL DAN
TARIF
Dalam arti luas kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan/
kebijaksanaan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan
pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya berupa tarif, quota dan
sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang
secara tidak langsung mempunyai pengaruuh terhadap perdagangan serta
pembayaran internasionalseperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal.
Sedangkan definisi yang lebih sempit kebijaksanaan ekonomi internasional adalah
tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi
perdagangan dan pembayaran internasional.
Tarif
1. Tarif digolongkan menjadi:
Bea ekspor (export duties)adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang yang diangkut menuju kenegara lain. Jadi pajak untuk barang-
barang yang keluar dari custom area suatu Negara yang memungut pajak.
Custom Area adalah daerah dimana barang-barang bebas bergerak dengan
tidak dikenai bea pabeanBea Transito (transit duties) adalah pajak/bea
yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui wilayah suatu
Negara dengan ketentuan bahwa barang tersebut sebagai tujuan akhirnya
adalah Negara lain.
Bea Impor (impor duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang masuk dalam custom area suatu Negara dengan
ketentuan bahwa Negara tersebut sebagai tujuan terakhir.
1. Pembedaan tariff menurut jenisnya
29. Ad Valorem Duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam
presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
Specific Duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap
ukuran fisik daripada barang.
Spesific Ad Valorem atau Compound Duties, yakni bea yang merupakan
kombinasi antara specific dan ad valorem.
1. System tarif:
Single-Column Tariffs: System dimana untuk masing-masing barang
hanya mempunyai satu macam tariff. Bersifat autonomous, artinya tariff
yang tingginya ditentukan sendiri oleh sesuatu Negara tanpa persetujuan
dengan Negara lain). Kalau tingginya tariff ditentukan dengan perjanjian
dengan Negara lain disebut conventional tariff.
Double-Column Tariffs: System dimana untuk setiap barang mempunyai 2
(dua) tarif. Apanila kedua tariff tersebut ditentukan sendiri dengan
undang-undang, maka namanya:”bentuk maksimum dan minimum”. Jadi
sebagian autonomous dan sebagian conventional, maka bentuk ini
dinamakan “general and conventional form”.
Triple-Column Tariffs: System ini hanya perluasan daripada double-
column tariffs, yakni dengan menambah satu macam tariff preference
untuk Negara-negara bekas jajahan afiliasi politiknya. System ini sering
disebut dengan nama “preferential system”.
2. Efek tariff
Pembebanan tariff terhadap sesuatu barang dapat mempunyai efek terhadap
perekonomian suatu Negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa
macam efek tariff tersebut adalah:
efek terhadap harga (price effect)
efek terhadap konsumsi (consumption effect)
efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
30. efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect)
3. Effective rate of protection
Tarif terhadap bahan mentah akan menaikkan ongkos produksi. Pembebanan tariff
terhadap bahan mentah menyebabkan naiknya ongkos produksi sehingga kurva
penawaran naik ke atas. Hubungan antara tariff terhadap barang jadi dan tariff
terhadap bahan mentah dapat dinyatakan dengan adanya “effective rate of
protection” yang dinikmati oleh produsen yang memproses barang jadi tersebut.
Apabila barang jadi dan juga bahan mentah impor itu dikenakan tariff, maka
effective rate of protection bagi produsen barang tersebut makin tinggi.
4. Alasan pembebanan tariff
Yang secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan
Memperbaiki dasar tukar (terms of trade)
Suatu Negara dapat mempengaruhi dasar pertukaran antara ekspor dan impornya
melalui pembebanan tariff. Tariff dapat mengurangi keinginan untuk mengimpor,
ini berarti bahwa untuk sejumlah tertentu ekspor menghendaki jumlah impor yang
lebih besar, sebagian daripadanya diserahkan kepada pemerintah sebagai
pembayaran tariff.
Pembebanan tariff ini akan berhasil memperbaiki terms of trade apabila Negara
itu mempunyai kedudukan monopoli dalam perdagangan. Dengan kata lain, kalau
permintaan Negara lain terhadap barangnya bersifat inelastis; makin inelastis
permintaan terhadap barangnya berarti semakin besar posisi monopoli sehingga
pembebanan tariff dapat lebih effective.
Infant-industri
Pada umumnya industri-industri yang sedang tumbuh ini efisiensinya belum
tinggi serta belum dapat menikmati adanya economies of scale. Oleh karena itu
pembebanan tariff terhadap barang dari luar negeri dapat memberi perlindungan
31. terhadap industri dalam negeri yang sedang tumbuh ini. Tariff hanya bersifat
sementara sampai industri-industri dalam negeri sudah kuat, tariff dihapuskan. Hal
ini untuk menjaga industri ini jangan sampai bekerja kurang efisien dibawah
perlindungan tariff.
Diversifikasi
Suatu Negara yang hanya menghasilkan satu atau beberapa macam barang saja
akan mengalami kesulitan apabila harga barang-barang hasil produksinya di
pasaran dunia goncang. Dengan pembebanan tariff, industri dalam negeri dapat
berkembang, sehingga dapat memperbanyak jumlah serta jenis barang yang
dihasilkan. Makin banyak jenis barang yang dihasilkan, ekonomi Negara itu akan
semakin stabil karena penurunan harga satu jenis produk mungkin dapat
diimbangi dengan kenaikan harga barang lain.
Employment
Pembebanan tariff akan mengakibatkan turunnya impor dan menaikkan produksi
dalam negeri. Kenaikan produksi ini berarti pula kenaikan kesempatan kerja.
Dalam hal ini pembebanan tariff dapat digunakan untuk memperluas kesempatan
kerja.
Anti dumping
Dumping berarti menjual barang diluar negeri jauh lebih murah daripada di dalam
negeri.
Yang secara ekonomis tidak dapat dipertanggungjawabkan
To Keep Money at Home
Apabila penduduk suatu Negara itu membeli barang dari luar negeri maka Negara
tersebut memperoleh barang dan Negara lain memperoleh uang. Tetapi apabila
membeli barang produksi dalam negeri maka uang tersebut tidak lari keluar
32. negeri. Jadi dengan pembebanan tariff impor, maka impor akan berkurang
sehingga akan mencegah larinya uang ke luar negeri.
The Low-wage
Negara yang tingkat upahnya tidak dapat mengadakan hubungan dengan Negara
yang tingkat upahnya rendah tanpa menanggung risiko akan turunnya tingkat
upah. Turunnya tingkat upah berarti pula turunnya stansar hidup. Oleh karena itu
untuk melindungi para pekerja yang upahnya tinggi dari persaingan para pekerja
yang upahnya rendah maka Negara yang tingkat upahnya tinggi tersebut perlu
membebankan tariff bagi barang yang berasal dari Negara yang tingkat upahnya
rendah.
Produsen dalam negeri mempunyai hak terhadap pasar dalam negeri. Tariff akan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya impor akan diganti dengan produksi
dalam negeri. Kenaikan produksi ini berarti bertambahnya kesempatan kerja yang
akhirnya berarti pula kenaikan kegiatan ekonomi.
Home market
Tarif akan mengakibatkan turunnya atau hilangnya impor dan diganti dengan
prosuksi dalam negeri. Kenaikan produksi berarti tambahnya kesempatan kerja
yang akhirnya berarti pula kenaikan kegiatan ekonomi.
Pembebanan tarif atas suatu barang dapat menimbulkan pengaruh terhadap
perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang yang dikenai tarif
tersebut. Pengenaan tarif terhadap barang-barang impor biasanya ditujukan Untuk
melindungi produksi barang sejenis yang dihasilkan di dalam negeri.
Analisa Kebijaksanaan Umum
Biaya Transportasi Dampak-dampak keseimbangan parsial dari pemberlakuan
tarif dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
33. 1. Biaya Transportasi dan biaya-biaya lainnya yang mempengaruhi volume dan
tingkat perdagangan.
2. Biaya Transportasi dan kedudukannya dengan teori kedudukan.
Biaya Transportasi akan menambah tingkat harga suatu barang oleh karena itu,
akan mempengaruhi volume barang tersebut. Penggolongan barang dengan
adanya biaya transportasi
1. Barang-barang market oriented goods
Barang yang setelah diproses menjadi barang jadi. Barang tersebut menjadi lebih
berat atau lebih banyak meminta ruang sehingga dengan memperhitungkan biaya
transport barang tersebut lebih menguntungkan apabila diproduksi di dekat pasar,
misalnya mobil, minuman dalam botol dan lain-lain.
2. Barang materials oriented goods
Barang-barang yang lebih menguntungkan apabila diproses atau diproduksi di
tempat dekat sumber bahan mentah. Yang termasuk golongan ini adalah weight
gamingloss. Misalnya pendirian perusahaan gula pasir lebih baik di dekat
perkebunan tebu karena biaya transport lebih murah.
3. Neutral commodities
Untuk menetapkan lokasi daripada perusahaan barang-barang yang sifatnya netral
kita tinggal memperhitungkan biaya-biaya yang lebih menguntungkan, misalnya
biaya tenaga kerja, infrastruktur, non ekonomi diperhitungkan apakah dekat ke
bahan mentah atau ke pasar.
Fungsi-fungsi yang mempengaruhi besarnya biaya transportasi :
a. Bentuk barang
b. Nilai barang
c. Daya tahan barang tersebut
Yang mempengaruhi biaya transportasi :
a. Biaya asuransi
b. Biaya ekspedisi
c. Biaya gudang
d. Biaya administrative
34. Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Secara umum dapatlah disebutkan bahwa tujuan kebijaksanaan ekonomi
internasional itu adalah sebagai berikut:
a) Autarki. Tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari pengaruh-
pengaruh Negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau militer.
b) Kesejahteraan (welfare). Tujuan ini bertentangan dengan tujuan untuk autarki di
atas. Dengan mengadakan perdagangan internasional suatu Negara akan
memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi. Oleh karena itu untuk
mendorong adanya perdagangan internasional maka halangan-halangan dalam
perdagangan internasional (tarif, quota, dan sebagainya) dihilangkan atau paling
tidak dikurangi. Hal ini berarti harus ada perdagangan bebas.
c) Proteksi. Tujuan ini untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan
barang impor. Hal ini, misalnya dapat dijalankan dengan tarif, quota dan
sebagainya.
d) Keseimbangan neraca pembayaran. Kebijaksanaan ini umumnya berbentuk
pengawasan devisa (exchange control). Pengawasan devisa tidak hanya
mengatur/mengawasi lalu lintas barang tetapi juga modal.
e) Pembangunan ekonomi. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat mengambil
kebijaksanaan seperti misalnya:
- Perlindungan terhadap industri dalam negeri (infant industries).
- Mengurangi impor barang konsumsi yang nonessensial dan mendorong
impor barang-barang yang essensial.
- Mendorong ekspor dan sebagainya.
Kesemuanya ini untuk mengarahkan perkembangan perdagangan internasional
guna menunjang pembangunan ekonomi dalam negeri.
KUOTA IMPOR
Adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah barang yang boleh di impor
dari luar negri untuk melindungi kepentingan industry dan konsumeen.
35. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada
beberapa kelompok individu atau perusahaan domestic untuk mengimpor suatu
produk yang jumlahnya dibatasi secara langsung,
Kuota impor dapat digunakan untuk melindungi sector industry tertentu dan
neraca pembayaran suatu negara. Negara maju pada umumnya memberlakukan
kuota impor untuk melindungi sector pertaniannya. Sedangkan negara-negara
berkembang melakukan kebijakan kuota impor untuk melindungi sector industry
manufakturnya atau untuk melindungi kondisi neraca pembayarannya yang sering
kali mengalami deficit akibat lebih besarnya impor daripada ekspor.
PENETAPAN TARIF ATAU BEA MASUK
Tarif atau bea masuk dikenakan pada barang impor. Tarif atau bea
masuk ini juga biasadisebut dengan pajak atas barang-barang impor.
Setiap barang yang masuk ke dalam pasar dalam negeri dikenai bea
masuk.
Tujuan penetapan tarif atau bea masuk ini adalah sebagai berikut.
a. Menghambat impor barang-barang/jasa luar negeri dengan penetapan pajak
yang tinggi atas barang-barang impor terutama atas barang- barang
impor yang tidak mempunyai nilai guna dan nilai tambah bagi
perekonomian nasional. misalnya, impor barang-barang mewah.
Nila-nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor maka akan mengganggu
perekonomian nasional. Persediaan devisa negara akan terkuras untuk
membiayai impor bila tanpa diimbangi dengan adanya ekspor. Negara
memerlukan devisa yang cukup untuk membiayai pembangunan.
b. Melindungi barang/jasa produksi dalam negeri untuk melindungi
produk dalam negeri yang lebih mahal daripada harga barang
impor maka pemerintah menetapkan tarif yang tinggi. Dengan
demikian, harga jual barangimpor di dalam negeri menjadi lebih
tinggi daripada harga barang produksi dalam negerisehingga produk
dalam negeri tetap dapat bersaing. Pajak atau bea masuk akan
menambahharga jual suatu barang/jasa impor.
36. A. Kuota
Kuota merupakan salah satu cara melakukan proteksi yang
sifatnya nontarif. Kuotaadalah suatu kebijaksanaan untuk membatasi jumlah
maksimum yang dapat diimpor. Hal ini dilakukan apabila pemerintah tidak
melakukan pelarangan impor suatu barang tetapi tidak juga ingin
menarik bea masuk atau tarif karena khawatir akan menaikkan harga dalam
negeri.
Kuota ada empat macam, yaitu : Kuota mutlak, kuota
negociated, tariff kuota, dan mix ingkuota. Satu per satu dijelaskan berikut
ini.
a. Kuota mutlak (absolute/unilateral quota) yaitu penentuan kuota secara
sepihak.
b. Negociated/bilateral quota, yaitu penentuan kuota menurut perjanjian antara
kedua belah negara pengimpor dan pengekspor.
c. Tarif quota, yaitu pemerintah mengizinkan pemasukan barang ke
dalam negeri dengan jumlah tertentu dengan tarif yang diturunkan selama
jangka waktu tertentu.
d. Mixing quota, yaitu campuran dari ketiga macam kuota
tersebut dimana pemerintah mengizinkan barang atau komoditas
tertentu masuk dan dalam jumlah tertentu melalui suatu perjanjian dengan
negara mitra dagang dalam jangka waktu tertentu. Dampak dari
pemberlakuan kuota antara lain adalah harga barang impor akan
naik dan permintaan (konsumsi) terhadap barang tersebut di pasar domestik
akan turun sehingga produksi barang yang sama di dalam negeri meningkat.
Menurut GATT/WTO, sistem kuota ini hanya dapat digunakan dalam hal
sebagai berikut :
Untuk melindungi hasil pertanian.
Untuk menjaga keseimbangan balance of payment.
Untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional.
Larangan Ekspor/Impor
37. Mengapa kegiatan ekspor-impor dilarang? jika demikian,
bukankah hal ini berarti meniadakan perdagangan internasional? dalam
perdagangan internasional dikenal prinsip- prinsip perdagangan bebas.
Artinya, perdagangan yang dilakukan sepenuhnya didasarkan pada keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif sehingga ada beberapa kalanganyang
berpendapat bahwa kebijakan proteksi ekspor-impor justru akan
merugikan kedua belah pihak (negara eksportir dan importer). Untuk itu, dalam
pertemuan World Trade Organization (WTO) di Maroko disepakati untuk
menghapuskan proteksi paling lambat tahun 2020.
Proteksi yang biasa dilakukan yaitu dengan pemberlakuan
larangan ekspor-impor produk/jasa tertentu. Misalnya, di Indonesia pernah
terdapat larangan ekspor rotan yang berasal dari hutan alam dalam bentuk asal
atau setengah jadi. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing
produk jadi rotan asal Indonesia dipasar Internasional dan
untuk mengatasi kelangkaan bahan baku rotan untuk industri. Di bidang impor,
misalnya larangan impor gula, beras, dan tekstil. Larangan ini bertujuan
untuk melindungi produsen di dalam negeri.
B. Subsidi
Apa alasan pemerintah memberikan subsidi dalam perdagangan
Internasional? Agar produksi di dalam negeri dapat ditingkatkan maka
pemerintah memberikan subsidi kepada produsen. Misalnya, di pasar dalam
negeri terdapat produk elektronik buatan dalam negeri dan buatan luar (negeri-
impor). Kedua jenis barang tersebut mempunyai kualitas yang sama baiknya,
maka produsen diberikan subsidi agar dapat menjual produknya dengan harga
murah sehingga daya saing produk dalam negeri meningkat. Subsidi
yang diberikan dapat berupa mesin-mesin, peralatan, tenaga ahli, keringanan
pajak, fasilitas kredit, dan sebagainya.
Apakah tujuan pemberian subsidi? Apa pula manfaatnya? Tujuan
pemberian subsidi antara lain adalah untuk meningkatkan produksi di dalam
negeri dan agar barang buatan sendiri dapat dijual dengan harga
38. relatif murah sehingga dapat meningkatkan daya saing terhadap
barang-barang impor maupun di pasar ekspor dan dapatmempertahankan
jumlah konsumsi dalam negeri.
Manfaat yang dapat diperoleh dari subsid i antara lain
subsidi tidak merugikan konsumen karena jumlah konsumsi tidak
berkurang dan harga di pasar dalam negeri tetap bahkan dapat turun.
Pemberian subsidi bersifat lebih transparan sehingga konsumen/masyarakat
dapat menilai besarnya manfaat dan kerugiannya secara langsung,
subsidi bersifat lebih adil karena dapat dibiayai oleh pemerintah
dengan penggunaan pajak pendapatan yang progresif terhadap wajib pajak
yang potensial.
C. Politik Dumping
Dumping adalah suatu kebijakan diskriminasi harga secara Internasional
(international price discrimination) yang dilakukan dengan menjual suatu
komoditi di luar negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkan yang
dibayar konsumen di dalam negeri.
Ada tiga tipe dumping yaitu :
a. Persistant dumping, yaitu kecenderungan monopoli yang
berkelanjutan (continuous) dari suatu perusahaan di pasar domestik
untuk memperoleh laba maksimum dengan menetapkan harga yang lebih
tinggi di dalam negeri daripada di luar negeri.
b. Predatory dumping, yaitu tindakan perusahaan untuk menjual barangnya di
luar negeridengan harga yang lebih murah untuk sementara (temporary),
sehingga dapat mematikan atau mengalahkan perusahaan lain dari
persaingan bisnis. Setelah dapat memonopoli pasar, barulah
harga kembali dinaikkan untuk mendapatkan laba maksimum.
39. c. Sporadic dumping, yaitu tindakan perusahaan dalam menjual
produknya di luar negeri dengan harga yang lebih murah secara
sporadic dibandingkan harga di dalam negeri karena adanya
kelebihan produksi di dalam negeri.
Pelaksanaan politik dumping dalam praktik perdagangan
Internasional dianggap sebagai tindakan yang tidak terpuji (unfair
trade) karena dapat merugikan negara lain. Untuk itu, WTO sebagai
organisasi perdagangan dunia menganut prinsip nondiskriminasi
(Nation Treatment Clause/N TC). N ation Treatment
Clause/N TC merupakan prinsip memberi perlakuan yang sama
terhadap produk luar negeri maupun produk dalam negeri. Sesuai ketentuan
NTC, bagi negara yang dirugikan dapat mengambil tindakan anti dumping
duties (tindakan anti dumping), misalnya pemerintah Amerika
Serikat melarang udang dari Cina masuk ke negaranya sebagai
akibat dari politik dumping yang dilakukan pemerintah Cina
terhadap udang yang diekspor ke AS.