1. BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan
berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di muka
bumi. Nabi Adam a.s. sebagai manusia pertama dan sekaligus juga rasul Allah
yang pertama, telah merintis dan memancangkan tonggak budaya awal di
bidang tarbiyah atau ilmu pendidikan langsung dengan petunjuk Allah SWT.
Namun, sejarah pendidikan Islam sejatinya baru lahir ketika nabi
Muhammad SAW diangkat menjadi seorang nabi dan rasul yang terakhir.
Beliau diberi mukjizat sebuah kitab suci Al-Qur’an yang merupakan
penyempurnaan dari proses perkembangan budaya manusia, yang mencakup
segala aspeknya dan akan menjadi pedoman bagi pengembangan budaya
selanjutnya, serta tetap menjadi sumber yang abadi terhadap perkembangan
budaya umat manusia.
Berkaitan dengan hal tersebut, ayat pertama yang diturunkan allah
kepada Nabi Muhammad SAW adalah أأأأأأأ (Q.S.Al’Alaq). Kata ini
mengandung perintah yaitu “bacalah”. Selain itu, ayat ini juga mengandung
makna tersirat yang memerintahkan Rasulullah SAW untuk menyampaikan
dakwah kepada umatnya, terlebih dalam pelaksanaan penyampaian dan
pembinaan tentang pendidikan Islam.
Pelaksanan pembinaan pendidikan Islam pada zaman Nabi
Muhammad SAW tersebut dapat dibedakan menjadi dua fase, baik dari segi
waktu dan tempat penyelenggaraan, maupun dari segi isi dan materi
pendidikannya, yaitu fase Makkah (sebagai fase awal pembinaan pendidikan
Islam, dengan Makkah sebagi pusat kegiatannya) dan fase Madinah (sebagai
fase lanjutan atau penyempurnaan pembinaan pendidikan Islam dengan
Madinah sebagai pusat kegiatannya).
1
2. B Fokus Pembahasan
1 Bagaimana setting wilayah pendidikan Islam pada masa Nabi
Muhammad SAW.?
2 Bagaimana tradisi intelektual pendidikan Islam pada masa Nabi
Muhammad SAW.?
3 Bagaimana institusi pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad
SAW.?
C Tujuan
1 Untuk mengetahui setting wilayah pendidikan Islam pada masa
Nabi Muhammad SAW.
2 Untuk mengetahui tradisi intelektual pendidikan Islam pada masa
Nabi Muhammad SAW.
3 Untuk mengetahui institusi pendidikan Islam pada masa Nabi
Muhammad SAW.
D Manfaat
Setelah mempelajari dan membaca tentang pelaksanaan pendidikan
Islam pada masa Nabi Muhammad SAW yang meliputi dua fase yaitu fase
Makkah dan fase Madinah, diharapkan pembaca dan penulis lebih memahami
dan lebih mengerti mengenai sejarah pendidikan Islam serta lebih termotivasi
dalam menuntut ilmu.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
A Setting Wilayah
Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dibagi
menjadi dua periode yaitu, periode Makkah dan periode Madinah.
a Periode Makkah (610-622 M)
Sebelum Nabi Muhammad SAW memulai tugasnya sebagai
rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah
SWT telah mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakan
tugas tersebut. Dengan potensi fitrahnya yang luar biasa, Nabi
Muhammad berhasil menemukan kembali tradisi atau ajaran yang
pernah diajarkan oleh Nabi Ibrahim a.s di kala itu. Di antara tradisi
yang terdapat di kalangan masyarakatnya adalah bertahannus, yaitu
menjauhkan diri dari keramaian orang, berkhalwat, dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
Menjelang pengangkatannya sebagai Rasul Allah, dalam
tahannus dan berkhalwat di Gua Hira pada tanggal 17 Ramadhan tahun
13 sebelum Hijriah (6 Agustus 610 M), datanglah malaikat Jibril yang
diperintah oleh Allah untuk menyampaikan wahyu pertama (Q.S.
3
4. Al-‘Alaq ayat 1-5)1
kemudian disusul dengan turunnya surat Al-
Mudassir ayat 1-7.
Kedua wahyu tersebut merupakan pertanda kerasulan Nabi
Muhammad SAW. Dengan demikan Nabi Muhammad memulai
tugasnya untuk menyampaikan risalah dakwah dan tradisi intelektual
Islam pun mulai dirintis. Adapun setting wilayah pada periode ini
yaitu terfokus pada rumah Arqam Bin Abi Arqam dan Bukit Safa.
b Periode Madinah (623-632 M)
Hijrah ke Madinah tidak hanya sekedar berpindah dan
menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman kaum Quraisy dan
penduduk Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap
ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung tujuan untuk
mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi
tantangan-tantangan lebih lanjut. Selain itu, kedatangan Nabi
Muhammad SAW juga untuk memenuhi undangan masyarakat
Madinah untuk datang ke sana sebagai pendamai.
Pembinaan pendidikan di Madinah merupakan kelanjutan
dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang
pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga
tingkah laku sosial politiknya merupakan cerminan dari sinar tauhid
tersebut.2
Pada periode Makkah dan Madinah, seluruh Jazirah Arab hampir
berada di bawah kekuasaan Islam dan tahun ke-7 Hijriah, telah terjadi
perkembangan dakwah Islam secara besar-besaran. Pada saat itu, kota
1 Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: SUKSES Offset,
2008), hlm 93-95.
2 Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm 31-33.
4
5. Madinah telah menjadi pusat studi yang telah menghasilkan kader-
kader yang siap berdakwah di luar kota Madinah.
B Tradisi Intelektual
Dengan turunnya Q.S. Al-‘Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
أأأأأأأأأأأ بأأأأأأأ بأأأأأأأ بo أأأأأأأأأ بأأأأأأأأأ بأأأأأأأ بo
أأأأأأ بأأأأ بأأأأأأأأأأ بأأأأأأ o أأأأأأأ بأأأأأأأ بأأأأأأأ ب
أأأأأأ بأأأأأأأ
o أأأأأأأأأأ بأأأأأأأ ب
أأأأأأأأ بأأأأ بأأأ ب
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.3
dan Q.S. Al-Mudassir ayat 1-7 yang berbunyi:
o o o o o o
o
Artinya:
Wahai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah
peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah.
3 Al-Qur’an (Bandung: Jabal, 2009), hlm 597.
5
6. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.4
mengindikasikan Nabi Muhammad untuk memulai tugas kerasulannya yaitu
menyampaikan risalah dakwah dan tradisi intelektual Islam.
Setelah mendapatkan perintah, kemudian Rasulullah melakukan
tiga tahapan dalam menyampaikan pesan dakwah, yang pertama yaitu secara
rahasia (sembunyi-sembunyi), dalam arti hanya terbatas pada keluarga
terdekat dan para sahabat. Pada tahap ini, pusat kegiatan pendidikan Islam
diselenggarakan di rumah Arqam bin Abi Arqam dan berlangsung selama 3
tahun.5
Praktek pendidikan pada fase ini dikenal dengan tradisi halaqah.
Halaqah adalah Secara bahasa halaqah artinya lingkaran. Secara istilah
halaqah berarti pengajian dimana orang-orang yang ikut dalam pengajian itu
duduk melingkar. Halaqah juga bisa disebut majelis taklim.6
Kedua, dilakukan secara semi rahasia, artinya mengajak keluarga yang lebih
luas dibanding pada tahap pertama. Namun, pada tahap kedua ini tidak berjalan
dengan lancar. Bahkan, mereka menjauhi dan mengejek Nabi SAW. Ketiga,
dilakukan secara terang-terangan dan terbuka di hadapan masyarakat umum di
Bukit Safa. Akibatnya, banyak kaum Quraisy yang memeluk agama Islam.
Perintah ini didasarkan pada surat Al-Hijr ayat 94-95 yang berbunyi:
O O
4 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2014), hlm 19.
5 M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007), hlm 64.
6 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah (Jakarta: Tazkia Publishing,
2012), hlm 88.
6
7. Artinya :
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang
memperolok-olokkan (kamu).7
Pada masa permulaan Rasulullah mengajar Islam di Makkah, telah ada 22
orang di kalangan masyarakat yang pandai baca tulis, 17 laki-laki dan lima
perempuan. Mereka diantaranya adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib,
Usman bin Affan, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Talhah, Yazid bin Abu Sufyan, Abu
Hudaifah bin Utbah, Abu Sufyan bin Harb, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Hafsah,
Aisyah binti Sa’d, dan lain- lain.8
Tradisi mereka adalah tradisi budaya lisan atau tutur kata. Warisan budaya
mereka diwariskan pula secara lisan. Dengan adanya tradisi lisan ini, mereka kuat
hafalannya. Peluang ini dimanfaatkan oleh Nabi SAW untuk menyampaikan ayat-
ayat suci Al-Qur’an yang turun dengan cara membacakannya kepada para sahabat.
Setelah membaca secara lengkap, beliau memerintahkan para sahabatnya untuk
menghafalkan dan menulis kembali apa yang telah dihafalkannya.
Kemudian Nabi Muhammad SAW mengatur dan menetapkan
urutan ayat-ayat yang baru turun untuk digabungkan dengan yang telah turun
sebelumnya. Beliau juga memberi nama surat itu sebagai tanda yang
membedakan surat itu dengan surat yang lain. Dan beliau juga memerintahkan
untuk meletakkan Basmalah di permulaan surat. Selanjutnya untuk
memantapkan Al-Qur’an dalam hafalan para sahabatnya, Rasulullah sering
mengadakan ulangan terhadap hafalan para sahabat tersebut. 9
C= Institusi Pendidikan
7 Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm 22.
8 Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm 17.
9 Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm 27-30.
7
8. Banyak terdapat institusi pendidikan pada masa Rasulullah, berikut
ini adalah beberapa tempat yang dijadikan sebagai tempat pembelajaran umat
Islam:
a= Masjid
Fungsi masjid adalah sebagai tempat berkumpulnya orang Islam
yang tidak hanya terbatas pada waktu sholat saja, tetapi juga digunakan
untuk menunggu informasi turunnya wahyu. Di samping itu, masjid juga
berfungsi sebagai tempat musyawarah untuk menyelesaikan masalah
sosial.
b= Rumah Arqam bin Abi Arqam
Rumah Arqam merupakan pusat pendidikan Islam pada fase
Makkah (tahap sembunyi-sembunyi). Disini Rasulullah SAW
mengajarkan tentang agama Islam hanya terbatas pada keluarga terdekat
dan para sahabat.
c= Rumah Rasulullah SAW
Pada dasarnya, fungsi rumah Rasulullah SAW dalam pengajaran
agama Islam ini sama dengan fungsi rumah Arqam bin Abi Arqam,
namun bersifat lebih terbuka. Rumah beliau diperuntukkan bagi orang
yang belum atau berkeinginan untuk masuk Islam dan mempelajarinya
dengan intens baik itu dari kalangan orang Yahudi maupun oarang
Nasrani.
d= Pasar Bani Qainuqa’
Pasar Bani Qainuqa’ merupakan pasar milik orang Yahudi
Madinah. Pasar ini digunakan oleh Rasulullah SAW mengumpulkan
orang Yahudi untuk diajari Al-Qur’an dan diberi peringatan akan azab
Allah serta mengingatkan mereka untuk mengambil pelajaran terhadap
apa yang telah terjadi di alam semesta ini.
8
9. e= Rumah Midras
Bait Al-Midras adalah sebuah rumah yang dijadikan kaum Yahudi
sebagai tempat untuk melakukan pengajaran yang berkaitan dengan
hukum dan syariat agama mereka. Kemudian tempat itu berubah nama
menjadi Dar al-Nadwah. Rasulullah SAW menjadikan tempat tersebut
untuk mengajarkan mereka tentang agama Islam.
f=Al-Kuttab (Madrasah)
Al-Kuttab adalah tempat yang digunakan untuk pengajaran kitab.
Tempat ini dijadikan sebagai pusat belajar, baik membaca, menulis,
maupun tentang makrifat atau pengetahuan.10
Sedangkan substansi pendidikan yang disampaikan Rasulullah
SAW pada periode Makkah dan Madinah berbeda. Adapun substansi
pendidikannya adalah:
1= Periode Makkah
a= Pendidikan tauhid dalam teori dan praktek
Nabi Muhammad SAW berhasil memancarkan kembali sinar
tauhid dalam kehidupan masyarakat Makkah. Beliau memperoleh
kesadaran dan penghayatan yang mantap tentang ajaran tauhid, yang
intisarinya adalah sebagaimana tercermin dalam surat Al-Fatihah.
Pokok ajarannya adalah:
1= Allah SWT adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya.
Dia pulalah yang mengatur kehidupan manusia mendidik, dan
membimbingnya.
10 Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidkan Islam (Yogyakarta:
AR-Ruzz Media, 2011), hlm 49-51.
9
10. 2= Allah SWT telah memberikan nikmat, memberikan segala
keperluan bagi semua mahluk-Nya, dan khusus kepada manusia
agar mendapat kebahagiaan hidup yang sebenar-sebenarnya.
3= Allah SWT adalah raja hari kemudian, telah memberikan
pengertian bahwa segala amal perbuatan manusia sewaktu di
dunia akan dipetanggungjawabkan di sana.
4= Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan satu-
satunya.
5= Allah adalah penolong yang sebenarnya, dan oleh karena
itu hanya kepada Allah lah manusia harus meminta pertolongan.
6= Allah sebenarnya yang membimbing dan memberi petunjuk
kepada manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia yang
penuh dengan tantangan, rintangan, dan godaan.
Sedangkan pembinaan pendidkan Islam pada fase Makkah meliputi:
1= Pendidikan keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama
Allah semata, dan tidak dipersekutukan dengan nama berhala.
2= Pendidikan akliyah dan ilmiyah, yaitu mempelajari kejadian
manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3= Pendidikan ahlak dan budi pekerti, Nabi Muhammad SAW
mengajar sahabatnya agar berahlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4= Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan
pakaian, badan, dan tempat kediaman.11
b= Pengajaran Al-Qur’an di Makkah
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran Islam
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Tugas
11 Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm 27.
10
11. Nabi Muhaamd SAW selain mengajarkan tauhid juga mengajarkan Al-
Qur’an. Salah satu faktor yang memungkinkan Nabi Muhammad
mengajarkan Al-qur’an adalah masyarakat Arab dikenal sebagai
masyarakat yang ummi (tidak dapat membaca dan menulis).
Pada masa permulaan Rasulullah mengajar Islam di Makkah, telah
ada 22 orang di kalangan masyarakat yang pandai baca tulis, yakni 17
laki-laki dan lima perempuan seperti yang telah disebut pada materi
sebelumnya.
Nabi SAW untuk menyampaikan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang
turun dengan cara membacakannya kepada para sahabat. Setelah membaca
secara lengkap, beliau memerintahkan para sahabatnya untuk
menghafalkan dan menulis kembali apa yang telah dihafalkannya.12
2* Periode Madinah
a* Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu
kesatuan sosial dan politik
Masalah pertama yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW
dan kaum Muhajirin adalah masalah tempat tinggal. Untuk
sementara para Muhajirin bisa menginap di rumah-rumah kaum
Anshar, tetapi beliau memerlukan suatu tempat khusus di tengah-
tengah umat Islam sebagai pusat kegiatan, sekaligus sebagai
lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok yang
berbeda latar belakang kehidupan ini.
Oleh karena itu, beliau bersama para pengikutnya
membangun sebuah masjid dan disekitarnya dibangun pula tempat-
tempat tinggal sederhana. Dan bagi kaum Muhajirin yang kurang
mampu, mereka mambangun tempat tinggal di bagian sebelah masjid
yang kemudian dikenal dengan suffah. Masjid itulah pusat kegiatan
12 Ibid, hlm 27-30.
11
12. Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin untuk bersama-
sama membina masyarakat baru.
Setelah pembangunan masjid dan tempat tinggal selesai,
Rasulullah mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat
yang bersatu padu yang salah satunya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan
kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan
keahlian dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah
serta bekerjasama dengan kaum Anshar.13
b* Pendidikan Sosial Politik dan Kewarganegaraan
Materi pendidikan dan sosial kewarganegaraan Islam pada
masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan
disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah.
Pelaksanaan atau praktek pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1* Pendidikan Ukhuwah (Persaudaraan) Antar Kaum Muslimin
Dalam rangka mewujudkan misi ukhuwah Islamiyah, Nabi
Muhammad SAW berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan
yang terpadu yang diikat dengan tali keimanan kepada Allah dan
Rasulnya. Dasar pendidikan ukhuwah dalam Islam adalah sabda
Rasululah:
13Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: SUKSES Offset,
2008), hlm 104-105.
12
13. :( (
Artinya:
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, dari Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah
seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa
yang dia cintai untuk dirinya sendiri. (Riwayat Bukhari dan Muslim).
2* Pendidikan Kesejahteraan Sosial
Nabi Muhammad SAW mengatur penggunaan harta kekayaan
antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Beliau mengharamkan
riba dan menghalalkan jual beli. Selain itu, beliau juga menerapkan
adanya pembayaran zakat yang diperuntukkan pada harta kekayaan,
perdagangan, peternakan, dan pertanian. Untuk melindungi harta milik
perseorangan, keluarga, dan bersama, Rasulullah SAW juga melarang
pencurian dalam segala bentuknya dan menerapkan sanksi yang berat
bagi pelaku.
3* Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Kaum Kerabat)
Pendidikan di sini dimaksudkan dalam hubungan sebuah keluarga
yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anaknya. Keluarga merupakan inti
dari terbentuknya masyarakat. Kesejahteraan masyarakatsebenarnya sangat
tergantung pada kesejahteraan, ketentraman serta kedamaian hubungan
dalam sebuah keluarga. Dasar pendidikan keluarga adalh surat An-nisa’
ayat 1:
Artinya:
13
14. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.14
c* Pendidikan Anak dalam Islam
Anak merupakan amanat dari Allah SWT kepada orang tua untuk
dipelihara, dididik, dan diajar agar menjadi anak yang shaleh dan shalehah.
Anak merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Oleh karena itu, banyak peringatan-peringatan di dalam
Al-Qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut.
Diantara perigatan-peringatan tersebut, antara lain:
a* Agar kita menjaga diri dan anggota keluarga dari api neraka (Q.S. At-
Tahrim:6).
b* Peringatan agar tidak meninggalkan keturunan dalam keadaan
lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup (Q.S. An-Nisa’:9).
c* Allah SWT memperingatkan kita bahwa orang yang mendapatkan
kemuliaan antara lain adalah orang yang berdoa dan memohon kepada
Allah agar dikarunia keluarga dan keturunan yang menyenangkan hati
(Q.S. Al-Furqon:74).
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam Islam yang
dicontohkan oleh Nabi SAW adalah sebagaimana yang diisyaratkan oleh
Allah dalam Q.S. Al-Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
14 Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm 48.
14
15. 1* Pendidikan tauhid, yaitu menanamkan keimanan kepada Allah
sebagai Tuhan (sesembahan) yang Maha Esa.
2* Pendidikan sholat
Sebenarnya kewajiban sholat hanya dibebankan kepada seorang
mukallaf, artinya anak baru wajib melaksanakan sholat apabila sudah akil
dan baligh. Namun, Nabi SAW menyuruh anak mulai umur 7 tahun
untuk dilatih dan dibiasakan melaksanakan sholat. Dan pada umur 10
tahun, hendaklah disiplin sholat secara lebih ketat, bahkan diperintahkan
untuk dipukul jika dengan sengaja meninggalkannya.
3* Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
Nabi Muhammad SAW meletakkan kepatuhan dan ketaatan kepada
orang tua satu tingkat di bawah kepatuhan dan ketaatan kepada Allah
SWT.
4* Pendidikan adab sopan santun dalam bermasyarakat (kehidupan
sosial)
Di dalam diri anak harus tertanam budi pekerti dan adab sopan
santun dalam pergaulan, terlebih ketika bergaul dengan masyarakat.
5* Pendidikan kepribadian
Orang tua bertugas untuk menanamkan dan membiasakan sifat-
sifat kepribadian yang kuat, yaitu berjiwa amar makruf nahi munkar.
Dengan adanya sifat ini, seorang anak akan selalu berbuat kebaikan dan
menjaga agar tidak terjadi kemungkaran dan kejahatan.
d* Pendidikan Hankam (Pertahanan dan Keamanan) Dakwah Islam
15
16. Setelah berlakunya Konstitusi Madinah, maka kaum muslim secara
resmi menjadi satu kesatuan sosial dan politik atau masyarakat yang
berdaulat sendiri, dan diakui oleh masyarakat sekelilingnya.15
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga menerarpkan beberapa strategi dan
prinsip belajar mengajar, diantaranya yaitu:
a! Strategi Pengembangan Pengembangan Pengajaran pada Masa Rasulullah
SAW
1! Mengutus para da’i untuk mengajarkan agama di luar wilayah
Hijaz
Setelah Islam tersebar di Jazirah Arab, pada tahun ke-6 Hijriah
Rasulullah mengirim bebrapa sahabatnya yang ahli dalam ilmu agama
untuk mengajarkan syariat di luar kota Madinah.
2! Mengutus utusan kepada penguasa untuk mengajarkan ajaran
agama
Pada tahun ke-7 Hijriah, telah terjadi perkembangan dakwah Islam
secara besar-besaran. Pada saat itu, kota Madinah telah menjadi pusat
studi yang telah menghasilkan kader yang siap berdakwah di luar kota
Madinah. Dua diantara kader tersebut adalah Duhyah bin Khalifah
diutus ke Kaisar Rum dan Abdullah bin Hudafah ke Kaisar Parsi.
3! Menerima duta untuk belajar agama
Pada tahun ke-9 Hijriah dikenal dengan tahun pertukaran (al-
wufud). Beberapa kabilah yang berada di sekitar Jazirah Arab dari Bani
Fazarah, Bani Murrah, dan lain-lain banyak mengirim utusan kepada
Rasulullah untuk menyatakan ketundukan kepada Islam sekaligus
belajar tentang agama Islam.16
15 Ibid, hlm 53-60.
16 Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidkan Islam (Yogyakarta:
AR-Ruzz Media, 2011), hlm 51-53.
16
17. b! Prinsip Pengajaran pada Masa Rasulullah SAW
Dalam menyampaikan wahyu, Rasulullah menggunakan prinsip-
prinsip berikut:
1! Dakwah dan pengajarannya bersifat umum
Islam adalah agama bagi seluruh umat manusia. Maka dari itu,
proses pendidikan dan pengajarannya harus bersifat umum sehingga
dapat diterima oleh seluruh lapisan masyrakat. Hal ini mengisyaratkan
bahwa islam memberikan kesempatan kepada seluruh manusia untuk
merasakan rahmat dan petunjuk yang diberikan oleh Allah swt.
2! Pengajaran dan dakwah Rasulullah SAW bersifat alamiah
Ajaran Islam adalah ajaran samawi yang diturunkan dengan
menggunakan bahasa dan budaya Arab untuk memudahkan
penyampaian risalah tesebut. Terkait dengan hal itu, ada beberapa ciri
yang menonjol dalam pembelajaran atau dakwah Rasulullah SAW,
yaitu:
a! Berdasarkan pada kemudahan, kesederhanaan, dan kontinuitas
(Q.S. Al-Baqarah:185).
b! Menekankan pada nilai moral, karena kehidupan masyarakat
jailiyah mengalami degradasi moral. Rasulullah SAW berupaya
untuk mengubah perilaku tersebut agar sesuai dengan syariat Islam.
3! Bersifat seimbang (tawazun) dan menyeluruh (syumuliyah) yang
berlaku untuk semua tatanan kehidupan.
Yang dimaksud dengan keseimbangan di sini adalah pendidikan
dan pengajaran yang diwujudkan dalam tindakan etis yang mencakup
kehidupan dunia dan akhirat. Kehidupan akhirat adalah bentuk
pertanggungjawaban dari kehidupan di dunia.
17
18. Sedangkan yang dimaksud dengan menyeluruh adalah menyentuh
semua perkembangan manusia baik secara biologis maupun psikologis,
yaitu melalui proses penciptaan, proses perkembangan, dan masa depan
yang ditimbulkan.17
17 Ibid, hlm 53-56.
18
19. BAB III
PENUTUP
A! Kesimpulan
Setting wilayah pendidikan islam pada masa Rosulullah SAW
terbelah menjadi dua bagian, yaitu Makkah dan Madinah. Adapun setting
wilayah di Makkah hanya memberikan pengaruh yang sedikit
dibandingkan dengan setting wilayah di Madinah yang dimana pada saaat
itu Madinah telah mampu menjadi pusat studi pendidikan.
Tradisi intelektual dan dakwah Nabi Muhammad SAW dirintis
dengan datangnya dua wahyu dari Allah yaitu, Q.S. Al-‘Alaq ayat 1-5 dan
Q.S. Al-Mudassir ayat 1-7. Dakwah nabi ini dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu rahasia, semi rahasia, dan terbuka.
Selain itu, pada masa Rasulullah juga telah banyak berdiri lembaga
atauinstitusi-institusi pendidikan, diantaranya yaitu masjid, rumah Arqam
bin Abi Arqam, rumah Midras, Al-Kuttab, dan lain sebagainya.
B!Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca bahwa kami dari
penulis menerima dengan lapang dada segala kritikan dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah kami ini.
Kami menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna
dibandinkan Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu, apabila terdapat suatu
hal dalam makalah yang kami susun ini menyinggung ataupun tidak
berkenan, kami meminta maaf sebesar-besarnya.
19
20. DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an. Bandung: Jabal, 2009.
Antonio, Muhammad Syafii Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah. Jakarta:
Tazkia Publishing, 2012.
Bakar, Istianah Abu. Sejarah Peradaban Islam Malang: UIN Malang Press, 2008.
Karim, M. Abdul Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2007.
Kurniawan, Syamsul dan Mahrus, Erwin. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidkan
Islam. Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2011.
SJ., Fadil Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta:
SUKSES Offset, 2008.
Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2014.
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
20