BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
Bab I Pendahuluan Tentang Dasar-Dasar Pengetahuan
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai
dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita
ketahui apa yang telah kita ketahui dalam kemestaan yang seakan tak
terbatas ini.
Akal adalah potensi rohaniah yang memiliki berbagai kesanggupan
seperti kemampuan berfikir, menyadari, menghayati, mengerti dan
memahami. Jadi pemikiran kesadaran, penghayatan, pengertian dan
pemahaman semuanya merupakan istilah yang berarti bahwa kegiatan akal
itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan
intelegensi (sifat kecerdasan jiwa). Berpikir di maksudkan untuk
mengetahui sesuatu yang belum diketahui dengan kata lain bahwa
kebenaranlah yang menjadi tujuan utamanya, dari proses berpikirnya yang
mengatakan pengorganisasian dan pembudian pengalaman-pengalamannya
secara empiris dan eksperimen di maksudkan dapat mencapai pengetahuan,
tetapi apakah pengetahuan yang diperoleh adalah benar dan apa yang
dimaksud kebenaran dalam ilmu pengetahuan?
Kebenaran adalah adanya korespondensi, koherensi dan konsistensi
antara subjek dan objek secara pragmatis, jadi ada dua kebenaran yang
ingin di capai yaitu mutlak dan relative. Dikatakan relative karena
kebenaran ini merupakan hasil pemikiran manusia dalam teori pengetahuan
dan pengetahuan itu sendiri bukanlah sesuatu yang sudah selesai
terpikirkan, tetapi sesuatu hal yang tidak pernah mutlak sebab ia masih
selalu membuka diri untuk pemikiran kembali atau peninjauan ulang.
1
2. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari penalaran?
2. Apakah pengetian dari logika?
3. Bagaimana sumber pengetahuan ?
4. Apakah yang dimaksud dengan criteria kebenaran?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penalaran.
2. Untuk mengetahui makna dari logika.
3. Untuk mengetahui sumber pengetahuan.
4. Untuk mengetahui makna dari criteria kebenaran.
1.4 Manfaat
Setelah mempelajari dan membaca tentang dasar-dasar pengetahuan
yang meliputi penalaran, logika, sumber pengetahuan, dan criteria kebenaran,
diharapkan pembaca lebih memahami dan lebih mengerti tentang dasar-dasar
pengetahuan tersebut serta dapat mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
penalaran adalah proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa
fakta atau prinsip. Padahakikatnya manusia merupakan mahluk yang berfikir,
merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tidakannya yang bersumber pada
pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berfikir1
.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan
berfikir bukan dengan perasaan. Jadi, penalaran merupakan kegiatan berfikir
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Apa yang
disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama, maka oleh sebab itu kegiatan
proses berfikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun juga berbeda-
beda.
Sebagai suatu kegiatan berfikir maka, penalaran mempunyai cirri-ciri
tertentu. Ciri yang pertama adalah adanya suatu pola berfikir yang secara luas
disebut logika. Dalam hal ini maka dapat kita katakana bahwa tiap bentuk
penalaran mempunyai logika tersendiri. Atau dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penalaran merupakansuatu proses berfikir logis.
Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berfikirnya
penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir yang menyadarkan diri pada suatu
analisis dan kerangka berfikir. Sifat analitik ini, kalau kita kaji lebih jauh,
merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berfikir tertentu.
Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan
penalaran. Kegiatan berfikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran contohnya
1Jujun S. Suriasumantri, FilsafatIlmuSebuahPengantarPopuler(Jakarta:PustakaSinarHarapan, 2007),hal 42.
3
4. adalah intuisi. Intuisi merupakan suatu kegiatan yang berfikir non analitik yang
tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berfikir tertentu.
2.2 LOGIKA
Logika adalah sarana berpikir sistematis, valit dan dapat
dipertanggung jawabkan. Ada dua cara penarikan kesimpulan, yaitu logika
deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah terkait dengan penarikan
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual
(khusus).
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola
berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan
(premis mayor dan premis minor) dan sebuah kesimpulan.
Contoh :
Semua logam memuai jika dipanaskan (Premis Mayor)
Besi adalah sebuah logam (Premis Minor)
Jadi besi memuai jika dipanaskan (Kesimpulan)
Logika Induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-
kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.2
Contoh :
Ada fakta bahwa kambing punya mata, ayam punya mata, buaya punya mata,
singa punya mata. Maka dapat disimpulkan bahwa semua binatang punya mata.
Logika secara induktif memungkinkan disusunnya pengetahuan secara
sistematis yang mengarah pada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin
bersifat fundamental.
2.3 SUMBER PENGETAHUAN
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Namun dari mana
pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu di dapat. Dari sana
2 http://diarydahlia.blogspot.com/2011/09/dasar-dasar-pengetahuan-filsafat-ilmu.html
4
5. timbul pertanyaan bagaimana kita memperoleh pengetahuan atau dari mana
sumber pengetahuan didapat.
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu:
1. Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan
menurut realisme adalah gambaran atau copy yang sebenarnya dari apa yang ada
dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada
dalam akal adalah copy dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya
seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme
berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan
kenyataan.
2. Idealisme
Idealisme adalah menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah
proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena
itu, pengetahuan bagi seorang idialis hanya merupakan gambaran subjektif dan
bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu yang
mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu,
pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang
diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan
orang yang mengetahui (subjek).
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan:
1. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Sesorang
penganut empirisme biasanya berpendirian bahwa kita dapat memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya,
pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Dengan inderanya,
manusia dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik dan masuk ke
dalam medan intensional, walaupun masih sangat sederhana. Indera
menghubungkan manusia dengan hal-hal konkret-material.
5
6. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya
perbedaan antara indra yang satu dengan indra yang lainnya, berhubungan dengan
sifat khas fisiologis indera dan dengan objek yang dapat ditangkap sesuai
dengannya. Masing-masing indra menangkap aspek yang berbeda mengenai
barang atau makhluk yang menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada
menurut perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu.
2. Rasionalisme
Menurut penganut rasionalisme, pengetahuan diperoleh melalui kegiatan
akal pikiran atau akal budi ketika akal menangkap plbagai hal yang dihadapinya
pada mas hidup seseorang.3
Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau
ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata yang
bersifat universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah
abstraksi dari benda-benda kongkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran
umum tentang benda tertentu. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran hanya
dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
3. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu
masalah dan tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa
melalui proses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai disitu.
Jawaban atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul dibenaknya
bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Atau bisa juga, intuisi ini bekerja
dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas suatu
permasalahan ditemukan tidak tergantung waktu orang tersebut secara sadar
sedang menggelutnya. Namun intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa
diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka
intuisi ini tidak bisa diandalkan.
3 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat,(Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,2004),hal 136.
6
7. 4. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada
manusia. Pengetahuan ini disalurkan oleh nabi-nabi yang diutusnya sepanjang
zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang
yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang
bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian
di akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal-hal
yang ghaib ( supernatural ).
Keparcayaan kepada tuhan yang merupakan sumber pengetahuan,
kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan terhadap wahyu
sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan ini.
Kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus
dipercaya dulu untuk dapat diterima: pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji
dengan metode lain.
Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara mendapatkan pengetahuan yang benar atau disebut dengan
epistemology, yaitu dengan:
1. Jarum sejarah pengetahuan
Dengan berkembangnya abad penalaran maka konsep dasar berubah dari
kesamaan kepada pembedan. Mulailah terdapat perbedaan yang jelas antara
berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan
konsekuensinya mengubah struktur ke masyarakatn. pohon pengetahuan mulai
dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara
mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan.
Salah satu cabang pengetahuan itu yang berkembang menurut jalannya
sendiri adalah ilmu yang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya
terutama dalam segi metodenya.4
2. Pengetahuan
4 http://saefulanam1625.blogspot.com/2011/12/filsafat-ilmu.html
7
8. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu objek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia, disamping
berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Metode ilmiah adalah cara
yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan.
3. Metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab
ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Metodelogi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan dalam metode tersebut, jadi metode ilmiah merupakan
pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. metode
ini secara filsafati termasuk dalam epistemology.
Secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuan secara konsisten dan
kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang
sesuai dengan fakta dengan yang tidak. Rasionalisme ialah paham yang
mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan.
pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur engan akal pula. Dicari dengan
akal ialah dicari cengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah
temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar, bila tidak, salah. Dengan akal itulah
aturan untuk mengatur manusia dengan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa
kebenaran itu bersumber pada akal.
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi
persyaratan-persyaratan, sebagai berikut:
Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan
dengan alam maupun tentang manusia.
Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi
pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah
metode ilmiah. metode ilmiah boleh dikatakan merupakan suatu
8
9. pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-
pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh
interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilimiah
berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan
menggunakan pendekatan
Ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.
4. Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan
pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat
disebut dengan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu pada dasarnya merupakan
kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang
memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala
tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Sistematika dalam metode ilmiah
sesungguhnya merupakan manifestasi dari alur berpikir yang dipergunakan untuk
menganalisis suatu permasalahan. Alur berpikir yang dipergunakan untuk
menganalisis suatu permasalahan. Alur berpikir dalam metode ilmiah memberi
pedoman kepada para ilmuan dalam memecahkan persoalan menurut integritas
berpikir deduksi dan induksi.
2.4 KRITERIA KEBENARAN
Dalam Kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI) Kebenaran berarti keadaan
yang cocok dengan keadaan atau hal yang sesungguhnya. Atau sesuatu yang
sungguh benar – benar ada. Sementara Kriteria berarti ukuran yang menjadi dasar
penilaian atau ketetapan sesuatu.
Teori Penentuan Kebenaran
1. Teori Koherensi (Teori kebenaran saling berhubungan)
9
10. “Suatu proposisi (pernyataan) dianggap benar apabila pernyataan
tersebut bersifat konheren atau konsisten atau saling berhubungan dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contoh: jika kita
menganggap bahwa, “semua makhluk hidup pasti akan mati” adalah pernyataan
yang benar, maka pernyataan bahwa “pohon kelapa adalah makluk hidup dan pasti
akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan
pernyataan yang pertama. Teori koherensi dipergunakan pada proses penalaran
teoritis yang didasarkan pada logika deduktif.
2. Teori Korespondensi (Teori saling berkesesuaian)
Teori ini digagas oleh Bernard Russell (1872-1970). Menurutnya
pernyataan dikatakan benar bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan
tersebut saling berkesesuaian dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Contoh: jika seseorang mengatakan bahwa “tugu monas ada di kota Jakarta” maka
pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan tersebut sesuai dengan fakta
bahwa tugu monas berdiri di kota Jakarta. Teori korespondensi digunakan untuk
proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan data-data yang
mendukung suatu pernyataan yang telah dibuat sebelumnya.
3. Teori Pragmatisme (Teori konsekuensi kegunaan)
Kata pragmatisme diambil dari kata pragma (bahasa Yunani) yang
berarti tindakan, perbuatan.5
Teori yang dicetuskan oleh Peirce (1839-1914) ini
disandarkan pada teori pragmatisme. Penganut teori ini menyatakan bahwa
kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria “apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis?”. Artinya, suatu pernyataan
dikatakan benar jika konsekuensi dari pernyataan tersebut memiliki kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia atau dengan kata lain
C. Cara Penemuan Kebenaran
Antara Pengetahuan dan Ilmu
5 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung:Remaja Rosdakarya,2000),hal 190.
10
11. Pengetahuan (knowledge) sudah puas dengan “menangkap tanpa
ragu” kenyataan sesuatu, sedangkan ilmu (science) menghendaki penjelasan lebih
lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh pengetahuan.
Contoh: Si Buyung mengetahui bahwa pelampung kailnya selalu terapung di air,
ia akan membantah jika dikatakan bahwa gabus pelampungnya itu tenggelam,
sampai disini wilayah pengetahuan. Namun, jika ia memahami bahwa berat jenis
pelampung lebih kecil dibandingkan berat jenis air sehingga mengakibatkan
pelampung selalu terapung, maka ini telah memasuki wilayah ilmu.
Untuk mencapai kebenaran pengetahuan dan ilmu tersebut ditempuh oleh manusia
dengan cara “ilmiah” dan “non-ilmiah”.
Cara penemuan kebenaran ilmiah
Penemuan kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa kegiatan
penelitian ilmiah dan dibangun atas teori-teori tertentu. kita dapat pahami bahwa
teori-teori tersebut berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang
dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan data-data empiris yang
ditemukan di lapangan.
Teori yang ditemukan harus dapat diuji keajekan dan kejituan internalnya.
Artinya, jika penelitian ulang dilakukan dengan langkah-langkah serupa pada
kondisi yang sama maka akan diperoleh hasil yang sama atau hampir sama.
Untuk sampai pada kebenaran ilmiah ini, maka harus melewati 3 tahapan berpikir
ilmiah yang harus dilewati, yaitu: 1) Skeptik; 2) Analitik; dan 3) Kritis.
1. Skeptik
Cara berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam
menerima kebenaran informasi atau pengetahuan tidak langsung di terima begitu
saja, namun dia berusaha untuk menanyakan fakta atau bukti terhadap tiap
pernyataan yang diterimanya.
2. Analitik
Ciri ini ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia
selalu berusaha menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya,
mana yang relevan dan mana yang menjadi masalah utama dan sebagainya.
11
12. Dengan cara ini maka jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi akan dapat
diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.
3. Kritis
Ciri berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang selalu
berupaya mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang
dihadapinya secara objektif. Hal ini dilakukan agar semua data dan pola berpikir
yang diterapkan selalu logis.
Cara penemuan kebenaran non-ilmiah
1. Akal sehat (common sence)
Akal sehat menurut Counaut adalah serangkaian konsep dan bagan yang
memuaskan untuk kegunaan praktis bagi manusia. Sedangkan bagan konsep
adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan
teori.
2. Prasangka
Penemuan pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat kebanyakan
diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya. Hal ini menyebabkan akal
sehat mudah berubah menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke
arah perbuatan generalisasi yang terlalu dipaksakan, sehingga hal tersebut menjadi
prasangka.
3. Pendekatan intuitif
Dalam pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu hal yang
berdasarkan atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui
proses yang tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif
orang memberi penilaian tanpa didahului oleh suatu renungan.
4. Penemuan kebetulan dan coba-coba
Penemuan secara kebetulan dan coba-coba, banyak diantaranya yang
sangat berguna. Penemuan ini diperoleh tanpa rencana, dan tidak pasti. Misalnya,
12
13. seorang anak yang terkunci dalam kamar, dalam kebingungannya ia mencoba
keluar lewat jendela dan berhasil.
5. Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah
Otoritas ilmiah biasanya dapat diperoleh seseorang yang telah menempuh
pendidikan formal tertinggi, misalnya Doktor atau seseorang dengan pengalaman
profesional atau kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup banyak (profesor).
Pendapat mereka seringkali diterima sebagai sebuah kebenaran tanpa diuji, karena
apa yang mereka telah dipandang benar. Padahal, pendapat otoritas ilmiah tidak
selamanya benar, bila pendapat tersebut tidak disandarkan pada hasil penelitian,
namun hanya disandarkan pada pikiran logis semata.
13
14. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penalaran adalah proses mental dalam mengembangkan pikiran dari
beberapa fakta atau prinsip serta menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan berfikir bukan dengan perasaan.
2. Logika adalah sarana berpikir sistematis, valit dan dapat
dipertanggung jawabkan. Ada dua cara penarikan kesimpulan, yaitu
logika deduktif dan logika induktif.
3. Ada dua teori untuk mengetahui pengetahuan, yaitu teori realisme dan
idealisme.
4. Kebenaran berarti keadaan yang cocok dengan keadaan atau hal yang
sesungguhnya.
3.2 Saran
1. Sebaiknya manusia harus berfikir secara logika dan mempunyai
penalaran yang baik guna menciptakan kehidupan yang baik pula.
14
15. 2. Kita sebagai manusia harus mempunyai sikap toleransi karena apa
yang kita anggap benar boleh jadi, orang lain tidak membenarkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun. FilsafatIlmuSebuahPengantarPopuler. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan, 2007.
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Anonym, http:/diarydahlia.blogspot.com/2011/09/dasa-dasar-pengetahuan-filsafat-
ilmu
Anonym, http://saefulanam1625.blogspot.com/2011/12/filsafat-ilmu
15