SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
RESUME EKONOMI INTERNASIONAL
DOSEN:
ADE FAUJI, SE, MM
OLEH:
MONTIZA RIZKI PUTRI
11150986
6K
MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN
RUANGAN C.1.3
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS BINA BANGSA BANTEN
2018
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL ............................... 1
1.1 Pengertian Ekonomi Internasional .............................................................. 1
1.2 Faktor-Faktor Yang Mendorong Sebuah Negara Melalukan Ekonomi
Internasional................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Ekonomi Internasional.................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Ekonomi Internasional ...................................................... 2
BAB II KONSEP TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL....................... 3
2.1 Pengertian Perdagangan Internasional ........................................................ 3
2.2 Konsep Perdagangan Internasional............................................................. 3
2.3 Teori Pra Klasik Merkantilisme .................................................................. 5
2.4 Kebijakan Merkantilisme ............................................................................ 6
2.5 Neo Merkantilisme...................................................................................... 6
BAB III TEORI KLASIK: KEUNGGULAN MUTLAK DAN KEUNGGULAN
KOMPARATIF................................................................................................ 7
3.1 Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage)................................................. 7
3.2 Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)................................... 10
BAB IV TEORI MODERN PERDAGANGAN INTERNASIONAL.................... 15
4.1 Teori Proporsi Faktor Produksi (Heckscer-Ohlin Theory).......................... 15
4.2 Teori Paradoks Leontief.............................................................................. 19
4.3 Teori Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle Theory).................... 20
4.4 Offer Curve / Reciprocal Demand (OC/RD) Theory .................................. 22
BAB V KEBIJAKSANAAN EKONOMI INTERNASIONAL DAN TARIF ....... 23
5.1 Definisi Kebijaksanaan Ekonomi Internasional.......................................... 23
5.2 Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional....................................... 23
5.3 Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ........................................... 24
5.4 Macam-Macam Retriksi Dalam Perdagangan Internasional....................... 25
BAB VI KEBIJAKAN NON TARIF: KUOTA, SUBSIDI, DUMPING ............... 29
6.1 Pengertian Kebijakan Non Tarif ................................................................. 29
iii
6.2 Macam Hambatan Non Tarif....................................................................... 29
6.3 Cara Suatu Negara Dalam Menerapkan Hambatan Non Tarif.................... 30
6.4 Pembatasan Kuota Impor ............................................................................ 30
6.5 Berbagai Hambatan Non Tarif .................................................................... 31
1
BAB I
RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL
1.1 Pengertian Ekonomi Internasional
Yang dinamakan ekonomi internasional ialah suatu cabangan dari disiplin
ekonomi, yang mempelajari dan menganalisa transaksi serta permasalahan
ekonomi secara internasional meliputi perdagangan (ekspor dan impor), keuangan
atau moneter dan organisasi ekonomi baik swasta ataupun pemerintah serta kerja
sama antar negara-negara. Pengertian ekonomi internasional lainnya ialah suatu
disiplin ilmu yang membahas tentang akibat saling ketergantungan diantara
negara-negara yang ada diseluruh dunia ini, baik itu dari segi perdagangan
maupun segi pasar kredit internasional. Permasalahan utama yang biasanya
dihadapi dalam ekonomi internasional adalah sama dengan ekonomi lainnya,
yakni masalah kelangkaan barang ataupun pilihan barang, yang diartikan produk
adalah barang atau jasa yang dibutuhkan dan dihasilkan oleh manusia.
1.2 Faktor-Faktor Yang Mendorong Sebuah Negara Melakukan Ekonomi
Internasional
 Agar bisa memenuhi kebutuhan produk dan jasa dalam negeri.
 Memiliki keinginan agar bisa mendapatkan keuntungan, yang bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan negara.
 Mempunyai kemampuan yang berbeda dalam Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) untuk mengelola sumber daya.
 Mempunyai kelebihan produk atau barang dalam negeri sehingga perlu
pasar baru untuk menjualnya.
 Adanya perbedaan sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, adat istiadat
maupun jumlah penduduk yang bisa mengakibatkan adanya suatu
perbedaan antara hasil produksi dan terdapatnya keterbatasan dari
produksi.
 Terjadinya arus globalisasi, sebab tidak ada negara di muka bumi ini yang
dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari negara lain.
2
 Memiliki kesamaan selera terhadap suatu barang atau jasa.
 Memiliki keinginan untuk membuka kerjasama dan hubungan diplomatik
dengan negara lain.
1.3 Tujuan Ekonomi Internasional
Tujuan dari ekonomi internasional yaitu untuk bisa meningkatkan
kemakmuran yang lebih baik untuk manusia. Tujuan tersebut dapat dicapai
apabila dapat mengadakan berbagai macam kegiatan, misalnya: kegiatan di
bidang perdagangan (ekspor – impor), perkreditan, perasuransian, investasi, dan di
bidang yang lainnya.
Perbedaan tata cara ataupun sifat antara perdagangan internasional dengan
perdagangan yang ada didalam negeri dapat disebabkan oleh berbagai macam hal,
antara lain:
1. Perbedaan hukum peraturan jual beli, uang, peraturan bea, dan lain-lain.
2. Perbedaan adat istiadat, kegemaran, kebiasaan, musim dan perbedaan
kondisi pasar.
3. Perbedaan keadaan politik, sosial-budaya, ekonomi dan kultural.
1.4 Ruang Lingkup Ekonomi Internasional
1. Teori dan kebijakan moneter internasional
2. Teori dan kebijakan perdagangan internasional
3. Organisasi dan kerjasama ekonomi internasional
4. Perusahan dan bisnis internasional
3
BAB II
KONSEP TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
2.1 Pengertian Perdagangan Internasional
Pengertian Perdagangan internasional secara umum adalah proses tukar
menukar barang dan jasa antar negara/bangsa. Pelaksanaan perdagangan
internasional ini sangar rumit dan komplek bila dibandingkan perdagangan
didalam negeri yang disebabkan karena politik, undang-undang, hukum, budaya
mata uang dan juga adanya dumping. Akan tetapi ada beberapa penyebab
terjadinya perdagangan internasional, antara lain:
 Perbedaan sumber daya alam (SDA).
 Perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
 Perbedaan kebudayaan.
 Mencari keuntungan.
 Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
2.2 Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang dilaksanakan antar
negara yang berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing
yang mempengaruhi neraca perdagangan negara yang bersangkutan (Simorangkir,
1985). Menurut Dachliani (2006) menyatakan bahwa perdagangan internasional
merupakan suatu cerminan dari negara yang menganut sistem perekonomian
terbuka. Pada zaman globalisasi ini hampir tidak ada negara yang menganut
sistem ekonomi tertutup. Hal ini terjadi karena tentu saja setiap negara tidak bisa
memenuhi keseluruhan kebutuhan masyarakatnya hanya dengan hasil produksi
negeri sendiri. Masyarakat di suatu negara perlu mengonsumsi barang-barang
lainnya yang tidak bisa di produksi negeri sendiri sehingga perlu adanya
pertukaran atau perdagangan antar negara.
Menurut Salvatore (1997) Perdagangan antar negara dimana masing-masing
negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka
perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs
4
valuta asing atau kurs. Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi
nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor.
Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan
berarti nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya) akan
menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta
asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai
kurs dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2011).
Ekspor merupakan variabel injeksi yang menambah besaran aliran pendapatan
seperti halnya investasi, hal ini dikarenakan ekspor berasal dari produksi dalam
negeri yang diperdagangkan di luar negeri. Berbeda dengan ekspor, variabel
impor merupakan variabel bocoran yang mengurangi aliran pendapatan.
Tambunan (2001) mendefinisikan perdagangan sebagai proses tukar-menukar atas
barang atau jasa yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing
pihak. Perdagangan internasional dibagi menjadi dua jenis yakni perdagangan
barang (fisik) dan perdagangan jasa (non fisik). Manfaat dari kegiatan
perdagangan internasional antara lain:
 Membantu menjelaskan arah komposisi perdagangan antar negara serta
bagaimana efek terhadap struktur perekonomian suatu negara.
 Dapat mewujudkan adanya keuntungan yang timbul dari perdagangan
international tersebut atau gain from trade. Perdagangan disini diartikan
sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan kehendak sukarela dari
masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan
untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan
masing-masing dan kemudian menentukan apakah bersedia melakukan
pertukaran atau tidak. Pada dasarnya pertukaran atau perdagangan timbul
karena salah satu kedua belah pihak melihat adanya manfaat atau
keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut
(Boediono, 2000).
5
2.3 Teori Pra Klasik Merkantilisme
Merkantilisme adalah suatu aliran/filsafat ekonomi yang tumbuh dan
berkembang dengan pesat pada abad XVI s.d XVIII di Eropa barat.
Ide pokok merkantilisme adalah sebagai berikut:
1. Suatu negara/raja akan kaya/makmur dan kuat agar ekspor lebih besar
daripada impor (X-M).
2. Surplus yang diperoleh dari selisih (X-M) atau ekspor neto yang positif
tersebut diselesaikan dengan pemasukan logam mulia (LM), terutama emas
dan perak dari luar negeri. Dengan demikian, semakin besar ekspor neto,
maka akan semakin banyak LM yang dimiliki atau diperoleh dari luar negeri.
3. Pada waktu itu LM (emas maupun perak) digunakan sebagai alat pembayaran
(uang), sehingga negara/raja yang memiliki LM yang banyak akan
kaya/makmur dan kuat.
4. LM yang banyak tersebut digunakan oleh raja untuk membiayai armada
perang guna memperluas perdagangan luar negeri dan penyebaran agama.
5. Penggunaan kekuatan armada perang untuk memperluas perdagangan luar
negeri ini diikuti dengan kolonialisasi di Amerika Latin, Afrika dan Asia
terutama dari abad XVI s.d XVIII.
Jenis merkantilisme
1. Kelompok Bullionist
Kelompok bullionist berkembang sebagai awal perkembangan kelompok
merkantilist murni, dipelopori oleh Gerald Malynes. Kelompok ini mengaitkan
kemakmuran negara dengan banyaknya logam mulia. Semakin besar stok logam
mulia di dalam negeri, semakin makmur, megah dan berkuasa negara tersebut.
Kebijakan kelompok ini adalah:
 Mendorong ekspor sebesar-besarnya, (kecuali logam mulia).
 Melarang impor dengan ketat, (kecuali logam mulia).
 Surplus ekspor harus dibayar dengan logam mulia.
6
2. Merkantilist Murni
Kata kunci merkantilist murni adalah aspek suku bunga. Suku bunga yang
rendah akan menguntungkan pencari kredit, dan ini diperlukan untuk mendorong
kegiatan ekonomi. Agar kegiatan ekonomi dapat berkembang maka harga barang
juga harus meningkat dan peningkatan harga barang dapat terjadi apabila jumlah
uang beredar meningkat. Agar uang bertambah maka jalan yang paling mudah
adalah melakukan perdagangan internasional. Oleh karena itu setiap negara wajib
berusaha memperoleh neraca perdagangan yang menguntungkan (favorable
balance of trade). Pendukung utama kelompok merkantilis murni adalah Thomas
Mun (Inggris), Colbert (Perancis), Von Hornigh (Jerman) dan Becker (Austria).
2.4 Kebijakan Merkantilisme
Untuk melaksanakan ide tersebut diatas, merkantilisme menjalankan
kebijakan perdagangan (trade policy) sebagai berikut:
1. Mendorong ekspor sebesar-besarnya, kecuali LM.
2. Melarang/membatasi impor dengan ketat kecuali LM.
2.5 Neo Merkantilisme
Kebijakan merkantilisme pada saat ini masih dijalankan oleh banyak negara
dalam bentuk “neo merkantilisme”, yaitu kebijakan proteksi untuk melindungi
dan mendorong ekonomi industri nasional dengan menggunakan kebijakan tarif
atau Tariff Barrier dan kebijakan Non-tariff Barrier. Biasanya tariff barrier
dilaksanakan dengan menggunakan countervailing duty, bea anti dumping dan
surcharge. Dalam hal ini, kebijakan proteksi yang lebih banyak digunakan
biasanya dalam bentuk Non-tariff Barrier seperti larangan, sistem kuota, ketentuan
teknis, harga patokan, peraturan kesehatan, dll.
7
BAB III
TEORI KLASIK: KEUNGGULAN MUTLAK DAN KEUNGGULAN
KOMPARATIF
3.1 Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage)
Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut teori murni
perdagangan internasional. Dasar pemikiran teori ini adalah suatu negara akan
melakukan perdagangan atau pertukaran apabila setiap negara memperoleh
keuntungan mutlak dari perdagangan. Suatu negara dikatakan mempunyai
keuntungan mutlak dalam memproduksi suatu jenis barang apabila negara tersebut
dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah dibandingkan jika
barang itu diproduksi di negara lain. Dengandemikian, suatu negara akan
mengekspor suatu barang jika negara tersebut dapat membuatnya secara lebih
murah dibandingkan negara lain. Keunggulan absolut adalah situasi ekonomi di
mana penjual mampu menghasilkan jumlah yang lebih tinggi dari produk yang
diberikan, saat menggunakan jumlah yang sama sumber daya yang digunakan
oleh pesaing untuk menghasilkan jumlah yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan
bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara memiliki keuntungan absolut di
pasar. Kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan
lebih efisien juga memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan lebih, dengan
asumsi bahwa semua unit yang diproduksi dijual.
Biaya juga merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah
keuntungan absolut ada. Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih
banyak produk dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, ini biasanya
diterjemahkan ke dalam biaya produksi yang lebih rendah per unit. Bahkan
dengan asumsi bahwa produsen menjual setiap unit dengan biaya sedikit di bawah
kompetisi, hasil akhir masih harus keuntungan yang lebih tinggi pada setiap unit
yang dijual.
Ada beberapa asumsi dari keunggulan Absolut ini:
 Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja.
 Kualitas barang yang diproduksi kedua Negara sama.
8
 Pertukaran dilakukan secara barter tanpa mengeluarkan uang.
 Biaya transport ditiadakan.
Contoh: Indonesia dan India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian dan
tas dengan asumsi (anggapan) masing-masing negara menggunakan 100 tenaga
kerja untuk memproduksi kedua komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk
memproduksi pakaian dan 50 tenaga kerja untuk memproduksi tas. Hasil total
produksi kedua negara tersebut yaitu:
Produk Indonesia India
Pakaian 40 unit 20 unit
Tas 20 unit 30 unit
Berdasarkan informasi di atas, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam
produksi pakaian dibandingkan dengan India, karena 50 tenaga kerja di Indonesia
mampu memproduksi 40 tenaga kerja dan India hanya bisa memproduksi 20 unit.
Sedangkan India memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi tas karena
India bisa membuat 30 tas, Indonesia hanya 20 tas. Jadi Indonesia memiliki
keunggulan mutlak dalam produksi pakaian dan India memiliki keunggulan
mutlak dalam produksi tas. Apabila Indonesia dan India melakukan spesialisasi
produksi, hasilnya akan sebagai berikut:
Produk Indonesia India
Pakaian 40 unit 20 unit
Tas 20 unit 30 unit
Dengan melakukan spesialisasi hasil produksi semakin meningkat. Karena
Indonesia dan India memindahkan tenaga kerja dalam produksi komoditi yang
menjadi spesialisasi. Sebelum spesialisasi, jumlah produksi sebanyak 60 unit
pakain dan 40 unit tas. Tetapi setelah spesialisasi, jumlah produksi meningkat
menjadi 80 unit pakaian dan 60 unit tas. Jadi keunggulan mutlak terjadi apabila
9
suatu negara dapat menghasilkan komoditi-komoditi tertentu dengan lebih efisien,
dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
Contoh lain:
Secara matematis, teori absolute advantage dari adam smith dapat diilustrasikan
dengan data hipotesis sebagai berikut.
Tabel. Data Hipotesis Teori Absolute Advantage dari Adam Smith
Produk per satuan
tenaga kerja/hari
Teh Sutra
DTDN (Dasar
Tukar Dalam
Negeri)
Indonesia 12 kg 3m
4 kg = 1 m
1 kg = ¼ m
Cina 4 kg 8m
½ kg = 1 m
1 kg = 2 m
Berdasarkan ilustrasi di atas dapat diketahui bahwa tenaga kerja Indonesia
memiliki keunggulan absolute dalam produksi teh (12 kg), sedangkan Cina
memiliki keunggulan absolute dalam produksi sutra (8m). Berdasarkan DTDN
dapat dilihat:
Harga 1 kg teh di Indonesia lebih murah (hanya ¼ sutra) dibandingkan dengan di
Cina yang lebih mahal (yaitu 2 m sutra). Sebaliknya, harga 1 m sutra di Cina lebih
murah (hanya ½ kg teh) dibandingkan dengan di Indonesia yang lebih mahal
(yaitu 4 kg teh). Berdasarkan perbandingan DTDN pada kedua negara di atas,
maka dapat disimpulkan:
Indonesia memiliki keunggulan absolute dalam produksi teh sehingga akan
melakukan spesialisasi produksi dan ekspor teh ke Cina. Sebaliknya, Indonesia
akan mengimpor sutra ke Cina. Sedangkan Cina memiliki keunggulan absolute
dalam produksi sutra sehingga akan melakukan spesialisasi produksi dan ekspor
sutra ke Indonesia. Sebaliknya, Cina akan mengekspor teh dari Indonesia.
10
3.2 Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif
bersifat kompetisi dan bersifat persaingan. Keunggulan kompetitif adalah merujuk
pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang
menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan
perusahaan lainnya. Keunggulan kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa
mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah
organisasi pesaingnya
Keunggulan Komparatif menurut David Ricardo merupakan perdagangan
internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia
berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika
suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya
yang lebih murah daripada negara lainnya. Dalam teori keunggulan
komparatif yang dikemukan oleh David Ricardo, suatu bangsa dapat
meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut
melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas dan
efisiensi tinggi. Teori keunggulan komparatif David Ricardo berdasarkan atas
beberapa asumsi, antara lain sebagai berikut:
1. Perdagangan internasional hanya terjadi antar dua negara.
2. Perdagangan dilakukan secara sukarela (bebas).
3. Barang yang dipertukarkan hanya dua macam.
4. Tenaga kerja bersifat homogen satu negara.
5. Tenaga kerja bergerak bebas di dalam negeri, tetapi tidak bebas dalam
hubungan antar negara.
6. Biaya-biaya produksi dianggap tetap.
7. Kualitas barang adalah sama.
8. Biaya transportasi tidak ada (nol).
9. Teknologi tidak berubah.
Ia menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh keuntungan jika ia
menspesialisasikan pada produksi dan ekspor yang dapat diproduksinya pada
11
biaya yang relatif lebih murah, dan mengimpor apa yang dapat diproduksinya
pada biaya yang relatif lebih mahal.
Ilustrasinya dapat dilihat pada tabel berikut:
Kebutuhan Jam Kerja untuk Produksi
Produk Amerika Eropa
Pizza 1 3
Pakaian 2 4
Agar terlihat sederhana, diasumsikan ada dua negara (Amerika dan Eropa) dan
dua output (pizza dan pakaian). Keduanya memiliki sumber daya masing-masing
120 jam tenaga kerja (TK) untuk memproduksi pizza dan pakaian. Namun
Amerika mampu memproduksi 1 unit pizza dengan 1 jam TK dan 1 unit pakaian
dengan 2 jam TK. Sedangkan Eropa membutuhkan 3 jam TK untuk memproduksi
1 unit pizza dan 4 jam TK untuk pakaian. Sekedar keterangan, Amerika mampu
memproduksi keduanya dengan jam TK (input) yang lebih sedikit daripada Eropa.
Menurut Teori Keuntungan Absolut (Absolute Advantage), Amerika seharusnya
memproduksi keduanya sendiri. Namun tidak demikian menurut teori keuntungan
komparatif. Kita lihat perbandingannya dibawah dengan menggunakan teori
keuntungan komparatif :
Ø Sebelum melakukan perdagangan
Produksi di kedua negara menghasilkan upah riil yang berbeda bagi TK.
Upah riil bagi TK di Amerika adalah 1 pizza atau 1/2 pakaian. Sementara di
Eropa, upah riil TK hanya 1/3 pizza atau 1/4 pakaian. Artinya upah di Eropa lebih
rendah dibandingkan di Amerika dan TK di Eropa memiliki daya beli yang relatif
lebih kecil. Ini tentunya juga menimbulkan perbedaan biaya produksi, dan jika
pasar adalah persaingan sempurna, harga pizza dan pakaian akan berbeda di kedua
negara.
Sementara itu, mari kita lihat berapa total output yang mampu diproduksi
kedua negara tanpa melakukan perdagangan. Jika diasumsikan dari total 120 jam
12
TK (input) yang tersedia di tiap negara separuhnya dialokasikan untuk produksi
pizza dan separuhnya lagi dialokasikan untuk produksi pakaian, maka total
produksi kedua negara adalah sebagai berikut:
Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi
Produk Amerika Eropa
Pizza 60 20
Pakaian 30 15
Total 90 + 35 = 125
Dengan input 120 jam TK yang dimiliki masing-masing negara, jika
dialokasikan separuh-separuh, Amerika mampu memproduksi 60 pizza (60 jam
TK / 1) dan 30 pakaian (60 jam TK / 2). Sedangkan Eropa mampu memproduksi
20 pizza (60 jam TK / 3) dan 15 pakaian (60 jam TK / 4). Dengan demikian, total
produksi yang dihasilkan kedua negara adalah 125 unit, yang terdiri dari pizza dan
pakaian.
Menurut teori keuntungan komparatif, Amerika seharusnya hanya
memproduksi pizza dan Eropa memproduksi pakaian. Ini karena produksi pakaian
relatif lebih mahal bagi Amerika, dengan rasio harga produksi 2 dibandingkan
dengan 4/3 yang mampu diproduksi Eropa (lihat gambar 1). Sedangkan pizza
relatif lebih mahal bagi Eropa karena rasio harga produksinya adalah 3/4
dibandingkan dengan 1/2 yang mampu diproduksi Amerika (lihat gambar 1). jadi,
perbandingan dalam teori ini adalah berdasarkan harga relatif di kedua negara,
bukan hanya di satu negara.
Dengan asumsi biaya transpotasi tidak ada atau relatif sangat kecil, Amerika
kemudian akan mengekspor pizza ke Eropa dan Eropa akan mengekspor pakaian
ke Amerika. Karena biaya produksi yang lebih murah, harga pizza Amerika yang
diekspor juga akan lebih murah dan ini mendorong harga pizza di Eropa turun.
JIka harga pizza di eropa terlalu rendah bagi produsen Eropa, mereka akan
menutup produksinya karena tidak menguntungkan lagi. Akhirnya mereka akan
beralih ke produksi yang lebih menguntungkan, yaitu pakaian. Sedangkan
13
kebutuhan pizza di Eropa akan dipenuhi dengan impor. Hal yang sama juga terjadi
terhadap pakaian di Amerika. Pada akhirnya, perbedaan harga akan membuat
Amerika hanya memproduksi Pizza dan Eropa hanya memproduksi pakaian.
Ø Setelah melakukan perdagangan
Total output kedua negara adalah sebagai berikut:
Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi
Produk Amerika Eropa
Pizza 120 0
Pakaian 0 30
Total 120 + 30 = 150
Pada gambar diatas, Amerika menggunakan semua inputnya (120 jam TK)
untuk memproduksi pizza saja, sehingga menghasilkan 120 pizza (120 jam TK /
1). Sedangkan Eropa menggunakan semua inputnya untuk memproduksi pakaian
saja, sehingga menghasilkan 30 pakaian (120 jam TK / 4). Ternyata total output
kedua negara meningkat dengan melakukan spesialisasi produksi ini, yaitu
menjadi 150 unit.
Contoh lain:
Berdasarkan hipotesis teori comparative advantage dari David Ricardo adalah cost
comparative advantage.
Negara Produksi
1 kg gula 1 m kain
Indonesia 3 hari kerja 4 hari kerja
Cina 6 hari kerja 5 hari kerja
14
Perhitungan Cost Comparative
Perbandingan Cost 1 kg gula 1 m kain
Indonesia/Cina 3/6 HK 4/5 HK
Cina/Indonesia 6/3 HK 5/4 HK
Berdasarkan perbandingan cost comparative advantage dapat dilihat bahwa
tenaga kerja Indonesia lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Cina dalam
produksi 1 kg gula (3/6 atau ½ hari kerja) daripada produksi 1 meter kain (4/5 hari
kerja). Hal ini akan mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan
ekspor gula.
Sebaliknya, tenaga kerja Cina ternyata lebih efisien dibandingkan tenaga kerja
Indonesia dalam produksi 1 meter kain (3/6 hari kerja) daripada produksi 1 kg
gula (6/3 atau 2/1 hari kerja). Hal ini mendorong Cina melakukan spesialisasi
produksi dan ekspor kain. Ilustrasi diatas menjelaskan mengapa negara-negara
perlu melakukan perdagangan internasional dan bagaimana negara yang terlibat
saling memperoleh keuntungan.
15
BAB IV
TEORI MODERN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
4.1 Teori Proporsi Faktor Produksi (Heckscer-Ohlin Theory)
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu
Eli Heckscer (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai
perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan
komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit
akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-
O.
Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan
internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of
labour (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antarnegara (Salvatore,
2006). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab
perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan
penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori
H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing
negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang
yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ”The
Proportional Factor Theory”. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor
produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan
spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya,
masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut
memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.
Teori Heckscer-Ohlin memprediksi bahwa negara-negara yang akan
mengekspor barang secara intensif menggunakan faktor berlimpah secara lokal,
sambil mengimport barang secara intensif menggunakan faktor-faktor lokal yang
langka. Jadi, teori Heckscer-Ohlin mencoba menjelaskan pola dari perdagangan
internasional yang kita teliti pada ekonomi dunia.
16
Teori Heckscer-Ohlin mempunyai pertimbangan akal sehat. Contohnya,
Amerika serikat telah lama menjadi eksportir besar dari produk-produk pertanian,
mencerminkan negara tersebut mempunyai pertanian yang melimpah karena
tanahnya baik untuk ditanami. Sebaliknya, China unggul pada ekspor barang-
barang produksi dalam tenaga kerja intensif industri manufaktur. Ini
mencerminkan China mempunyai tenaga kerja dengan biaya rendah berlimpah. Di
Amerika serikat, yang kekurangan tenaga kerja dengan biaya rendah, telah
memilih untuk mengimpor buruh. Secara relatif, tidak mutlak, sumbangan adalah
penting; sebuah negara bisa mempunyai jumlah lahan dan tenaga kerja lebih besar
dari negara lain, tetapi menjadi relatif melimpah satu dari mereka.
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan
dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang
menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut
Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain
disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan
dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan
komparatif adalah:
a. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu
negara.
b. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,
apakah labor intensity atau capital intensity.
Teori modern Heckscher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva, yaitu:
1. Kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang
sama.
2. Kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang
sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan
dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu
akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan
diperoleh sejumlah produk tertentu.
17
Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:
a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi factor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing
negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang
dimilikinya.
c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi
yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu
karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan cukup
mahal untuk memproduksinya.
e. Paradoks Leontief
Wassily Leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks,
melalui study empiris yang dilakukannya pada tahun 1953 menemukan fakta,
fakta itu mengenai struktur perdagangan luar negri (ekspor dan impor).
Amerika serikat tahun 1947 yang bertentangan dengan teori H-O sehingga
disebut sebagai paradoks leontief.
Berdasarkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan
ternyata paradox liontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama yaitu:
a) Intensitas faktor produksi yang berkebalikan.
b) Tariff and Non tariff barrier.
c) Perbedaan dalam skill dan human capital.
d) Perbedaan dalam faktor sumberdaya alam
Kelemahan dari teori H-O adalah jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang
dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan
sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi. Kelebihan dari
teori H-O adalah jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik maka
18
ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki
tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.
Hipotesis Teori H-O
Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan
dikemukakan hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:
1. Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor
di tiap negara turun.
2. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
3. Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A
di kedua Negara cenderung sama demikian pula harga barang B di kedua
negara cenderung sama.
4. Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara
yang kaya labor.
5. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi
yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. Sehingga Negara
yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan impornya padat karya,
sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya
padat kapital.
Kelemahan Asumsi Teori H-O
Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan
perdagangan internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:
a. Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam
memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering
menggunakan teknologi yang berbeda.
b. Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi
lebih menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah
19
produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala
ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.
c. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor
secara internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional
yang menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara.
Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi
validitas model H-O.
d. Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi
jika melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara
yang masih memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.
4.2 Teori Paradoks Leontief
Wassily leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks,
melalui study empiris yang dilakukan pada tahun 1953, menemukan fakta-fakta
itu mengenai struktur perdagangan luar negeri (ekspor-impor). Adapun teori yang
dikemukakan yaitu:
 Teori paradoks leontief merupakan kebalikan dari teori H-O yang
menyebutkan bahwa ekspor AS akan terdiri atas barang-barang yang padat
modal/kapital (capital intensive) sebaliknya impor akan terdiri atas barang-
barang yang padat karya/tenaga kerja (labor intensive).
 Sedangkan menurut teori leontief bahwa ekspor AS justru terdiri atas barang-
barang padat karya (labour intensive) dan impor terdiri atas barang-barang
padat modal (capital intensive).
Ø Sebab terjadinya paradoks leontief:
 Tariff and non tariff barrier.
 Intensitas faktor produksi yang berbalikan (factor intensity reversals).
 Perbedaan dalam skills dan human capital.
 Perbedaan dalam faktor sumber daya alam.
20
Ø Kelebihan teori ini:
Jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan
lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki tenaga kerja terdidik
maka ekspornya akan lebih sedikit.
4.3 Teori Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle Theory)
Model Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle atau PLC) menjelaskan
bahwa suatu produk akan mengalami tahap-tahap: muncul, matang, dan mati.
Penggunaan model Siklus Kehidupan Produk dalam teori perdagangan
internasional, atau yang dalam tulisan ini disebut Teori PLC, dikemukakan oleh
Raymond Vernon, dalam tulisannya yang berjudul International Investment and
International Trade in the Product Cycle (1966), yang dilanjutkan
pembahasannya, oleh penulis yang sama, dalam Sovereign at Bay (1971), The
Product Cycle Hypothesis in A New International Environment (1979), dan
dalam Sovereignty at Bay, Ten years After (1981). Dalam Teori PLC tahap "mati"
nya suatu produk dapat ditunda melalui perdagangan internasional dan melalui
pengembangan industri nasional menjadi industri multinasional.
Teori PLC adalah teori perdagangan internasional dinamik yang
mampu menjelaskan tentang:
a. Kenyataan pola dan arah perdagangan dunia yang terjadi, yaitu dominasi
perdagangan antar sesama negara maju yang relatif kaya akan kapital.
b. Timbulnya perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs), yaitu bagaimana
perusahaan-perusahaan oligopolies mencapai kekuasaan pasar, menghadapi
persaingan dan mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar, dan
mencapai skala ekonomis yang esensial melalui ukuran usahanya yang besar.
Dan selanjutnya, bagaimana oligopolies mengambil keuntungan dari investasi
dasar yang telah dibuat dalam R & D, pengemasan, komunikasi, dan teknik
pemasaran, untuk memperluas operasinya ke daerah geografis baru dengan
penghematan yang besar, sehingga mampu meraih kekuatan pasar sebagai
perusahaan-perusahaan dunia.
21
c. Ekspansi perusahaan-perusahaan dunia para oligopolies ke LDCs. Untuk
menjelaskan perdagangan, teori PLC tidak terlalu menekankan pada
doktrin Comparative Cost seperti pada pendahulunya, Klasik dan Neo Klasik.
Terutama pada tahap-tahap awal dari siklus kehidupan produk, tetapi lebih pada:
1) Dorongan melakukan innovation dan invention yang ditimbulkan oleh adanya
ketakutan dan harapan di pasar.
2) Ketepatan waktu untuk melakukan innovation dan invention.
3) Arti penting komunikasi untuk memecahkan masalah terhadap
ketidakpedulian terhadap produk dan ketidakpastian teknologis.
4) Memanfaatkan skala ekonomis.
5) Strategi untuk mencapai penguasaan pasar.
Teori PLC menjelaskan macam komoditi yang diperdagangkan antar negara maju,
yaitu komoditas yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Harganya tinggi, karena pengembangan dan penyempurnaannya memerlukan
biaya R & D yang tinggi, sehingga cenderung masuk kategori barang
mewah terutama pada tahap awal pemunculannya.
b. Merupakan barang konsumsi untuk konsumen yang berpenghasilan tinggi.
c. Hemat tenaga kerja, atau dengan kata lain komoditi yang memungkinkan
penggantian tenaga kerja dengan kapital.
Adapun tahap-tahap dalam siklus hidup produk diantaranya:
1. Tahap perkenalan (Introductions), adalah dimana barang mulai dipasarkan
dalam jumlah yang besar namun distribusi barang masih terbatas dan laba
yang diperoleh masih rendah.
2. Tahap pertumbuhan (growth), adalah tahap pertumbuhan adalah penjualan
dan laba mulai meningkat seiring permintaan dari masyarakat yang semakin
banyak.
22
3. Tahap kedewasaan (mature), adalah tahap penjualan yang meningkat dan
berada di taraf yang menetap, kemudian memproduksi model baru dan
dilakukannya berbagai usaha periklanan guna menghadapi persaingan.
4. Tahap kemunduran (decline), adalah adanya barang baru untuk mengganti
barang lama dalam istilah dinilai sudah kuno, dalam arti memperbarui barang
dalam segi fungsi, efisiensi, dan spesifikasi barang tersebut.
4.4 Offer Curve / Reciprocal Demand (OC/RD) Theory
Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu Marshall
dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan kesediaan
suatu negara untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya
pada berbagai kemungkinan harga.
Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing negara akan memperoleh
manfaat dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang
lebih tinggi. Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan
harga faktor produksi tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan
harga suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan
comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu negara.
Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa
diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional. Teori perdagangan yang
baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.
23
BAB V
KEBIJAKSANAAN EKONOMI INTERNASIONAL DAN TARIF
5.1 Definisi Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Dalam arti luas kebijaksanaan ekonomi internasional adalah
tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak
mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan
pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya berupa tarif, kuota dan
sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang
secara tidak langsung nasional seperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal.
Sedangkan definisi yang lebih sempit kebijaksanaan ekonomi internasional adalah
tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi
perdagangan dan pembayaran internasional.
5.2 Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Instrumen ini meliputi:
a. Kebijaksanaan Perdagangan Internasional
Kebijaksanaan perdagangan internasional mencakup tindakan pemerintah
terhadap rekening yang sedang berjalan (Current Account) daripada neraca
pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang/jasa.
jenis kebijaksanaan ini misalnya tarif terhadap impor, bilateral trade
agreement, state trading, dan sebagainya.
b. Kebijaksanaan Pembayaran Internasional
Kebijaksanaan pembayaran internasional meliputi tindakan/kebijaksanaan
pemerintah terhadap rekening modal (Capital Account) dalam neraca
pembayaran internasional yang berupa pengawasan terhadap pembayaran
internasional. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan pengawasan terhadap
lalu lintas devisa (exchange control), atau pengaturan/pengawasan lalu lintas
modal jangka panjang.
c. Kebijaksanaan Bantuan Luar Negeri.
24
Kebijaksanaan bantuan luar negeri adalah tindakan/kebijaksanaan pemerintah
yang berhubungan dengan bantuan (grant), pinjaman (loans), bantuan yang
bertujuan untuk membantu rehabilitasi serta pembangunan dan bantuan militer
terhadap negara lain.
5.3 Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Secara umum dapatlah disebutkan bahwa tujuan kebijaksanaan ekonomi
internasional itu adalah sebagai berikut:
1. Autarki, tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari pengaruh-
pengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau militer.
2. Kesejahteraan (welfare), tujuan ini bertentangan dengan tujuan untuk autarki.
Dengan mengadakan perdagangan internasional suatu negara akan
memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi. Oleh karena itu untuk
mendorong adanya perdagangan internasional maka halangan-halangan
dalam perdagangan internasional (tarif, kuota dan sebagainya) dihilangkan
atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti harus ada perdagangan bebas.
3. Proteksi, tujuan ini untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan
barang impor. Hal ini, misalnya dapat dijalankan dengan tarif, kuota dan
sebagainya.
4. Keseimbangan neraca pembayaran, apabila suatu negara itu mempunyai
kelebihan cadangan valuta asing maka kebijaksanaan pemerintah untuk
mengadakan stabilitas ekonomi dalam negara akan tidak banyak
menimbulkan problem dalam neraca pembayaran internasionalnya. Tetapi
sangat sedikit negara yang mempunyai posisi demikian. Terutama negara-
negara yang sedang berkembang posisi cadangan valuta asingnya lemah,
memaksa pemerintah negara-negara tersebut untuk mengambil kebijaksanaan
ekonomi internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran
internasional.
5. Pembangunan ekonomi, untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat
mengambil kebijaksanaan seperti misalnya:
25
 Perlindungan terhadap industry dalam negeri (infant industries).
 Mengurangi impor barang konsumsi yang nonessensial dan mendorong
impor barang-barang yang essensial.
 Mendorong ekspor dsb.
Kesemuanya ini untuk mengarahkan perkembangan perdangangan
internasional guna menunjang pembangunan ekonomi dalam negeri.
5.4 Macam-Macam Retriksi Dalam Perdagangan Internasional
a. Tarif adalah pembebanan pajak atau custom duties terhadap barang – barang
yang melewati batas suatu negara.
1. Tarif digolongkan menjadi:
 Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang yang di angkut menuju ke negara lain. Jadi pajak untuk barang-
barang yang keluar dari custom area adalah daerah di mana barang –
barang bebas bergerak dengan tidak di kenai bea pabean. Batas custom
area ini biasanya sama dengan batas wilayah sesuatu negara, tetapi
kesamaan ini bukanlah merupakan keharusan, misalnya adanya custom
union merupakan custom area yang daerahnya meliputi lebih dari satu
wilayah negara. Custom area di sini lebih luas dari pada suatu negara.
Tetapi dengan adanya free trade area makan custom area lebih sempit
dari pada batas wilayah suatu Negara.
 Bea Transit (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang yang melalui wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa
barang tersebut sebagai tujuan akhirnya adalah negara lain.
 Bea Impor (impor duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang masuk dalam costum area suatu negara dengan
ketentuan bahwa negara tersebut sebagai tujuan terakhir.
2. Perbedaan tarif menurut jenisnya:
 Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam
presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
26
 Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap
ukuran fisik daripada barang.
 Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan
kombinasi antara specific dan ad valorem.
3. System tarif
 Single-column tariffs, system dimana untuk masing-masing barang
hanya mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous
tariffs (tarif yang tingginya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa
persetujuan dengan negara lain). Kalau tingginya tarif ditentukan
dengan perjanjian dengan negara lain disebut conventional tariffs.
 Double-colomn tariffs, system dimana untuk setiap barang mempunyai
2 tarif. Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang-
undang, maka namanya: “bentuk maksimum dan minimum”. Dalam
bentuk ini jika tarif maksimum sebagai normal duties maka tarif
minimumnya digunakan untuk barang dari negara-negara tertentu yang
mengadakan perjanjian tarif dengan negara tersebut, tetapi apabila tarif
minimum sebagai normal duties maka tarif maksimum digunakan untuk
membalas tindakan negara lain yang membebankan tarif barang yang
lebih tinggi. Jika tarif maksimum sebagai normal duties sedang tarif
yang lebih rendah ditentukan berdasarkan perjanjian dengan negara lain
maka bentuk ini dinamakan “general and conventional form”.
 Triple-colomn tariff, biasanya system ini digunakan oleh negara
penjajah. Sebenarnya system ini hanya perluasan daripada double
colomn tariffs yakni dengan menambah satu macam tarif preference
untuk negara-negara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. System ini
sering disebut dengan nama “preferential system”.
4. Efek tarif
Pembebanan tarif terhadap suatu barang dapat mempunyai efek terhadap
perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut.
Beberapa macam efek tarif tersebut adalah:
a) Efek terhadap harga (price effect).
27
b) Efek terhadap konsumsi (consumption effect).
c) Efek terhadap produk (protective/import substitution effect).
d) Efek terhadap reditribusi pendapatan (redistribution effect).
5. Kuota adalah pembatasan jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota
impor) dan keluar (kuota ekspor).
a. Kuota impor
Jenisnya kuota impor adalah absolut atau unilateral kuota, negotiated
atau bilateral kuota, tarif kuota dan mixing kuota.
 Absolute atau unilateral kuota adalah kuota yang besar/kecilnya
ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan dengan
negara lain. Kuota semacam ini sering menimbulkan tindakan
balasan oleh negara lain.
 Negotiated atau bilateral kuota adalah kuota yang besar/kecilnya
ditentukan berdasarkan perjanjian antara 2 negara atau lebih.
 Tarif kuota adalah gabungan antara tarif dan kuota. Untuk jumlah
tertentu barang diizinkan masuk (impor) dengan tarif tertentu,
tambahan impor masih diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih
tinggi.
 Mixing kuota adalah membatasi penggunaan bahan mentah yang
diimpor dalam proporsi tertentu dalam produksi barang akhir.
Pembatasan ini untuk mendorong berkembangnya industri di dalam
negeri.
b. Kuota ekspor
Seperti juga halnya dengan kuota impor, maka ekspor pun dapat
dibatasi jumlahnya. Pembatasan jumlah ekspor ini bertujuan antara
lain:
 Untuk mencegah barang-barang yang penting jatuh/berada ditangan
musuh.
 Untuk menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam
proporsi yang cukup.
28
 Untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga
guna mencapai stabilitas harga.
29
BAB VI
KEBIJAKAN NON TARIF: KUOTA, SUBSIDI, DUMPING
6.1 Pengertian Kebijakan Non Tarif
Hambatan non-tarif (non-tarif barrier) adalah berbagai kebijakan
perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga
mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional (Dr. Hamdy Hady).
6.2 Macam Hambatan Non Tarif
A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif
(non-tarif barrier) sebagai berikut:
1. Pembatasan spesifik (specific limitation):
a) Larangan impor secara mutlak.
b) Pembatasan impor (quota system).
Kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas
pemasukan barang (kuota impor) dan pengeluaran barang (kuota ekspor)
dari/ke suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan
konsumen.
c) Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
d) Peraturan kesehatan/karantina.
e) Peraturan pertahanan dan keamanan negara.
f) Perizinan impor (import licence).
g) Embargo.
h) Hambatan pemasaran/marketing.
2. Peraturan bea cukai (customs administration rules):
a) Tatalaksana impor tertentu (procedure).
b) Penetapan harga pabean.
c) Penetapan kurs valas (forex rate) dan pengawasan devisa (forex control).
d) Packaging / labelling regulations.
e) Documentation needed.
30
f) Quality and testing standard.
g) Pungutan administrasi (fees).
3. Partisipasi pemerintah (government participation):
a) Kebijakan pengadaan pemerintah.
b) Subsidi dan insentif ekspor
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau
bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak,
pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dll.
c) Countervaling duties.
d) Domestic assistance programs.
4. Import charges
a) Import deposits.
b) Supplementary duties.
c) Variable levies.
6.3 Cara Suatu Negara Dalam Menerapkan Hambatan Non Tarif
Beberapa cara yang dilakukan oleh suau negara dalam menerapkan hambatan
non tarif adalah sebagai berikut:
a. Standardisasi Kualitas Produk atau Jasa.
b. Pembatasan Kuota Impor.
c. Prosedur atau Peraturan Khusus.
d. Struktur Pasar.
e. Kondisi Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya.
6.4 Pembatasan Kuota Impor
Dilakukan dengan membatasi kuantitas barang yang boleh masuk ke suatu
negara. Pembatasan jumlah barang dilakukan dengan tujuan produk-produk
impor tidak membanjiri pasar dalam negeri. Dengan pembatasan ini diharapkan
produk-produk dalam negeri bisa bersaing di negerinya sendiri.
31
6.5 Berbagai Hambatan Non Tarif
1. Kuota impor
Kuota impor adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah barang
yang boleh diimpor dari luar negeri untuk melindungi kepentingan industri dan
konsumen. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi
kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor
suatu produk yang jumlahnya dibatasi secara langsung. Kuota impor dapat
digunakan untuk melindungi sektor industri tertentu dan neraca pembayaran suatu
negara. Negara maju pada umumnya memberlakukan kuota impor untuk
melindungi sektor pertaniannya. Sedangkan negara-negara berkembang
melakukan kebijakan kuota impor untuk melindungi sektor industri
manufakturnya atau untuk melindungi kondisi neraca pembayarannya yang
seringkali mengalami defisit akibat lebih besarnya impor daripada ekspor.
2. Pembatasan Ekspor Secara Sukarela
Konsep ini mengacu pada kasus di mana negara pengimpor mendorong atau
bahkan memaksa negara lain mengurangi ekspornya secara sukarela dengan
ancaman bahwa negara pengimpor tersebut akan melakukan hambatan
perdagangan yang lebih keras lagi. Kebijakan ini dilakukan berdasarkan
kekhawatiran akan lumpuhnya sektor tertentu dalam perekonomian domestik
akibat impor yang berlebih.
Pembatasan ekspor secara sukarela ini kurang efektif, karena pada umumnya
negara pengekspor enggan membatasi arus ekspornya secara sukarela.
Pembatasan ekspor ini justru membebankan biaya yang lebih mahal bagi negar
pengimpor karena lisensi impor yang bernilai tinggi itu justru diberikan pada
pemerintah atau perusahaan asing.
3. Kartel-kartel Internasional
Kartel internasional adalah sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari
berbagai negara. Mereka sepakat untuk membatasi outputnya dan juga
32
mengendalikan ekspor komoditi tersebut dengan tujuan memaksimalkan dan
meningkatkan total keuntungan mereka. Berpengaruh tidaknya suatu kartel
ditentukan oleh hal-hal berikut:
a) Sebuah kartel internasional berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam
menentukan harga jika komoditi yang mereka kuasai tidak memiliki subtitusi.
b) Peluang tersebut akan semakin besar apabila jumlah produsen, negara, atau
pihak yang terhimpun dalam kartel relatif sedikit.
4. Dumping
Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh di bawah
pasaran, atau penjualan komoditi ke luar negeri dengan harga jauh lebih murah
dibandingkan dengan harga penjualan domestiknya. Dumping diklasifikasikan
menjadi tiga golongan, yaitu:
a) Dumping terus-menerus atau international price discrimination adalah
kecenderungan terus-menerus dari suatu perusahaan monopolis domestik
untuk memaksimalkan keuntungannya dengan menjual suatu komoditi
dengan harga yang lebih tinggi di pasaran domestik, sedangkan harga yang
dipasangnya di pasar luar negeri sengaja dibuat lebih murah.
b) Dumping harga yang bersifat predator atau predatory dumping praktek
penjualan komoditi di bawah harga yang jauh lebih murah ketimbang harga
domestiknya. Proses dumping ini pada umumnya berlansung sementara,
namun diskriminasi harganya sangat tajam sehingga dapat mematikan produk
pesaing dalam waktu singkat.
c) Dumping sporadis atau sporadic dumping adalah suatu komoditi di bawah
harga atau penjualan komoditi itu ke luar negeri dengan harga yang sedikit
lebih murah daripada produk domestik, namun hanya terjadi saat ingin
mengatasi surplus komoditi yang sesekali terjadi tanpa menurunkan harga
domestik.
33
5. Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran lansung atau pemberian keringanan pajak
dan bantuan subsidi pada para eksportir atau calon eksportir nasional, dan atau
pemberian pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka
memacu ekspor suatu negara.
D.
Tujuan suatu negara menerapkan kebijakan non tarif barrier
Ada beberapa tujuan penting dari proteksi:
a) Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran.
b) Mendorong perkembangan industri baru.
c) Mendiversifikasikan perekonomian.
d) Menghindari kemerosotan industri-industri tertentu.
e) Memperbaiki neraca pembayaran.
f) Menghindari neraca pembayaran.
g) Menghindari dumping.
h) Menambah pendapatan pemerintah.
Tujuan kebijakan proteksi
 Memaksimalkan produksi dalam negeri.
 Memperluas lapangan kerja.
 Memelihara tradisional.
 Menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri
pada satu komoditi andalan.
 Menjaga stabilitas nasional, dan tidak menggantungkan diri pada negara lain.

More Related Content

What's hot

Resume tugas 1 dan 2 devi annisa 11150545
Resume tugas 1 dan 2 devi annisa 11150545Resume tugas 1 dan 2 devi annisa 11150545
Resume tugas 1 dan 2 devi annisa 11150545Universitas Bina Bangsa
 
Ekonomi internasional
Ekonomi internasionalEkonomi internasional
Ekonomi internasionalNenta1005
 
Tugas 1 Ekonomi Internasional - Vera Handayani - 11150546
Tugas 1 Ekonomi Internasional - Vera Handayani - 11150546Tugas 1 Ekonomi Internasional - Vera Handayani - 11150546
Tugas 1 Ekonomi Internasional - Vera Handayani - 11150546Vera Handayani
 
Resume ekonomi internasional 1 UTS
Resume ekonomi internasional 1 UTSResume ekonomi internasional 1 UTS
Resume ekonomi internasional 1 UTSRidick Ridick
 
Tugas 1 irmayanti
Tugas 1 irmayantiTugas 1 irmayanti
Tugas 1 irmayantiirmayanti39
 
Resume ekonomi internasional
Resume ekonomi internasionalResume ekonomi internasional
Resume ekonomi internasionalciciliya11
 
Resume 1 ekonomi internasional (UTS)
Resume 1 ekonomi internasional (UTS)Resume 1 ekonomi internasional (UTS)
Resume 1 ekonomi internasional (UTS)SuryadiSurya3
 
Ekonomi internasional (1)
Ekonomi internasional (1)Ekonomi internasional (1)
Ekonomi internasional (1)ine srinurjanah
 
Resume ekonomi internasional 2
Resume ekonomi internasional 2Resume ekonomi internasional 2
Resume ekonomi internasional 2ciciliya11
 
Makalah materi 2-7
Makalah materi 2-7Makalah materi 2-7
Makalah materi 2-7adeimallia
 
Resume tugas ke 1 per 2 7 ekonomi internasional
Resume tugas ke 1 per 2   7 ekonomi internasionalResume tugas ke 1 per 2   7 ekonomi internasional
Resume tugas ke 1 per 2 7 ekonomi internasionalekakurnia16
 
Ekonomi internasional (2)
Ekonomi internasional (2)Ekonomi internasional (2)
Ekonomi internasional (2)ine srinurjanah
 
Resume uts ekonomi internasional
Resume uts ekonomi internasionalResume uts ekonomi internasional
Resume uts ekonomi internasionalAnisa Emas
 

What's hot (20)

Resume tugas 1 dan 2 devi annisa 11150545
Resume tugas 1 dan 2 devi annisa 11150545Resume tugas 1 dan 2 devi annisa 11150545
Resume tugas 1 dan 2 devi annisa 11150545
 
Resume ekonomi internasional bab 2-7
Resume ekonomi internasional bab 2-7Resume ekonomi internasional bab 2-7
Resume ekonomi internasional bab 2-7
 
Ekonomi internasional
Ekonomi internasionalEkonomi internasional
Ekonomi internasional
 
Tugas 1 Ekonomi Internasional - Vera Handayani - 11150546
Tugas 1 Ekonomi Internasional - Vera Handayani - 11150546Tugas 1 Ekonomi Internasional - Vera Handayani - 11150546
Tugas 1 Ekonomi Internasional - Vera Handayani - 11150546
 
Modul 3 KB 1
Modul 3 KB 1Modul 3 KB 1
Modul 3 KB 1
 
Resume ekonomi internasional 1 UTS
Resume ekonomi internasional 1 UTSResume ekonomi internasional 1 UTS
Resume ekonomi internasional 1 UTS
 
Resume 1
Resume 1Resume 1
Resume 1
 
Tugas 1 irmayanti
Tugas 1 irmayantiTugas 1 irmayanti
Tugas 1 irmayanti
 
Makalah tugas 1
Makalah tugas 1Makalah tugas 1
Makalah tugas 1
 
Resume ekonomi internasional
Resume ekonomi internasionalResume ekonomi internasional
Resume ekonomi internasional
 
Resume 1 ekonomi internasional (UTS)
Resume 1 ekonomi internasional (UTS)Resume 1 ekonomi internasional (UTS)
Resume 1 ekonomi internasional (UTS)
 
Ekonomi internasional (1)
Ekonomi internasional (1)Ekonomi internasional (1)
Ekonomi internasional (1)
 
Resume ekonomi internasional 2
Resume ekonomi internasional 2Resume ekonomi internasional 2
Resume ekonomi internasional 2
 
BMP ESPA4228
BMP ESPA4228BMP ESPA4228
BMP ESPA4228
 
Makalah materi 2-7
Makalah materi 2-7Makalah materi 2-7
Makalah materi 2-7
 
Resume tugas ke 1 per 2 7 ekonomi internasional
Resume tugas ke 1 per 2   7 ekonomi internasionalResume tugas ke 1 per 2   7 ekonomi internasional
Resume tugas ke 1 per 2 7 ekonomi internasional
 
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
 
Ekonomi internasional (2)
Ekonomi internasional (2)Ekonomi internasional (2)
Ekonomi internasional (2)
 
Ekonomi Internasional
Ekonomi InternasionalEkonomi Internasional
Ekonomi Internasional
 
Resume uts ekonomi internasional
Resume uts ekonomi internasionalResume uts ekonomi internasional
Resume uts ekonomi internasional
 

Similar to Ekonomi Internasional

Resume UTS Ekonomi Internasional
Resume UTS Ekonomi InternasionalResume UTS Ekonomi Internasional
Resume UTS Ekonomi InternasionalYulinar Gitaningrum
 
Makalah ekonomi internasional
Makalah ekonomi internasionalMakalah ekonomi internasional
Makalah ekonomi internasionalNiaKusnia
 
Resume uts - Laily nur kamila
Resume uts - Laily nur kamilaResume uts - Laily nur kamila
Resume uts - Laily nur kamilamielasieuzzumaki
 
Resume Ekonomi.internasional
Resume Ekonomi.internasionalResume Ekonomi.internasional
Resume Ekonomi.internasionalDikiSupriadi3
 
resume ekonomi internasional 1
resume ekonomi internasional 1resume ekonomi internasional 1
resume ekonomi internasional 1Rahmi Putrhii II
 
Makalah ekonomi internasional
Makalah ekonomi internasionalMakalah ekonomi internasional
Makalah ekonomi internasionalmulyanahsari
 
Resume Pertemuan 2-7 Ekonomi Internasional
Resume Pertemuan 2-7 Ekonomi InternasionalResume Pertemuan 2-7 Ekonomi Internasional
Resume Pertemuan 2-7 Ekonomi Internasionalyeniok11
 
Ekonomi international uniba linda handayani /6K-MKP 1.3,
Ekonomi international uniba linda handayani /6K-MKP  1.3,Ekonomi international uniba linda handayani /6K-MKP  1.3,
Ekonomi international uniba linda handayani /6K-MKP 1.3,MahendraConan
 
Resume ekonomi internasional 1
Resume ekonomi internasional 1Resume ekonomi internasional 1
Resume ekonomi internasional 1Rizki Safarina
 
PPT-Ekonomi-PB3(1).pptx
PPT-Ekonomi-PB3(1).pptxPPT-Ekonomi-PB3(1).pptx
PPT-Ekonomi-PB3(1).pptxdarman31
 
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasionalBab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasionalherlina lina
 
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasionalBab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasionalherlina lina
 
Tugas 1 rosa
Tugas 1 rosaTugas 1 rosa
Tugas 1 rosarosa wati
 

Similar to Ekonomi Internasional (16)

Resume UTS Ekonomi Internasional
Resume UTS Ekonomi InternasionalResume UTS Ekonomi Internasional
Resume UTS Ekonomi Internasional
 
Makalah ekonomi internasional
Makalah ekonomi internasionalMakalah ekonomi internasional
Makalah ekonomi internasional
 
Resume uts - Laily nur kamila
Resume uts - Laily nur kamilaResume uts - Laily nur kamila
Resume uts - Laily nur kamila
 
Resume Ekonomi.internasional
Resume Ekonomi.internasionalResume Ekonomi.internasional
Resume Ekonomi.internasional
 
resume ekonomi internasional 1
resume ekonomi internasional 1resume ekonomi internasional 1
resume ekonomi internasional 1
 
PERTEMUAN I . PENGERTIAN EKO INT.pptx
PERTEMUAN I . PENGERTIAN EKO INT.pptxPERTEMUAN I . PENGERTIAN EKO INT.pptx
PERTEMUAN I . PENGERTIAN EKO INT.pptx
 
Makalah ekonomi internasional
Makalah ekonomi internasionalMakalah ekonomi internasional
Makalah ekonomi internasional
 
Resume Pertemuan 2-7 Ekonomi Internasional
Resume Pertemuan 2-7 Ekonomi InternasionalResume Pertemuan 2-7 Ekonomi Internasional
Resume Pertemuan 2-7 Ekonomi Internasional
 
Ekonomi international uniba linda handayani /6K-MKP 1.3,
Ekonomi international uniba linda handayani /6K-MKP  1.3,Ekonomi international uniba linda handayani /6K-MKP  1.3,
Ekonomi international uniba linda handayani /6K-MKP 1.3,
 
Resume ekonomi internasional 1
Resume ekonomi internasional 1Resume ekonomi internasional 1
Resume ekonomi internasional 1
 
PPT-Ekonomi-PB3(1).pptx
PPT-Ekonomi-PB3(1).pptxPPT-Ekonomi-PB3(1).pptx
PPT-Ekonomi-PB3(1).pptx
 
PPT-Ekonomi-PB3(1).pptx
PPT-Ekonomi-PB3(1).pptxPPT-Ekonomi-PB3(1).pptx
PPT-Ekonomi-PB3(1).pptx
 
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasionalBab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
 
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasionalBab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
Bab 1 ruang lingkup ekonomi internasional
 
Tugas 1 rosa
Tugas 1 rosaTugas 1 rosa
Tugas 1 rosa
 
Resume I
Resume IResume I
Resume I
 

Recently uploaded

KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 

Recently uploaded (16)

KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 

Ekonomi Internasional

  • 1. RESUME EKONOMI INTERNASIONAL DOSEN: ADE FAUJI, SE, MM OLEH: MONTIZA RIZKI PUTRI 11150986 6K MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN RUANGAN C.1.3 JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS BINA BANGSA BANTEN 2018
  • 2. ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI........................................................................................................... ii BAB I RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL ............................... 1 1.1 Pengertian Ekonomi Internasional .............................................................. 1 1.2 Faktor-Faktor Yang Mendorong Sebuah Negara Melalukan Ekonomi Internasional................................................................................................ 1 1.3 Tujuan Ekonomi Internasional.................................................................... 2 1.4 Ruang Lingkup Ekonomi Internasional ...................................................... 2 BAB II KONSEP TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL....................... 3 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional ........................................................ 3 2.2 Konsep Perdagangan Internasional............................................................. 3 2.3 Teori Pra Klasik Merkantilisme .................................................................. 5 2.4 Kebijakan Merkantilisme ............................................................................ 6 2.5 Neo Merkantilisme...................................................................................... 6 BAB III TEORI KLASIK: KEUNGGULAN MUTLAK DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF................................................................................................ 7 3.1 Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage)................................................. 7 3.2 Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)................................... 10 BAB IV TEORI MODERN PERDAGANGAN INTERNASIONAL.................... 15 4.1 Teori Proporsi Faktor Produksi (Heckscer-Ohlin Theory).......................... 15 4.2 Teori Paradoks Leontief.............................................................................. 19 4.3 Teori Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle Theory).................... 20 4.4 Offer Curve / Reciprocal Demand (OC/RD) Theory .................................. 22 BAB V KEBIJAKSANAAN EKONOMI INTERNASIONAL DAN TARIF ....... 23 5.1 Definisi Kebijaksanaan Ekonomi Internasional.......................................... 23 5.2 Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional....................................... 23 5.3 Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ........................................... 24 5.4 Macam-Macam Retriksi Dalam Perdagangan Internasional....................... 25 BAB VI KEBIJAKAN NON TARIF: KUOTA, SUBSIDI, DUMPING ............... 29 6.1 Pengertian Kebijakan Non Tarif ................................................................. 29
  • 3. iii 6.2 Macam Hambatan Non Tarif....................................................................... 29 6.3 Cara Suatu Negara Dalam Menerapkan Hambatan Non Tarif.................... 30 6.4 Pembatasan Kuota Impor ............................................................................ 30 6.5 Berbagai Hambatan Non Tarif .................................................................... 31
  • 4. 1 BAB I RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL 1.1 Pengertian Ekonomi Internasional Yang dinamakan ekonomi internasional ialah suatu cabangan dari disiplin ekonomi, yang mempelajari dan menganalisa transaksi serta permasalahan ekonomi secara internasional meliputi perdagangan (ekspor dan impor), keuangan atau moneter dan organisasi ekonomi baik swasta ataupun pemerintah serta kerja sama antar negara-negara. Pengertian ekonomi internasional lainnya ialah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang akibat saling ketergantungan diantara negara-negara yang ada diseluruh dunia ini, baik itu dari segi perdagangan maupun segi pasar kredit internasional. Permasalahan utama yang biasanya dihadapi dalam ekonomi internasional adalah sama dengan ekonomi lainnya, yakni masalah kelangkaan barang ataupun pilihan barang, yang diartikan produk adalah barang atau jasa yang dibutuhkan dan dihasilkan oleh manusia. 1.2 Faktor-Faktor Yang Mendorong Sebuah Negara Melakukan Ekonomi Internasional  Agar bisa memenuhi kebutuhan produk dan jasa dalam negeri.  Memiliki keinginan agar bisa mendapatkan keuntungan, yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara.  Mempunyai kemampuan yang berbeda dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk mengelola sumber daya.  Mempunyai kelebihan produk atau barang dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjualnya.  Adanya perbedaan sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, adat istiadat maupun jumlah penduduk yang bisa mengakibatkan adanya suatu perbedaan antara hasil produksi dan terdapatnya keterbatasan dari produksi.  Terjadinya arus globalisasi, sebab tidak ada negara di muka bumi ini yang dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari negara lain.
  • 5. 2  Memiliki kesamaan selera terhadap suatu barang atau jasa.  Memiliki keinginan untuk membuka kerjasama dan hubungan diplomatik dengan negara lain. 1.3 Tujuan Ekonomi Internasional Tujuan dari ekonomi internasional yaitu untuk bisa meningkatkan kemakmuran yang lebih baik untuk manusia. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila dapat mengadakan berbagai macam kegiatan, misalnya: kegiatan di bidang perdagangan (ekspor – impor), perkreditan, perasuransian, investasi, dan di bidang yang lainnya. Perbedaan tata cara ataupun sifat antara perdagangan internasional dengan perdagangan yang ada didalam negeri dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain: 1. Perbedaan hukum peraturan jual beli, uang, peraturan bea, dan lain-lain. 2. Perbedaan adat istiadat, kegemaran, kebiasaan, musim dan perbedaan kondisi pasar. 3. Perbedaan keadaan politik, sosial-budaya, ekonomi dan kultural. 1.4 Ruang Lingkup Ekonomi Internasional 1. Teori dan kebijakan moneter internasional 2. Teori dan kebijakan perdagangan internasional 3. Organisasi dan kerjasama ekonomi internasional 4. Perusahan dan bisnis internasional
  • 6. 3 BAB II KONSEP TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Pengertian Perdagangan internasional secara umum adalah proses tukar menukar barang dan jasa antar negara/bangsa. Pelaksanaan perdagangan internasional ini sangar rumit dan komplek bila dibandingkan perdagangan didalam negeri yang disebabkan karena politik, undang-undang, hukum, budaya mata uang dan juga adanya dumping. Akan tetapi ada beberapa penyebab terjadinya perdagangan internasional, antara lain:  Perbedaan sumber daya alam (SDA).  Perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).  Perbedaan kebudayaan.  Mencari keuntungan.  Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 2.2 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang dilaksanakan antar negara yang berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing yang mempengaruhi neraca perdagangan negara yang bersangkutan (Simorangkir, 1985). Menurut Dachliani (2006) menyatakan bahwa perdagangan internasional merupakan suatu cerminan dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Pada zaman globalisasi ini hampir tidak ada negara yang menganut sistem ekonomi tertutup. Hal ini terjadi karena tentu saja setiap negara tidak bisa memenuhi keseluruhan kebutuhan masyarakatnya hanya dengan hasil produksi negeri sendiri. Masyarakat di suatu negara perlu mengonsumsi barang-barang lainnya yang tidak bisa di produksi negeri sendiri sehingga perlu adanya pertukaran atau perdagangan antar negara. Menurut Salvatore (1997) Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs
  • 7. 4 valuta asing atau kurs. Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2011). Ekspor merupakan variabel injeksi yang menambah besaran aliran pendapatan seperti halnya investasi, hal ini dikarenakan ekspor berasal dari produksi dalam negeri yang diperdagangkan di luar negeri. Berbeda dengan ekspor, variabel impor merupakan variabel bocoran yang mengurangi aliran pendapatan. Tambunan (2001) mendefinisikan perdagangan sebagai proses tukar-menukar atas barang atau jasa yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Perdagangan internasional dibagi menjadi dua jenis yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa (non fisik). Manfaat dari kegiatan perdagangan internasional antara lain:  Membantu menjelaskan arah komposisi perdagangan antar negara serta bagaimana efek terhadap struktur perekonomian suatu negara.  Dapat mewujudkan adanya keuntungan yang timbul dari perdagangan international tersebut atau gain from trade. Perdagangan disini diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menentukan apakah bersedia melakukan pertukaran atau tidak. Pada dasarnya pertukaran atau perdagangan timbul karena salah satu kedua belah pihak melihat adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut (Boediono, 2000).
  • 8. 5 2.3 Teori Pra Klasik Merkantilisme Merkantilisme adalah suatu aliran/filsafat ekonomi yang tumbuh dan berkembang dengan pesat pada abad XVI s.d XVIII di Eropa barat. Ide pokok merkantilisme adalah sebagai berikut: 1. Suatu negara/raja akan kaya/makmur dan kuat agar ekspor lebih besar daripada impor (X-M). 2. Surplus yang diperoleh dari selisih (X-M) atau ekspor neto yang positif tersebut diselesaikan dengan pemasukan logam mulia (LM), terutama emas dan perak dari luar negeri. Dengan demikian, semakin besar ekspor neto, maka akan semakin banyak LM yang dimiliki atau diperoleh dari luar negeri. 3. Pada waktu itu LM (emas maupun perak) digunakan sebagai alat pembayaran (uang), sehingga negara/raja yang memiliki LM yang banyak akan kaya/makmur dan kuat. 4. LM yang banyak tersebut digunakan oleh raja untuk membiayai armada perang guna memperluas perdagangan luar negeri dan penyebaran agama. 5. Penggunaan kekuatan armada perang untuk memperluas perdagangan luar negeri ini diikuti dengan kolonialisasi di Amerika Latin, Afrika dan Asia terutama dari abad XVI s.d XVIII. Jenis merkantilisme 1. Kelompok Bullionist Kelompok bullionist berkembang sebagai awal perkembangan kelompok merkantilist murni, dipelopori oleh Gerald Malynes. Kelompok ini mengaitkan kemakmuran negara dengan banyaknya logam mulia. Semakin besar stok logam mulia di dalam negeri, semakin makmur, megah dan berkuasa negara tersebut. Kebijakan kelompok ini adalah:  Mendorong ekspor sebesar-besarnya, (kecuali logam mulia).  Melarang impor dengan ketat, (kecuali logam mulia).  Surplus ekspor harus dibayar dengan logam mulia.
  • 9. 6 2. Merkantilist Murni Kata kunci merkantilist murni adalah aspek suku bunga. Suku bunga yang rendah akan menguntungkan pencari kredit, dan ini diperlukan untuk mendorong kegiatan ekonomi. Agar kegiatan ekonomi dapat berkembang maka harga barang juga harus meningkat dan peningkatan harga barang dapat terjadi apabila jumlah uang beredar meningkat. Agar uang bertambah maka jalan yang paling mudah adalah melakukan perdagangan internasional. Oleh karena itu setiap negara wajib berusaha memperoleh neraca perdagangan yang menguntungkan (favorable balance of trade). Pendukung utama kelompok merkantilis murni adalah Thomas Mun (Inggris), Colbert (Perancis), Von Hornigh (Jerman) dan Becker (Austria). 2.4 Kebijakan Merkantilisme Untuk melaksanakan ide tersebut diatas, merkantilisme menjalankan kebijakan perdagangan (trade policy) sebagai berikut: 1. Mendorong ekspor sebesar-besarnya, kecuali LM. 2. Melarang/membatasi impor dengan ketat kecuali LM. 2.5 Neo Merkantilisme Kebijakan merkantilisme pada saat ini masih dijalankan oleh banyak negara dalam bentuk “neo merkantilisme”, yaitu kebijakan proteksi untuk melindungi dan mendorong ekonomi industri nasional dengan menggunakan kebijakan tarif atau Tariff Barrier dan kebijakan Non-tariff Barrier. Biasanya tariff barrier dilaksanakan dengan menggunakan countervailing duty, bea anti dumping dan surcharge. Dalam hal ini, kebijakan proteksi yang lebih banyak digunakan biasanya dalam bentuk Non-tariff Barrier seperti larangan, sistem kuota, ketentuan teknis, harga patokan, peraturan kesehatan, dll.
  • 10. 7 BAB III TEORI KLASIK: KEUNGGULAN MUTLAK DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF 3.1 Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage) Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran teori ini adalah suatu negara akan melakukan perdagangan atau pertukaran apabila setiap negara memperoleh keuntungan mutlak dari perdagangan. Suatu negara dikatakan mempunyai keuntungan mutlak dalam memproduksi suatu jenis barang apabila negara tersebut dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah dibandingkan jika barang itu diproduksi di negara lain. Dengandemikian, suatu negara akan mengekspor suatu barang jika negara tersebut dapat membuatnya secara lebih murah dibandingkan negara lain. Keunggulan absolut adalah situasi ekonomi di mana penjual mampu menghasilkan jumlah yang lebih tinggi dari produk yang diberikan, saat menggunakan jumlah yang sama sumber daya yang digunakan oleh pesaing untuk menghasilkan jumlah yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara memiliki keuntungan absolut di pasar. Kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan lebih efisien juga memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan lebih, dengan asumsi bahwa semua unit yang diproduksi dijual. Biaya juga merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah keuntungan absolut ada. Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih banyak produk dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, ini biasanya diterjemahkan ke dalam biaya produksi yang lebih rendah per unit. Bahkan dengan asumsi bahwa produsen menjual setiap unit dengan biaya sedikit di bawah kompetisi, hasil akhir masih harus keuntungan yang lebih tinggi pada setiap unit yang dijual. Ada beberapa asumsi dari keunggulan Absolut ini:  Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja.  Kualitas barang yang diproduksi kedua Negara sama.
  • 11. 8  Pertukaran dilakukan secara barter tanpa mengeluarkan uang.  Biaya transport ditiadakan. Contoh: Indonesia dan India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian dan tas dengan asumsi (anggapan) masing-masing negara menggunakan 100 tenaga kerja untuk memproduksi kedua komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan 50 tenaga kerja untuk memproduksi tas. Hasil total produksi kedua negara tersebut yaitu: Produk Indonesia India Pakaian 40 unit 20 unit Tas 20 unit 30 unit Berdasarkan informasi di atas, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi pakaian dibandingkan dengan India, karena 50 tenaga kerja di Indonesia mampu memproduksi 40 tenaga kerja dan India hanya bisa memproduksi 20 unit. Sedangkan India memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi tas karena India bisa membuat 30 tas, Indonesia hanya 20 tas. Jadi Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi pakaian dan India memiliki keunggulan mutlak dalam produksi tas. Apabila Indonesia dan India melakukan spesialisasi produksi, hasilnya akan sebagai berikut: Produk Indonesia India Pakaian 40 unit 20 unit Tas 20 unit 30 unit Dengan melakukan spesialisasi hasil produksi semakin meningkat. Karena Indonesia dan India memindahkan tenaga kerja dalam produksi komoditi yang menjadi spesialisasi. Sebelum spesialisasi, jumlah produksi sebanyak 60 unit pakain dan 40 unit tas. Tetapi setelah spesialisasi, jumlah produksi meningkat menjadi 80 unit pakaian dan 60 unit tas. Jadi keunggulan mutlak terjadi apabila
  • 12. 9 suatu negara dapat menghasilkan komoditi-komoditi tertentu dengan lebih efisien, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain. Contoh lain: Secara matematis, teori absolute advantage dari adam smith dapat diilustrasikan dengan data hipotesis sebagai berikut. Tabel. Data Hipotesis Teori Absolute Advantage dari Adam Smith Produk per satuan tenaga kerja/hari Teh Sutra DTDN (Dasar Tukar Dalam Negeri) Indonesia 12 kg 3m 4 kg = 1 m 1 kg = ¼ m Cina 4 kg 8m ½ kg = 1 m 1 kg = 2 m Berdasarkan ilustrasi di atas dapat diketahui bahwa tenaga kerja Indonesia memiliki keunggulan absolute dalam produksi teh (12 kg), sedangkan Cina memiliki keunggulan absolute dalam produksi sutra (8m). Berdasarkan DTDN dapat dilihat: Harga 1 kg teh di Indonesia lebih murah (hanya ¼ sutra) dibandingkan dengan di Cina yang lebih mahal (yaitu 2 m sutra). Sebaliknya, harga 1 m sutra di Cina lebih murah (hanya ½ kg teh) dibandingkan dengan di Indonesia yang lebih mahal (yaitu 4 kg teh). Berdasarkan perbandingan DTDN pada kedua negara di atas, maka dapat disimpulkan: Indonesia memiliki keunggulan absolute dalam produksi teh sehingga akan melakukan spesialisasi produksi dan ekspor teh ke Cina. Sebaliknya, Indonesia akan mengimpor sutra ke Cina. Sedangkan Cina memiliki keunggulan absolute dalam produksi sutra sehingga akan melakukan spesialisasi produksi dan ekspor sutra ke Indonesia. Sebaliknya, Cina akan mengekspor teh dari Indonesia.
  • 13. 10 3.2 Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat persaingan. Keunggulan kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya Keunggulan Komparatif menurut David Ricardo merupakan perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Dalam teori keunggulan komparatif yang dikemukan oleh David Ricardo, suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi. Teori keunggulan komparatif David Ricardo berdasarkan atas beberapa asumsi, antara lain sebagai berikut: 1. Perdagangan internasional hanya terjadi antar dua negara. 2. Perdagangan dilakukan secara sukarela (bebas). 3. Barang yang dipertukarkan hanya dua macam. 4. Tenaga kerja bersifat homogen satu negara. 5. Tenaga kerja bergerak bebas di dalam negeri, tetapi tidak bebas dalam hubungan antar negara. 6. Biaya-biaya produksi dianggap tetap. 7. Kualitas barang adalah sama. 8. Biaya transportasi tidak ada (nol). 9. Teknologi tidak berubah. Ia menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh keuntungan jika ia menspesialisasikan pada produksi dan ekspor yang dapat diproduksinya pada
  • 14. 11 biaya yang relatif lebih murah, dan mengimpor apa yang dapat diproduksinya pada biaya yang relatif lebih mahal. Ilustrasinya dapat dilihat pada tabel berikut: Kebutuhan Jam Kerja untuk Produksi Produk Amerika Eropa Pizza 1 3 Pakaian 2 4 Agar terlihat sederhana, diasumsikan ada dua negara (Amerika dan Eropa) dan dua output (pizza dan pakaian). Keduanya memiliki sumber daya masing-masing 120 jam tenaga kerja (TK) untuk memproduksi pizza dan pakaian. Namun Amerika mampu memproduksi 1 unit pizza dengan 1 jam TK dan 1 unit pakaian dengan 2 jam TK. Sedangkan Eropa membutuhkan 3 jam TK untuk memproduksi 1 unit pizza dan 4 jam TK untuk pakaian. Sekedar keterangan, Amerika mampu memproduksi keduanya dengan jam TK (input) yang lebih sedikit daripada Eropa. Menurut Teori Keuntungan Absolut (Absolute Advantage), Amerika seharusnya memproduksi keduanya sendiri. Namun tidak demikian menurut teori keuntungan komparatif. Kita lihat perbandingannya dibawah dengan menggunakan teori keuntungan komparatif : Ø Sebelum melakukan perdagangan Produksi di kedua negara menghasilkan upah riil yang berbeda bagi TK. Upah riil bagi TK di Amerika adalah 1 pizza atau 1/2 pakaian. Sementara di Eropa, upah riil TK hanya 1/3 pizza atau 1/4 pakaian. Artinya upah di Eropa lebih rendah dibandingkan di Amerika dan TK di Eropa memiliki daya beli yang relatif lebih kecil. Ini tentunya juga menimbulkan perbedaan biaya produksi, dan jika pasar adalah persaingan sempurna, harga pizza dan pakaian akan berbeda di kedua negara. Sementara itu, mari kita lihat berapa total output yang mampu diproduksi kedua negara tanpa melakukan perdagangan. Jika diasumsikan dari total 120 jam
  • 15. 12 TK (input) yang tersedia di tiap negara separuhnya dialokasikan untuk produksi pizza dan separuhnya lagi dialokasikan untuk produksi pakaian, maka total produksi kedua negara adalah sebagai berikut: Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi Produk Amerika Eropa Pizza 60 20 Pakaian 30 15 Total 90 + 35 = 125 Dengan input 120 jam TK yang dimiliki masing-masing negara, jika dialokasikan separuh-separuh, Amerika mampu memproduksi 60 pizza (60 jam TK / 1) dan 30 pakaian (60 jam TK / 2). Sedangkan Eropa mampu memproduksi 20 pizza (60 jam TK / 3) dan 15 pakaian (60 jam TK / 4). Dengan demikian, total produksi yang dihasilkan kedua negara adalah 125 unit, yang terdiri dari pizza dan pakaian. Menurut teori keuntungan komparatif, Amerika seharusnya hanya memproduksi pizza dan Eropa memproduksi pakaian. Ini karena produksi pakaian relatif lebih mahal bagi Amerika, dengan rasio harga produksi 2 dibandingkan dengan 4/3 yang mampu diproduksi Eropa (lihat gambar 1). Sedangkan pizza relatif lebih mahal bagi Eropa karena rasio harga produksinya adalah 3/4 dibandingkan dengan 1/2 yang mampu diproduksi Amerika (lihat gambar 1). jadi, perbandingan dalam teori ini adalah berdasarkan harga relatif di kedua negara, bukan hanya di satu negara. Dengan asumsi biaya transpotasi tidak ada atau relatif sangat kecil, Amerika kemudian akan mengekspor pizza ke Eropa dan Eropa akan mengekspor pakaian ke Amerika. Karena biaya produksi yang lebih murah, harga pizza Amerika yang diekspor juga akan lebih murah dan ini mendorong harga pizza di Eropa turun. JIka harga pizza di eropa terlalu rendah bagi produsen Eropa, mereka akan menutup produksinya karena tidak menguntungkan lagi. Akhirnya mereka akan beralih ke produksi yang lebih menguntungkan, yaitu pakaian. Sedangkan
  • 16. 13 kebutuhan pizza di Eropa akan dipenuhi dengan impor. Hal yang sama juga terjadi terhadap pakaian di Amerika. Pada akhirnya, perbedaan harga akan membuat Amerika hanya memproduksi Pizza dan Eropa hanya memproduksi pakaian. Ø Setelah melakukan perdagangan Total output kedua negara adalah sebagai berikut: Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi Produk Amerika Eropa Pizza 120 0 Pakaian 0 30 Total 120 + 30 = 150 Pada gambar diatas, Amerika menggunakan semua inputnya (120 jam TK) untuk memproduksi pizza saja, sehingga menghasilkan 120 pizza (120 jam TK / 1). Sedangkan Eropa menggunakan semua inputnya untuk memproduksi pakaian saja, sehingga menghasilkan 30 pakaian (120 jam TK / 4). Ternyata total output kedua negara meningkat dengan melakukan spesialisasi produksi ini, yaitu menjadi 150 unit. Contoh lain: Berdasarkan hipotesis teori comparative advantage dari David Ricardo adalah cost comparative advantage. Negara Produksi 1 kg gula 1 m kain Indonesia 3 hari kerja 4 hari kerja Cina 6 hari kerja 5 hari kerja
  • 17. 14 Perhitungan Cost Comparative Perbandingan Cost 1 kg gula 1 m kain Indonesia/Cina 3/6 HK 4/5 HK Cina/Indonesia 6/3 HK 5/4 HK Berdasarkan perbandingan cost comparative advantage dapat dilihat bahwa tenaga kerja Indonesia lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi 1 kg gula (3/6 atau ½ hari kerja) daripada produksi 1 meter kain (4/5 hari kerja). Hal ini akan mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula. Sebaliknya, tenaga kerja Cina ternyata lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam produksi 1 meter kain (3/6 hari kerja) daripada produksi 1 kg gula (6/3 atau 2/1 hari kerja). Hal ini mendorong Cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain. Ilustrasi diatas menjelaskan mengapa negara-negara perlu melakukan perdagangan internasional dan bagaimana negara yang terlibat saling memperoleh keuntungan.
  • 18. 15 BAB IV TEORI MODERN PERDAGANGAN INTERNASIONAL 4.1 Teori Proporsi Faktor Produksi (Heckscer-Ohlin Theory) Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Heckscer (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H- O. Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labour (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antarnegara (Salvatore, 2006). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ”The Proportional Factor Theory”. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya. Teori Heckscer-Ohlin memprediksi bahwa negara-negara yang akan mengekspor barang secara intensif menggunakan faktor berlimpah secara lokal, sambil mengimport barang secara intensif menggunakan faktor-faktor lokal yang langka. Jadi, teori Heckscer-Ohlin mencoba menjelaskan pola dari perdagangan internasional yang kita teliti pada ekonomi dunia.
  • 19. 16 Teori Heckscer-Ohlin mempunyai pertimbangan akal sehat. Contohnya, Amerika serikat telah lama menjadi eksportir besar dari produk-produk pertanian, mencerminkan negara tersebut mempunyai pertanian yang melimpah karena tanahnya baik untuk ditanami. Sebaliknya, China unggul pada ekspor barang- barang produksi dalam tenaga kerja intensif industri manufaktur. Ini mencerminkan China mempunyai tenaga kerja dengan biaya rendah berlimpah. Di Amerika serikat, yang kekurangan tenaga kerja dengan biaya rendah, telah memilih untuk mengimpor buruh. Secara relatif, tidak mutlak, sumbangan adalah penting; sebuah negara bisa mempunyai jumlah lahan dan tenaga kerja lebih besar dari negara lain, tetapi menjadi relatif melimpah satu dari mereka. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah: a. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara. b. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity. Teori modern Heckscher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva, yaitu: 1. Kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. 2. Kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
  • 20. 17 Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut: a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi factor produksi yang dimiliki masing-masing negara. b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya. c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya. d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan cukup mahal untuk memproduksinya. e. Paradoks Leontief Wassily Leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks, melalui study empiris yang dilakukannya pada tahun 1953 menemukan fakta, fakta itu mengenai struktur perdagangan luar negri (ekspor dan impor). Amerika serikat tahun 1947 yang bertentangan dengan teori H-O sehingga disebut sebagai paradoks leontief. Berdasarkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan ternyata paradox liontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama yaitu: a) Intensitas faktor produksi yang berkebalikan. b) Tariff and Non tariff barrier. c) Perbedaan dalam skill dan human capital. d) Perbedaan dalam faktor sumberdaya alam Kelemahan dari teori H-O adalah jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi. Kelebihan dari teori H-O adalah jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik maka
  • 21. 18 ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit. Hipotesis Teori H-O Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan dikemukakan hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain: 1. Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap negara turun. 2. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara. 3. Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara cenderung sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderung sama. 4. Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara yang kaya labor. 5. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. Sehingga Negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat kapital. Kelemahan Asumsi Teori H-O Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid: a. Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi yang berbeda. b. Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah
  • 22. 19 produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O. c. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor secara internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas model H-O. d. Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor. 4.2 Teori Paradoks Leontief Wassily leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks, melalui study empiris yang dilakukan pada tahun 1953, menemukan fakta-fakta itu mengenai struktur perdagangan luar negeri (ekspor-impor). Adapun teori yang dikemukakan yaitu:  Teori paradoks leontief merupakan kebalikan dari teori H-O yang menyebutkan bahwa ekspor AS akan terdiri atas barang-barang yang padat modal/kapital (capital intensive) sebaliknya impor akan terdiri atas barang- barang yang padat karya/tenaga kerja (labor intensive).  Sedangkan menurut teori leontief bahwa ekspor AS justru terdiri atas barang- barang padat karya (labour intensive) dan impor terdiri atas barang-barang padat modal (capital intensive). Ø Sebab terjadinya paradoks leontief:  Tariff and non tariff barrier.  Intensitas faktor produksi yang berbalikan (factor intensity reversals).  Perbedaan dalam skills dan human capital.  Perbedaan dalam faktor sumber daya alam.
  • 23. 20 Ø Kelebihan teori ini: Jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit. 4.3 Teori Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle Theory) Model Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle atau PLC) menjelaskan bahwa suatu produk akan mengalami tahap-tahap: muncul, matang, dan mati. Penggunaan model Siklus Kehidupan Produk dalam teori perdagangan internasional, atau yang dalam tulisan ini disebut Teori PLC, dikemukakan oleh Raymond Vernon, dalam tulisannya yang berjudul International Investment and International Trade in the Product Cycle (1966), yang dilanjutkan pembahasannya, oleh penulis yang sama, dalam Sovereign at Bay (1971), The Product Cycle Hypothesis in A New International Environment (1979), dan dalam Sovereignty at Bay, Ten years After (1981). Dalam Teori PLC tahap "mati" nya suatu produk dapat ditunda melalui perdagangan internasional dan melalui pengembangan industri nasional menjadi industri multinasional. Teori PLC adalah teori perdagangan internasional dinamik yang mampu menjelaskan tentang: a. Kenyataan pola dan arah perdagangan dunia yang terjadi, yaitu dominasi perdagangan antar sesama negara maju yang relatif kaya akan kapital. b. Timbulnya perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs), yaitu bagaimana perusahaan-perusahaan oligopolies mencapai kekuasaan pasar, menghadapi persaingan dan mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar, dan mencapai skala ekonomis yang esensial melalui ukuran usahanya yang besar. Dan selanjutnya, bagaimana oligopolies mengambil keuntungan dari investasi dasar yang telah dibuat dalam R & D, pengemasan, komunikasi, dan teknik pemasaran, untuk memperluas operasinya ke daerah geografis baru dengan penghematan yang besar, sehingga mampu meraih kekuatan pasar sebagai perusahaan-perusahaan dunia.
  • 24. 21 c. Ekspansi perusahaan-perusahaan dunia para oligopolies ke LDCs. Untuk menjelaskan perdagangan, teori PLC tidak terlalu menekankan pada doktrin Comparative Cost seperti pada pendahulunya, Klasik dan Neo Klasik. Terutama pada tahap-tahap awal dari siklus kehidupan produk, tetapi lebih pada: 1) Dorongan melakukan innovation dan invention yang ditimbulkan oleh adanya ketakutan dan harapan di pasar. 2) Ketepatan waktu untuk melakukan innovation dan invention. 3) Arti penting komunikasi untuk memecahkan masalah terhadap ketidakpedulian terhadap produk dan ketidakpastian teknologis. 4) Memanfaatkan skala ekonomis. 5) Strategi untuk mencapai penguasaan pasar. Teori PLC menjelaskan macam komoditi yang diperdagangkan antar negara maju, yaitu komoditas yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Harganya tinggi, karena pengembangan dan penyempurnaannya memerlukan biaya R & D yang tinggi, sehingga cenderung masuk kategori barang mewah terutama pada tahap awal pemunculannya. b. Merupakan barang konsumsi untuk konsumen yang berpenghasilan tinggi. c. Hemat tenaga kerja, atau dengan kata lain komoditi yang memungkinkan penggantian tenaga kerja dengan kapital. Adapun tahap-tahap dalam siklus hidup produk diantaranya: 1. Tahap perkenalan (Introductions), adalah dimana barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar namun distribusi barang masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah. 2. Tahap pertumbuhan (growth), adalah tahap pertumbuhan adalah penjualan dan laba mulai meningkat seiring permintaan dari masyarakat yang semakin banyak.
  • 25. 22 3. Tahap kedewasaan (mature), adalah tahap penjualan yang meningkat dan berada di taraf yang menetap, kemudian memproduksi model baru dan dilakukannya berbagai usaha periklanan guna menghadapi persaingan. 4. Tahap kemunduran (decline), adalah adanya barang baru untuk mengganti barang lama dalam istilah dinilai sudah kuno, dalam arti memperbarui barang dalam segi fungsi, efisiensi, dan spesifikasi barang tersebut. 4.4 Offer Curve / Reciprocal Demand (OC/RD) Theory Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu Marshall dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan kesediaan suatu negara untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya pada berbagai kemungkinan harga. Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga faktor produksi tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional. Teori perdagangan yang baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.
  • 26. 23 BAB V KEBIJAKSANAAN EKONOMI INTERNASIONAL DAN TARIF 5.1 Definisi Kebijaksanaan Ekonomi Internasional Dalam arti luas kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya berupa tarif, kuota dan sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang secara tidak langsung nasional seperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal. Sedangkan definisi yang lebih sempit kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perdagangan dan pembayaran internasional. 5.2 Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional Instrumen ini meliputi: a. Kebijaksanaan Perdagangan Internasional Kebijaksanaan perdagangan internasional mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (Current Account) daripada neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang/jasa. jenis kebijaksanaan ini misalnya tarif terhadap impor, bilateral trade agreement, state trading, dan sebagainya. b. Kebijaksanaan Pembayaran Internasional Kebijaksanaan pembayaran internasional meliputi tindakan/kebijaksanaan pemerintah terhadap rekening modal (Capital Account) dalam neraca pembayaran internasional yang berupa pengawasan terhadap pembayaran internasional. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan pengawasan terhadap lalu lintas devisa (exchange control), atau pengaturan/pengawasan lalu lintas modal jangka panjang. c. Kebijaksanaan Bantuan Luar Negeri.
  • 27. 24 Kebijaksanaan bantuan luar negeri adalah tindakan/kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grant), pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan untuk membantu rehabilitasi serta pembangunan dan bantuan militer terhadap negara lain. 5.3 Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional Secara umum dapatlah disebutkan bahwa tujuan kebijaksanaan ekonomi internasional itu adalah sebagai berikut: 1. Autarki, tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari pengaruh- pengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau militer. 2. Kesejahteraan (welfare), tujuan ini bertentangan dengan tujuan untuk autarki. Dengan mengadakan perdagangan internasional suatu negara akan memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi. Oleh karena itu untuk mendorong adanya perdagangan internasional maka halangan-halangan dalam perdagangan internasional (tarif, kuota dan sebagainya) dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti harus ada perdagangan bebas. 3. Proteksi, tujuan ini untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan barang impor. Hal ini, misalnya dapat dijalankan dengan tarif, kuota dan sebagainya. 4. Keseimbangan neraca pembayaran, apabila suatu negara itu mempunyai kelebihan cadangan valuta asing maka kebijaksanaan pemerintah untuk mengadakan stabilitas ekonomi dalam negara akan tidak banyak menimbulkan problem dalam neraca pembayaran internasionalnya. Tetapi sangat sedikit negara yang mempunyai posisi demikian. Terutama negara- negara yang sedang berkembang posisi cadangan valuta asingnya lemah, memaksa pemerintah negara-negara tersebut untuk mengambil kebijaksanaan ekonomi internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran internasional. 5. Pembangunan ekonomi, untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat mengambil kebijaksanaan seperti misalnya:
  • 28. 25  Perlindungan terhadap industry dalam negeri (infant industries).  Mengurangi impor barang konsumsi yang nonessensial dan mendorong impor barang-barang yang essensial.  Mendorong ekspor dsb. Kesemuanya ini untuk mengarahkan perkembangan perdangangan internasional guna menunjang pembangunan ekonomi dalam negeri. 5.4 Macam-Macam Retriksi Dalam Perdagangan Internasional a. Tarif adalah pembebanan pajak atau custom duties terhadap barang – barang yang melewati batas suatu negara. 1. Tarif digolongkan menjadi:  Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang di angkut menuju ke negara lain. Jadi pajak untuk barang- barang yang keluar dari custom area adalah daerah di mana barang – barang bebas bergerak dengan tidak di kenai bea pabean. Batas custom area ini biasanya sama dengan batas wilayah sesuatu negara, tetapi kesamaan ini bukanlah merupakan keharusan, misalnya adanya custom union merupakan custom area yang daerahnya meliputi lebih dari satu wilayah negara. Custom area di sini lebih luas dari pada suatu negara. Tetapi dengan adanya free trade area makan custom area lebih sempit dari pada batas wilayah suatu Negara.  Bea Transit (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang melalui wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa barang tersebut sebagai tujuan akhirnya adalah negara lain.  Bea Impor (impor duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dalam costum area suatu negara dengan ketentuan bahwa negara tersebut sebagai tujuan terakhir. 2. Perbedaan tarif menurut jenisnya:  Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
  • 29. 26  Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap ukuran fisik daripada barang.  Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan kombinasi antara specific dan ad valorem. 3. System tarif  Single-column tariffs, system dimana untuk masing-masing barang hanya mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous tariffs (tarif yang tingginya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau tingginya tarif ditentukan dengan perjanjian dengan negara lain disebut conventional tariffs.  Double-colomn tariffs, system dimana untuk setiap barang mempunyai 2 tarif. Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang- undang, maka namanya: “bentuk maksimum dan minimum”. Dalam bentuk ini jika tarif maksimum sebagai normal duties maka tarif minimumnya digunakan untuk barang dari negara-negara tertentu yang mengadakan perjanjian tarif dengan negara tersebut, tetapi apabila tarif minimum sebagai normal duties maka tarif maksimum digunakan untuk membalas tindakan negara lain yang membebankan tarif barang yang lebih tinggi. Jika tarif maksimum sebagai normal duties sedang tarif yang lebih rendah ditentukan berdasarkan perjanjian dengan negara lain maka bentuk ini dinamakan “general and conventional form”.  Triple-colomn tariff, biasanya system ini digunakan oleh negara penjajah. Sebenarnya system ini hanya perluasan daripada double colomn tariffs yakni dengan menambah satu macam tarif preference untuk negara-negara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. System ini sering disebut dengan nama “preferential system”. 4. Efek tarif Pembebanan tarif terhadap suatu barang dapat mempunyai efek terhadap perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa macam efek tarif tersebut adalah: a) Efek terhadap harga (price effect).
  • 30. 27 b) Efek terhadap konsumsi (consumption effect). c) Efek terhadap produk (protective/import substitution effect). d) Efek terhadap reditribusi pendapatan (redistribution effect). 5. Kuota adalah pembatasan jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota impor) dan keluar (kuota ekspor). a. Kuota impor Jenisnya kuota impor adalah absolut atau unilateral kuota, negotiated atau bilateral kuota, tarif kuota dan mixing kuota.  Absolute atau unilateral kuota adalah kuota yang besar/kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan dengan negara lain. Kuota semacam ini sering menimbulkan tindakan balasan oleh negara lain.  Negotiated atau bilateral kuota adalah kuota yang besar/kecilnya ditentukan berdasarkan perjanjian antara 2 negara atau lebih.  Tarif kuota adalah gabungan antara tarif dan kuota. Untuk jumlah tertentu barang diizinkan masuk (impor) dengan tarif tertentu, tambahan impor masih diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.  Mixing kuota adalah membatasi penggunaan bahan mentah yang diimpor dalam proporsi tertentu dalam produksi barang akhir. Pembatasan ini untuk mendorong berkembangnya industri di dalam negeri. b. Kuota ekspor Seperti juga halnya dengan kuota impor, maka ekspor pun dapat dibatasi jumlahnya. Pembatasan jumlah ekspor ini bertujuan antara lain:  Untuk mencegah barang-barang yang penting jatuh/berada ditangan musuh.  Untuk menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup.
  • 31. 28  Untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai stabilitas harga.
  • 32. 29 BAB VI KEBIJAKAN NON TARIF: KUOTA, SUBSIDI, DUMPING 6.1 Pengertian Kebijakan Non Tarif Hambatan non-tarif (non-tarif barrier) adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional (Dr. Hamdy Hady). 6.2 Macam Hambatan Non Tarif A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif (non-tarif barrier) sebagai berikut: 1. Pembatasan spesifik (specific limitation): a) Larangan impor secara mutlak. b) Pembatasan impor (quota system). Kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan barang (kuota impor) dan pengeluaran barang (kuota ekspor) dari/ke suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen. c) Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu. d) Peraturan kesehatan/karantina. e) Peraturan pertahanan dan keamanan negara. f) Perizinan impor (import licence). g) Embargo. h) Hambatan pemasaran/marketing. 2. Peraturan bea cukai (customs administration rules): a) Tatalaksana impor tertentu (procedure). b) Penetapan harga pabean. c) Penetapan kurs valas (forex rate) dan pengawasan devisa (forex control). d) Packaging / labelling regulations. e) Documentation needed.
  • 33. 30 f) Quality and testing standard. g) Pungutan administrasi (fees). 3. Partisipasi pemerintah (government participation): a) Kebijakan pengadaan pemerintah. b) Subsidi dan insentif ekspor Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dll. c) Countervaling duties. d) Domestic assistance programs. 4. Import charges a) Import deposits. b) Supplementary duties. c) Variable levies. 6.3 Cara Suatu Negara Dalam Menerapkan Hambatan Non Tarif Beberapa cara yang dilakukan oleh suau negara dalam menerapkan hambatan non tarif adalah sebagai berikut: a. Standardisasi Kualitas Produk atau Jasa. b. Pembatasan Kuota Impor. c. Prosedur atau Peraturan Khusus. d. Struktur Pasar. e. Kondisi Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya. 6.4 Pembatasan Kuota Impor Dilakukan dengan membatasi kuantitas barang yang boleh masuk ke suatu negara. Pembatasan jumlah barang dilakukan dengan tujuan produk-produk impor tidak membanjiri pasar dalam negeri. Dengan pembatasan ini diharapkan produk-produk dalam negeri bisa bersaing di negerinya sendiri.
  • 34. 31 6.5 Berbagai Hambatan Non Tarif 1. Kuota impor Kuota impor adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah barang yang boleh diimpor dari luar negeri untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk yang jumlahnya dibatasi secara langsung. Kuota impor dapat digunakan untuk melindungi sektor industri tertentu dan neraca pembayaran suatu negara. Negara maju pada umumnya memberlakukan kuota impor untuk melindungi sektor pertaniannya. Sedangkan negara-negara berkembang melakukan kebijakan kuota impor untuk melindungi sektor industri manufakturnya atau untuk melindungi kondisi neraca pembayarannya yang seringkali mengalami defisit akibat lebih besarnya impor daripada ekspor. 2. Pembatasan Ekspor Secara Sukarela Konsep ini mengacu pada kasus di mana negara pengimpor mendorong atau bahkan memaksa negara lain mengurangi ekspornya secara sukarela dengan ancaman bahwa negara pengimpor tersebut akan melakukan hambatan perdagangan yang lebih keras lagi. Kebijakan ini dilakukan berdasarkan kekhawatiran akan lumpuhnya sektor tertentu dalam perekonomian domestik akibat impor yang berlebih. Pembatasan ekspor secara sukarela ini kurang efektif, karena pada umumnya negara pengekspor enggan membatasi arus ekspornya secara sukarela. Pembatasan ekspor ini justru membebankan biaya yang lebih mahal bagi negar pengimpor karena lisensi impor yang bernilai tinggi itu justru diberikan pada pemerintah atau perusahaan asing. 3. Kartel-kartel Internasional Kartel internasional adalah sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari berbagai negara. Mereka sepakat untuk membatasi outputnya dan juga
  • 35. 32 mengendalikan ekspor komoditi tersebut dengan tujuan memaksimalkan dan meningkatkan total keuntungan mereka. Berpengaruh tidaknya suatu kartel ditentukan oleh hal-hal berikut: a) Sebuah kartel internasional berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam menentukan harga jika komoditi yang mereka kuasai tidak memiliki subtitusi. b) Peluang tersebut akan semakin besar apabila jumlah produsen, negara, atau pihak yang terhimpun dalam kartel relatif sedikit. 4. Dumping Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh di bawah pasaran, atau penjualan komoditi ke luar negeri dengan harga jauh lebih murah dibandingkan dengan harga penjualan domestiknya. Dumping diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu: a) Dumping terus-menerus atau international price discrimination adalah kecenderungan terus-menerus dari suatu perusahaan monopolis domestik untuk memaksimalkan keuntungannya dengan menjual suatu komoditi dengan harga yang lebih tinggi di pasaran domestik, sedangkan harga yang dipasangnya di pasar luar negeri sengaja dibuat lebih murah. b) Dumping harga yang bersifat predator atau predatory dumping praktek penjualan komoditi di bawah harga yang jauh lebih murah ketimbang harga domestiknya. Proses dumping ini pada umumnya berlansung sementara, namun diskriminasi harganya sangat tajam sehingga dapat mematikan produk pesaing dalam waktu singkat. c) Dumping sporadis atau sporadic dumping adalah suatu komoditi di bawah harga atau penjualan komoditi itu ke luar negeri dengan harga yang sedikit lebih murah daripada produk domestik, namun hanya terjadi saat ingin mengatasi surplus komoditi yang sesekali terjadi tanpa menurunkan harga domestik.
  • 36. 33 5. Subsidi Ekspor Subsidi ekspor adalah pembayaran lansung atau pemberian keringanan pajak dan bantuan subsidi pada para eksportir atau calon eksportir nasional, dan atau pemberian pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu ekspor suatu negara. D. Tujuan suatu negara menerapkan kebijakan non tarif barrier Ada beberapa tujuan penting dari proteksi: a) Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran. b) Mendorong perkembangan industri baru. c) Mendiversifikasikan perekonomian. d) Menghindari kemerosotan industri-industri tertentu. e) Memperbaiki neraca pembayaran. f) Menghindari neraca pembayaran. g) Menghindari dumping. h) Menambah pendapatan pemerintah. Tujuan kebijakan proteksi  Memaksimalkan produksi dalam negeri.  Memperluas lapangan kerja.  Memelihara tradisional.  Menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu komoditi andalan.  Menjaga stabilitas nasional, dan tidak menggantungkan diri pada negara lain.