SlideShare a Scribd company logo
1 of 143
Download to read offline
PENGETAHUAN DAN
ILMU PENGETAHUAN
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_S
KELOMPOK 7
Nama Kelompok :
1. Delada Putri Amanda T. (1211900193)
2. Lilis Nur Khafida (1211900154)
3. Fathur Rosi (1211900212)
DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true
belief).
Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi
tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa
yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah
hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua milik atau isi pikiran.2 Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu.
Jenis Pengetahuan
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang
me¬miliki sesuatu di mana is menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu
itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas
dan sebagainya. Dengan common sense, semua orang sampai pada keya¬kinan secara
umum tentang sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama semuanya. Common
sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram
bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan
sawah tadah hujan, dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam,
yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir
secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi
makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya
melalui observasi, eks¬perimen, klasifikasi.
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau
ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat
membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan
pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan
cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya
diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat
mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan
mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara
berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan
vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga
disebut dengan hubungan horizontal.
HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas
manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguh¬sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan,
namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival).
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-
kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal baru, karena dia hidup
bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal
utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengeta¬huannya dengan cepat
dan mantap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir
tertentu."
1. Hakikat Pengetahuan
a. Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. Pengetahuan menurut
realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata
(dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi
dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat
dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan
tepat bila sesuai dengan kenyataan.
b. Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-
benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental
atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang
idealis hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas.
Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat
gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan
hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat
atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).
2. Sumber Pengetahuan
a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia
memperoleh penge¬tahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya,
pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar
diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan
ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan
kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu
pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan penge¬tahuan yang nisbi.
d. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan pars
nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa
memerlukan waktu untuk memperoleh¬nya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta.
Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya Pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran
dengan jalan wahyu.
DASAR DAN JENIS ILMU PENGETAHUAN
1. Dasar Ontologis,
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), yaitu bicara tentang hakikat apa yang dikaji. Amsal
Bakhtiar (2012) mengemukakan, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on/ontos yakni ada, dan
logos yakni ilmu, sehingga ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah ontologi adalah
ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak. Selan¬jutnya dikatakan, Rudolf Goclenius (1636 M) orang yang pertama kali
memopulerkan term ontologi. Rudolf Goclenius menamai teori tentang hakikat yang ads, yang
bersifat metafisis yang dalam perkembangannya dibagi menjadi dua, yaitu metafisis umum dan
metafisis khusus. Istilah metafisis umum adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang
paling dasar dari segala sesuatu yang ada. Adapun istilah metafisis khusus masih dibagi lagi menjadi
kosmologi, psikologi, dan teologi.
2. Dasar Epistemologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), dasar epistemologis yaitu metode atau cara-cara
mendapatkan pengetahuan yang benar. Kemudian Amsal Bakhtiar (2012) menjelaskan, ontologis
yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan
dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
3. Dasar Aksiologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), aksiologi adalah dasar ilmu
pengetahuan yang berbicara tentang nilai kegunaan ilmu. Di dalam on¬tologi
dibicarakan mengenai ilmu dan moral, tanggung jawab sosial serta berbagai etika
dalam pengembangan keilmuan. Ontologi berasal dari perkataan axios (Yunani)
yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Selanjutnya dikatakan Jujun,
aksiologi merupakan teori tentang nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di¬peroleh. Oleh Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian.
Pertama, mor¬al conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin
khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini
melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan so¬sial politik,
yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.
Objek Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, secara filsafat pengeta¬huan ilmiah
atau ilmu memiliki perbedaan dengan bentuk pengetahuan yang umum (commom sense).
Menurut Solly Lubis (2012), alasannya yaitu suatu jenis pengetahuan umum tidak
memiliki objek, bentuk pernyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus, sebaliknya suatu
pengetahuan ilmiah atau pengetahuan keilmuan (ilmu) selalu mengandalkan adanya
objek keilmuan, bentuk kenyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus.
Amsal Bakhtiar (2012) mengatakan, pada dasarnya ilmu memiliki dua macam
objek, yaitu material dan formal. Objek material yaitu sesu¬atu yang dijadikan sasaran
penyelidikan, misalnya tubuh manusia meru¬pakan objek material ilmu kedokteran.
Adapun objek formalnya yaitu metode untuk memahami objek material ini, seperti
pendekatan induk¬tif dan deduktif. Untuk mempelajari ilmu, tentu harus terlebih dahulu
memahami apa yang dimaksud dengan filsafat, karena filsafat itu induk dari semua ilmu.
Bahkan dalam perkembangannya filsafat tidak hanya flipandang sebagai induk dan
sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi.
Konsep Ilmu
Konsep ilmu sebagaimana dipahami Solly Lubis (2012), yaitu bagan, rencana,
atau pengertian, baik yang bersifat abstrak maupun operasional yang merupakan alat
penting untuk kepentingan pemikiran dalam ilmu atau pengetahuan ilmiah. Setiap
ilmu hams memiliki satu atau beberapa konsep kunci atau konsep tambahan yang
bertalian. Beberapa contoh konsep ilmiah seperti konsep bilangan di dalam
matematika, konsep gaga di dalam fisika, konsep evolusi dalam biologi, stimulus di
dalam psikologi, kekuasaan dalam politik atau strata sosial di dalam ilmu sosial,
simbol di dalam linguistik, keadilan di dalam ilmu hukum, keselamatan dalam ilmu
teologi, atau lingkungan di dalam ilmu-ilmu interdisipliner.
Konsep ilmu atau konsep ilmiah tersebut sangat dibutuhkan agar suatu ilmu
dapat menyusun berbagai asas, teori, sampai dalil. Suatu konsep ilmiah dapat
merupakan semacam sarana untuk ilmuwan melakukan pemikiran dalam
mengembangkan pengetahuan ilmiah.
Konsep Pengetahuan
Menurut Jujun Suriasumantri (2010), pengetahuan pada hakikatnya
merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu,
termasuk ke dalamnya ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang
diketahui manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seper¬ti seni
dan agama. Pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental. Tiap jenis
pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan ter¬tentu yang
diajukan. Secara ontologis ilmu membatasi din pada kajian objek yang berada
dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan aga¬ma memasuki daerah
penjelasan yang bersifat transendental yang ber¬ada di luar pengalaman
kita.
Konsep ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai objek, menurut Ali Maksum (2011)
merupakan himpunan inforrnasi yang berupa pengetahuan ilmiah ten-tang
gejala yang dapat dilihat, dirasakan, atau dialami. Gejala ini dapat berupa
gejala alam (seperti angin, air, gempa Bumi, ombak, gerak, dan 1benda),
atau gejala sosial (seperti masyarakat bangsa, unjuk rasa, kemiskinan,
kemakmuran, dan ketersaingan), ataupun gejala pikir yang ab-strak
wujudnya, seperti konsep tentang bilangan dan himpunan di dalam
matematika. Masalah yang menjadi perhatian di dalam aktivitas ilmu
pe¬ngetahuan yaitu pencarian kejelasan dan perumusan penjelasan
menge¬nai struktur, fungsi, dan pola laku gejala-gejala, baik gejala alam,
gejala sosial, maupun gejala pikir.
Tujuan Ilmu Pengetahuan
Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan alirannya, sebagaimana dikemukakan oleh Darsono
Prawi¬negoro (2011), yakni: Pertama, berdasarkan pengembangan ilmu
penge¬tahuan untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas
un¬tuk memenuhi rasa keingintahuan manusia. Kedua, ilrnu,pengetahuan
pragmatis. Aliran inl menyakini bahwa pengembangan ilmu pengetahuan
haruslah dapat memberikan manfaat bagi manusia dalam pemecahan
masalah kehidupan.
Jika dilihat dari pemikiran filsafat, maka ilmu (ilmu pengetahuan) dapat
digolongkan menjadi dua golongan. Pertama, ilmu pengetahuan riil, yaitu
pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Kedua, ilmu pengetahuan
formal, yaitu matematika dan logis.
Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah berbeda dengan pengetahuan bi¬asa ,
memiliki ciri tersendiri di antara ciri yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan seperti
dikemukakan Konrad Kebug (2011), yaitu: Pertama, siste¬matis. Para filsuf dan
ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara sistematis. Ciri siste¬matis ilmu menunjukkan bahwa ilmu
merupakan berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan tersebut mem¬punyai hubungan saling ketergantungan yang teratur
(pertalian tertib).
Pertalian tertib dimaksud disebabkan adanya suatu asas tata tertib tertentu di
antara bagian-bagian yang merupakan pokok soalnya. Ke¬dua, empiris. Bahwa ilmu
mengandung pengetahuan yang diperoleh ber¬dasarkan pengamatan serta
percobaan secara terstruktur di dalam ben¬tuk pengalaman, baik secara lansung
maupun tidak lansung.
JENIS ILMU PENGETAHUAN
1. Pengetahuan Manusia
Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupan
manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Burhanudin Salma (2005)
mengemukakan, pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat macam, yaitu:
• • Pertama, pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah
common sense. Karena seseorang memiliki sesu¬atu di mana is menerima secara baik.
• • Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari sci¬ence. Dalam pengertian
yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif
dan objektif.
• • Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang hanya diper¬oleh dari pemikiran yang
bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan
ke dalam kajian tentang sesuatu.
• • Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya di¬peroleh dari Tuhan lewat
Para utusannya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
2. Jenis Ilmu Pengetahuan
Dilihat dari sudut jenisnya, ilmu pengetahuan menurut Fuad Ikhsan (2010)
mengungkapkan ada empat macam:
• • Pertama, pengetahuan wahyu (revaled knowledge). Manusia memperoleh
pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan oleh Tuhan kepada
manusia. Tuhan telah memberikan pengetahuan dan kebenaran kepada manusia
pilihannya, yang dapat dijadikan petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya.
• • Kedua, pengetahuan intuitif (intuitive knowledge). Pengetahuan intui¬tif
diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat is menghayati sesuatu.
Pengetahuan intuitif muncul secara tiba-tiba dalam kesadaran manusia.
• • Ketiga, Kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan,
atau eksperimen, karena intuitif tidak hipotesis. Tulisan-tulisan mistik, autobiografi, dan
karya esai merupakan refleksi dan pengetahuan intuitif. Dalam pengertian secara
umum, intuisi merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan tidak berdasarkan
penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indra.
• • Keempat, pengetahuan rasional (rational knowledge). Pengetahuan rasional
merupakan pengetahuan yang diperoleh dari latihan rasio/akal semata, tidak disertai
dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
3. Kritik Paham Rasionalisme Terhadap Empirisme
Selanjutnya dikatakan ada kritik dari paham rasionalime terhadap paham
empirisme, bahwa metode empiris tidak memberi kepastian tetapi hanya sampai pada
probabilitas yang tinggi.
• Kritik ini dituangkan dalam pemikiran sebagai berikut:
• • Pertama, metode empiris, dalam sains maupun dalam kehidupan sehari-hari,
biasanya bersifat sepotong-sepotong (piece meal). Menurut pengakuan kaum
rasionalis, mereka mencari kepastian dan kesempurnaan yang sisitematis.
• • Kedua, pengetahuan empiris (empirical knowledge). Pengetahuan em¬piris
diperoleh atas bukti pengindraan dengan penglihatan, pendengar¬an, dan
sentuhan indra lainnya, sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar kita.
• • Ketiga, pengetahuan otoritas (authoritative knowledge). Kita mene¬rima
suatu pengetahuan itu benar bukan karena telah mengeceknya di luar dari diri kita,
melainkan telah dijamin oleh otoritas (suatu sumber yang berwibawa, memiliki hak)
di lapangan.
Penjelasan Ilmu
Batas penjelasan ilmu yaitu ketika manusia berhenti berpikir untuk
mencari pengetahuan, ilmu didapatkan dari penjelasan pengalaman manusia,
sehingga jika manusia memulai penjelasannya pada pengalaman manusia dan
berhenti di batas peng¬alaman manusia. Ilmu membatasi lingkup
penjelasannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode
yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji secara empiris.
Selanjutnya ilmu memulai penjelasannya pada pengalaman manusia,
dan berhenti di batas pengalaman manusia. Pernyataan inilah yang bisa
menjadi jawaban sampai di mana batas-ba¬tas penjelasan ilmu. Jadi, jika
ilmu berada di luar jangkauan pengalam¬an manusia, tentunya tidaklah
semestinya menjelajahi ilmu itu. Sebagai contoh mengenai surga dan neraka,
keduanya merupakan hal-hal yang berada di luar jangkauan manusia.
Dibandingkan dengan pengetahuan lain, maka ilmu berkembang dengan
sangat cepat.
TERIMAKASIH
FILSAFAT KEBENARAN
Plato pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam waktu belakangan
yang cukup lama Bradley seakan menjawab bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Jadi untuk
membuktikan bahwa hari benar-benar hujan, kita harus membedakan dengan melihat kenyataan yang
terjadi di luar rumah.
Tetapi kenyataan yang terjadi sekarang tidak seluruhnya berupa kebenaran, bahkan yang tidak
seharusnya terjadi akhirnya terjadi juga karena das solen tidak sama dengan das sein. Di muka bumi
ini berapa banyak kita melihat ketidakbenaran, seperti berbagai penindasan, penjajahan dan
rekayasa.
Seorang murid Plato bernama Aristoteles, menjawab pertanyaan suhunya ini dengan
pendapat bahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, artinya kebenaran bagi seseorang adalah tidak benar
bagi yang lain, sehingga kemudian lahirlah kebenaran relatif dan kebenaran mutlak. Sekarang agar
penelitian cenderung (ebih objektif, maka seorang peneliti yang bertanya kepada seorang responden
yang berpendapat subjektif, perlu ditanyakan kepada beberapa responden lain yang memenuhi syarat
agar valid (dalam Islam disebut dengan shahih) itupun harus diuji kebenarannya, bahkan terkadang
dalam kurun waktu tertentu kebenaran itu berubah sesuai corak berpikir manusia (paradigma).
Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa
pengetahuan itu terdiri atas sebagai berikut:
• 1. Pengetahuan Akal.
• 2. Pengetahuan Budi.
• 3. Pengetahuan Indrawi.
• 4. Pengetahuan Kepercayaan (otoritatifl.
• 5. Pengetahuan Intuitif.
Menurut penulis, yang benar adalah pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk
membahasnva disebut logika pengetahuan budi itu disebut moral yang kemudian untuk membahasnya
disebut etika, pengetahuan indrawi itu disebut seni yang untuk membahasnya disebut estetika. Sedangkan
pengetahuan kepercayaan itu disebut agama, tetapi dalam hal ini tidak boleh otoritatif karena agama tidak
memaksa, agama harus diterima secara logika, etika dan estetika dan agama itu hanyalah Islam yang terbukti
kebenarannya, keinclahannya dan kebaikannya. Jadi titik temu antara logika, etika dan estetika adalah Islam, oleh
karena itu pengetahuan intuitif kepada seseorang yang kemudian disebut nabi harus diuji lebi.h dahulu seperti
halnya keberadaan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana penulis lakukan bertahun-tahun dalam keadaan
atheis dan kemudian baru menerimanya.
Selanjutnya untuk melihat sesuatu itu benar atau tidak benar, maka beberapa kriteria yang sudah
dilembagakan akan penulis sampaikan beberapa kritik antara lain sebagai berikut:
1. Teori Kebenaran Korespondensi.
2. Teori Kebenaran Koherensi.
3. Teori Kebenaran Pragmatis.
4. Teori Kebenaran Sintaksis.
5. Teori Kebenaran Semantis.
6. Teori Kebenaran Non Deskripsi.
7. Teori Kebenaran Logika yang Berlebihan.
8. Teori Kebenaran Performatif:
9. Teori Kebenaran Paradigmatik.
10. Teori Kebenaran Proposisi.
1. Kebenaran koherensi adalah kebenaran atas hubungan antara dua
pernyataan.
2. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu
konsekuensi saja.
3. Kebenaran sintaksis adalah kebanaran yang berangkat dari tata bahasa
yang melekat.
4. Kebenaran logika yang berlebihan adalah kebenaran yang sebenarnya
telah merupakan fakta.
5. Kebenaran paradigmatik adalah kebenaran yang berubah pada berbagai
ruang dan waktu, jadi setelah kurun waktu tertentu berubah (untuk
kategori waktu) dan pada tempat tertentu berubah (untuk kat egori
ruang).
Jadi pada kajian logika kebenaran ilmu pengetahuan ini, kita akan bergelut dengan kegiatan
berpikir yang mengasah kemampuan intetektual mulai dari kegiatan yang sederhtna, seperti mengingat
sampai pada pemecahan masalah (problem solving). Menurut Benjamin S. Bloom hal tersebut disebut
juga dengan pembelajaran kognitif yang diurut sebagai berikut:
1. Pengetahuan atau pengenalan seperti mengingat informasi, fakta terminologi, rumus (sehingga
dengan demikian kita akan mengidentifikasi, memilih, menyebut nama, dan membuat daftar,
sebagai tingkat yang paling rendah).
2. Pemahaman seperti menjelaskan pengetahuan/informasi yang diketahui dengan kata-kata
sendiri (sehingga dengan demikian kita akan membedakan, menjelaskan, menyimpulkan,
merangkumkan dan memperkirakan sebagai tingkat selanjutnya).
3. Penerapan seperti penggunaan dan penerapan informasi ke dalam situasi konteks yang baru
(sehingga kita dengan demikian akan menghitung, mengembangkan, menggunakan, memodifikasi
dan mentransfer sebagai tingkat berikutnya).
4. Analisis seperti memisahkan membedakan komponen-komponen atau elemen-elemen, suatu
fakta, konsep, pendapat, asumsi dan kesimpulan (sehingga dengan demikian kita akan membuat
diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan ke dalam bagian-bagian pada tingkat
seterusnya).
5. Sintesis seperti mengkombinasikanliagian atau elemen ke dalam suatu kesatuan atau struktur yang
lebih besar (sehingga kita dengan demikian akan membentuk, mendesain, memformulasikan
dan membuat prediksi sebagai tingkat yang lebih tinggi.
6. Evaluasi seperti membuat penilaian dan keputusan tentang suatu ide, gagasan penemuan dalil,
metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu (sehingga dengan demikian kita
akan membuat kritik, penilaian, perbandingan dan evaluasi sebagai tingkat terakhir).
YANG MAHA BENAR
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang
Maha Benar (AI Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa
mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) pada setiap
penyelesaian penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai
melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu
tidaklah bebas nilai, karena antara logika dan etika harus
berdialektika, jadi bukan hanya karena penggabungan ilmu dan
agama yang dalam pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut
dengan Imtaq (Iman dan Taqwa).
PROPOSISI SUATU PERNYATAAN YANG
BENAR
Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan
mengetahui apakah pernyataan itu benar ataukah tidak. Bahkan mereka yang mengatakan
bahwa makna sama dengan keadaan yang dapat diverifikasi, akan bersepakat demikianlah
harapan saya bahwa mengetahui syarat- syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat
diverifikasi tidaklah sama dengan mengetahui bahwa syarat-syarat itu sudah dipenuhi. Untuk
sampai pada definisi tentang kebenaran, marilah kita hubungkan lagi pembicaraan kita dengan
kalimat, "Di luar hawanya dingin."
Kalimat, ini dapat dianalisa sebagai berikut:
1. suatu perangkat tanda,
2. suatu susunan tanda -tanda yang teratur yang sesuai dengan aturan-aturan
sintaksis,
3. makna yang dikandungnya atau dimaksudkannya.
Bila kita mencari sesuatu definisi tentang kebenaran, maka kita tidak berhubungan
dengan kalimat-kalimat sebagai sekadar tanda-tanda atau berhubungan dengan aturan-aturan
sintaksis begitu saja.
KEBENARAN BERSIFAT SEMANTIK
• Kiranya jelas mengapa penganut idealisme, seperti F.H. Bradley,
mengatakan bahwa kebenaran ialah kenyataan. Karena kebenaran
ialah makna yang merupakan halnya, dan karena kenyataan
ialah juga merupakan halnya, maka keduanya dipandang sama
sepenuhnya Karena makna pernyataan "Di luar hawanya dingin",
artinya proposisi Di luar hawanya dingin, sekarang sungguh-
sungguh merupakan halnya pada waktu menulis catatan ini, maka
keadaan dingin-di luar merupakan bagian dari keadaan kenyataan
yang ada pada waktu sekarang serta pada tempat ini, dan proposisi
tersebut dikatakan 'benar'.
UKURAN KEBENARAN
• Ukuran kebenaran sesungguhnya tergantung pada apakah sebenarnya yang diberikan kepada kita oleh metode-
metode untuk memperoleh pengetahuan. Jika apa yang dapat kita ketahui ialah ide-ide kita, maka
pengetahuan hanya dapat terdiri dari ide-ide yang dihubungkan secara tepat; dan kebenaran merupakan
keadaan-saling-berhubungan (coherence) di antara ide-ide tersebut atau keadaan saling berhubungan di antara
proposisi-proposisi. Jika sebaliknya, kita dengan suatu cara tertentu mengetahui kenyataan, maka pengetahuan
atau ide-ide yang benar terdiri dari - seperti yang dikatakan oleh Spinoza - kejumbuhan antara ide dengan
ideatum-nya, atau selanjutnya kesesuaian (correspodence) antara ide-ide dengan apa yang diwakilinya.
• Selanjutnya jika proposisi-proposisi tersebut rnemberitahukan kenyataan kepada kita, maka proposisi-
proposisi itu seharusnya membantu kita untuk menyelesaikan masalah-masalah kita, atau merarnalkan
(predict) pengalarnan-pengalaman, sebagaimana yang diajarkan oleh para penganut pragmatisrne.
• Penganut skeptisisme mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada satu pun ukuran tentang kebenaran,
sedangkan penganut dogmatisme berpendirian sama gigihnya dengan mengatakan bahwa ukuran yang
dipunyainya merupakan ukuran yang dapat dipercaya secara mutlak. Penganut idealisme dan realisme
mengambil pendirian di tengah. Mereka berpendapat bahwa ukuran yang mereka punyai, meskipun tidak selalu
rnerupakan ukuran terakhir serta penutup, namun ukuran tersebut memberikan kesaksian yang dapat dipercaya
mengenai kemungkinan benar-sesatnya proposisi.
Paham Koherensi (Coherence Theory)
• Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh
kaum rasionalis. Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan,
melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada.
Maka suatu pengetahuan atau proposisi dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan atau
proposisi sebelumnya. Matematika dan ilmu pasti sangat cocok dengan teori kebenaran ini.
Misalnya, Semua manusia mati; Sokrates adalah manusia; Maka Sokrates pasti mati. Penekanan
pada pengetahuan apriorirasional dan deduktif. Di sini pengenal dan subyek lebih dipentingkan
daripada obyek.
• Banyak di antara kajian yang kita lakukan sehari-hari terhadap kebenaran didasarkan atas paham
ini. Secara singkat paham tersebut mengatakan bahwa suatu proposisi cenderung benar jika
proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang
benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan
pengalaman kita. Bagaimanakah cara kita mengatakan bila seseorang berbohong dalam
banyak hal? Jawabnya dengan jalan menunjukkan bahwa apa yang dikatakan tidak cocok
dengan hal-hal lain yang telah dikatakannya atau dikerjakannya.
Epistemologi Dalam Teori Koherensi
• Penganut idealisme juga melakukan pendekatan masalah tersebut melalui
epistemologinya. Karena praktek sesungguhnya yang kita kerjakan tidak
hanya menunjukkan bahwa ukuran kebenaran ialah keadaan-saling-
berhubungan, rnelainkan juga jawaban terhadap pertanyaan "Apakah halnya
yang kita ketahui?" Hal ini memaksa kita untuk menerirna paham tentang
kebenaran di atas.
• Kebenaran tentu merupakan sifat yang dimaksud oleh ide kita. Apapun yang
kita ketahui selalu berupa ide-ide dan tidak pernah berupa sesuatu sebagaimana
yang terdapat dalam dirinya sendiri yang bersifat lahiriah, yang hipotetis. Sebab,
pemikiranlah yang menemukan ketertiban, tatanan serta sistem di dalam
kenyataan yang kita hadapi, dan pemikiranlah yang membuahkan ide-ide, dan
ide-ide kebenaran terletak dalam keadaan saling-berhubungan di antara ide-ide
tersebut.
Korespondensi Adalah Hukum Yang
Saling Berhubungan
• Apakah yang dimaksud oleh penganut idealisme dengan keadaan-saling-berhubungan itu?
Bradley mengemukakan dua ciri pokok. Pertama, adanya keharusan bahwa semua fakta
terangkum. Ide-ide tidak mungkin saling berhubungan jika ide-ide itu hanya merupakan bagian-
bagian dari kebenaran seluruhnya- Misalnya, jika kita mengetahui bahwa tanah basah dan juga
mengetahui bahwa langit berawan, maka kedua ide tersebut belum cukup menunjukkan adanya
keadaan saling berhubungan untuk menetapkan bahwa hujan turun. Kedua keadaan tersebut
mungkin ada, namun bisa saja hujan tetap tidak turun. Ini menggambarkan bahwa agar ada
kebenaran, perlu ada suatu sistem yang bersifat mencakup, yang di dalamnya ide-ide saling
berhubungan.
• Kedua ide-ide tersebut harus teratur secara laras dan tidak mengandung kontradiksi. Ide
tentang keterbatasan dari kontradiksi sudah diterangkan di atas. Dengan memakai sistem
ilmu ukun, pengertian tentang ketertiban yang laras dapat digambarkan secara lebih baik.
Kenyataan (dan karenanya, kebenaran) oleh para penganut idealisme digambarkan sebagai
sistem kebenaran yang teratur, yang logis, yang didalamnya tidak terdapat kontradiksi.
Pernyataan Yang Saling Berhubungan
• Agaknya orang pun menaruh keberatan yang utama terhadap paham koherensi.
Apakah tidak mungkin terdapat kumpulan proposisi yang dalam keadaan saling
berhubungan, yang semuanya sesat? Tentunya orang membayangkan buku-buku seperti
Alice in Wonderland serta cerita-cerita detektif, yang baik penulisannya, yang ceritanya
telah direncanakan secara hati-hati sehingga di dalamnya segala-galanya saling
berhubungan. Selama orang tetap berpegangan pada anggapan-anggapan yang
dimuat dalam buku itu, maka tidak ada yang sesat atau tidak benar.
• Selain itu, suatu segi yang tidak kurang pentingnya, pendirian yang baik di dalam ilmu
pengetahuan ialah bahwa ilmu pengetahuan harus mampu mengadakan peramalan.
Bagaimanakah peramalan dapat diterangkan atas dasar paham koherensi? Atau
lebih baik, "Bagaimanakah suatu peramalan dapat diverifikasi?" Karena, jika
sistemnya sudah dalam keadaan saling berhubungan, maka tidak akan ada ide yang
disimpulkan dari sistem tersebut yang tidak cocok dengan sistem tadi.
Teory Kebenaran Korespodensi
(Correspondence Theory)
• Kebenaran korespondensi adalah kebenaran yang sesuai antara pernyataan dengan fakta di
(apangan. Misalnya bila dinyatakan Sengkon dan Karta bersalah, lalu dihukum lima tahen maka Sengkon
dan Karta harus benar-benar melakukan kejahatan itu, bukan sekedar membuktikan dengan berbagai
berita acara. Apabila Sengkon dan Karta tidak melakukan maka secara kebenaran korespondensi itu
tidak benar.
• Paham yang mengatakan bahwa suatu pernyataan itu benar jika makna yang dikandungnya sungguh-
sungguh merupakan halnya, dinamakan 'paham korespondensi'. Kebenaran atau keadaan benar
berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan
apa yang sungguh-sungguh merupakan halnya, atau apa yang merupakan fakta-faktanya.
• Pendasar teori ini adalah Aristoteles. Menurutnya, mengatakan sesuatu yang ada sebagai tidak ada, atau
yang tidak ada sebagai ada adalah salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagai ada, dan yang tidak
ada sebagai tidak ada, adalah benar. Dengan ini muncul kebenaran sebagai persesuaian antara apa yang
dikatakan atau dipikirkan dengan kenyataan. Apa yang dinyatakan berhubungan dengan kenyataan
yang diungkapkan dalam pernyataan itu (correspondent). Dengan kata lain, kebenaran adalah kesesuaian
antara S dan 0, apa yang diketahui S dengan realitas sebagaimana adanya (kebenaran empiris yan
didukung oleh fakta).
Kata dan Makna Yang Sesuai
• K. Rogers, seorang penganut realisme kritis di Amerika, menunjukkan bahwa kita perlu
rnengadakan perbedaan antara dua segi dari makna. Pertama-tama, ada segi kejiwaan
yang di dalamnya makna termasuk dalam lingkungan pengalaman kejiwaan dan merupakan
makna yang kita berikan. Kemudian ada segi makna yang termasuk dalam lingkungan objeknya,
yaitu hakekat objek. Hal ini telah kita kenal di depan sebagai esensi, dan Rogers menamakannya
demikian. Keterangan Rogers tentang kebenaran yang didasarkan atas esensi kira-kira
berbunyi sebagai berikut.
• Setiap esensi mempunyai dua segi, yang satu terdapat di dalam objeknya dan yang lain sebagai
makna. Segi esensi yang berupa makna bersifat kejiwaan. Dalam suatu pencerapan, kita secara
diam- diam mengenal esensi yang termasuk objeknya, maupun apa yang dimaksudkan oleh
esensi tersebut" dengan kata lain, apa yang dikatakan oleh Rogers ialah, bahwa keadaan-
keadaan terletak dalam kesesuaian antara esensi atau makna yang kita berikan dengan esensi
atau makna yang terdapat di dalam objeknya. Maka yang berkesesuaian itu bukanlah makna
dengan objeknya, melainkan esensi sebagai makna dengan esensi yang terdapat di dalam
objek.
Menggunakan Perantara Simbol
• Jika reaksi dalam bentuk kata-kata dari subjek dalam perangkat keadaan tertentu yang mengandung unsur-unsur yang terdapat
di dalam makna yang dikandung oleh kata-kata, menghasilkan suatu bentuk kata- kata yang sama sepenuhnya dengan bentuk
kata-kata yang telah ditentukan, maka bentuk kata-kata yang telah ditentukan itu benar. Ini merupakan sejenis definisi
behavioristis tentang kebenaran. Tetapi definisi ini kurang tepat, karena seseorang mungkin tergerak untuk mengucapkan
perangkat kata yang sama dalam keadaan-keadaan yang menyesatkan, namun demikian mengandung unsur-unsur yang
terdapat di dalam makna yang dikandung oleh kata-kata yang telah ditentukan tersebut Di dalam definisi ini juga
terdapat kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kebenaran-kebenaran atau kesesatan proposisi-proposisi mengenai hari
depan, seperti "Besok hujan akan turun." Karena itu di dalam ajaran Russell, kesesuaian tersebut terdapat di antara kata-
kata yang telah ditentukan, dengan kata-kata sebagai reaksi yang dihasilkan oleh subjek. Lebih baik dikatakan bahwa makna
yang dikandung oleh kata-kata yang diucapkan sama dengan makna yang dikandung oleh kata-kata yang telah ditentukan,
dan kesesuaian itu berupa kesamaan sepenuhnya antara makna-makna tersebut. Suatu segi yang penting dalam definisi ini
ialah tekanan yang diletakkan pada pengalaman subjek, yang menghasilkan suatu bentuk kata-kata tertentu.
• jika seseorang yang mengetahui makna kata tersebut berada dalam situasi yang demikian rupa sehingga menyebabkan dia
mengucapkan kata-kata yang sama dalam keadaan-keadaan itu. Ini berarti orang dapat menganalisa situasi sebagai berikut.
• 1. Suatu bentuk kata telah ditentukan;
• 2. Suatu subjek terlibat;
• 3. Ada suatu perangkat keadaan;
• 4. Ada reaksi dalam bentuk kata-kata dari subjek tersebut.
Paham Empiris (Emperical Theory)
• Definisi-definisi tentang kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri
pada pelbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman
inderawi dari orang seorang. Semua paham tersebut dalam arti tertentu
memandang proposisi bersifat meramalkan (predictiue) atau hipotetis, dan
memandang kebenaran proposisi sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan.
Yang demikian ini menyebabkan kebenaran menjadi pengertian yang bersifat
subjektif serta nisbi.
• Penganut operasionisme yang mendefinisikan makna berdasar atas
tindakah-tindakan (operation), mengatakan bahwa setiap proposisi
meramalkan hasil yang berupa konsekuensi- konsekuensi tertentu sebagai
akibat adanya tindakan-tindakan tertentu. Dan ia mendefinisikan kebenaran
sebagai terjadinya konsekuensi-konsekuensi yang telah diramalkan. Penganut
empirisisme radikal, atau penganut positivisme logis, mengatakan bahwa suatu
proposisi dapat dilacak sampai kepada proposisi- proposisi mengenai
pengalaman-pengalaman inderawi yang sungguh-sungguh terjadi. Paham
semacam ini juga disebut 'paham reduksionisme'.
Teory Pragmatisme
• Sebagaimana telah kita lihat, ajaran-ajaran pragmatisme berbeda-
beda coraknya, sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi yang mereka
tekankan. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah
satu konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran ini adalah apabila
kemungkinannya luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya
hanya dua dan saling bertolak belakang. Misalnya, semua yang teratur ada
yang mengatur, dalam hal ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur.
Dengan adanya yang mengatur peredaran darah dalam tubuh maka tubuh
manusia terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu adalah salah,
tetapi seharusnya ada yang mengatur yaitu Tuhan, karena hanya ada dua
kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak ada yang mengatur,
apabila diterima salah satu maka yang lain dicoret karena bertolak
belakang.
• Item di bawah ini adalah kumpulan kebenaran akal yang tidak beretika moral, yaitu:
• 1. Menampar murid yang tidak menjawab dengan benar.
• 2. Menceraikan isteri yang tidak dapat memberikan anak.
• 3. Sistem komando yang militeristik.
• 4. Sistem jihad yang tidak kasih sayang.
• 5. Melakukan Daerah Operasi Militer terhadap wilayah yang separatis.
• 6. Memaksakan konsensus nasional.
• 7. Memaksakan mufakat pada masyarakat yang heterogen.
• 8. Memaksakan hukum tanpa hak azasi manusia.
• 9. Memaksakan pembangunan ekonomi.
• 10. Senantiasa berdalih pe.rsatuan dan kesatuan.
• 11. Peraturan yang ketat tanpa toleransi.
• 12. Sosialisme komunis.
• 13. Kemarahan yang melumpuhkan.
• 14. Kebenaran yang buruk (tidak baik).
• 15. Ketiranian.
• 16. Flukum Yahudi.
• 17. Hukum Perang mengabaikan kemanusiaan.
• 18. Fundamentalis Islam tanpa sufistik.
• 19. Keseragaman (uniformitas).
• 20. Fungsi rangkap jabatan.
• 21. Pengawasan melekat.
• 22. Sentralistik pemerintah pusat.
• 23. Memerangi bangsa yang tidak bersalah.
• 24. Effectiveness untuk mempercepat pencapaian hasil.
• 25. Integralistik perundang-undangan.
• 26. Partai tunggal yang menguasai masyarakat.
• 27. Disiplin ilmu pengetahuan tanpa kaidah moral.
• 28. Mengandalkan teori tanpa tedeng aling-aling.
• 29. Mengandalkan perhitungan kuantitatif melulu.
• 30. Mengandalkan bukti.
• 31. Mengandalkan fakta.
• 32: Mengandalkan akal semata.
• 33. Mengandalkan kebenaran tanpa kebaikan.
• 34. Mengandalkan perintah atasan bukan tugas.
PENALARAN
KULIAH 6
KELOMPOK 7
NAMA KELOMPOK :
1. Lilis Nur Khafida (1211900154)
2. Delada Putri A. P. (1211900193)
3. Fathur Rosi (1211900212)
PENALARAN
ARGUMENTASI adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan
akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu
pengetahuan. Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentative adalah berpikir
kritis dan logis. Untuk itu ia harus bertolak dart fakta-fakta atau evidensi-evidensi
yang ada. Fakta-fakta dan evidensi itu dapat dijalin dalam metode-metode
sebagaimana dipergunakan juga oleh eksposisi. Untuk itu akan dikemukakan
pertama-tama masalah penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan
pendapat yang benar sebagai hasil dart suatu proses berpikir untuk
merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh
akal sehat.
2
PROPOSISI
Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang
berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Penalaran merupakan sebuah
proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Kalimat kalimat
semacam ini, dalam hubungan dengan proses berpikir tadi disebut proposisi.
Proposisi dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan
kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di
dalamnya.
3
INFERENSI
berasal dari bahasa Latin, yaitu
dari kata implicare yang berarti
melibat atau merangkum. Dalam
logika, juga dalam bidang ilmiah
lainnya, kata inferensi adalah
kesimpulan yang diturunkan dari
apa yang ada atau dari fakta-fakta
yang ada.
INFERENSI DAN INPLIKASI
IMPLIKASI
sesuatu dianggap ada karena sudah
dirangkum dalam fakta atau evidensi itu
sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai
hasil dari proses berpikir yang logis
harus disusun dengan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan yang
tercakup dalam evidensi (= implikasi),
dan kesimpulan yang masuk akal
berdasarkan implikasi (= inferensi).
4
WUJUD EVIDENSI
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi.
Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak
boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau
penegasan. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data
atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan
keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
5
Supaya data dan informasi
dapat dipergunakan dalam
penalaran data dan informasi
itu harus merupakan fakta.
Dalam kedudukannya yang
pasti sebagai fakta, bahan-
bahan itu siap digunakan
sebagai evidensi. Sebab itu
perlu diadakan pengujian-
pengujian melalui cara-cara
tertentu.
CARA MENGUJI DATA
1. OBSERVASI
Fakta-fakta yang diajukan sebagai
evidensi mungkin belum memuaskan
seorang pengarang atau penulis. Untuk
lebih meyakinkan dirinya sendiri dan
sekaligus dapat menggunakannya
sebaik-baiknya dalam usaha
rneyakinkan para pembaca, maka
kadang- kadang pengarang merasa perlu
untuk mengadakan peninjauan atau
observasi singkat untuk mengecek data
atau informasi itu.
6
2. KESAKSIAN
Demikian pula halnya dengan
semua pengarang atau penulis.
Untuk memperkuat evidensinya,
mereka dapat mempergunakan
kesaksianorang lain yang telah
mengalami sendiri peristiwa
tersebut.
CARA MENGUJI DATA
3. AUTORITAS
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk
menguji fakta dalam usaha menyusun
evidensi adalah meminta pendapat dari
suatu autoritas, yakni pendapat dari
seorang ahli, atau mereka yang telah
menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat,
memperhatikan semua kesaksian, menilai
semua fakta kemudian memberikan
pendapat mereka sesuai dengan keahlian
mereka dalam bidang itu.
7
1. KONSISTENSI
untuk menetapkan fakta mana
yang akan dipakai sebagai
evidensi adalah kekonsistenan.
Sebuah argumentasi akan kuat
dan mempunyai tenaga persuasif
yang tinggi, kalau evidensi-
evidensinya bersifat konsisten,
tidak ada satu evidensi
bertentangan atau melemahkan
evidensi yang lain.
CARA MENGUJI FAKTA
2. KOHERENSI
untuk mengadakan penilaian fakta mana
yang dapat dipergunakan sebagai evidensi
adalah masalah koherensi. Semua fakta
yang akan digunakan sebagai evidensi
harus pula koheren dengan pcngalaman-
pengalaman manusia, atau sesuai dengan
pandangan atau sikap yang berlaku.
8
1. KEMASHURAN DAN
PRESTISE
meneliti apakah pernyataan atau
pendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas itu hanya
sekadar bersembunyi di balik
kemashuran dan prestise pribadi
di bidang lain.
CARA MENGUJI AUTORITAS
2. KOHERENSI DENGAN
KEMAJUAN
Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak
selalu berarti bahwa pendapat itulah yang
terbaik. Tetapi harus diakui bahwa
pendapatpendapat terakhir dari ahli-ahli
dalam bidang yang sama lebih dapat
diandalkan, karena autoritas-autoritas
semacam itu memperoleh kesempatan yang
paling baik untuk membandingkan semua
pendapat sebelumnya.
9
THANKS !
BERPIKIR SECARA FILSAFAT
MENUJU KEPASTIAN DAN
KEBENARAN
ILMIAH
KELOMPOK 7
NAMA KELOMPOK :
1. Lilis Nur Khafida (1211900154)
2. Delada Putri A. P. (1211900193)
3. Fathur Rosi (1211900212)
MENGAPA ?
Mengapa Harus Berpikir Secara Filsafat ?
Berfilsafat adalah berpikir. Ini tidak berarti bahwa berpikir
adalah berfilsafat. Kalau dikatakan berfilsafat adalah
berpikir, hal ini dimaksudkan bahwa berfilsafat termasuk
kegiatan berpikir. Berpikir adalah berbicara dengan dirinya
sendiri di dalam batin. Sedangkan berpikir dengan benar
mengandung pengertian mempertimbangkan, merenungkan,
menganalisis,membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan
alasan, meneliti suatu jalan pikiran
mencari bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama
lain, menarik kesimpulan, mengapa atau untuk apa
sesuatu terjadi dan membahasakan suara realitas.
Jelaslah bahwa berfilsafat itu berarti berpikir, walaupun
berpikir itu tidak sertamerta berarti berfilsafat. Hal ini
disebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir artinya
dengan bermakna. Artinya, berpikir itu ada manfaat,
makna, dan tujuannya, sehingga mudah untuk
direalisasikan dari berpikir itu karena sudah ada acuan
dan tujuan yang pasti atau sudah ada planning.
2
MENGUKUR BERPIKIR FILSAFAT
Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan
sifat spekulatif. Orang yang berpikir filsafati berarti orang tersebut membongkar
tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak percaya begitu raja bahwa ilmu itu
benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan
kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai
sebuah lingkaran yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai
awal sekaligus sebagai akhir.
3
CIRI BERPIKIR FILSAFAT
1. Konsepsional.
Perenungan filsafat berusaha
untuk menyusun suatu
bagian konsepsional.
4
2. Koheren. Perenungan
kefilsafatan berusaha untuk
menyusun suatu bagan yang
koheren yang konsepsional.
3. Memburu kebenaran.
Kebenaran yang diburunya adalah
kebenaran hakiki tentang seluruh
realitas dan setiap hal yang dapat
dipersoalkan.
4. Radikal. Berfilsafat
berarti berpikir radikal. Filsuf
adalah pemikir yang radikal.
6. Menyeluruh. Perenungan
kefilsafatan berusaha menyusun
suatu bagan konsepsional yang
memadai untuk dunia tempat kita
hidup maupun diri kita sendiri.
5. Rasional. Perenungan
kefilsafatan berusaha menyusun
suatu bahan konsepsional yang
bersifat rasional
TEORI MENGENAI KEBENARAN
1. Kebenaran sebagai
Persesuaian Pendasar teori ini
adalah Aristoteles. Menurutnya,
mengatakan sesuatu yang ada
sebagai tidak ada, atau yang
tidak ada sebagai ada adalah
salah
5
2. Kebenaran sebagai
Keteguhan Kebenaran tidak
lagi ditemukan dalam
kesesuaian dengan kenyataan,
melainkan dalam relasi antara
proposisi baru dengan proposisi
lama atau yang sudah ada.
3. Teori Pragmatis
tentang Kebenaran (the
pragmatic theory of truth). Teori
ini dikembangkan oleh Charles
Sanders Peirce dan William
James. Kebenaran memiliki arti
yang sama dengan kegunaan.
4. Teori Kebenaran
Performatif Anggapan
tentang terlaksananya
kebenaran dalam bahasa
(ungkapan) manusia berasal
dari Inggris (Frank Ramsey,
John Austin, danPeter
Strawson).
○ 5. Teori Kebenaran
Historis Ini pada
umumnya diakui oleh
kelompok post-modernis
atau strukturalis dan post-
strukturalis.
ada dua macam kebenaran yaitu kebenaran empiris dan logis yang kiranya dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu terdapat tiga sifat dasar kebenaran ilmiah:
1. Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis (berdasarkan kesimpulan yang logis-
rasional dari premis-premis tertentu).
2. Isi empiris kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada (empiris).
3. Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan
empiris, maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam memecahkan
permasalahan.
SIFAT-SIFAT KEBENARAN ILMIAH
6
Dalam diskusi tentang macam-macam teori kebenaran pertanyaan yang muncul ialah
apakah kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas pertanyaan ini
memunculkan dua pandangan berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan
kebenaran logis-rasional dan pandangan kaum empiris yang menekankan kebenaran empiris.
Karena itu kita harus berbicara tentang taraftaraf kepastian (subyektivitas dan obyektivitas).
KEPASTIAN DAN KEBENARAN
7
Dalam kaitan dengan kepastian sering kita mengatakan bahwa sesuatu hanya dapat
ditempatkan dalam "barangkali" atau "mungkin."Istilah ini digunakan para ilmuwan untuk
menunjuk pada sesuatu yang dalam gejala pengetahuan terletak pada pihak obyek. Untuk
mengatasi kesulitan ini kita diperkenalkan dengan istilah `kepercayaan' (credibility).
TARAF KEPASTIAN ILMU EMPIRIS DAN
ILMU EKSAKTA
8
1. kepastian tentang explanans dari gejala-gejala yang diselidiki, terutama menyangkut
kebenaran pernyataan dari gejala-gejala itu; dan
2. kepastian mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu hukum yang berlaku. Namun
yang dicapai adalah satu ketakpercayaan (tidak pernah mencapai nilai 1).
KEPASTIAN ILMU EMPIRIS
9
Dalam konteks penemuan (context of discovery), dalam usaha mencoba-coba, apa
yang dikatakan tentang ilmu-ilmu empiris juga berlaku untuk ilmu-ilmu pasti (di mans ilmu itu
belum pasti). Namun dalam konteks pembenaran (context of justification), dalam satu sistem
matematika atau logika yang sudah jadi dan berdiri sendiri, tidak ada lagi hipotesis, melainkan
hanya ungkapan-ungkapan yang bersifat aksiomatis (yang terdiri dari dalil-dalil) yang
semuanya bernilai 1.
KEPASTIAN ILMU EKSAKTA
10
Kebalikan dari berpikir induktif ialah berpikir deduktif. Bekerjanya berangkat dari
hal yang umum (dari induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal-hal yang khusus (particular). Prinsip
dasarnya ialah "segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam situ kelas atau jenis,
berlaku pula sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus,
asal hal yangkhusus ini benar-benar merupakan bagian atau unsur dari hal yang umum itu".
Penalaran deduktif biasanya mempergunakan silogisme dalam menyimpulkan.
BERPIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF
11
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam
mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan
adalah:
1. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah;
2. Menyusun kerangka pikiran (logical contract);
3. Merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah);
4. Menguji hipotesis secara empirik;
5. Melakukan pembahasan dan;
6. Menyimpulkan. Tiga Iangkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah-
langkah selanjutnya bersifat teknis penelitian.
Dengan demikian maka pelaksanaan penelitian menyangkut dua hal, yaitu hal
metode dan hal teknis penelitian. Namun secara implisit metode dan teknik melarut di
dalamnya.
METODE ILMIAH
12
THANKS!
13
PENGANTAR
FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, MS
Kelas “S”(Jum’at 17.00 WIB)
KELOMPOK 7
• Lilis Nur Khafida 1211900154
• Delada Putri Amanda T 1211900193
• Fathur Rosi 1211900212
FILSAFAT MANUSIA
HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI
SISI FILSAFAT ILMU
PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA
Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari
hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah metode pemikiran yang membahas tentang
sifat dasar dan hakikat kebenaran yang ada di dunia ini. Filsafat manusia adalah
bagian filsafat yang membahas apa arti manusia sendiri secara mendetail.
Filsafat manusia jelasnya adalah filsafat yang mengupas apa arti manusia
sendiri, is mencoba mengucap sebaik mungkin apa sebenarnya makhluk itu yang
disebut "manusia", istilah filusuf manusia atau "antropologi filusuf' (antropos
dalam Bahasa Yunani berarti manusia) tampak lebih eksok karena apa yang
dipelajari dengannya adalah manusia sepenuhnya, roh serta badan jiwa serta
daging.
Beberapa pandangan para ahli tentang filsafat manusia
 Manusia juga memiliki karya
yang dihasilkan sehingga berbeda
dengan mahluk yang lain.
Manusia dalam memiliki karya
dapat dilihat dalam setting
sejarah dan setting psikologis
situasi emosional dan intelektual
yang melatarbelakangi karyanya.
Dan karya yang dibuat manusia
tersebut menjadikan ia sebagai
mahluk yang menciptakan
sejarah.
 Ada yang mengatakan
manusia adalah hewan
rasional (animal rasional) dan
pendapat ini diyakini oleh
para filosof. Sedangkan yang
lain menilai manusia sebagai
animal simbolik, pernyataan
tersebut dikarenakan manusia
mengkomunikasikan bahasa
melalui simbol-simbol dan
manusia menafsirkan simbol-
simbol tersebut.
 Ada yang lain menilai
tentang manusia
adalah sebagai homo
feber dan homo
sapiens
Beberapa pandangan para ahli tentang filsafat manusia
 Menunjukan perbedaan antara manusia dengan
binatang tentang kebutuhannya. Binatang
langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya,
sedangkan manusia membuat kerja hidupnya
menjadi objek kehendak dan kesadarannya.
Binatang berproduksi hanya apa yang ia
butuhkan secara langsung bagi dirinya dan
keturunannya, sedangkan manusia berproduksi
secara universal bebas dan kebutuhan fisik.
 Menurut Paulo Freire
manusia merupakan satu-
satunya mahluk yang
memiliki hubungan dengan
dunia.
HAKEKAT MANUSIA
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya,
seperti dalam pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang
menentukan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme,
atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme, atau dualisme yang memiliki
pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya
tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani, yakni pandangan pluralisme
yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada
dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan
mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah
mono pluralisme yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang
membentuknya.
KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA
1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filfafat.
2. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu
yang terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannyadengan
yang lain. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa,
dan kehendak
Tiga unsur pembentukan manusia
1. Pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan
lingkungannya
2. Manusia Dalam Hubungannya Dengan Hidup Komunitas
3. Agama mengandung nilai-nilai universal yang pada
hakikatnya mengajarkan yang baik bagi penganutnya.
HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU
LAIN TENTANG MANUSIA
 Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya membahas manusia
dan segi psikis yang dapat diperoleh dan melihat perilaku manusia, menjelaskan
gejala-gejala jiwa dan mental, bagaimana pengalaman manusia dapat
mempengaruhi kehidupan selanjutnya dan menjelaskan perkembangan manusia dari
masa prenatal hingga menjelang kematian.
 Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini
membatasi din untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup
sosialnya, menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan menjelaskan bahwa
manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri.
 Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini
membatasi pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan manusia
atau ditinggalkan manusia, menjelaskan hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis,
dan ras suatu masyarakat yang bersifat lokal.
Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran
dalam Filsafat :
o Materialisme
o Idealisme
o Dualisme
o Vitalisme
o Eksistensialisme
o Strukturalisme
o Postmodernisme
Eksistensi dan Peranan Manusia :
 Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran
dan kedudukan yang sangat mulia.
 Tiga Rantai Kehidupan :
o Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai hamba)
o Hubungan Antar Manusia (Manusia sebagai makhluk sosial)
o Hubungan kepada Alam (Manusia sebagai makhluk
ESENSI DAN EKSISTENSI FILSAFAT MANUSIA SERTA PERANAN
MANUSIA
Perananan sebagai manusia
Peran Manusia Sebagai Manusia Biasa : Tujuan hidup manusia dari penciptaan hingga kembali
kepada dzat yang menciptakan menapaki beberapa tahap. Keterhubungan dan ketersaling-
ketergantungan menjadi sistem kehidupan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Konsekuensinya
manusia disebut sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Jika
ada segolong atau sekelompok manusia yang menyatakan dirinya paling benar, berarti is mengabaikan
prinsip manusia yang saling bergantung.
Peran Manusia Sebagai Khalifah : Sebagai pemimpin di muka bumi, manusia diajarkan bagaimana
cara memimpin yang baik. Lagi-lagi kembali kepada tiga konsep besar di atas. Dari Tuhan manusia
memiliki kekuatan dan pengetahuan yang jika diimplementasikan terhadap kata `manusia sebagai
khalifah' akan menjadi sangat ideal. Karena hanya manusialah makhluk yang memiliki akal dan nurani
yang masing-masing menjadi pengontrol bagian lainnya.
PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DAN ILMU TENTANG MANUSIA
(PSIKOLOGI & ANTROPOLOGI)
Ilmu Tentang Manusia Filsafat Manusia
Bersifat positifistik menggunakan metodologi ilu
alam, observasional dan eksperimental yang
terbatasa tampak secara empiris
Bersifat metafisis menggunakan metode ilmu kemanusiaan,
sintetis, reflektif, intensif, dan kritis yang merupakan
gejala seperti filsafat manusia.
Oleh karena itu tidak dapat menjawab pertanyaan
yang mendasar tentang manusia
Oleh karena itu dapat menjawab pertanyaan yang berdasar
tentang manusia
Metode lebih fragmentaris yaitu menyelidiki hanya
bagian tertentu dari manusia, contohnya :
psikologis manusia sebagai organisme. Antropologi
dan sosiologi pada gejala budaya dan pranata
sosial.
Metode sintetis dan reflektif (ektensif) atau menyeluruh,
intensif (mendalam) dan kritis, contoh: filsafat manusia
menekankan kesatuan dua aspek/lebih dalam satu visi.
MANFAAT DAN TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT
MANUSIA
 Secara Praktis
Siapa sesungguhnya manusia? Hal ini membutuhkan pemahaman manusia secara menyeluruh,
sehingga memudahkan mengambil keputusan-keputusan praktis/menjalankan aktivitas hidup
sehari-hari.
 Secara Teoritis
Pemahaman manusia secara yang esensial sehingga kits dapat meninjau secara kritis asumsi-
asumsi yang tersembunyi di balik teori-teori antropologi dan psikologi dan ilmu-ilmu tentang
manusia.
 Manfaat Lain :
1. Mencari menemukan jawaban tentang siapakah sesunguhnya manusia itu, masalah-masalah
terkait manusia sangat kompleks sehingga persoalan tentang manusia tidak habis untuk
dibicarakan.
2. Essensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri.
Ciri - Ciri Filsafat Manusia
1. Ekstensif : dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya
objek kajian yang di geluti oleh filsafat.
2. Intensif (mendasar) : filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali
inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap
kenyataan.
3. Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk
memahami din sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak
langsung berhubungan dengan pemahaman din manusia, tidak luput dari kritik
filsafat.
KESIMPULAN
 Filsafat Manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan hakekat atau
esensi dari manusia.
 Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada tahap ini
semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian
yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya.
 Ciri ciri filsafat manusia ada tiga, diantaranya ektensif filsafat manusia, intensif filsafat
manusia, dan Kritis filsafat manusia.
 Terdapat dua Esensi aliran tertua dan terbesar dari filsafat manusia, yaitu materialisme dan
idealisme.
 Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara
menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri manusia didalam
pemahaman manusia yang menyeluruh itu.
SEKIAN TERIMAKASIH 
PENGANTAR
FILSAFAT ILMU
KELOMPOK 7
1. Lilis Nur Khafida 1211900154
2. Delada Putri A.T 1211900193
3. Fathur Rosi 1211900212
FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
Socrates, seorang filsuf besar Yunani, telah berbicara pada abad
sebelum masehi. Kenalilah dirimu sendiri, demikianlah kurang lebih pesan
yang ingin is sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir yang dengan itu
menjadikan dirinya ada. R.F. Beerling, seorang profesor Belanda
mengemukakan teorinya tentang manusia bahwa manusia itu ialah makhluk
yang suka bertanya.
Aristoteles, filsuf Yunani yang lain mengemukakan bahwa
manusia ialah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapat,
yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that reason). W.E.
Hacking, dalam bukunya What is Man, menulis bahwa: "tiada cara
penyampaian yang meyakinkan mengenai apa yang dipikirkan oleh hewan,
namun agaknya aman untuk mengatakan bahwa manusia jauh lebih berpikir
dari hewan mana pun. Ia menyelenggarakan buku harian, memakai cermin,
menulis sejarah. "William P. Tolley, dalam bukunya Preface to Philosophy a
Tex Book, mengemukakan bahwa "our question are endless, what is a man,
what is a nature, what is a justice, what is a god?" Berbeda dengan hewan,
manusia sangat concern mengenai asal mulanya, akhirnya, maksud dan
tujuannya, makna dan hakikat kenyataan.
HAKIKAT ETIKA
◦ Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan
tetapi ilmu ruerupakan suatu cara berpikir yang demikian jelimet dan mendalam tentang sesuatu objek yang khas dengan pendekatan
yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang handal. Handal dalam arti bahwa sistem dan
struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Disebabkan oleh karena itu pula is terbuka untuk diuji oleh siapapun.
◦ Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, objektif, dan terbuka (Jujun,
1978). Menurut K. Bertens (2011), dalam filsafat Yunani etika dipakai untuk menunjukkan filsafat moral seperti yang acap ditemukan
dalam konsep filsuf besar Aristoteles. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dengan
memakai istilah modern, dapat dikatakan juga bahwa etika membahas tentan konvensi sosial yang ditemukan dalam masyarakat.
◦ Magnis Suseno (1987) memahami etika hams dibedakan dengan ajar-an moral. Moral dipandang sebagai ajaran, wejangan, khotbah,
patokan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana ia hams bertindak, tentang bagaimana hams hidup dan bertindak, agar ia menjadi
manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral yaitu orang-orang dalam berbagai kedudukan, seperti orang tua dan guru, para
pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan para bijak.
◦ Koetjaraningrat (1980) mengatakan, etika deskriptif tugasnya sebatas menggambarkan atau memperkenalkan dan sama sekali tidak
memberikan penilaian moral. Pada masa sekarang objek kajian etika deskriptif lebih banyak dibicarakan oleh antropologi budaya,
sejarah, atau sosiologi. Karena sifatnya yang empiris, maka etika deskriptif lebih tepat dimasukkan ke dalam bahasan ilmu pengetahuan
dan bukan filsafat.
◦ Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti: Pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan manusia. Kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan, atau manusia lain. Objek formal etika meliputi norma kesusilaan manusia, dan mempelajari tingkah laku
manusia baik buruknya. Adapun estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh
manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
◦ Nilai itu objektif atau subjektif sangat bergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi
subjektif apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolok ukur segalanya, atau
eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat fisik atau psikis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan
berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas, dan hasil nilai subjektif selalu
akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
◦ Nilai itu objektif jika is tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena
adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolok ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada sesuai dengan objek
sesungguhnya.
HAKIKAT MORAL VERSUS ILMU
◦ Menurut K. Bertens (2011), secara etimologis kata moral sama dengan etika, meskipun kata asalnya beda. Pada tataran lain, jika kata
moral dipakai sebagai kata sifat artinya sama dengan etis, jika dipakai sebagai kata Benda artinya sama dengan etika. Moral yaitu nilai-
niai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Ada lagi istilah
moralitas yang mempunyai arti sama dengan moral (dari kata sifat Latin moralis), artinya suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas
yaitu sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
◦ Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya tata cara atau adat
istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat
berbagai rumusan pengertian moral yang dari segi substantif materielnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda.
Widjaja (1985) menyatakan, bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Bambang Daroeso
(1986), merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut:
1. Moral sebagai perangkat ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di
dalam lingkungan tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa is terikat oleh keharusan untuk mencapai yang
baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
ASPEK DAN SIFAT MORAL DALAM
ILMU PENGETAHUAN
1. Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu Pengetahuan
◦ Menurut Immanuel Kant dalam Tjahjadi (1991), filsafat Yunani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu fisika, etika, dan logika. Logika
bersifat apriori, maksudnya tidak membutuhkan pengalaman empiris. Logika sibuk dengan pemahaman dan rasio itu sendiri, dengan
hukum pemikiran universal. Fisika, di samping memiliki unsur apriori juga memiliki unsur empiris atau aposteriori, sebab sibuk
dengan hukum alam yang berlaku bagi alam sebagai objek pengalaman. Demikian pula halnya dengan etika, di samping memiliki
unsur apriori juga memiliki unsur empiris, sebab sibuk dengan hukum tindakan manusia yang dapat diketahui dari pengalaman.
Tindakan manusia dapat kita tangkap melalui indra kita, akan tetapi prinsip yang mendasari tindakan itu tidak dapat kita tangkap
dengan indra kita. Menurut Kant, filsafat moral atau etika yang murni justru yang bersifat apriori itu. Etika apriori ini disebut
metafisika kesusilaan.
◦ Pemahaman tentang moralitas yang didistingsikan dengan legalitas ditemukan dalam filsafat moral Kant. Menurut pendapatnya,
moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah, yakni apa yang oleh Kant dipandang sebagai
"kewajiban.“
◦ kata Tjahjadi (1991), nilai moral Baru akan ditemukan di dalam moralitas. Dorongan batin itu tidak dapat ditangkap dengan indra,
sehingga orang tidak mungkin akan menilai moral secara mutlak. Kant dengan tegas mengatakan, hanya Tuhan yang mengetahui
bahwa dorongan batin seseorang bernilai moral. Kant memahami moralitas masih dibedakan menjadi dua, yaitumoralitas heteronom
danmoralitas otonom.
2. Moralitas Objektivistik Versus Relativistik dalam Ilmu Pengetahuan
◦ Menurut Kurtines dan Gerwitz (1992), timbulnya perbedaan pandangan tentang sifat moral. sebagaimana dikemukakan
itu tak terlepas dari sejarah perkembangan intelektual Barat yang dibagi dalam tiga periode, yaitu zaman Abad Klasik,
Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Sejarah ide dunia Barat dimulai sejak zaman Yunani Kuno sekitar abad ke-5 SM,
dengan ahli pikirnya yang sangat terkenal, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ketiga pemikir terbesar Abad Klasik ini
berpandangan bahwa prinsip moral itu bersifat objektivistik, naturalistik, dan rasional. Maksudnya, meskipun bersifat
objektif sebagaimana yang telah dikemukakan, akan tetapi moral itu merupakan bagian dari kehidupan duniawi (natural)
dan dapat dipahami melalui proses penalaran atau penggunaan akal budi (rasional).
◦ Socrates yang meninggal pada 399 SM, meskipun tidak meninggalkan karya tulis, ia mengajarkan tentang adanya
kebenaran yang bersifat mutlak. Untuk mempunyai pengetahuan yang objektif tentang kebenaran itu merupakan sesuatu
yang sangat mungkin bagi manusia, melalui penalaran atau akal budi. Plato (427-347 SM), pencipta istilah ide,
mengatakan bahwa ide itti memiliki eksistensi yang nyata dan objektif. Pendapat ini sekaligus untuk menyanggah kaum
sofisme yang mengatakan bahwa tidak mungkin terdapat suatu pengetahuan dan juga moral yang bersifat objektif,
sedangkan dunia itu sendiri terus-menerus berubah.
◦ Menurut Plato, pengetahuan maupun moral yang bersifat objektif itu sangat mungkin, meskipun tidak di dunia fisik. Ia
mengemukakan adanya dunia, yaitu dunia fisik dan dunia ide. Dunia fisik itu terns berubah, sementara dunia ide atau
dunia cita itu merupakan dunia yang abadi.
◦ Menurut Aristoteles, materi lebih pokok dibanding dengan bentuk. Dalam bukunya yang berjudul The Nicomachean
Ethics, dikemukakan bahwa kebenaran merupakan tujuan yang ingin kita raih dan untuk meraihnya itu melalui kegiatan
yang kita lakukan
3. Sifat Moral dalam Perspektif Objektivistik Versus Relativistik
Prinsip moral yang bersifat objektivistik-universal yang dimaksudkan yaitu prinsip moral secara objektif dapat
diterima oleh siapa pun, di mana pun, dan kapan pun juga. Sebagai contoh, sifat atau sikap kejujuran, kemanusiaan,
kemerdekaan, tanggung jawab, keikhlasan, ketulusan, persaudaraari, dan keadilan. Adapun prinsip moral yang bersifat
relativistikkontekstual sifatnya "tergantung atau sesuai dengan konteks," misalnya tergantung pada konteks kebudayaan
atau kultur, sehingga bersifat kultural. Demikian seterusnya, sifat relativistik-kontekstual itu pengertiannya bisa berarti
nasional, komunal, tradisional, situasional, kondisional, multikultural, atau bahkan individual.
Sebagaimana dikenal dalam kajian tentang macam-macam norma, dikenal adanya empat macam norma, yaitu
norma keagamaan, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum. Norma kesusilaan itu lebih bersumber pada
prinsip etis dan moral yang bersifat objektivistikuniversal. Adapun norma kesopanan itu bersumber pada prinsip etis dan
moral yang bersifat relativistikkontekstual.
Sejalan dengan hal ini, Widjaja (1985) mengemukakan bahwa persoalan moral dihubungkan dengan etik
membicarakan tentang tata susila dan tata sopan santun. Tata susila mendorong untuk berbuat baik, karena hati kecilnya
mengatakan baik, yang dalam hal ini bersumber dari hati nuraninya, lepas dari hubungan dan pengaruh orang lain. Tata
sopan santun mendorong untuk berbuat baik, terutama bersifat lahiriah, tidak bersumber dari hati nurani, untuk sekadar
menghargai orang lain dalam pergaulan. Dengan demikian, tata sopan santun lebih terkait dengan konteks lingkungan
sosial, budaya, adat istiadat dalam satu sistuasi sosial.
HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN
DAN KEMANUSIAAN
◦ Menurut Jhon G. Kemeny dalam The Liang Gie (2005) mengatakan, ilmu adalah seluruh pengetahuan yang dihimpun
dengan perantara metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method). Terlepas berbagai makna
dari pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas dan metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak
bertentangan bahkan sebaliknya, hal ini merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu tidak harus
diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas
metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
◦ Ilmu pengetahuan merupakan warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu.
Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan yang
memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu eksperimental
secara khusus telah matang bagi perkembangan bare menyeluruh melalui Renaisans, Abad Kebangkitan.
◦ Sejatinya ilmu pengetahuan yaitu mengarahkan kecerdasan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat tanpa
mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk
menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metode yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu,
maka ketiadaan hal-hal ini memiliki anti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita.
ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU
PENGETAHUAN
◦ Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dalam sebaik-baik ciptaan, maka manusia memiliki kelebihan yang istimewa, yaitu
kemampuannya dalam menalar, merasa, dan mengindra. Melalui kelebihan ini manusia mampu mengembangkan ilmu
pengetahuannya, dan hal inilah yang secara prinsip menjadi furgan (pembeda) manusia dengan makhluk lainnya, bahkan
pembeda kualitas antarmanusia itu sendiri. Atas kemampuan yang dimiliki manusia itu, diharapkan dapat berimplikasi terhadap
peningkatan taraf kehidupan manusia.
◦ Kemampuan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah melahirkan temuan-temuan barn yang belum ada
sebelumnya, atas penemuan itu manusia mendapatkan manfaat secara langsung.
◦ Dalam sejarah dikenal nama Corpus Juris sebagai orang yang pertama kali menyadari dan memprakarsai etika moral dalam
karya ilmu pengetahuan, baik berupa hak milik dalam bentuk tulisan maupun lukisan di atas kertas. Namun demikian,
pendapatnya belum sampai kepada pembeda antara benda nyata (materielles eigentum) dan benda tidak nyata (immaterielles
eigentum) yang merupakan produk kreativitas manusia. Istilah immaterielles eigetum inilah yang sekarang disebut dengan
"intellectual property right (IPR)." yang merupakan terjemahan dari kata "geistiges eigentum,"atau hak kekayaan intelektual
ilmu pengetahuan.
◦ Dalam perspektif sejarah hukum, juga dikenal nama Hugo de Groot (Grotius) sebagai orang yang pertama memakai hukum alam atau hukum
kodrat yang berasal dari pikiran terhadap hal-hal kenegaraan, dia mengemas teorinya sebagai berikut: Pertama, pada dasarnya manusia
mempunyai sifat mau berbuat baik kepada sesama manusia. Kedua, manusia mempunyai "appetitus societaties" yang dimaknai hasrat
kemasyarakatan. Atas dasar appetites societaties ini manusia bersedia mengorbankan jiwa dan raganya untuk kepentingan orang lain, golongan,
dan masyarakat. Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurut teori hukum kodrat:
a) Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain).
b) Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji).
c) Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan kesalahan sendiri).
d) Poenae inter humanies meratum (berilah hukum yang setimpal).
Di negara-negara Anglo-Saxon berkembang suatu konsep negara hukum yang semula dipelopori oleh A.V. Dicey dengan sebutan "Rule
of Law," yang menekankan pada tiga tolok ukur atau unsur utama dalam teori hukum, yaitu:
1. Supremasi hukum atau supremacy of law.
2. Persamaan di hadapan hukum atau equality before the law.
3. Konstitusi yang didasarkan pada hak-hak perorangan atau the constitution based on individual rights.
◦ Menurut Aristoteles, negara hukum yaitu negara yang berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan
merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila
kepada setiap manusia agar is menjadi warga negara yang baik. Dan bagi Aristoteles, yang memerintah dalam negara bukanlah manusia yang
sebenarnya melainkan pikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan keseimbangan.
◦ Berdasarkan teori negara hukum (rechstaats) tersebut, berarti dalam penerapan perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu atau musik harus
senantiasa sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku. Namun pembentukan hukum positif itu haruslah berangkat dari hak-hak
yang dimiliki oleh setiap individu, khususnya atas hak ekonomi pencipta terhadap karya yang telah diciptakannya.
SIKAP MANUSIA
◦ Dewasa ini dalam upaya penerapan ilmu dan teknologi orang beranggapan atau dipengaruhi oleh Bacon dalam keadaannya tidak
sadar. Bacon menyatakan "Knowledge is power", siapa yang ingin menguasai alam semesta kuasailah ilmu, bahwa manusia haruslah
menguasai alam dan memperlakukannya tanpa memperhitungkan norma-norma etis dalam hubungannya dengan alam, sehingga
akibatnya banyak terjadi kerusakan lingkungan hidup yang pada gilirannya akan mengancam kelangsungan hidup manusia.
Disebabkan oleh karena itulah pada hakikatnya hubungan manusia dengan alam tidak hanya hubungan yang bersifat intrinsik
kosmologis namun juga hubungan yang bersifat etis-epistemologis.
◦ Manusia dengan seluruh alam lingkungan hidupnya secara bersama-sama merupakan ciptaan Tuhan. Manusia tidak dapat dipisahkan
dengan lingkungan hidupnya, bahkan manusia merupakan bagian dari lingkungan hidup itu. Dengan membuka lingkup yang wajar itu
manusia sebagai makhluk alam merupakan bagian dari alam oleh karena itu manusia memiliki sifat-sifat dan tunduk kepada hukum
alam, sehingga keduanya memiliki keterikatan kosmologis.
◦ Masalah hubungan manusia dengan manusia, menurut Heidegger sebagaimana dikutif oleh Bakker (1987) bahwa alam sebagai alat
atau sarana (Zeug), yang berhubungan erat dengan penggunaannya (Zubanden). Oleh karena itu menurut Heidegger, alam tidak dapat
dipahami lepas dari manusia. Maka alam pun akan memperoleh maknanya secara lengkap dalam kaitannya dengan integrasi dengan
manusia.
◦ Moral ilmiah menurut Merton sebagaimana yang dikutif oleh Depdikbud (1981) dinyatakan bahwa ilmu rnempunyai sifat
urziversalisme, komunalisme, disinterestedness, dan skeptisisme yang terorganisasi.
TUGAS MEMBUAT SLIDE PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK XIII :
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 7 (Tujuh) MHS SMT 4 KELAS S
1. Delada Putri Amanda (1211900193)
2. Lilis Nur Khafida (1211900154)
3. Farthur Rosi (1211900212)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SURABAYA
JUNI 2021
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono,Ms
Kelas “S” Jumat 17:00 wib
Oleh Kelompok : 7 (Tujuh)
MHS SMT 4 KELAS S
1. Delada Putri Amanda (1211900193)
 2. Lilis Nur Khafida (1211900154)
 3. Farthur Rosi (1211900212)

Pancasila Sebagai
Filsafat Bangsa
Indonesia
Latar Belakang
 Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu yang menjadi
pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan pemerintahannya
 Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat budaya bangsa.
Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam
suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan
pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat hidup,
hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan dalam ruang dan
waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia lainnya (Prayitno, 1989:2).
 Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa-bangsa lain.
Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari lima sila.
Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.

BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA
ADALAH SUATU FILSAFAT
1. Pendapat Muh. Yamin
 menyebutkan bahwa ajaran Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem
filsafat. Hakikat filsafatnya ialah satu sinthese fikiran yang lahir dari antithese fikiran. Dari
pertentangan pikiran lahirlah perpaduan pendapat yang harmonis, begitu pula halnya
dengan ajaran Pancasila, satu sinthese negara yang lahir dari pada satu antithese.
 2. Pendapat Soediman Kartohadiprodjo
 Beliau mengemukakan bahwa pancasila itu disajikan sebagai pidato untuk memenuhi
permintaan memberikan dasar fiilsafat negara, maka disajikannya Pancasila sebagai
filsafat. Pancasila masih merupakan filsafat Negara (staats-filosofie). Karena itu dapat
dimengerti, bahwa filsafat Pancasila dibawakan sebagai inti dari hal-hal yang berkkenaan
dengan manusia, disebabkan negara adalah manusia serata organisasi manusia.
BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA
ADALAH SUATU FILSAFAT
 3. Pendapat Drijrkoro
 berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan Weltanschauung didalam
lingkungan hidup. Dengan belajar filsafat orang tidak dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung.
Dan juga tidak pada tempatnya jika dalam filsafat aspek Weltanschauug ditekan-tekan
dengan berlebih-lebihan. Sehingga dikemukakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan
Weltanscauung bagi kita banggsa Indonesia, akan tetapi tanpa dirumuuskan sebagai filsafat
melainkan dalam dalil-dalil filsafat
 4. Pendapat Notonagoro
 berpendapat bahwa kedudukan Pancasila dalam Negara Republik Indonesia adalah
sebagai dasar negara, dalam pengertian dasar filsafat. Sifat kefilsafatn dari dasar
negara tersebut terwuujudkan dalam rumus abstrak dari kelima sila dari pada
Pancasila. Yang intinya ialah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan (kesatuan dalam
dinamikanya), kerakyatan dan keadilan, terdiri atas kata-kata pokok dengan awalan-
akhiran ke-an dan per-an. Dasar filsafat, asas kerokhanian Negara Pancasila adalah
cita-cita yang harus dijelmakan dalam kehidupan negara.
BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA
ADALAH SUATU FILSAFAT
 5. Pendapat Roeslan Abdoelgani
berpendapat bahwa Pancasila adalah filsafat Negara yang
lahir sebagai collective-ideologie dari seluruh bangsa
Indonesia. Pada hakikatnya Pancasila merupakan suatu
realiteit dan suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan
bangsa Indonesia sebagaimana tiap-tiap filsafat adalah
hakikatnya suatu noodzkelijkheid.
Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila
 Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari
kata philo, philos, philein yang mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai dan sophia yang
berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harfiah istilah filsafat
adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
 Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat
dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat
sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan
filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk,
filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila
mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku,
dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
Ada beberapa dasar yang menjadikan pancasila
sebagai filsafat bangsa Indonesia yaitu :
1. Landasan Ontologis Pancasila
2. Landasan Epistemologis
Pancasila
3. Landasan Aksiologis
Pancasila
PANCASILA SEBAGI FILSAFAT
 Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah
darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra,
karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
 Fungsi Filsafat Pancasila yaitu :
 1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam
kehidupan bernegara.
 2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang
hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.
 3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari
berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia.
PANCASILA SEBAGAI SISTEM
FILSAFAT
 Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling
kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup
filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan
lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi
manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan
filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang
manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
PANDANGAN INTEGRALISTIK
DALAM FILSAFAT PANCASILA
 Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat
majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya
 Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila
Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia.
Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai
makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom). Aspek-aspek hakikat kodrat
manusia itu dalam realitasnya saling berhubungan erat, saling brkaitan, yang satu tidak
dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis, dan hakiikat manusia yang
monopluralis itulah yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasilayang
merupakan dasar filsafat Negara Indonesia.
Dasar Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat
 Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
 1. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau
pandangan hidup yang dipraktekkan.
 2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara) RI.
 3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun. Karenanya, wajar bangsa
Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah
filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia.
 4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya; filsafat Pancasila akan berkembang secara
konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat Pancasila merupakan bagian dari khasanah dan
filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
filsafat adalah cinta akan kebijakan. Sedangkan Pancasila
sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan
tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila,
nilai dan landasan yang mendasar.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas Berdasarkan pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah cinta akan kebijakan.
Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu
dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh
yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang
mendasar.
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
SARANA BERFIKIR ILMIAH
DAN FILSAFAT SEBAGAI
BERFIKIR ILMIAH
KELOMPOK 7 :
1. Lilis Nur Khafida 1211900154
2. Delada Putri A.T 1211900193
3. Fathur Rosi 1211900212
SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN
FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan
deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari
pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu
langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses
metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
a) Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan
metode ilmiah.
b) Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara
baik.
Sarana Berpikir Ilmiah
A. Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian
bunyi dan lambang yang membentuk makna. Bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu
sendiri.Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia.Bahasa itu komunikasi.Fungsi
terpenting dari bahasa adalah menjadi alatkomunikasi dan interaksi.
1) Ciri-Ciri Bahasa Ilmiah
 Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau intersubjektif, dan
antiseptik.
2) Kelemahan Bahasa
 Bahasa sangat vital bagi manusia dalam aktivitas ilmiah (maupun aktivitas non-ilmiah). Bahasa
memperjelas cara berpikir manusia, maka orang yang terbiasa menulis dengan bahasa yang baik
akan mempunyai cara berpikir yang lebih sistematis.
B. Matematika
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya
serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat
memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau
generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.Pentingnya matematika tidak lepas dari
perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.
Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh kemampuan-kemampuan
meliputi :
• Menggunakan algoritma, Melakukan manipulasi secara matematika, Mengorganisasikan data,
memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya.
Kelebihan dan Kekurangan Matematika
Kelebihan matematika antara lain sebagai berikut :Tidak memiliki unsur emotifBahasa
matematika sangat universal.Adapun kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak
mengandungbahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuhdengan
simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
C. Statistika
• Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.Konsep statistikasering dikaitkan
dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara
untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana,
yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan
sebaliknya.
D. Logika
• Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapatdipertanggungjawabkan. Dalam arti
luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara
penalaran yang benar dengan penalaran yang salah.Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir.
Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa,
Logika, Matematika, Dan Statistika
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan
antara berpikir deduktif dan berpikir induktif.
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan
upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah –
langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi
hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut
harus didukung dengan alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang
kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR
ILMIAH
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan
empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan,
selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan.
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada
sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat
melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda
dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut
para ahli :
1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk
menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan
deduksi.
3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam
hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
4. Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran
yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah
ada.
Ilmu pengetahuan telah didefenisikan dengan beberapa cara dan defenisi untuk operasional. Berfikir
secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu
merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi.
• Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan pengetahuan (knowledge), antara
lain :
1. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982. Ilmu harus ada obyeknya,
terminologinya, metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas.
2. Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga harus memiliki objek,
metode,sistematika dan mesti bersifat universal.
• Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas:
1. Pengalaman.
2. Otoritas .
3. Cara berfikir deduktif.
4. Cara berfikir induktif .
5. Berfikir ilmiah (pendekatan ilmiah).
• Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan
metode ilmu.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara
baik.
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s

More Related Content

What's hot

Dasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanDasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanMuhammad Ihsan
 
Tugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatTugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatwindarti aja
 
Makalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber PengetahuanMakalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber Pengetahuansayid bukhari
 
Aksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuanAksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuanwindarti aja
 
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafatPengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafatghilmannafadza
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranSusi Yanti
 
filsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologifilsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologiCapung Humve
 
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)febrisukma
 
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docxMAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docxFirman Anz
 
Teori-teori Kebenaran
Teori-teori KebenaranTeori-teori Kebenaran
Teori-teori KebenaranHidayahilya
 
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)Rusmin Unisa
 
Dasar dasar pengetahuan
Dasar dasar pengetahuanDasar dasar pengetahuan
Dasar dasar pengetahuanphomie otari
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanUniversity of Jember
 
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMUSUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMUIFTITAH INDRIANI
 

What's hot (20)

Dasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanDasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar Pengetahuan
 
Tugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatTugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafat
 
Makalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber PengetahuanMakalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber Pengetahuan
 
Aksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuanAksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuan
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Sumber Pengetahuan
Sumber PengetahuanSumber Pengetahuan
Sumber Pengetahuan
 
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafatPengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
Pengertian ilmu,pengetahuan dan filsafat
 
2 dasar dasar pengetahuan
2 dasar dasar pengetahuan2 dasar dasar pengetahuan
2 dasar dasar pengetahuan
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
 
filsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologifilsafat-pengetahuan-epistemologi
filsafat-pengetahuan-epistemologi
 
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
 
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docxMAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
 
Teori-teori Kebenaran
Teori-teori KebenaranTeori-teori Kebenaran
Teori-teori Kebenaran
 
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
Tugas makalah filsafat sains ( pa mustamin)
 
Dasar dasar pengetahuan
Dasar dasar pengetahuanDasar dasar pengetahuan
Dasar dasar pengetahuan
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
 
1. epistemologi (selesai)
1. epistemologi (selesai)1. epistemologi (selesai)
1. epistemologi (selesai)
 
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMUSUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 

Similar to Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s

Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptxPengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptxChindyCahyanti
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriDimasBimaAndika
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okRizal Fahmi
 
FILSAFAT ILMU 5.pptx
FILSAFAT ILMU  5.pptxFILSAFAT ILMU  5.pptx
FILSAFAT ILMU 5.pptxhasimi3
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanAnnisa Fauzia
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUSeptiTirta
 
ilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuanilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuanalvinkasenda
 
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)Abdul Khaliq
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanSerenity 101
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxSitiYuliana11
 
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptxFilsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptxAdityaTegarSatrio1
 
TUGAS AKHIR.pptx
TUGAS AKHIR.pptxTUGAS AKHIR.pptx
TUGAS AKHIR.pptxUmarKafian
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfRoida1
 
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docxFKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docxMuhamadHusniMubarok1
 

Similar to Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s (20)

Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptxPengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
 
KELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_SKELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_S
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran ok
 
FILSAFAT ILMU 5.pptx
FILSAFAT ILMU  5.pptxFILSAFAT ILMU  5.pptx
FILSAFAT ILMU 5.pptx
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMU
 
ilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuanilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuan
 
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
 
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptxFilsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) (1).pptx
 
TUGAS AKHIR.pptx
TUGAS AKHIR.pptxTUGAS AKHIR.pptx
TUGAS AKHIR.pptx
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
 
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docxFKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
 
Kel12_EPISTEMOLOGI.pptx
Kel12_EPISTEMOLOGI.pptxKel12_EPISTEMOLOGI.pptx
Kel12_EPISTEMOLOGI.pptx
 

Recently uploaded

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s

  • 1. PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN PENGANTAR FILSAFAT ILMU_S KELOMPOK 7 Nama Kelompok : 1. Delada Putri Amanda T. (1211900193) 2. Lilis Nur Khafida (1211900154) 3. Fathur Rosi (1211900212)
  • 2. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.2 Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
  • 3. Jenis Pengetahuan Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang me¬miliki sesuatu di mana is menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya. Dengan common sense, semua orang sampai pada keya¬kinan secara umum tentang sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan, dan sebagainya. Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eks¬perimen, klasifikasi.
  • 4. Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali. Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal.
  • 5. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh¬sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan- kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengeta¬huannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu."
  • 6. 1. Hakikat Pengetahuan a. Realisme Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan. b. Idealisme Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar- benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).
  • 7. 2. Sumber Pengetahuan a. Empirisme Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh penge¬tahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. b. Rasionalisme Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. c. Intuisi Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan penge¬tahuan yang nisbi. d. Wahyu Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperoleh¬nya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya Pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.
  • 8. DASAR DAN JENIS ILMU PENGETAHUAN 1. Dasar Ontologis, Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), yaitu bicara tentang hakikat apa yang dikaji. Amsal Bakhtiar (2012) mengemukakan, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on/ontos yakni ada, dan logos yakni ilmu, sehingga ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Selan¬jutnya dikatakan, Rudolf Goclenius (1636 M) orang yang pertama kali memopulerkan term ontologi. Rudolf Goclenius menamai teori tentang hakikat yang ads, yang bersifat metafisis yang dalam perkembangannya dibagi menjadi dua, yaitu metafisis umum dan metafisis khusus. Istilah metafisis umum adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar dari segala sesuatu yang ada. Adapun istilah metafisis khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi. 2. Dasar Epistemologis Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), dasar epistemologis yaitu metode atau cara-cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Kemudian Amsal Bakhtiar (2012) menjelaskan, ontologis yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
  • 9. 3. Dasar Aksiologis Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), aksiologi adalah dasar ilmu pengetahuan yang berbicara tentang nilai kegunaan ilmu. Di dalam on¬tologi dibicarakan mengenai ilmu dan moral, tanggung jawab sosial serta berbagai etika dalam pengembangan keilmuan. Ontologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Selanjutnya dikatakan Jujun, aksiologi merupakan teori tentang nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di¬peroleh. Oleh Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, mor¬al conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan so¬sial politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.
  • 10. Objek Ilmu Pengetahuan Ilmiah Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, secara filsafat pengeta¬huan ilmiah atau ilmu memiliki perbedaan dengan bentuk pengetahuan yang umum (commom sense). Menurut Solly Lubis (2012), alasannya yaitu suatu jenis pengetahuan umum tidak memiliki objek, bentuk pernyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus, sebaliknya suatu pengetahuan ilmiah atau pengetahuan keilmuan (ilmu) selalu mengandalkan adanya objek keilmuan, bentuk kenyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus. Amsal Bakhtiar (2012) mengatakan, pada dasarnya ilmu memiliki dua macam objek, yaitu material dan formal. Objek material yaitu sesu¬atu yang dijadikan sasaran penyelidikan, misalnya tubuh manusia meru¬pakan objek material ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya yaitu metode untuk memahami objek material ini, seperti pendekatan induk¬tif dan deduktif. Untuk mempelajari ilmu, tentu harus terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan filsafat, karena filsafat itu induk dari semua ilmu. Bahkan dalam perkembangannya filsafat tidak hanya flipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi.
  • 11. Konsep Ilmu Konsep ilmu sebagaimana dipahami Solly Lubis (2012), yaitu bagan, rencana, atau pengertian, baik yang bersifat abstrak maupun operasional yang merupakan alat penting untuk kepentingan pemikiran dalam ilmu atau pengetahuan ilmiah. Setiap ilmu hams memiliki satu atau beberapa konsep kunci atau konsep tambahan yang bertalian. Beberapa contoh konsep ilmiah seperti konsep bilangan di dalam matematika, konsep gaga di dalam fisika, konsep evolusi dalam biologi, stimulus di dalam psikologi, kekuasaan dalam politik atau strata sosial di dalam ilmu sosial, simbol di dalam linguistik, keadilan di dalam ilmu hukum, keselamatan dalam ilmu teologi, atau lingkungan di dalam ilmu-ilmu interdisipliner. Konsep ilmu atau konsep ilmiah tersebut sangat dibutuhkan agar suatu ilmu dapat menyusun berbagai asas, teori, sampai dalil. Suatu konsep ilmiah dapat merupakan semacam sarana untuk ilmuwan melakukan pemikiran dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah.
  • 12. Konsep Pengetahuan Menurut Jujun Suriasumantri (2010), pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seper¬ti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan ter¬tentu yang diajukan. Secara ontologis ilmu membatasi din pada kajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan aga¬ma memasuki daerah penjelasan yang bersifat transendental yang ber¬ada di luar pengalaman kita.
  • 13. Konsep ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai objek, menurut Ali Maksum (2011) merupakan himpunan inforrnasi yang berupa pengetahuan ilmiah ten-tang gejala yang dapat dilihat, dirasakan, atau dialami. Gejala ini dapat berupa gejala alam (seperti angin, air, gempa Bumi, ombak, gerak, dan 1benda), atau gejala sosial (seperti masyarakat bangsa, unjuk rasa, kemiskinan, kemakmuran, dan ketersaingan), ataupun gejala pikir yang ab-strak wujudnya, seperti konsep tentang bilangan dan himpunan di dalam matematika. Masalah yang menjadi perhatian di dalam aktivitas ilmu pe¬ngetahuan yaitu pencarian kejelasan dan perumusan penjelasan menge¬nai struktur, fungsi, dan pola laku gejala-gejala, baik gejala alam, gejala sosial, maupun gejala pikir.
  • 14. Tujuan Ilmu Pengetahuan Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan alirannya, sebagaimana dikemukakan oleh Darsono Prawi¬negoro (2011), yakni: Pertama, berdasarkan pengembangan ilmu penge¬tahuan untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas un¬tuk memenuhi rasa keingintahuan manusia. Kedua, ilrnu,pengetahuan pragmatis. Aliran inl menyakini bahwa pengembangan ilmu pengetahuan haruslah dapat memberikan manfaat bagi manusia dalam pemecahan masalah kehidupan. Jika dilihat dari pemikiran filsafat, maka ilmu (ilmu pengetahuan) dapat digolongkan menjadi dua golongan. Pertama, ilmu pengetahuan riil, yaitu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Kedua, ilmu pengetahuan formal, yaitu matematika dan logis.
  • 15. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah berbeda dengan pengetahuan bi¬asa , memiliki ciri tersendiri di antara ciri yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan seperti dikemukakan Konrad Kebug (2011), yaitu: Pertama, siste¬matis. Para filsuf dan ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Ciri siste¬matis ilmu menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan tersebut mem¬punyai hubungan saling ketergantungan yang teratur (pertalian tertib). Pertalian tertib dimaksud disebabkan adanya suatu asas tata tertib tertentu di antara bagian-bagian yang merupakan pokok soalnya. Ke¬dua, empiris. Bahwa ilmu mengandung pengetahuan yang diperoleh ber¬dasarkan pengamatan serta percobaan secara terstruktur di dalam ben¬tuk pengalaman, baik secara lansung maupun tidak lansung.
  • 16. JENIS ILMU PENGETAHUAN 1. Pengetahuan Manusia Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Burhanudin Salma (2005) mengemukakan, pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat macam, yaitu: • • Pertama, pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense. Karena seseorang memiliki sesu¬atu di mana is menerima secara baik. • • Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari sci¬ence. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. • • Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang hanya diper¬oleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan ke dalam kajian tentang sesuatu. • • Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya di¬peroleh dari Tuhan lewat Para utusannya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
  • 17. 2. Jenis Ilmu Pengetahuan Dilihat dari sudut jenisnya, ilmu pengetahuan menurut Fuad Ikhsan (2010) mengungkapkan ada empat macam: • • Pertama, pengetahuan wahyu (revaled knowledge). Manusia memperoleh pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Tuhan telah memberikan pengetahuan dan kebenaran kepada manusia pilihannya, yang dapat dijadikan petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya. • • Kedua, pengetahuan intuitif (intuitive knowledge). Pengetahuan intui¬tif diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat is menghayati sesuatu. Pengetahuan intuitif muncul secara tiba-tiba dalam kesadaran manusia. • • Ketiga, Kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan, atau eksperimen, karena intuitif tidak hipotesis. Tulisan-tulisan mistik, autobiografi, dan karya esai merupakan refleksi dan pengetahuan intuitif. Dalam pengertian secara umum, intuisi merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan tidak berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indra. • • Keempat, pengetahuan rasional (rational knowledge). Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dari latihan rasio/akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
  • 18. 3. Kritik Paham Rasionalisme Terhadap Empirisme Selanjutnya dikatakan ada kritik dari paham rasionalime terhadap paham empirisme, bahwa metode empiris tidak memberi kepastian tetapi hanya sampai pada probabilitas yang tinggi. • Kritik ini dituangkan dalam pemikiran sebagai berikut: • • Pertama, metode empiris, dalam sains maupun dalam kehidupan sehari-hari, biasanya bersifat sepotong-sepotong (piece meal). Menurut pengakuan kaum rasionalis, mereka mencari kepastian dan kesempurnaan yang sisitematis. • • Kedua, pengetahuan empiris (empirical knowledge). Pengetahuan em¬piris diperoleh atas bukti pengindraan dengan penglihatan, pendengar¬an, dan sentuhan indra lainnya, sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar kita. • • Ketiga, pengetahuan otoritas (authoritative knowledge). Kita mene¬rima suatu pengetahuan itu benar bukan karena telah mengeceknya di luar dari diri kita, melainkan telah dijamin oleh otoritas (suatu sumber yang berwibawa, memiliki hak) di lapangan.
  • 19. Penjelasan Ilmu Batas penjelasan ilmu yaitu ketika manusia berhenti berpikir untuk mencari pengetahuan, ilmu didapatkan dari penjelasan pengalaman manusia, sehingga jika manusia memulai penjelasannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas peng¬alaman manusia. Ilmu membatasi lingkup penjelasannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji secara empiris. Selanjutnya ilmu memulai penjelasannya pada pengalaman manusia, dan berhenti di batas pengalaman manusia. Pernyataan inilah yang bisa menjadi jawaban sampai di mana batas-ba¬tas penjelasan ilmu. Jadi, jika ilmu berada di luar jangkauan pengalam¬an manusia, tentunya tidaklah semestinya menjelajahi ilmu itu. Sebagai contoh mengenai surga dan neraka, keduanya merupakan hal-hal yang berada di luar jangkauan manusia. Dibandingkan dengan pengetahuan lain, maka ilmu berkembang dengan sangat cepat.
  • 21.
  • 22. FILSAFAT KEBENARAN Plato pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam waktu belakangan yang cukup lama Bradley seakan menjawab bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Jadi untuk membuktikan bahwa hari benar-benar hujan, kita harus membedakan dengan melihat kenyataan yang terjadi di luar rumah. Tetapi kenyataan yang terjadi sekarang tidak seluruhnya berupa kebenaran, bahkan yang tidak seharusnya terjadi akhirnya terjadi juga karena das solen tidak sama dengan das sein. Di muka bumi ini berapa banyak kita melihat ketidakbenaran, seperti berbagai penindasan, penjajahan dan rekayasa. Seorang murid Plato bernama Aristoteles, menjawab pertanyaan suhunya ini dengan pendapat bahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, artinya kebenaran bagi seseorang adalah tidak benar bagi yang lain, sehingga kemudian lahirlah kebenaran relatif dan kebenaran mutlak. Sekarang agar penelitian cenderung (ebih objektif, maka seorang peneliti yang bertanya kepada seorang responden yang berpendapat subjektif, perlu ditanyakan kepada beberapa responden lain yang memenuhi syarat agar valid (dalam Islam disebut dengan shahih) itupun harus diuji kebenarannya, bahkan terkadang dalam kurun waktu tertentu kebenaran itu berubah sesuai corak berpikir manusia (paradigma).
  • 23. Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa pengetahuan itu terdiri atas sebagai berikut: • 1. Pengetahuan Akal. • 2. Pengetahuan Budi. • 3. Pengetahuan Indrawi. • 4. Pengetahuan Kepercayaan (otoritatifl. • 5. Pengetahuan Intuitif.
  • 24. Menurut penulis, yang benar adalah pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk membahasnva disebut logika pengetahuan budi itu disebut moral yang kemudian untuk membahasnya disebut etika, pengetahuan indrawi itu disebut seni yang untuk membahasnya disebut estetika. Sedangkan pengetahuan kepercayaan itu disebut agama, tetapi dalam hal ini tidak boleh otoritatif karena agama tidak memaksa, agama harus diterima secara logika, etika dan estetika dan agama itu hanyalah Islam yang terbukti kebenarannya, keinclahannya dan kebaikannya. Jadi titik temu antara logika, etika dan estetika adalah Islam, oleh karena itu pengetahuan intuitif kepada seseorang yang kemudian disebut nabi harus diuji lebi.h dahulu seperti halnya keberadaan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana penulis lakukan bertahun-tahun dalam keadaan atheis dan kemudian baru menerimanya. Selanjutnya untuk melihat sesuatu itu benar atau tidak benar, maka beberapa kriteria yang sudah dilembagakan akan penulis sampaikan beberapa kritik antara lain sebagai berikut: 1. Teori Kebenaran Korespondensi. 2. Teori Kebenaran Koherensi. 3. Teori Kebenaran Pragmatis. 4. Teori Kebenaran Sintaksis. 5. Teori Kebenaran Semantis. 6. Teori Kebenaran Non Deskripsi. 7. Teori Kebenaran Logika yang Berlebihan. 8. Teori Kebenaran Performatif: 9. Teori Kebenaran Paradigmatik. 10. Teori Kebenaran Proposisi.
  • 25. 1. Kebenaran koherensi adalah kebenaran atas hubungan antara dua pernyataan. 2. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja. 3. Kebenaran sintaksis adalah kebanaran yang berangkat dari tata bahasa yang melekat. 4. Kebenaran logika yang berlebihan adalah kebenaran yang sebenarnya telah merupakan fakta. 5. Kebenaran paradigmatik adalah kebenaran yang berubah pada berbagai ruang dan waktu, jadi setelah kurun waktu tertentu berubah (untuk kategori waktu) dan pada tempat tertentu berubah (untuk kat egori ruang).
  • 26. Jadi pada kajian logika kebenaran ilmu pengetahuan ini, kita akan bergelut dengan kegiatan berpikir yang mengasah kemampuan intetektual mulai dari kegiatan yang sederhtna, seperti mengingat sampai pada pemecahan masalah (problem solving). Menurut Benjamin S. Bloom hal tersebut disebut juga dengan pembelajaran kognitif yang diurut sebagai berikut: 1. Pengetahuan atau pengenalan seperti mengingat informasi, fakta terminologi, rumus (sehingga dengan demikian kita akan mengidentifikasi, memilih, menyebut nama, dan membuat daftar, sebagai tingkat yang paling rendah). 2. Pemahaman seperti menjelaskan pengetahuan/informasi yang diketahui dengan kata-kata sendiri (sehingga dengan demikian kita akan membedakan, menjelaskan, menyimpulkan, merangkumkan dan memperkirakan sebagai tingkat selanjutnya). 3. Penerapan seperti penggunaan dan penerapan informasi ke dalam situasi konteks yang baru (sehingga kita dengan demikian akan menghitung, mengembangkan, menggunakan, memodifikasi dan mentransfer sebagai tingkat berikutnya). 4. Analisis seperti memisahkan membedakan komponen-komponen atau elemen-elemen, suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi dan kesimpulan (sehingga dengan demikian kita akan membuat diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan ke dalam bagian-bagian pada tingkat seterusnya). 5. Sintesis seperti mengkombinasikanliagian atau elemen ke dalam suatu kesatuan atau struktur yang lebih besar (sehingga kita dengan demikian akan membentuk, mendesain, memformulasikan dan membuat prediksi sebagai tingkat yang lebih tinggi. 6. Evaluasi seperti membuat penilaian dan keputusan tentang suatu ide, gagasan penemuan dalil, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu (sehingga dengan demikian kita akan membuat kritik, penilaian, perbandingan dan evaluasi sebagai tingkat terakhir).
  • 27. YANG MAHA BENAR Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyelesaian penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali. Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, karena antara logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya karena penggabungan ilmu dan agama yang dalam pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut dengan Imtaq (Iman dan Taqwa).
  • 28. PROPOSISI SUATU PERNYATAAN YANG BENAR Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah pernyataan itu benar ataukah tidak. Bahkan mereka yang mengatakan bahwa makna sama dengan keadaan yang dapat diverifikasi, akan bersepakat demikianlah harapan saya bahwa mengetahui syarat- syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat diverifikasi tidaklah sama dengan mengetahui bahwa syarat-syarat itu sudah dipenuhi. Untuk sampai pada definisi tentang kebenaran, marilah kita hubungkan lagi pembicaraan kita dengan kalimat, "Di luar hawanya dingin." Kalimat, ini dapat dianalisa sebagai berikut: 1. suatu perangkat tanda, 2. suatu susunan tanda -tanda yang teratur yang sesuai dengan aturan-aturan sintaksis, 3. makna yang dikandungnya atau dimaksudkannya. Bila kita mencari sesuatu definisi tentang kebenaran, maka kita tidak berhubungan dengan kalimat-kalimat sebagai sekadar tanda-tanda atau berhubungan dengan aturan-aturan sintaksis begitu saja.
  • 29. KEBENARAN BERSIFAT SEMANTIK • Kiranya jelas mengapa penganut idealisme, seperti F.H. Bradley, mengatakan bahwa kebenaran ialah kenyataan. Karena kebenaran ialah makna yang merupakan halnya, dan karena kenyataan ialah juga merupakan halnya, maka keduanya dipandang sama sepenuhnya Karena makna pernyataan "Di luar hawanya dingin", artinya proposisi Di luar hawanya dingin, sekarang sungguh- sungguh merupakan halnya pada waktu menulis catatan ini, maka keadaan dingin-di luar merupakan bagian dari keadaan kenyataan yang ada pada waktu sekarang serta pada tempat ini, dan proposisi tersebut dikatakan 'benar'.
  • 30. UKURAN KEBENARAN • Ukuran kebenaran sesungguhnya tergantung pada apakah sebenarnya yang diberikan kepada kita oleh metode- metode untuk memperoleh pengetahuan. Jika apa yang dapat kita ketahui ialah ide-ide kita, maka pengetahuan hanya dapat terdiri dari ide-ide yang dihubungkan secara tepat; dan kebenaran merupakan keadaan-saling-berhubungan (coherence) di antara ide-ide tersebut atau keadaan saling berhubungan di antara proposisi-proposisi. Jika sebaliknya, kita dengan suatu cara tertentu mengetahui kenyataan, maka pengetahuan atau ide-ide yang benar terdiri dari - seperti yang dikatakan oleh Spinoza - kejumbuhan antara ide dengan ideatum-nya, atau selanjutnya kesesuaian (correspodence) antara ide-ide dengan apa yang diwakilinya. • Selanjutnya jika proposisi-proposisi tersebut rnemberitahukan kenyataan kepada kita, maka proposisi- proposisi itu seharusnya membantu kita untuk menyelesaikan masalah-masalah kita, atau merarnalkan (predict) pengalarnan-pengalaman, sebagaimana yang diajarkan oleh para penganut pragmatisrne. • Penganut skeptisisme mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada satu pun ukuran tentang kebenaran, sedangkan penganut dogmatisme berpendirian sama gigihnya dengan mengatakan bahwa ukuran yang dipunyainya merupakan ukuran yang dapat dipercaya secara mutlak. Penganut idealisme dan realisme mengambil pendirian di tengah. Mereka berpendapat bahwa ukuran yang mereka punyai, meskipun tidak selalu rnerupakan ukuran terakhir serta penutup, namun ukuran tersebut memberikan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai kemungkinan benar-sesatnya proposisi.
  • 31. Paham Koherensi (Coherence Theory) • Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh kaum rasionalis. Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada. Maka suatu pengetahuan atau proposisi dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan atau proposisi sebelumnya. Matematika dan ilmu pasti sangat cocok dengan teori kebenaran ini. Misalnya, Semua manusia mati; Sokrates adalah manusia; Maka Sokrates pasti mati. Penekanan pada pengetahuan apriorirasional dan deduktif. Di sini pengenal dan subyek lebih dipentingkan daripada obyek. • Banyak di antara kajian yang kita lakukan sehari-hari terhadap kebenaran didasarkan atas paham ini. Secara singkat paham tersebut mengatakan bahwa suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita. Bagaimanakah cara kita mengatakan bila seseorang berbohong dalam banyak hal? Jawabnya dengan jalan menunjukkan bahwa apa yang dikatakan tidak cocok dengan hal-hal lain yang telah dikatakannya atau dikerjakannya.
  • 32. Epistemologi Dalam Teori Koherensi • Penganut idealisme juga melakukan pendekatan masalah tersebut melalui epistemologinya. Karena praktek sesungguhnya yang kita kerjakan tidak hanya menunjukkan bahwa ukuran kebenaran ialah keadaan-saling- berhubungan, rnelainkan juga jawaban terhadap pertanyaan "Apakah halnya yang kita ketahui?" Hal ini memaksa kita untuk menerirna paham tentang kebenaran di atas. • Kebenaran tentu merupakan sifat yang dimaksud oleh ide kita. Apapun yang kita ketahui selalu berupa ide-ide dan tidak pernah berupa sesuatu sebagaimana yang terdapat dalam dirinya sendiri yang bersifat lahiriah, yang hipotetis. Sebab, pemikiranlah yang menemukan ketertiban, tatanan serta sistem di dalam kenyataan yang kita hadapi, dan pemikiranlah yang membuahkan ide-ide, dan ide-ide kebenaran terletak dalam keadaan saling-berhubungan di antara ide-ide tersebut.
  • 33. Korespondensi Adalah Hukum Yang Saling Berhubungan • Apakah yang dimaksud oleh penganut idealisme dengan keadaan-saling-berhubungan itu? Bradley mengemukakan dua ciri pokok. Pertama, adanya keharusan bahwa semua fakta terangkum. Ide-ide tidak mungkin saling berhubungan jika ide-ide itu hanya merupakan bagian- bagian dari kebenaran seluruhnya- Misalnya, jika kita mengetahui bahwa tanah basah dan juga mengetahui bahwa langit berawan, maka kedua ide tersebut belum cukup menunjukkan adanya keadaan saling berhubungan untuk menetapkan bahwa hujan turun. Kedua keadaan tersebut mungkin ada, namun bisa saja hujan tetap tidak turun. Ini menggambarkan bahwa agar ada kebenaran, perlu ada suatu sistem yang bersifat mencakup, yang di dalamnya ide-ide saling berhubungan. • Kedua ide-ide tersebut harus teratur secara laras dan tidak mengandung kontradiksi. Ide tentang keterbatasan dari kontradiksi sudah diterangkan di atas. Dengan memakai sistem ilmu ukun, pengertian tentang ketertiban yang laras dapat digambarkan secara lebih baik. Kenyataan (dan karenanya, kebenaran) oleh para penganut idealisme digambarkan sebagai sistem kebenaran yang teratur, yang logis, yang didalamnya tidak terdapat kontradiksi.
  • 34. Pernyataan Yang Saling Berhubungan • Agaknya orang pun menaruh keberatan yang utama terhadap paham koherensi. Apakah tidak mungkin terdapat kumpulan proposisi yang dalam keadaan saling berhubungan, yang semuanya sesat? Tentunya orang membayangkan buku-buku seperti Alice in Wonderland serta cerita-cerita detektif, yang baik penulisannya, yang ceritanya telah direncanakan secara hati-hati sehingga di dalamnya segala-galanya saling berhubungan. Selama orang tetap berpegangan pada anggapan-anggapan yang dimuat dalam buku itu, maka tidak ada yang sesat atau tidak benar. • Selain itu, suatu segi yang tidak kurang pentingnya, pendirian yang baik di dalam ilmu pengetahuan ialah bahwa ilmu pengetahuan harus mampu mengadakan peramalan. Bagaimanakah peramalan dapat diterangkan atas dasar paham koherensi? Atau lebih baik, "Bagaimanakah suatu peramalan dapat diverifikasi?" Karena, jika sistemnya sudah dalam keadaan saling berhubungan, maka tidak akan ada ide yang disimpulkan dari sistem tersebut yang tidak cocok dengan sistem tadi.
  • 35. Teory Kebenaran Korespodensi (Correspondence Theory) • Kebenaran korespondensi adalah kebenaran yang sesuai antara pernyataan dengan fakta di (apangan. Misalnya bila dinyatakan Sengkon dan Karta bersalah, lalu dihukum lima tahen maka Sengkon dan Karta harus benar-benar melakukan kejahatan itu, bukan sekedar membuktikan dengan berbagai berita acara. Apabila Sengkon dan Karta tidak melakukan maka secara kebenaran korespondensi itu tidak benar. • Paham yang mengatakan bahwa suatu pernyataan itu benar jika makna yang dikandungnya sungguh- sungguh merupakan halnya, dinamakan 'paham korespondensi'. Kebenaran atau keadaan benar berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh merupakan halnya, atau apa yang merupakan fakta-faktanya. • Pendasar teori ini adalah Aristoteles. Menurutnya, mengatakan sesuatu yang ada sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada adalah salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagai ada, dan yang tidak ada sebagai tidak ada, adalah benar. Dengan ini muncul kebenaran sebagai persesuaian antara apa yang dikatakan atau dipikirkan dengan kenyataan. Apa yang dinyatakan berhubungan dengan kenyataan yang diungkapkan dalam pernyataan itu (correspondent). Dengan kata lain, kebenaran adalah kesesuaian antara S dan 0, apa yang diketahui S dengan realitas sebagaimana adanya (kebenaran empiris yan didukung oleh fakta).
  • 36. Kata dan Makna Yang Sesuai • K. Rogers, seorang penganut realisme kritis di Amerika, menunjukkan bahwa kita perlu rnengadakan perbedaan antara dua segi dari makna. Pertama-tama, ada segi kejiwaan yang di dalamnya makna termasuk dalam lingkungan pengalaman kejiwaan dan merupakan makna yang kita berikan. Kemudian ada segi makna yang termasuk dalam lingkungan objeknya, yaitu hakekat objek. Hal ini telah kita kenal di depan sebagai esensi, dan Rogers menamakannya demikian. Keterangan Rogers tentang kebenaran yang didasarkan atas esensi kira-kira berbunyi sebagai berikut. • Setiap esensi mempunyai dua segi, yang satu terdapat di dalam objeknya dan yang lain sebagai makna. Segi esensi yang berupa makna bersifat kejiwaan. Dalam suatu pencerapan, kita secara diam- diam mengenal esensi yang termasuk objeknya, maupun apa yang dimaksudkan oleh esensi tersebut" dengan kata lain, apa yang dikatakan oleh Rogers ialah, bahwa keadaan- keadaan terletak dalam kesesuaian antara esensi atau makna yang kita berikan dengan esensi atau makna yang terdapat di dalam objeknya. Maka yang berkesesuaian itu bukanlah makna dengan objeknya, melainkan esensi sebagai makna dengan esensi yang terdapat di dalam objek.
  • 37. Menggunakan Perantara Simbol • Jika reaksi dalam bentuk kata-kata dari subjek dalam perangkat keadaan tertentu yang mengandung unsur-unsur yang terdapat di dalam makna yang dikandung oleh kata-kata, menghasilkan suatu bentuk kata- kata yang sama sepenuhnya dengan bentuk kata-kata yang telah ditentukan, maka bentuk kata-kata yang telah ditentukan itu benar. Ini merupakan sejenis definisi behavioristis tentang kebenaran. Tetapi definisi ini kurang tepat, karena seseorang mungkin tergerak untuk mengucapkan perangkat kata yang sama dalam keadaan-keadaan yang menyesatkan, namun demikian mengandung unsur-unsur yang terdapat di dalam makna yang dikandung oleh kata-kata yang telah ditentukan tersebut Di dalam definisi ini juga terdapat kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kebenaran-kebenaran atau kesesatan proposisi-proposisi mengenai hari depan, seperti "Besok hujan akan turun." Karena itu di dalam ajaran Russell, kesesuaian tersebut terdapat di antara kata- kata yang telah ditentukan, dengan kata-kata sebagai reaksi yang dihasilkan oleh subjek. Lebih baik dikatakan bahwa makna yang dikandung oleh kata-kata yang diucapkan sama dengan makna yang dikandung oleh kata-kata yang telah ditentukan, dan kesesuaian itu berupa kesamaan sepenuhnya antara makna-makna tersebut. Suatu segi yang penting dalam definisi ini ialah tekanan yang diletakkan pada pengalaman subjek, yang menghasilkan suatu bentuk kata-kata tertentu. • jika seseorang yang mengetahui makna kata tersebut berada dalam situasi yang demikian rupa sehingga menyebabkan dia mengucapkan kata-kata yang sama dalam keadaan-keadaan itu. Ini berarti orang dapat menganalisa situasi sebagai berikut. • 1. Suatu bentuk kata telah ditentukan; • 2. Suatu subjek terlibat; • 3. Ada suatu perangkat keadaan; • 4. Ada reaksi dalam bentuk kata-kata dari subjek tersebut.
  • 38. Paham Empiris (Emperical Theory) • Definisi-definisi tentang kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua paham tersebut dalam arti tertentu memandang proposisi bersifat meramalkan (predictiue) atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisi sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan. Yang demikian ini menyebabkan kebenaran menjadi pengertian yang bersifat subjektif serta nisbi. • Penganut operasionisme yang mendefinisikan makna berdasar atas tindakah-tindakan (operation), mengatakan bahwa setiap proposisi meramalkan hasil yang berupa konsekuensi- konsekuensi tertentu sebagai akibat adanya tindakan-tindakan tertentu. Dan ia mendefinisikan kebenaran sebagai terjadinya konsekuensi-konsekuensi yang telah diramalkan. Penganut empirisisme radikal, atau penganut positivisme logis, mengatakan bahwa suatu proposisi dapat dilacak sampai kepada proposisi- proposisi mengenai pengalaman-pengalaman inderawi yang sungguh-sungguh terjadi. Paham semacam ini juga disebut 'paham reduksionisme'.
  • 39. Teory Pragmatisme • Sebagaimana telah kita lihat, ajaran-ajaran pragmatisme berbeda- beda coraknya, sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi yang mereka tekankan. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran ini adalah apabila kemungkinannya luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak belakang. Misalnya, semua yang teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur. Dengan adanya yang mengatur peredaran darah dalam tubuh maka tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang mengatur yaitu Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak ada yang mengatur, apabila diterima salah satu maka yang lain dicoret karena bertolak belakang.
  • 40.
  • 41. • Item di bawah ini adalah kumpulan kebenaran akal yang tidak beretika moral, yaitu: • 1. Menampar murid yang tidak menjawab dengan benar. • 2. Menceraikan isteri yang tidak dapat memberikan anak. • 3. Sistem komando yang militeristik. • 4. Sistem jihad yang tidak kasih sayang. • 5. Melakukan Daerah Operasi Militer terhadap wilayah yang separatis. • 6. Memaksakan konsensus nasional. • 7. Memaksakan mufakat pada masyarakat yang heterogen. • 8. Memaksakan hukum tanpa hak azasi manusia. • 9. Memaksakan pembangunan ekonomi. • 10. Senantiasa berdalih pe.rsatuan dan kesatuan. • 11. Peraturan yang ketat tanpa toleransi. • 12. Sosialisme komunis. • 13. Kemarahan yang melumpuhkan. • 14. Kebenaran yang buruk (tidak baik). • 15. Ketiranian.
  • 42. • 16. Flukum Yahudi. • 17. Hukum Perang mengabaikan kemanusiaan. • 18. Fundamentalis Islam tanpa sufistik. • 19. Keseragaman (uniformitas). • 20. Fungsi rangkap jabatan. • 21. Pengawasan melekat. • 22. Sentralistik pemerintah pusat. • 23. Memerangi bangsa yang tidak bersalah. • 24. Effectiveness untuk mempercepat pencapaian hasil. • 25. Integralistik perundang-undangan. • 26. Partai tunggal yang menguasai masyarakat. • 27. Disiplin ilmu pengetahuan tanpa kaidah moral. • 28. Mengandalkan teori tanpa tedeng aling-aling. • 29. Mengandalkan perhitungan kuantitatif melulu. • 30. Mengandalkan bukti. • 31. Mengandalkan fakta. • 32: Mengandalkan akal semata. • 33. Mengandalkan kebenaran tanpa kebaikan. • 34. Mengandalkan perintah atasan bukan tugas.
  • 43. PENALARAN KULIAH 6 KELOMPOK 7 NAMA KELOMPOK : 1. Lilis Nur Khafida (1211900154) 2. Delada Putri A. P. (1211900193) 3. Fathur Rosi (1211900212)
  • 44. PENALARAN ARGUMENTASI adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentative adalah berpikir kritis dan logis. Untuk itu ia harus bertolak dart fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta dan evidensi itu dapat dijalin dalam metode-metode sebagaimana dipergunakan juga oleh eksposisi. Untuk itu akan dikemukakan pertama-tama masalah penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dart suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat. 2
  • 45. PROPOSISI Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Kalimat kalimat semacam ini, dalam hubungan dengan proses berpikir tadi disebut proposisi. Proposisi dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya. 3
  • 46. INFERENSI berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. INFERENSI DAN INPLIKASI IMPLIKASI sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (= implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (= inferensi). 4
  • 47. WUJUD EVIDENSI Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. 5
  • 48. Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukannya yang pasti sebagai fakta, bahan- bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Sebab itu perlu diadakan pengujian- pengujian melalui cara-cara tertentu. CARA MENGUJI DATA 1. OBSERVASI Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha rneyakinkan para pembaca, maka kadang- kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu. 6
  • 49. 2. KESAKSIAN Demikian pula halnya dengan semua pengarang atau penulis. Untuk memperkuat evidensinya, mereka dapat mempergunakan kesaksianorang lain yang telah mengalami sendiri peristiwa tersebut. CARA MENGUJI DATA 3. AUTORITAS Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu. 7
  • 50. 1. KONSISTENSI untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi- evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain. CARA MENGUJI FAKTA 2. KOHERENSI untuk mengadakan penilaian fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pcngalaman- pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku. 8
  • 51. 1. KEMASHURAN DAN PRESTISE meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekadar bersembunyi di balik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. CARA MENGUJI AUTORITAS 2. KOHERENSI DENGAN KEMAJUAN Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapatpendapat terakhir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya. 9
  • 53. BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH KELOMPOK 7 NAMA KELOMPOK : 1. Lilis Nur Khafida (1211900154) 2. Delada Putri A. P. (1211900193) 3. Fathur Rosi (1211900212)
  • 54. MENGAPA ? Mengapa Harus Berpikir Secara Filsafat ? Berfilsafat adalah berpikir. Ini tidak berarti bahwa berpikir adalah berfilsafat. Kalau dikatakan berfilsafat adalah berpikir, hal ini dimaksudkan bahwa berfilsafat termasuk kegiatan berpikir. Berpikir adalah berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin. Sedangkan berpikir dengan benar mengandung pengertian mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis,membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan alasan, meneliti suatu jalan pikiran mencari bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama lain, menarik kesimpulan, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi dan membahasakan suara realitas. Jelaslah bahwa berfilsafat itu berarti berpikir, walaupun berpikir itu tidak sertamerta berarti berfilsafat. Hal ini disebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir artinya dengan bermakna. Artinya, berpikir itu ada manfaat, makna, dan tujuannya, sehingga mudah untuk direalisasikan dari berpikir itu karena sudah ada acuan dan tujuan yang pasti atau sudah ada planning. 2
  • 55. MENGUKUR BERPIKIR FILSAFAT Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat spekulatif. Orang yang berpikir filsafati berarti orang tersebut membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak percaya begitu raja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir. 3
  • 56. CIRI BERPIKIR FILSAFAT 1. Konsepsional. Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian konsepsional. 4 2. Koheren. Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren yang konsepsional. 3. Memburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. 4. Radikal. Berfilsafat berarti berpikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. 6. Menyeluruh. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. 5. Rasional. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat rasional
  • 57. TEORI MENGENAI KEBENARAN 1. Kebenaran sebagai Persesuaian Pendasar teori ini adalah Aristoteles. Menurutnya, mengatakan sesuatu yang ada sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada adalah salah 5 2. Kebenaran sebagai Keteguhan Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada. 3. Teori Pragmatis tentang Kebenaran (the pragmatic theory of truth). Teori ini dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce dan William James. Kebenaran memiliki arti yang sama dengan kegunaan. 4. Teori Kebenaran Performatif Anggapan tentang terlaksananya kebenaran dalam bahasa (ungkapan) manusia berasal dari Inggris (Frank Ramsey, John Austin, danPeter Strawson). ○ 5. Teori Kebenaran Historis Ini pada umumnya diakui oleh kelompok post-modernis atau strukturalis dan post- strukturalis.
  • 58. ada dua macam kebenaran yaitu kebenaran empiris dan logis yang kiranya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu terdapat tiga sifat dasar kebenaran ilmiah: 1. Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis (berdasarkan kesimpulan yang logis- rasional dari premis-premis tertentu). 2. Isi empiris kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada (empiris). 3. Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan empiris, maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam memecahkan permasalahan. SIFAT-SIFAT KEBENARAN ILMIAH 6
  • 59. Dalam diskusi tentang macam-macam teori kebenaran pertanyaan yang muncul ialah apakah kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan dua pandangan berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran logis-rasional dan pandangan kaum empiris yang menekankan kebenaran empiris. Karena itu kita harus berbicara tentang taraftaraf kepastian (subyektivitas dan obyektivitas). KEPASTIAN DAN KEBENARAN 7
  • 60. Dalam kaitan dengan kepastian sering kita mengatakan bahwa sesuatu hanya dapat ditempatkan dalam "barangkali" atau "mungkin."Istilah ini digunakan para ilmuwan untuk menunjuk pada sesuatu yang dalam gejala pengetahuan terletak pada pihak obyek. Untuk mengatasi kesulitan ini kita diperkenalkan dengan istilah `kepercayaan' (credibility). TARAF KEPASTIAN ILMU EMPIRIS DAN ILMU EKSAKTA 8
  • 61. 1. kepastian tentang explanans dari gejala-gejala yang diselidiki, terutama menyangkut kebenaran pernyataan dari gejala-gejala itu; dan 2. kepastian mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu hukum yang berlaku. Namun yang dicapai adalah satu ketakpercayaan (tidak pernah mencapai nilai 1). KEPASTIAN ILMU EMPIRIS 9
  • 62. Dalam konteks penemuan (context of discovery), dalam usaha mencoba-coba, apa yang dikatakan tentang ilmu-ilmu empiris juga berlaku untuk ilmu-ilmu pasti (di mans ilmu itu belum pasti). Namun dalam konteks pembenaran (context of justification), dalam satu sistem matematika atau logika yang sudah jadi dan berdiri sendiri, tidak ada lagi hipotesis, melainkan hanya ungkapan-ungkapan yang bersifat aksiomatis (yang terdiri dari dalil-dalil) yang semuanya bernilai 1. KEPASTIAN ILMU EKSAKTA 10
  • 63. Kebalikan dari berpikir induktif ialah berpikir deduktif. Bekerjanya berangkat dari hal yang umum (dari induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal-hal yang khusus (particular). Prinsip dasarnya ialah "segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam situ kelas atau jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus, asal hal yangkhusus ini benar-benar merupakan bagian atau unsur dari hal yang umum itu". Penalaran deduktif biasanya mempergunakan silogisme dalam menyimpulkan. BERPIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF 11
  • 64. Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah: 1. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah; 2. Menyusun kerangka pikiran (logical contract); 3. Merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah); 4. Menguji hipotesis secara empirik; 5. Melakukan pembahasan dan; 6. Menyimpulkan. Tiga Iangkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah- langkah selanjutnya bersifat teknis penelitian. Dengan demikian maka pelaksanaan penelitian menyangkut dua hal, yaitu hal metode dan hal teknis penelitian. Namun secara implisit metode dan teknik melarut di dalamnya. METODE ILMIAH 12
  • 66. PENGANTAR FILSAFAT ILMU Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, MS Kelas “S”(Jum’at 17.00 WIB)
  • 67. KELOMPOK 7 • Lilis Nur Khafida 1211900154 • Delada Putri Amanda T 1211900193 • Fathur Rosi 1211900212
  • 68. FILSAFAT MANUSIA HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU
  • 69. PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah metode pemikiran yang membahas tentang sifat dasar dan hakikat kebenaran yang ada di dunia ini. Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas apa arti manusia sendiri secara mendetail. Filsafat manusia jelasnya adalah filsafat yang mengupas apa arti manusia sendiri, is mencoba mengucap sebaik mungkin apa sebenarnya makhluk itu yang disebut "manusia", istilah filusuf manusia atau "antropologi filusuf' (antropos dalam Bahasa Yunani berarti manusia) tampak lebih eksok karena apa yang dipelajari dengannya adalah manusia sepenuhnya, roh serta badan jiwa serta daging.
  • 70. Beberapa pandangan para ahli tentang filsafat manusia  Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam setting sejarah dan setting psikologis situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dan karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah.  Ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini diyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik, pernyataan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol- simbol tersebut.  Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dan homo sapiens
  • 71. Beberapa pandangan para ahli tentang filsafat manusia  Menunjukan perbedaan antara manusia dengan binatang tentang kebutuhannya. Binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya, sedangkan manusia membuat kerja hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Binatang berproduksi hanya apa yang ia butuhkan secara langsung bagi dirinya dan keturunannya, sedangkan manusia berproduksi secara universal bebas dan kebutuhan fisik.  Menurut Paulo Freire manusia merupakan satu- satunya mahluk yang memiliki hubungan dengan dunia.
  • 72. HAKEKAT MANUSIA Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani, yakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralisme yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya.
  • 73. KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA 1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filfafat. 2. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak
  • 74. Tiga unsur pembentukan manusia 1. Pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan lingkungannya 2. Manusia Dalam Hubungannya Dengan Hidup Komunitas 3. Agama mengandung nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan yang baik bagi penganutnya.
  • 75. HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN TENTANG MANUSIA  Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya membahas manusia dan segi psikis yang dapat diperoleh dan melihat perilaku manusia, menjelaskan gejala-gejala jiwa dan mental, bagaimana pengalaman manusia dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya dan menjelaskan perkembangan manusia dari masa prenatal hingga menjelang kematian.
  • 76.  Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi din untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup sosialnya, menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri.  Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan manusia atau ditinggalkan manusia, menjelaskan hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras suatu masyarakat yang bersifat lokal.
  • 77. Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran dalam Filsafat : o Materialisme o Idealisme o Dualisme o Vitalisme o Eksistensialisme o Strukturalisme o Postmodernisme Eksistensi dan Peranan Manusia :  Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia.  Tiga Rantai Kehidupan : o Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai hamba) o Hubungan Antar Manusia (Manusia sebagai makhluk sosial) o Hubungan kepada Alam (Manusia sebagai makhluk ESENSI DAN EKSISTENSI FILSAFAT MANUSIA SERTA PERANAN MANUSIA
  • 78. Perananan sebagai manusia Peran Manusia Sebagai Manusia Biasa : Tujuan hidup manusia dari penciptaan hingga kembali kepada dzat yang menciptakan menapaki beberapa tahap. Keterhubungan dan ketersaling- ketergantungan menjadi sistem kehidupan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Konsekuensinya manusia disebut sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Jika ada segolong atau sekelompok manusia yang menyatakan dirinya paling benar, berarti is mengabaikan prinsip manusia yang saling bergantung. Peran Manusia Sebagai Khalifah : Sebagai pemimpin di muka bumi, manusia diajarkan bagaimana cara memimpin yang baik. Lagi-lagi kembali kepada tiga konsep besar di atas. Dari Tuhan manusia memiliki kekuatan dan pengetahuan yang jika diimplementasikan terhadap kata `manusia sebagai khalifah' akan menjadi sangat ideal. Karena hanya manusialah makhluk yang memiliki akal dan nurani yang masing-masing menjadi pengontrol bagian lainnya.
  • 79. PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DAN ILMU TENTANG MANUSIA (PSIKOLOGI & ANTROPOLOGI) Ilmu Tentang Manusia Filsafat Manusia Bersifat positifistik menggunakan metodologi ilu alam, observasional dan eksperimental yang terbatasa tampak secara empiris Bersifat metafisis menggunakan metode ilmu kemanusiaan, sintetis, reflektif, intensif, dan kritis yang merupakan gejala seperti filsafat manusia. Oleh karena itu tidak dapat menjawab pertanyaan yang mendasar tentang manusia Oleh karena itu dapat menjawab pertanyaan yang berdasar tentang manusia Metode lebih fragmentaris yaitu menyelidiki hanya bagian tertentu dari manusia, contohnya : psikologis manusia sebagai organisme. Antropologi dan sosiologi pada gejala budaya dan pranata sosial. Metode sintetis dan reflektif (ektensif) atau menyeluruh, intensif (mendalam) dan kritis, contoh: filsafat manusia menekankan kesatuan dua aspek/lebih dalam satu visi.
  • 80. MANFAAT DAN TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA  Secara Praktis Siapa sesungguhnya manusia? Hal ini membutuhkan pemahaman manusia secara menyeluruh, sehingga memudahkan mengambil keputusan-keputusan praktis/menjalankan aktivitas hidup sehari-hari.  Secara Teoritis Pemahaman manusia secara yang esensial sehingga kits dapat meninjau secara kritis asumsi- asumsi yang tersembunyi di balik teori-teori antropologi dan psikologi dan ilmu-ilmu tentang manusia.  Manfaat Lain : 1. Mencari menemukan jawaban tentang siapakah sesunguhnya manusia itu, masalah-masalah terkait manusia sangat kompleks sehingga persoalan tentang manusia tidak habis untuk dibicarakan. 2. Essensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri.
  • 81. Ciri - Ciri Filsafat Manusia 1. Ekstensif : dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh filsafat. 2. Intensif (mendasar) : filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan. 3. Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami din sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pemahaman din manusia, tidak luput dari kritik filsafat.
  • 82. KESIMPULAN  Filsafat Manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan hakekat atau esensi dari manusia.  Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya.  Ciri ciri filsafat manusia ada tiga, diantaranya ektensif filsafat manusia, intensif filsafat manusia, dan Kritis filsafat manusia.  Terdapat dua Esensi aliran tertua dan terbesar dari filsafat manusia, yaitu materialisme dan idealisme.  Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu.
  • 84. PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 1. Lilis Nur Khafida 1211900154 2. Delada Putri A.T 1211900193 3. Fathur Rosi 1211900212
  • 85. FILSAFAT ETIKA DAN MORAL Socrates, seorang filsuf besar Yunani, telah berbicara pada abad sebelum masehi. Kenalilah dirimu sendiri, demikianlah kurang lebih pesan yang ingin is sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada. R.F. Beerling, seorang profesor Belanda mengemukakan teorinya tentang manusia bahwa manusia itu ialah makhluk yang suka bertanya. Aristoteles, filsuf Yunani yang lain mengemukakan bahwa manusia ialah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that reason). W.E. Hacking, dalam bukunya What is Man, menulis bahwa: "tiada cara penyampaian yang meyakinkan mengenai apa yang dipikirkan oleh hewan, namun agaknya aman untuk mengatakan bahwa manusia jauh lebih berpikir dari hewan mana pun. Ia menyelenggarakan buku harian, memakai cermin, menulis sejarah. "William P. Tolley, dalam bukunya Preface to Philosophy a Tex Book, mengemukakan bahwa "our question are endless, what is a man, what is a nature, what is a justice, what is a god?" Berbeda dengan hewan, manusia sangat concern mengenai asal mulanya, akhirnya, maksud dan tujuannya, makna dan hakikat kenyataan.
  • 86. HAKIKAT ETIKA ◦ Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu ruerupakan suatu cara berpikir yang demikian jelimet dan mendalam tentang sesuatu objek yang khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang handal. Handal dalam arti bahwa sistem dan struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Disebabkan oleh karena itu pula is terbuka untuk diuji oleh siapapun. ◦ Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, objektif, dan terbuka (Jujun, 1978). Menurut K. Bertens (2011), dalam filsafat Yunani etika dipakai untuk menunjukkan filsafat moral seperti yang acap ditemukan dalam konsep filsuf besar Aristoteles. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dengan memakai istilah modern, dapat dikatakan juga bahwa etika membahas tentan konvensi sosial yang ditemukan dalam masyarakat. ◦ Magnis Suseno (1987) memahami etika hams dibedakan dengan ajar-an moral. Moral dipandang sebagai ajaran, wejangan, khotbah, patokan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana ia hams bertindak, tentang bagaimana hams hidup dan bertindak, agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral yaitu orang-orang dalam berbagai kedudukan, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan para bijak. ◦ Koetjaraningrat (1980) mengatakan, etika deskriptif tugasnya sebatas menggambarkan atau memperkenalkan dan sama sekali tidak memberikan penilaian moral. Pada masa sekarang objek kajian etika deskriptif lebih banyak dibicarakan oleh antropologi budaya, sejarah, atau sosiologi. Karena sifatnya yang empiris, maka etika deskriptif lebih tepat dimasukkan ke dalam bahasan ilmu pengetahuan dan bukan filsafat.
  • 87. ◦ Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti: Pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia. Kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan, atau manusia lain. Objek formal etika meliputi norma kesusilaan manusia, dan mempelajari tingkah laku manusia baik buruknya. Adapun estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. ◦ Nilai itu objektif atau subjektif sangat bergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolok ukur segalanya, atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat fisik atau psikis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas, dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. ◦ Nilai itu objektif jika is tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolok ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada sesuai dengan objek sesungguhnya.
  • 88. HAKIKAT MORAL VERSUS ILMU ◦ Menurut K. Bertens (2011), secara etimologis kata moral sama dengan etika, meskipun kata asalnya beda. Pada tataran lain, jika kata moral dipakai sebagai kata sifat artinya sama dengan etis, jika dipakai sebagai kata Benda artinya sama dengan etika. Moral yaitu nilai- niai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Ada lagi istilah moralitas yang mempunyai arti sama dengan moral (dari kata sifat Latin moralis), artinya suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas yaitu sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. ◦ Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya tata cara atau adat istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral yang dari segi substantif materielnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda. Widjaja (1985) menyatakan, bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Bambang Daroeso (1986), merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut: 1. Moral sebagai perangkat ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu. 2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu. 3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa is terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
  • 89. ASPEK DAN SIFAT MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN 1. Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu Pengetahuan ◦ Menurut Immanuel Kant dalam Tjahjadi (1991), filsafat Yunani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu fisika, etika, dan logika. Logika bersifat apriori, maksudnya tidak membutuhkan pengalaman empiris. Logika sibuk dengan pemahaman dan rasio itu sendiri, dengan hukum pemikiran universal. Fisika, di samping memiliki unsur apriori juga memiliki unsur empiris atau aposteriori, sebab sibuk dengan hukum alam yang berlaku bagi alam sebagai objek pengalaman. Demikian pula halnya dengan etika, di samping memiliki unsur apriori juga memiliki unsur empiris, sebab sibuk dengan hukum tindakan manusia yang dapat diketahui dari pengalaman. Tindakan manusia dapat kita tangkap melalui indra kita, akan tetapi prinsip yang mendasari tindakan itu tidak dapat kita tangkap dengan indra kita. Menurut Kant, filsafat moral atau etika yang murni justru yang bersifat apriori itu. Etika apriori ini disebut metafisika kesusilaan. ◦ Pemahaman tentang moralitas yang didistingsikan dengan legalitas ditemukan dalam filsafat moral Kant. Menurut pendapatnya, moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah, yakni apa yang oleh Kant dipandang sebagai "kewajiban.“ ◦ kata Tjahjadi (1991), nilai moral Baru akan ditemukan di dalam moralitas. Dorongan batin itu tidak dapat ditangkap dengan indra, sehingga orang tidak mungkin akan menilai moral secara mutlak. Kant dengan tegas mengatakan, hanya Tuhan yang mengetahui bahwa dorongan batin seseorang bernilai moral. Kant memahami moralitas masih dibedakan menjadi dua, yaitumoralitas heteronom danmoralitas otonom.
  • 90. 2. Moralitas Objektivistik Versus Relativistik dalam Ilmu Pengetahuan ◦ Menurut Kurtines dan Gerwitz (1992), timbulnya perbedaan pandangan tentang sifat moral. sebagaimana dikemukakan itu tak terlepas dari sejarah perkembangan intelektual Barat yang dibagi dalam tiga periode, yaitu zaman Abad Klasik, Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Sejarah ide dunia Barat dimulai sejak zaman Yunani Kuno sekitar abad ke-5 SM, dengan ahli pikirnya yang sangat terkenal, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ketiga pemikir terbesar Abad Klasik ini berpandangan bahwa prinsip moral itu bersifat objektivistik, naturalistik, dan rasional. Maksudnya, meskipun bersifat objektif sebagaimana yang telah dikemukakan, akan tetapi moral itu merupakan bagian dari kehidupan duniawi (natural) dan dapat dipahami melalui proses penalaran atau penggunaan akal budi (rasional). ◦ Socrates yang meninggal pada 399 SM, meskipun tidak meninggalkan karya tulis, ia mengajarkan tentang adanya kebenaran yang bersifat mutlak. Untuk mempunyai pengetahuan yang objektif tentang kebenaran itu merupakan sesuatu yang sangat mungkin bagi manusia, melalui penalaran atau akal budi. Plato (427-347 SM), pencipta istilah ide, mengatakan bahwa ide itti memiliki eksistensi yang nyata dan objektif. Pendapat ini sekaligus untuk menyanggah kaum sofisme yang mengatakan bahwa tidak mungkin terdapat suatu pengetahuan dan juga moral yang bersifat objektif, sedangkan dunia itu sendiri terus-menerus berubah. ◦ Menurut Plato, pengetahuan maupun moral yang bersifat objektif itu sangat mungkin, meskipun tidak di dunia fisik. Ia mengemukakan adanya dunia, yaitu dunia fisik dan dunia ide. Dunia fisik itu terns berubah, sementara dunia ide atau dunia cita itu merupakan dunia yang abadi. ◦ Menurut Aristoteles, materi lebih pokok dibanding dengan bentuk. Dalam bukunya yang berjudul The Nicomachean Ethics, dikemukakan bahwa kebenaran merupakan tujuan yang ingin kita raih dan untuk meraihnya itu melalui kegiatan yang kita lakukan
  • 91. 3. Sifat Moral dalam Perspektif Objektivistik Versus Relativistik Prinsip moral yang bersifat objektivistik-universal yang dimaksudkan yaitu prinsip moral secara objektif dapat diterima oleh siapa pun, di mana pun, dan kapan pun juga. Sebagai contoh, sifat atau sikap kejujuran, kemanusiaan, kemerdekaan, tanggung jawab, keikhlasan, ketulusan, persaudaraari, dan keadilan. Adapun prinsip moral yang bersifat relativistikkontekstual sifatnya "tergantung atau sesuai dengan konteks," misalnya tergantung pada konteks kebudayaan atau kultur, sehingga bersifat kultural. Demikian seterusnya, sifat relativistik-kontekstual itu pengertiannya bisa berarti nasional, komunal, tradisional, situasional, kondisional, multikultural, atau bahkan individual. Sebagaimana dikenal dalam kajian tentang macam-macam norma, dikenal adanya empat macam norma, yaitu norma keagamaan, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum. Norma kesusilaan itu lebih bersumber pada prinsip etis dan moral yang bersifat objektivistikuniversal. Adapun norma kesopanan itu bersumber pada prinsip etis dan moral yang bersifat relativistikkontekstual. Sejalan dengan hal ini, Widjaja (1985) mengemukakan bahwa persoalan moral dihubungkan dengan etik membicarakan tentang tata susila dan tata sopan santun. Tata susila mendorong untuk berbuat baik, karena hati kecilnya mengatakan baik, yang dalam hal ini bersumber dari hati nuraninya, lepas dari hubungan dan pengaruh orang lain. Tata sopan santun mendorong untuk berbuat baik, terutama bersifat lahiriah, tidak bersumber dari hati nurani, untuk sekadar menghargai orang lain dalam pergaulan. Dengan demikian, tata sopan santun lebih terkait dengan konteks lingkungan sosial, budaya, adat istiadat dalam satu sistuasi sosial.
  • 92. HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEMANUSIAAN ◦ Menurut Jhon G. Kemeny dalam The Liang Gie (2005) mengatakan, ilmu adalah seluruh pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method). Terlepas berbagai makna dari pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas dan metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak bertentangan bahkan sebaliknya, hal ini merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu tidak harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. ◦ Ilmu pengetahuan merupakan warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan bare menyeluruh melalui Renaisans, Abad Kebangkitan. ◦ Sejatinya ilmu pengetahuan yaitu mengarahkan kecerdasan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metode yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal ini memiliki anti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita.
  • 93. ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN ◦ Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dalam sebaik-baik ciptaan, maka manusia memiliki kelebihan yang istimewa, yaitu kemampuannya dalam menalar, merasa, dan mengindra. Melalui kelebihan ini manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuannya, dan hal inilah yang secara prinsip menjadi furgan (pembeda) manusia dengan makhluk lainnya, bahkan pembeda kualitas antarmanusia itu sendiri. Atas kemampuan yang dimiliki manusia itu, diharapkan dapat berimplikasi terhadap peningkatan taraf kehidupan manusia. ◦ Kemampuan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah melahirkan temuan-temuan barn yang belum ada sebelumnya, atas penemuan itu manusia mendapatkan manfaat secara langsung. ◦ Dalam sejarah dikenal nama Corpus Juris sebagai orang yang pertama kali menyadari dan memprakarsai etika moral dalam karya ilmu pengetahuan, baik berupa hak milik dalam bentuk tulisan maupun lukisan di atas kertas. Namun demikian, pendapatnya belum sampai kepada pembeda antara benda nyata (materielles eigentum) dan benda tidak nyata (immaterielles eigentum) yang merupakan produk kreativitas manusia. Istilah immaterielles eigetum inilah yang sekarang disebut dengan "intellectual property right (IPR)." yang merupakan terjemahan dari kata "geistiges eigentum,"atau hak kekayaan intelektual ilmu pengetahuan.
  • 94. ◦ Dalam perspektif sejarah hukum, juga dikenal nama Hugo de Groot (Grotius) sebagai orang yang pertama memakai hukum alam atau hukum kodrat yang berasal dari pikiran terhadap hal-hal kenegaraan, dia mengemas teorinya sebagai berikut: Pertama, pada dasarnya manusia mempunyai sifat mau berbuat baik kepada sesama manusia. Kedua, manusia mempunyai "appetitus societaties" yang dimaknai hasrat kemasyarakatan. Atas dasar appetites societaties ini manusia bersedia mengorbankan jiwa dan raganya untuk kepentingan orang lain, golongan, dan masyarakat. Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurut teori hukum kodrat: a) Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain). b) Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji). c) Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan kesalahan sendiri). d) Poenae inter humanies meratum (berilah hukum yang setimpal). Di negara-negara Anglo-Saxon berkembang suatu konsep negara hukum yang semula dipelopori oleh A.V. Dicey dengan sebutan "Rule of Law," yang menekankan pada tiga tolok ukur atau unsur utama dalam teori hukum, yaitu: 1. Supremasi hukum atau supremacy of law. 2. Persamaan di hadapan hukum atau equality before the law. 3. Konstitusi yang didasarkan pada hak-hak perorangan atau the constitution based on individual rights. ◦ Menurut Aristoteles, negara hukum yaitu negara yang berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar is menjadi warga negara yang baik. Dan bagi Aristoteles, yang memerintah dalam negara bukanlah manusia yang sebenarnya melainkan pikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan keseimbangan. ◦ Berdasarkan teori negara hukum (rechstaats) tersebut, berarti dalam penerapan perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu atau musik harus senantiasa sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku. Namun pembentukan hukum positif itu haruslah berangkat dari hak-hak yang dimiliki oleh setiap individu, khususnya atas hak ekonomi pencipta terhadap karya yang telah diciptakannya.
  • 95. SIKAP MANUSIA ◦ Dewasa ini dalam upaya penerapan ilmu dan teknologi orang beranggapan atau dipengaruhi oleh Bacon dalam keadaannya tidak sadar. Bacon menyatakan "Knowledge is power", siapa yang ingin menguasai alam semesta kuasailah ilmu, bahwa manusia haruslah menguasai alam dan memperlakukannya tanpa memperhitungkan norma-norma etis dalam hubungannya dengan alam, sehingga akibatnya banyak terjadi kerusakan lingkungan hidup yang pada gilirannya akan mengancam kelangsungan hidup manusia. Disebabkan oleh karena itulah pada hakikatnya hubungan manusia dengan alam tidak hanya hubungan yang bersifat intrinsik kosmologis namun juga hubungan yang bersifat etis-epistemologis. ◦ Manusia dengan seluruh alam lingkungan hidupnya secara bersama-sama merupakan ciptaan Tuhan. Manusia tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan hidupnya, bahkan manusia merupakan bagian dari lingkungan hidup itu. Dengan membuka lingkup yang wajar itu manusia sebagai makhluk alam merupakan bagian dari alam oleh karena itu manusia memiliki sifat-sifat dan tunduk kepada hukum alam, sehingga keduanya memiliki keterikatan kosmologis. ◦ Masalah hubungan manusia dengan manusia, menurut Heidegger sebagaimana dikutif oleh Bakker (1987) bahwa alam sebagai alat atau sarana (Zeug), yang berhubungan erat dengan penggunaannya (Zubanden). Oleh karena itu menurut Heidegger, alam tidak dapat dipahami lepas dari manusia. Maka alam pun akan memperoleh maknanya secara lengkap dalam kaitannya dengan integrasi dengan manusia. ◦ Moral ilmiah menurut Merton sebagaimana yang dikutif oleh Depdikbud (1981) dinyatakan bahwa ilmu rnempunyai sifat urziversalisme, komunalisme, disinterestedness, dan skeptisisme yang terorganisasi.
  • 96. TUGAS MEMBUAT SLIDE PENGANTAR FILSAFAT ILMU TOPIK XIII : PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : 7 (Tujuh) MHS SMT 4 KELAS S 1. Delada Putri Amanda (1211900193) 2. Lilis Nur Khafida (1211900154) 3. Farthur Rosi (1211900212) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SURABAYA JUNI 2021
  • 97. PENGANTAR ILMU FILSAFAT Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono,Ms Kelas “S” Jumat 17:00 wib
  • 98. Oleh Kelompok : 7 (Tujuh) MHS SMT 4 KELAS S 1. Delada Putri Amanda (1211900193)  2. Lilis Nur Khafida (1211900154)  3. Farthur Rosi (1211900212)
  • 100. Latar Belakang  Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan pemerintahannya  Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia lainnya (Prayitno, 1989:2).  Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia. 
  • 101. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA ADALAH SUATU FILSAFAT 1. Pendapat Muh. Yamin  menyebutkan bahwa ajaran Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Hakikat filsafatnya ialah satu sinthese fikiran yang lahir dari antithese fikiran. Dari pertentangan pikiran lahirlah perpaduan pendapat yang harmonis, begitu pula halnya dengan ajaran Pancasila, satu sinthese negara yang lahir dari pada satu antithese.  2. Pendapat Soediman Kartohadiprodjo  Beliau mengemukakan bahwa pancasila itu disajikan sebagai pidato untuk memenuhi permintaan memberikan dasar fiilsafat negara, maka disajikannya Pancasila sebagai filsafat. Pancasila masih merupakan filsafat Negara (staats-filosofie). Karena itu dapat dimengerti, bahwa filsafat Pancasila dibawakan sebagai inti dari hal-hal yang berkkenaan dengan manusia, disebabkan negara adalah manusia serata organisasi manusia.
  • 102. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA ADALAH SUATU FILSAFAT  3. Pendapat Drijrkoro  berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan Weltanschauung didalam lingkungan hidup. Dengan belajar filsafat orang tidak dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak pada tempatnya jika dalam filsafat aspek Weltanschauug ditekan-tekan dengan berlebih-lebihan. Sehingga dikemukakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan Weltanscauung bagi kita banggsa Indonesia, akan tetapi tanpa dirumuuskan sebagai filsafat melainkan dalam dalil-dalil filsafat  4. Pendapat Notonagoro  berpendapat bahwa kedudukan Pancasila dalam Negara Republik Indonesia adalah sebagai dasar negara, dalam pengertian dasar filsafat. Sifat kefilsafatn dari dasar negara tersebut terwuujudkan dalam rumus abstrak dari kelima sila dari pada Pancasila. Yang intinya ialah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan (kesatuan dalam dinamikanya), kerakyatan dan keadilan, terdiri atas kata-kata pokok dengan awalan- akhiran ke-an dan per-an. Dasar filsafat, asas kerokhanian Negara Pancasila adalah cita-cita yang harus dijelmakan dalam kehidupan negara.
  • 103. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA ADALAH SUATU FILSAFAT  5. Pendapat Roeslan Abdoelgani berpendapat bahwa Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir sebagai collective-ideologie dari seluruh bangsa Indonesia. Pada hakikatnya Pancasila merupakan suatu realiteit dan suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tiap-tiap filsafat adalah hakikatnya suatu noodzkelijkheid.
  • 104. Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila  Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari kata philo, philos, philein yang mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.  Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
  • 105. Ada beberapa dasar yang menjadikan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia yaitu : 1. Landasan Ontologis Pancasila 2. Landasan Epistemologis Pancasila 3. Landasan Aksiologis Pancasila
  • 106. PANCASILA SEBAGI FILSAFAT  Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.  Fungsi Filsafat Pancasila yaitu :  1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam kehidupan bernegara.  2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.  3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia.
  • 107. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT  Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
  • 108. PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT PANCASILA  Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya  Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia. Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom). Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam realitasnya saling berhubungan erat, saling brkaitan, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis, dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasilayang merupakan dasar filsafat Negara Indonesia.
  • 109. Dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat  Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:  1. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.  2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara) RI.  3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun. Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia.  4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya; filsafat Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat Pancasila merupakan bagian dari khasanah dan filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern. 
  • 110. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah cinta akan kebijakan. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian- bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
  • 111. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah cinta akan kebijakan. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
  • 112. PENGANTAR FILSAFAT ILMU SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH KELOMPOK 7 : 1. Lilis Nur Khafida 1211900154 2. Delada Putri A.T 1211900193 3. Fathur Rosi 1211900212
  • 113. SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah : a) Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. b) Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
  • 114. Sarana Berpikir Ilmiah A. Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia.Bahasa itu komunikasi.Fungsi terpenting dari bahasa adalah menjadi alatkomunikasi dan interaksi. 1) Ciri-Ciri Bahasa Ilmiah  Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau intersubjektif, dan antiseptik. 2) Kelemahan Bahasa  Bahasa sangat vital bagi manusia dalam aktivitas ilmiah (maupun aktivitas non-ilmiah). Bahasa memperjelas cara berpikir manusia, maka orang yang terbiasa menulis dengan bahasa yang baik akan mempunyai cara berpikir yang lebih sistematis.
  • 115. B. Matematika Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh kemampuan-kemampuan meliputi : • Menggunakan algoritma, Melakukan manipulasi secara matematika, Mengorganisasikan data, memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya. Kelebihan dan Kekurangan Matematika Kelebihan matematika antara lain sebagai berikut :Tidak memiliki unsur emotifBahasa matematika sangat universal.Adapun kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandungbahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuhdengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
  • 116. C. Statistika • Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.Konsep statistikasering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya. D. Logika • Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapatdipertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah.Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.
  • 117. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, Dan Statistika Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah – langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
  • 118. DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR ILMIAH Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
  • 119. Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli : 1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. 2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. 3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. 4. Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.
  • 120. Ilmu pengetahuan telah didefenisikan dengan beberapa cara dan defenisi untuk operasional. Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. • Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan pengetahuan (knowledge), antara lain : 1. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982. Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas. 2. Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga harus memiliki objek, metode,sistematika dan mesti bersifat universal. • Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas: 1. Pengalaman. 2. Otoritas . 3. Cara berfikir deduktif. 4. Cara berfikir induktif . 5. Berfikir ilmiah (pendekatan ilmiah). • Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah : 1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmu. 2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.