DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
PENGETAHUAN ILMU
1. TUGAS SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
DOSEN PENGAMPU
Dr. Sigit Sarjono, Ms
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
1. Anisa’ul Khomariyah 1211900355
2. Dian Tifany Putri 1211900363
3. Yohanes Berachmans Mudja 1231600058
4. Mastumatul Khasnawati 1231503313
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
3. Secara Etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is
justified true belief).
Secara Terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang
pengetahuan.
Menurut Drs. Sidi Gazalba :
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti,
dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan
demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu.
4. Pengetahuan Biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense,
karena seseorang memiliki sesuatu di mana is menerima secara baik.
Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu
merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan
sebagainya.
Pengetahuan Ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
5. Pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan
filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian
tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang
sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam.
Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis,
sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi
longgar kembali.
Pengetahuan Agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari
Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan
wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung
beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan
dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan
cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut
dengan hubungan horizontal.
6. Teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam.
Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang
sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat).
Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang
asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang
terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa
pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.
Idealisme, ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang
bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya
merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang
realitas.
7. •Empirisme
kata ini berasal dari kata
Yunani empeirikos, artinya
pengalaman.
Menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan
melalui pengalamannya.
Dan bila dikembalikan
kepada kata Yunaninya,
pengalaman yang
dimaksud ialah
pengalaman inderawi.
•Rasionalisme
Aliran ini menyatakan
bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar
diperoleh dan diukur
dengan akal. Manusia
memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan
menangkap objek.
8. •Intuisi
Menurut Henry Bergson
intuisi adalah hasil dari
evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini
mirip dengan insting, tetapi
berbeda dengan kesadaran
dan kebebasannya.
Pengembangan kemampuan
ini (intuisi) memerlukan
suatu usaha. Ia juga
mengatakan bahwa intuisi
adalah suatu pengetahuan
yang langsung, yang mutlak
dan bukan pengetahuan yang
nisbi.
•Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan
yang disampaikan oleh Allah
kepada manusia lewat
perantaraan para nabi. Para
nabi memperoleh
pengetahuan dari Tuhan
tanpa upaya, tanpa bersusah
payah, tanpa memerlukan
waktu untuk memperolehnya.
Pengetahuan mereka terjadi
atas kehendak Tuhan semesta.
Tuhan mensucikan jiwa
mereka dan diterangkan-Nya
pula jiwa mereka untuk
memperoleh kebenaran
dengan jalan wahyu.
9. Dasar Ontologis,
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), yaitu bicara tentang hakikat apa
yang dikaji. Amsal Bakhtiar (2012) mengemukakan, ontologi berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu on/ontos yakni ada, dan logos yakni ilmu, sehingga
ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah ontologi adalah
ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Dasar Epistemologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), dasar epistemologis yaitu metode
atau cara-cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Kemudian Amsal
Bakhtiar (2012) menjelaskan, epistemologis yaitu cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan
dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai
pengetahuan yang dimiliki.
10. Dasar Aksiologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), aksiologi adalah dasar ilmu
pengetahuan yang berbicara tentang nilai kegunaan ilmu. Di dalam
aksiologi dibicarakan mengenai ilmu dan moral, tanggung jawab sosial
serta berbagai etika dalam pengembangan keilmuan. Aksiologi berasal
dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti
teori. Selanjutnya dikatakan Jujun, aksiologi merupakan teori tentang
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di-
peroleh.
11. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, secara filsafat
pengetahuan ilmiah atau ilmu memiliki perbedaan dengan bentuk
pengetahuan yang umum (commom sense). Menurut Solly Lubis (2012),
alasannya yaitu suatu jenis pengetahuan umum tidak memiliki objek,
bentuk pernyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus, sebaliknya suatu
pengetahuan ilmiah atau pengetahuan keilmuan (ilmu) selalu
mengandalkan adanya objek keilmuan, bentuk kenyataan, serta dimensi
dan ciri yang khusus.
Amsal Bakhtiar (2012) mengatakan, pada dasarnya ilmu memiliki
dua macam objek, yaitu material dan formal. Objek material yaitu sesu-
atu yang dijadikan sasaran penyelidikan, misalnya tubuh manusia meru-
pakan objek material ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya yaitu
metode untuk memahami objek material ini, seperti pendekatan induktif
dan deduktif.
12. Konsep ilmu sebagaimana dipahami Solly Lubis (2012), yaitu
bagan, rencana, atau pengertian, baik yang bersifat abstrak maupun
operasional yang merupakan alat penting untuk kepentingan pemikiran
dalam ilmu atau pengetahuan ilmiah. Setiap ilmu harus memiliki satu
atau beberapa konsep kunci atau konsep tambahan yang bertalian.
Beberapa contoh konsep ilmiah seperti konsep bilangan di dalam
matematika, konsep gaga di dalam fisika, konsep evolusi dalam biologi,
stimulus di dalam psikologi, kekuasaan dalam politik atau strata sosial di
dalam ilmu sosial, simbol di dalam linguistik, keadilan di dalam ilmu
hukum, keselamatan dalam ilmu teologi, atau lingkungan di dalam ilmu-
ilmu interdisipliner.
Konsep ilmu atau konsep ilmiah tersebut sangat dibutuhkan agar
suatu ilmu dapat menyusun berbagai asas, teori, sampai dalil. Suatu
konsep ilmiah dapat merupakan semacam sarana untuk ilmuwan
melakukan pemikiran dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah.
13. Menurut Jujun Suriasumantri (2010), pengetahuan pada
hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
objek tertentu, termasuk ke dalamnya ilmu. Ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui manusia di samping berbagai pengetahuan
lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khazanah
kekayaan mental. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis
pertanyaan tertentu yang diajukan. Secara ontologis ilmu membatasi din
pada kajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia,
sedangkan agama memasuki daerah penjelasan yang bersifat
transendental yang berada di luar pengalaman kita.
14. Ilmu pengetahuan sebagai objek, menurut Ali Maksum (2011)
merupakan himpunan inforrnasi yang berupa pengetahuan ilmiah ten-
tang gejala yang dapat dilihat, dirasakan, atau dialami. Gejala ini dapat
berupa gejala alam (seperti angin, air, gempa Bumi, ombak, gerak, dan
1benda), atau gejala sosial (seperti masyarakat bangsa, unjuk rasa,
kemiskinan, kemakmuran, dan ketersaingan), ataupun gejala pikir yang
abstrak wujudnya, seperti konsep tentang bilangan dan himpunan di
dalam matematika. Masalah yang menjadi perhatian di dalam aktivitas
ilmu pengetahuan yaitu pencarian kejelasan dan perumusan penjelasan
mengenai struktur, fungsi, dan pola laku gejala-gejala, baik gejala alam,
gejala sosial, maupun gejala pikir.
15. Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan alirannya, sebagaimana dikemukakan oleh Darsono Prawi-
negoro (2011), yakni:
Pertama, berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan untuk
keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk
memenuhi rasa keingintahuan manusia.
Kedua, ilmu pengetahuan pragmatis. Aliran inl menyakini bahwa
pengembangan ilmu pengetahuan haruslah dapat memberikan
manfaat bagi manusia dalam pemecahan masalah kehidupan.
16. Sistematis, para filsuf dan ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah
pengetahuan atau kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis. Ciri sistematis ilmu menunjukkan bahwa ilmu merupakan
berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan tersebut mempunyai hubungan saling ketergantungan
yang teratur (pertalian tertib).
Empiris, bahwa ilmu mengandung pengetahuan yang diperoleh ber-
dasarkan pengamatan serta percobaan secara terstruktur di dalam ben-
tuk pengalaman, baik secara lansung maupun tidak lansung. Ilmu
mengamati, menganalisis, menalar, membuktikan, dan menyimpulkan
hal-hal empiris yang bersifat faktawi (faktual), baik berupa gejala
maupun kebatinan, gejala alam, gejala kejiwaan, gejala
kemasyarakatan, dan sebagainya. Semua hal fakta yang dimaksud
dihimpun dan dicatat sebagai data (datum) sebagai bahan persediaan
bagi ilmu.
17. Objektif, bahwa ilmu menunjukkan pada bentuk pengetahuan yang
bebas dari prasangka perorangan (personal biasa), dan perasaan
subjektif berupa kesukaan atau kebencian pribadi. Ilmu haruslah
hanya mengandung pemyataan serta data yang menggambarkan secara
terus terang atau mencerminkan secara tepat gejala yang di telaahnya.
Analitis, bahwa ilmu berusaha mencermati, mendalami, dan
membedakan pokok soalnya ke dalam bagian-bagian yang terperinci
untuk memahami sebagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-
bagian tersebut. Upaya pemilihan atau penguraian suatu kebulatan
pokok soal ke dalam bagian-bagian, membuat suatu bidang keilmuan
senantiasa tersekat dalam cabang yang lebih sempit sasarannya.
Yerifikatif, bahwa ilmu mengandung kebenaran yang terbuka untuk
diperiksa atau diuji (diverifikasi) guna dapat dinyatakan sah (valid) dan
disampaikan kepada orang lain. Kemungkinan diperiksa kebenaran
(verifikasi) dimaksudlah yang menjadi ciri pokok ilmu yang terakhir.
18. Dari sejumlah pengertian yang ada, sering ditemukan kerancuan
antara pengertian pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut dianggap
memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang
dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Hal ini
sering kita jumpai dalam berbagai karangan yang membicarakan tentang
ilmu pengetahuan. Namun jika kedua kata itu berdiri sendiri-sendiri, akan
tampak perbedaan antara keduanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Dari
asal katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam
bahasa Inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science
dan peralihan dari kata Arab ilm.
Dari beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat dari sif at
sistematik dan cara memperolehnya. Perbedaan tersebut menyangkut
pengetahuan prailmiah atau pengetahuan biasa, sedangkan pengetahuan
ilmiah dengan ilmu tidak mempunyai perbedaan yang berarti.
19. Batas penjelasan ilmu yaitu ketika manusia berhenti berpikir
untuk mencari pengetahuan, ilmu didapatkan dari penjelasan
pengalaman manusia. Ilmu membatasi lingkup penjelasannya pada batas
pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam
menyusun yang telah teruji secara empiris. Ilmu hanya merupakan salah
satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba
menelaah kehidupan dalam batas ontologis tertentu.
Selanjutnya ilmu memulai penjelasannya pada pengalaman
manusia, dan berhenti di batas pengalaman manusia. Pernyataan inilah
yang bisa menjadi jawaban sampai di mana batas-batas penjelasan ilmu.
Jadi, jika ilmu berada di luar jangkauan pengalaman manusia, tentunya
tidaklah semestinya menjelajahi ilmu itu. Sebagai contoh mengenai surga
dan neraka, keduanya merupakan hal-hal yang berada di luar jangkauan
manusia. Dibandingkan dengan pengetahuan lain, maka ilmu
berkembang dengan sangat cepat.
22.
Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu
pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah
pernyataan itu benar ataukah tidak. Bahkan mereka
yang mengatakan bahwa makna sama dengan keadaan
yang dapat diverifikasi, akan bersepakat demikianlah
harapan saya bahwa mengetahui syarat- syarat untuk
menetapkan suatu pemyataan dapat diverifikasi
tidaklah sama dengan mengetahui bahwa syarat-syarat
itu sudah dipenuhi.
Proposisi Suatu Pernyataan Yang
Benar
23.
Pernyataan' merupakan suatu istilah yang bersifat
sintaktis; 'proposisi' ialah istilah yang bersifat semantik, dan
demikian pula kata 'benar' mengacu kepada makna simbol-
sirnbol, dan bukan kepada simbolnya. Maka kemungkinan
untuk mengatakan bahwa 'p' adalah benar, jika dan hanya
jika p itulah halnya; dalam hal ini menurut kebiasaan simbol
'p' menunjukkan pernyataan, sedangkan simbol p mengacu
kepada proposisi. Maka di dalam sintaksis kita tidak dapat
mengatakan apapun mengenai kebenaran. Untuk
membicarakan masalah kebenaran kita membutuhkan suatu
bahasa yang berbeda dengan bahasa yang bersifat sintaksis.
Kebenaran Bersifat Semantik
24.
Ukuran kebenaran sesungguhnya tergantung pada
apakah sebenarnya yang diberikan kepada kita oleh
metode-metode untuk memperoleh pengetahuan. Jika apa
yang dapat kita ketahui ialah ide-ide kita, maka
pengetahuan hanya dapat terdiri dari ide-ide yang
dihubungkan secara tepat; dan kebenaran merupakan
keadaan-saling-berhubungan (coherence) di antara ide-ide
tersebut atau keadaan saling berhubungan di antara
proposisi-proposisi. Jika sebaliknya, kita dengan suatu cara
tertentu mengetahui kenyataan, maka pengetahuan atau
ide-ide yang benar terdiri dari - seperti yang dikatakan
oleh Spinoza - kejumbuhan antara ide dengan ideatum-
nya, atau selanjutnya kesesuaian (correspodence) antara
ide-ide dengan apa yang diwakilinya.
Ukuran Kebenaran
25.
Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras,
Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh
kaum rasionalis. Kebenaran tidak lagi ditemukan
dalam kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam
relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau
yang sudah ada. Maka suatu pengetahuan atau
proposisi dianggap benar kalau sejalan dengan
pengetahuan atau proposisi sebelumnya. Matematika
dan ilmu pasti sangat cocok dengan teori kebenaran ini.
Misalnya, Semua manusia mati; Sokrates adalah
manusia; Maka Sokrates pasti mati. Penekanan pada
pengetahuan apriorirasional dan deduktif. Di sini
pengenal dan subyek lebih dipentingkan daripada
obyek.
Paham Koherensi (Coherence
Theory)
26.
Kebenaran koherensi adalah kebenaran atas
hubungan antara dua pernyataan.
Misalnya :
ketika dinyatakan bahwa monyet mempunyai hidung pada
pernyataan pertama, dan pada pernyataan kedua
dinyatakan manusia juga mempunyai hidung. Apabila
diberikan kesimpulan. Bahwa monyet. sama dengan
manusia, -maka menurut kebenaran koherensi itu tidak
benar karena hidung bukan sebagai syarat sesuatu
dinyatakan sebagai monyet, apalagi manusia karena
manusia dan monyet ada yang tidak mempunyai hidung
(cacat), jadi hanya untuk pernyataan bahwa manusia dan
monyet sebagian besar mempunyai hidung.
Kebenaran Koherensi
27.
Bagi orang kebanyakan, suatu pernyataan itu` benar jika
apa yang diungkapkannya merupakan fakta, dan barangkali kita
sendiri berpandangan demikian. J
Misal :
Jika saya mengatakan "Di luar hawanya dingin", maka hal itu
benar jika di luar sungguh-sungguh hawanya dingin atau jika
keadaan dingin di luar itu merupakan fakta. Orang mungkin
mengatakan, jika di luar benar-benar hawanya dingin, maka
proposisi tersebut akan saling berhubungan dengan proposisi-
proposisi lain, dan bahwa karenanya keadaan saling
berhubunyan itu merupakan konsekuensi dari kebenaran suatu
pernyataan. (Tetapi paham koherensi mengatakan sebaliknya;
jika suatu proposisi saling berhuburigan dengan proposisi-
proposisi yang lain, maka apa yang dinyatakannya merupakan
fakta).
Teory Kebenaran Korespodensi
(Correspondence Theory)
28.
Kebenaran korespondensi adalah kebenaran yang sesuai
antara pernyataan dengan fakta di lapangan.
Misalnya :
Bila dinyatakan Sengkon dan Karta bersalah, lalu dihukum lima tahen
maka Sengkon dan Karta harus benar-benar melakukan kejahatan itu,
bukan sekedar membuktikan dengan berbagai berita acara. Apabila
Sengkon dan Karta tidak melakukan maka secara kebenaran
korespondensi itu tidak benar.
Paham yang mengatakan bahwa suatu pernyataan itu benar
jika makna yang dikandungnya sungguh-sungguh merupakan halnya,
dinamakan 'paham korespondensi'. Kebenaran atau keadaan benar
berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang dimaksudkan
oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh merupakan
halnya, atau apa yang merupakan fakta-faktanya.
Kebenaran Korespondensi
29.
Definisi-definisi tentang kebenaran paham-paham
empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi pengalaman,
dan biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi dari
orang seorang. Semua paham tersebut dalam arti tertentu
memandang proposisi bersifat meramalkan (predictiue)
atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisi
sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan. Yang demikian ini
menyebabkan kebenaran menjadi pengertian yang bersifat
subjektif serta nisbi.
Paham Empiris (Emperical
Theory)
30.
Kebenaran menjadi bersifat dinamis serta tidak
pasti, dan bukannya bersifat mutlak serta statis. Istilah-
istilah ini jangan dianggap bersifat menghormati atau
merendahkan, melainkan sekadar menunjukkan ciri-
ciri khas pengertian kebenaran. Sifat khas masing-
masing di antara pelbagai corak kebenaran tersebut
tergantung pada apa yang dianggap diramalkan oleh
proposisi yang bersangkutan.
Kebenaran Empiris
31.
Sebagaimana telah kita lihat, ajaran-ajaran
pragmatisme berbeda-beda coraknya, sesuai dengan
konsekuensi-konsekuensi yang mereka tekankan.
Namun, semua penganut pragmatisme meletakkan
ukuran kebenaran dalam salah satu macam
konsekuensi. William James, misalnya, mengatakan
bahwa proposisi 'Tuhan ada' adalah benar bagi
seseorang yang hidupnya mengalami perubahan
karena percaya adanya Tuhan. Ini berarti bahwa
proposisi-proposisi yang membantu kita mengadakan
penyesuaian-penyesuaian yang memuaskan terhadap
pengalaman-pengalaman kita, adalah benar.
Teory Pragmatisme
32.
Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya
dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan
kebenaran ini adalah apabila kemungkinannya luas,
oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya
dua dan saling bertolak belakang. Misalnya, semua
yang teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita
tidak membicarakan yang tidak teratur. Dengan
adanya yang mengatur peredaran darah dalam tubuh
maka tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada yang
mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada
yang mengatur yaitu Tuhan, karena hanya ada dua
kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak ada
yang mengatur, apabila diterima salah satu maka yang
lain dicoret karena bertolak belakang.
Kebenaran Pragmatis
33.
Bagaimanakah kita mengetahui bahwa proposisi
itu benar? Menurut Dewey, kita baru mengetahui
setelah kita mengadakan verifikasi, dan yang demikian
ini kita kerjakan dengan cara berjalan ke kiri. Jika
dengan berjalan ke arah kiri, kita sungguh-sungguh ke
luar dari hutan, maka barulah proposisi tersebut
sungguh-sungguh benar. Proposisi yang kita ajukan
merupakan suatu hipotesa yang meramalkan
konsekuensi-konsekuensi. Dan karenanya, akan benar
jika dan hanya jika - konsekuensi- konsekuensi tersebut
terwujud. Kebenaran ialah pembenaran (verification),
dan hal ini ditunjukkan bila penyelidikan yang
menimbulkan perumusan proposisi tersebut
diselesaikan dengan sukses.
Memverifikasi Pernyataan Yang
Benar
36. Pendahuluan
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha
untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka
itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis atau pembicara.
Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-
fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah
suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu
pengetahuan. Dan dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu
tidak lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau
menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap
atau pendapat mengenai suatu hal.
37. Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah
berpikir kritis dan logis. Untuk itu ia harus bertolak dari fakta-fakta
atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta dan evidensi itu dapat
dijalin dalam metode-metode sebagaimana dipergunakan juga oleh
eksposisi. Tetapi dalam argumentasi terdapat motivasi yang Iebih
kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan, sebab itu fakta-fakta
dipakai seperlunya. Namun argumentasi di samping memerlukan
kejelasan, memerlukan juga keyakinan dengan perantaraan fakta-
fata itu..
38. Proposisi
Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses
berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau
evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Bila
kita bandingkan argumentasi dengan sebuah bangunan, maka fakta,
evidensi, dan sebagainya dapat disamakan dengan batu bata, batu kali,
semen, dsb., sedangkan proses penalaran itu sendiri dapat disamakan
dengan bagan atau arsitektur untuk membangun gedung tersebut.
Penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu
kesimpulan yang logis.
Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat
adalah proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung
proposisi, karena hanya kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan
atau disangkal kebenarannya. Kalimat-kalimat tanya, perintah, harapan,
dan keinginan (desideratif) tidak pernah mengandung proposisi. Apa
yang dapat dibuktikan dari kalimat seperti: "Siapa yang mengambil buku
itu?", "Pergilah dari sini secepatnya!", atau "Mudah-mudahan kamu
selalu bahagia seumur hidupmu!"
39. Inferensi dan Implikasi
➢ Kata inferensi berasal dari kata Latin inferre yang berarti menarik
kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu dari
kata implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika,
juga dalam bidang ilmiah lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan
yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada.
➢ Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena
sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari
kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus
disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang
tercakup dalam evidensi (implikasi), dan kesimpulan yang masuk
akal berdasarkan implikasi (inferensi).
40. Tiap proposisi dapat mencerminkan dua macam
kemungkinan yaitu :
Pertama,
ia merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai akibat dari
pengalaman atau pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal.
Kedua
Proposisi dapat juga merupakan pendapat, atau kesimpulan
seseorang mengenai sesuatu hal.
Kalimat-kalimat seperti "Tadi terjadi sebuah tabrakan di depan
Universitas" merupakan sebuah proposisi yang bersifat pernyataan
faktual, yaitu sebuah pernyataan yang menyangkut fakta atau
peristiwa yang dialami oleh seseorang. Tetapi bila informasi tadi
dilanjutkan dengan meriggtakan "Sopir bis yang melakukan
kesalahan, karena tiba-tiba ia menghentikan kendaraannya", maka
proposisi ini merupakan suatu kesimpulan atau pendapat, karena
pembicara menyampaikan pernyataan itu dengan bertolak dari
beberapa fakta untuk sampai kepada pernyataan yang Baru itu.
41. Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif
adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang
ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan
sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu
kebenaran.
Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh
dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan
atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa
terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekadar menegaskan apakah
suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi, seorang
penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja,
bila ia menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya,
serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang
diturunkan daripadanya.
42. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk
data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi
adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan keterangan-
keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang
kepada .seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data
(apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan). Pada
dasarnya semua data dan informasi harus diyakini dan diandalkan
kebenarannya. Untuk itu penulis atau pembicara harus mengadakan
pengujian atas data dan informasi tersebut, apakah semua bahan
keterangan itu merupakan fakta.
43. Cara Menguji Data
O Observasi
Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum
memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih
meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya
sebaik-baiknya dalam usaha rneyakinkan para pembaca, maka
kadang- kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan
peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau
informasi itu. Dan sesungguhnya dalam banyak hal pernyataan-
pernyataan yang diberikan oleh seseorang, biasanya didasarkan Pula
atas observasi yang telah diadakan.
44. O Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus
dilakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk
mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas obyek yang
akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan
biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau
pengarang dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian
atau keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri atati
menyelidiki sendiri persoalan itu.
Demikian pula halnya dengan semua pengarang atau
penulis. Untuk memperkuat evidensinya, mereka dapat
mempergunakan kesaksiankesaksian orang lain yang telah
mengalami sendiri peristiwa tersebut..
45. O Autoritas
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta
dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari
suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang
telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan
semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan
pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
Nasihat seorang dokter tentang penyakit yang diderita akan ditaati
oleh pasien, karena dokter itu dianggap sebagai suatu autoritas
untuk setiap penyakit. Dalam sidang pengadilan mengenai
pembunuhan seseorang dengan mempergunakan racun, seorang
ahli dalam bidang obat-obatan akan dimintakan pendapatnya untuk
menguji semua keterangan baik dari saksi maupun penuntut umum.
46. Cara Menguji Fakta
O Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana
yang akan dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah
argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi,
kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi
bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain. Bila evidensi itu
bertentangan satu sama lain atau saling melemahkan, maka
argumentasi itu tidak akan meyakinkan pembaca atau pendengar.
47. O Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan
penilaian fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi
adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan
sebagai evidensi harus pula koheren dengan pcngalaman-
pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap
yang berlaku. Bila penulis menginginkan agar sesuatu hal dapat
diterima, is harus meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca
setuju atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang
dikemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus
menerima hal lain, yaitu konklusinya.
48. Cara Menilai Autoritas
O Kemashuran dan Prestise
Yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas
adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas itu hanya sekadar bersembunyi di balik
kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal
karena prestise tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala
bidang. Seorang yang menjadi terkenal karena memperoleh lima
medali emas berturut-turut dalam pertandingan lomba lari jarak lima
ribu meter, diminta pendapatnya tentang cara-cara pemberantasan
korupsi. Selama apa yang dikatakannya hanya merupakan pendapat,
maka tidak menjadi masalah. Tetapi sangat menyedilikan bila
pendapatnya itu dikutip dan diperlakukan sebagai suatu autoritas,
tanpa mengadakan penilaian sampai di mana kebenaran
pendapatnya itu, dan dasar-dasar mana yang dipakai dan diandalkan
untuk menyusun pendapat itu.
49. O Koherensi dengan Kemajuan
Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti
bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa
pendapat-pendapat terakhir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama
lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu
memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan
semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan
keburukannya atau kelemahannya, sehingga mereka dapat
mencetuskan suatu pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Sebab itu untuk memberi evaluasi yang tepat terhadap
autoritas yang dikutip, pengarang harus menyebut nama autoritas,
gelar, kedudukan, dan sumber khusus tempat kutipan itu dijumpai.
Bila mungkin penulis harus mengutip setepat-tepatnya kata-kata
atau kalimat autoritas tersebut.
51. BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENURUT
KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH
• Anisa’ul Khomariyah 1211900355
• Dian Tifany Putri 1211900363
• Yohanes Berachmans Mudja 1231600058
• Mastumatul Khasnawati 1231503313
KELOMPOK 12
52. BERFIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH
Mengapa harus berfikir secara filsafat?
Karena sebagian orang beranggapan bahwa filsafat adalah suatu hal yang tidak penting,
bahkan suatu hal yang tabu untuk diperbincangkan . pada dasarnya filsafat bukanlah hal
yang buruk, karna filsafat itu sebenarnya adalah berfikir secara mendasar, menyeluruh dan
spekulatif.
Berfikir adalah suatu yang intens untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu
hal dengan suatu yang lain sehingga mendapatkan pemecahan hal hal yang akan
dihubungkan tersebut belum tentu ada atau hadir dinbenak kita.
Manusia adalah satu satunya makhluk yang memiliki kemampuan untuk berfikir , mahluk yang
mampu m3mbangun atau mengembangkan potensi dan karsa dan makhluk yang mampu
membangun kualitas kedekatan pada tuhan.
53. MENGUKUR BERFIKIR FILSAFAT
Karakteristik berfikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat
spekulatif.
Filsafat juga mempunyai fungsi husus dalam lingkungan sosial budaya
indonesia.
Cara penting untuk memahami apa itu filsafat adalah dengan berfilsafat .
Berfilsafat artinya menyelidiki suatu permasalahan dengan menerapkan
argumen argumen yang filosofis, maksud argumen yang filosofis adalah
argumen argumen yang memiliki sifat sifat deskriptif, kritis atau analitis,
evaluatif atau normatif, spekulatif, rasional, sistematis mendalam, mendasar
dan menyeluruh.
55. Konsep penting yang perlu dipahami tentang hakikat makna filsafat :
• filsafat adalah mendorong manusia untuk berfikir secara kritis
• berfikir filsafat adalah berfikir dalam bentuk yang sistematis
• filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut
• Berfikir filsafat adalah berfikir secara rasional dan logis
• proses berfikir filsafat harus bersifat mendalam dan komprehensif .
56. Teori mengenai kebenaran :
1. kebenaran sebagai persesuain
2. Kebenaran sebagai keteguhan
3. teori programatis dalam kebenaran
4. teori kebenaran performatif
5. teori kebenaran historis
57. Tiga sifat dasar kebenaran ilmiah
• struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional logis
• isi empiris kebwnaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada
• sifat progmatis mau menghubungkan dua aifat kebenaran di atas
Sifat sifat kebenaran ilmian
1. kepastian dan kebenaran
2. taraf kepastian ilmu emipiris dan ilmu eksasta
3. kepastian dalam ilmu ilmu empiris
4. kepastian dalam ilmu ilmu eksakta
5. Berfikir induktif dan deduktif
58. Metode ilmiah
Merupakan prosedur atau langkah langkah sistematis dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah atau ilmu .
Garis besar langkah langkah sistematis keilmuan
1. mencari merumuskan dan mengindentifikasi
2. menyusun karangka pikiran
3. merumuskan hipotesis
4. Menguci hipotesis secara empirik
5. melakukan pembahan
6. menyimpulkan
59. FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
KELOMPOK 12
NAMAANGGOTA :
1. ANISA’UL KHOMARIYAH 1211900355
2. DIAN TIFFANY PUTRI 1211900363
3. YOHANES BERACHMANS MUDJA 1231600058
4. MASTUMATUL KHASNAWATI 1231503313
60. FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
Socrates, seorang filsuf besar Yunani, telah berbicara pada abad sebelum masehi. Kenalilah dirimu
sendiri, demikianlah kurang lebih pesan yang ingin is sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir yang
dengan itu menjadikan dirinya ada. R.F. Beerling, seorang profesor Belanda mengemukakan teorinya
tentang manusia bahwa manusia itu ialah makhluk yang suka bertanya. Dengan berpikir, dengan bertanya,
manusia menjelajahi pengembaraannya, mulai dari dirinya sendiri kemudian lingkungannya bahkan
kemudian sampai pada hal lain yang menyangkut asal mula atau mungkin akhir dari semua yang
dilihatnya. Kesemuanya itu telah menempatkan manusia sebagai makhluk yang sedikit berbeda dengan
hewan.
61. HAKIKAT ETIKA
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki
karakteristik kritis, rasional, logis,
objektif, dan terbuka (Jujun, 1978). Hal ini merupakan suatu
keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain
itu juga masalah yang mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah is
membangun suatu bangunan yang kokoh kuat adalah masalah
kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat
disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia kearah perubahan
yang cukup besar.
62. Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan
erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
"mos" dan dalam bentuk jamaknya "mores," yang berarti juga adat kebiasaan
atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan),
dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-
hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan
yang dilakukan, sedangkan etika yaitu untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang
berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (Sanskerta), lebih
menunjiikkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik
(su). Dan yang
63. HAKIKAT MORAL VERSUS ILMU
Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986), merumuskan
pengertian moral secara lebih
komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut:
1. Moral sebagai perangkat ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar
tertentu yang dipegang Oleh sekelompok manusia dilingkungan tertentu
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan
hidup atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran,
bahwa is terikat oleh
keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
dalam lingkungan- nya.
64. ASPEK DAN SIFAT MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN
1. Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu Pengetahuan
2. Moralitas Objektivistik Versus Relativistik dalam Ilmu
Pengetahuan
3. Sifat Moral dalam Perspektif Objektivistik Versus Relativistik
65. HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DAN
KEMANUSIAAN
Sejatinya ilmu pengetahuan yaitu mengarahkan kecerdasan menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan
terperinci tentang alam semesta untuk menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya,
dan mengikuti metode yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal
ini memiliki anti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita
66. ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN
Dalam perspektif sejarah hukum, juga dikenal nama Hugo de Groot (Grotius) sebagai orang yang pertama
memakai hukum alam atau hukum kodrat yang berasal dari pikiran terhadap hal-hal kenegaraan, dia
mengemas teorinya sebagai berikut: Pertama, pada dasarnya manusia mempunyai sifat mau berbuat baik
kepada sesama manusia. Kedua, manusia mempunyai "appetitus societaties" yang dimaknai hasrat
kema- syarakatan. Atas dasar appetites societaties ini manusia bersedia mengorbankan jiwa dan raganya
untuk kepentingan orang lain, golongan, dan masyarakat.
Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurutteori hukum kodrat:
a. Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain).
b. Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji).
c. Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan kesalahan sendiri).
d. Poenae inter humanies meratum (berilah hukum yang setimpal).
67. A.V. Dicey dengan sebutan "Rule of Law," yang menekankan pada tiga tolok ukur atau unsur
utama dalam teori hukum, yaitu:
1. Supremasi hukum atau supremacy of law.
2. Persamaan di hadapan hukum atau equality before the law.
3. Konstitusi yang didasarkan pada hak-hak perorangan atau the constitution based on individual
rights.
Menurut Aristoteles, negara hukum yaitu negara yang berdiri di- atas hukum yang menjamin
keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan
hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila
kepada setiap manusia agar is menjadi warga negara yang baik. Dan bagi Aristoteles, yang
memerintah dalam negara bukanlah manusia yang sebenarnya melainkan pikiran yang adil,
sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan keseimbangan.
68. SIKAP MANUSIA
Secara intrinsik sifat-sifat yang ada dalam alam semesta juga dimiliki manusia, karena pada
hakikatnya dalam did manusia terdapat pula unsur-unsur yang bersifat alamiah. Manusia sebagai
mahluk alamiah dan bersifat real adalah merupakan bagian dari alam semesta dan oleh karena itu
tunduk pada hukum-hukum alam. Menurut Heidegger seperti dikutip oleh Bakker (1987), bahwa
dunia bersama-sama manusia itu bersifat "hodologik".
Alam semesta dengan segala sifatnya menunjukkan jalan pada manusia sesuai dengan sifat-sifat
hokum alam. Hubungan itu bersifat timbal-balik dan bersifat interaktif. Oleh karena itu sifat-sifat
hukum alam yang ada tidak mungkin dilanggar oleh manusia itu sendiri. Dalam problema inilah
manusia mengembangkan ilmu dan teknologi untuk mengetahui rahasia-rahasia hukum alam.
69. Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh
karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk rnencapai
suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif.
Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan
dari ilmu, melainkan bagaimana card untuk men- capai suatu ilmu yang
bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawakan secara
sosial untuk melestarikan dan keseimbangan alarn semesta ini, serta dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Artinya selaras dengan kehendak
manusia dan kehendak Tuhan.
70. KELOMPOK 12
NAMAANGGOTA :
1. ANISA’UL KHOMARIYAH 1211900355
2. DIAN TIFFANY PUTRI 1211900363
3. YOHANES BERACHMANS MUDJA 1231600058
4. MASTUMATUL KHASNAWATI 1231503313
FILSAFAT MANUSIA
HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI
FILSAFAT ILMU
71. FILSAFAT MANUSIA
HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU
• PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA
Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari
hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah metode pemikiran yang membahas tentang sifat dasar dan
hakikat kebenaran yang ada di dunia ini. Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas
apa arti manusia sendiri secara mendetail.
- Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal dengan filsafat manusia adalah bagian integral dan
sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Objek material
filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan antropologi) adalah
gejala manusia. Pada dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan
memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia.
72. KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filfafat.
2. Berdasarkan atas dasar hasil-hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman hidup
kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri,
seperti kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain. Kita juga mengetahui bahwa alat-
alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak. Dengan akal filsafat
memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa
dan kehendak, maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan
buruk.
73. • HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU
LAIN TENTANG MANUSIA
1. Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya membahas
manusia dan segi psikis yang dapat diperoleh dan melihat perilaku manusia,
menjelaskan gejala-gejala jiwa dan mental, bagaimana pengalaman manusia
dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya dan menjelaskan perkembangan
manusia dari masa prenatal hingga menjelang kematian.
2. Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini
membatasi din untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang
lingkup sosialnya, menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan menjelaskan
bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri.
3. Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini
membatasi pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan
manusia atau ditinggalkan manusia, menjelaskan hasil-hasil kebudayaan,
suku, etnis, dan ras suatu masyarakat yang bersifat lokal.
74. • HAKEKAT MANUSIA
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti
dalam pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat
tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan
spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur
pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani, yakni
pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang
pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono
dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralisme
yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya.
75. • ESENSI DAN EKSISTENSI FILSAFAT MANUSIA SERTA PERANAN
MANUSIA
Model esensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan cars yang abstrak.
Model ini memandang manusia terlepas dan situasi dan perkembangannya. Model esensi hanya
memperhatikan kodrat yang menentukan manusia sebagai manusia. Sementara itu model
eksistensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan memandangnya secara
menyeluruh.
76. • Ciri — Ciri Filsafat Manusia
Ciri-ciri filsafat manusia secara umum diantaranya :
1. Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang
di geluti oleh filsafat.
2. Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat
(esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan.
3. Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami din
sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
pemahaman din manusia, tidak luput dari kritik filsafat.
77. • Manfaat Mempelajari Filsafat Manusia
Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan siapa
manusia secara menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah sesungguhnya did
manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu. Abidin (2007/3). Maksud
dari menyeluruh ialah tidak hanya mempelajari dad segi fisik dan mental, tetapi semua
aspek yang berkaitan tentang din manusia.
79. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
BANGSA INDONESIA
Kelompok 12
Nama anggota :
1. Anisa’ul khomariyah 1211900355
2. Dian tiffany putri 1211900363
3. Yohanes berachmans mudja 1231600058
4. Mastumatul khasnawati 1231503313
80. ▪ Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini kebenarannnya dan
diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang mendiami negara tersebut. Pandangan
hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nilai tersebut
akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa.
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat budaya
bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum yang
berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara.
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA
81. FUNGSI FILSAFAT
Filsafat berfungsi :
1. Menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi
suatu masalah
2. Hakikat dan sifat hidup
3. Hakikat kerja
4. Hakikat kedudukan manusia
5. Etika dan tata krama pergaulan dalam ruang dan waktu
6. Hakikat hubungan manusia dengan manusia lainnya (Prayitno,
1989:2).
82. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA ADALAH SUATU FILSAFAT
1. Muh. Yamin
Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa ajaran
Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Hakikat filsafatnya ialah satu
sinthese fikiran yang lahir dari antithese fikiran. Dari pertentangan pikiran lahirlah perpaduan pendapat
yang harmonis, begitu pula halnya dengan ajaran Pancasila, satu sinthese negara yang lahir dari pada
satu antithese.
2. Soediman Kartohadiprodjo
Dalam bukunya yang berjudul Beberapa Pikiran sekitar Pancasila, beliau mengemukakan
bahwa pancasila itu disajikan sebagai pidato untuk memenuhi permintaan memberikan dasar fiilsafat
negara, maka disajikannya Pancasila sebagai filsafat. Pancasila masih merupakan filsafat Negara (staats-
filosofie). Karena itu dapat dimengerti, bahwa filsafat Pancasila dibawakan sebagai inti dari hal-hal
yang berkkenaan dengan manusia, disebabkan negara adalah manusia serata organisasi manusia.
83. 3. Drijrkoro
Dalam seminar Pancasila beliau berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan ilmu
pengetahuan dan Weltanschauung didalam lingkungan hidup. Dengan belajar filsafat orang
tidak dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak pada tempatnya jika
dalam filsafat aspek Weltanschauug ditekan-tekan dengan berlebih-lebihan. Shingga
dikemukakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan Weltanscauung bagi kita banggsa
Indonesia, akan tetapi tanpa dirumuuskan sebagai filsafat melainkan dalam dalil-dalil filsafat.
4. Notonagoro
Dalam Lokakarya Pengamalan Pancasila di Yogyakarta beliau berpendapat bahwa
kedudukan Pancasila dalam Negara Republik Indonesia adalah sebagai dasar negara, dalam
pengertian dasar filsafat.
Sifat kefilsafatn dari dasar negara tersebut terwuujudkan dalam rumus abstrak dari kelima
sila dari pada Pancasila. Yang intinya ialah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan (kesatuan dalam
dinamikanya), kerakyatan dan keadilan, terdiri atas kata-kata pokok dengan awalan-akhiran ke-
an dan per-an. Dasar filsafat, asas kerokhanian Negara Pancasila adalah cita-cita yang harus
dijelmakan dalam kehidupan negara.
84. 5. Roeslan Abdoelgani
Di dalam bukunya Resapkan dan Amalkan Pancasila berpendapat
bahwa Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir sebagai collective-ideologie dari
seluruh bangsa Indonesia. Pada hakikatnya Pancasila merupakan suatu realiteit dan
suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tiap-tiap
filsafat adalah hakikatnya suatu noodzkelijkheid.
85. Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila
▪Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri
dari kata philo, philos, philein yang mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai
dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara
harfiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
▪Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
▪Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila
serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan
yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala
itu).
86. Ada beberapa dasar yang menjadikan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia
yaitu :
1. Landasan Ontologis Pancasila
2. Landasan Epistemologis Pancasila
3. Landasan Aksiologis Pancasila
87. PANCASILA SEBAGI FILSAFAT
Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah
darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila
sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
. Fungsi Filsafat Pancasila
1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam kehidupan
bernegara. Segala aspek yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat bangsa tersebut dan
yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dari negara bersangkutan.
1. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang hakikat
negara, ide negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar dimana setap silanya
berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terbagi dan tidak
terpisahkan.
1. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari berbagai
ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat jelas, kalau di negara itu sudah
berjalan keteraturan kehidupan bernegara.
88. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
➔Pancasila merupakan suatu sistem filsafat.Dalam sistem itu masing-masing silanya saling
kait – mengait
merupakan satu – kesatuan yang menyeluruh.Didalam pancasila tercakup filsafat hidup dan
cita – cita luhur bangsa indonesia tentang hubungan manusia dengan tuhan,hubungan
mnusia dengan sesama manusia,hubungan manusiadengan lingkungannya.
➔Menurut Driyakarya,Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia sebagai
manusia,lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu.Pancasila merupakan filsafat tentang
kodrat manusia.Dalam Pancasila tersimpul hal –hal yang asasi tentang manusia.Oleh
karena itu pokok- pokok pancasila bersifat universal .
89. ➔ Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat
majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya. Akan
tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu,
melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia.
➔Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk
Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom).
➔ Aspek – Aaspek hakikat kodrat manusia itu dalam realitasnya saling berhubungan erat,saling
berkaitan,yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.Jadi bersifat monopluralis ,dan hakikta
manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan sila – sila pancasila
yang merupakan dasar filsafat Negara Indonesia
PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT PANCASILA
90. Negara kita Indonesia dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegaranya dilandasi oleh filsafat
atau ideologi pancasila
ALASAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA ADALAH SEBAGAI
BERIKUT :
1. Secara praktis – fugsional,dalamtata – budaya masyarakat indonesia pra – kemerdekaan nilai pancasila
diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.
2. Secara formal – kontusional,bangsa Indonesia mengakui Pancasila adalah dasar negara (Filsafat
Negara)RI
3. Secara Psikologis dan kultural,bangsa dan budaya indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya
manapun.
4. Secara potensial,Filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya ; filsafat pancasila akan
berkembang secara konsepsional,kaya konsepsional dan kepustakaan secara kuantitas maupun kualitas .
DASAR PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
91. Filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan.Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat
adalah suatu kesatuan bagian yang saling berhubungan ,bekerjasama antara sila satu
dengan sila yang lain yang bertujuan untuk menjadi satu kesatuan yang utuh .
KESIMPULAN
93. SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
Definisi Sarana Berpikir Ilmiah
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu
langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain.
94. ❑ Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
❑ Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik.
95. SARANA BERPIKIR ILMIAH
a. Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian
bunyi dan lambang yang membentuk makna.
Ciri-Ciri Bahasa Ilmiah
❑ Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan.
Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari
kesalahpahaman
❑ Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama
dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
96. ❑ Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif,
kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif
❑ Deskriptif (descriptive language) Artinya, bahasa ilmiah menjelaskan fakta dan pemikiran;
dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa ilmiah bisa diuji benar-salahnya
❑ Intersubjektif,yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang
sama bagi para pemakainya.
97. b. Matematika
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan
lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat
yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi,
idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.
98. c. Statistika
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.Konsep statistikasering dikaitkan dengan
distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat
menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan.
d. Logika
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapatdipertanggungjawabkan. Dalam arti luas
logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang
benar dengan penalaran yang salah.Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan
berpikir.
99. DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR ILMIAH
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah
dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal
budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang
membuahkan pengetahuan.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
• Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
• Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan
yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
• Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam
hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
• Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang
tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.
100. Syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan pengetahuan (knowledge), antara lain :
• Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982. Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya,
filosofinya dan teorinya yang khas.
• Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga harus memiliki objek, metode,sistematika dan mesti
bersifat universal.
Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas:
• Pengalaman.
• Otoritas .
• Cara berfikir deduktif.
• Cara berfikir induktif .
• Berfikir ilmiah (pendekatan ilmiah).
101. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DARI SARANA BERPIKIR ILMIAH ADALAH :
• Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmu.
• Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah
secara baik.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada
dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasar dari pengetahuan manusia. kita membedakan antara
pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir
ilmiah belum dapat disebut benar.
102. PERBEDAAN BERFIKIR ILMIAH DARI BERFIKIR NON-ILMIAH MEMILIKI
PERBEDAAN DALAM DUA FAKTOR MENDASAR YAITU:
• Sumber pengetahuan
Berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan
berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.
• Ukuran kebenaran
Berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan,
sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada
keyakinan semata.
103. PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR ILMIAH
• Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Definisi
bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang
yang membentuk makna.
Adapun ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu:
• Sistematis artinya memiliki pola dan aturan.
• Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang
disimbolkannya.
• Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi
• Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya.
104. KELEMAHAN BAHASA DALAM MENGHAMBAT KOMUNIKASI ILMIAH YAITU :
Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu:
• Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau
pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalah pahaman Informasi.
• Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi
yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
• Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para
pemakainya
• Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada
kenyataannya. Unsure emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
105. BAHASA PADA HAKIKATNYA MEMPUNYAI DUA FUNGSI UTAMA YAKNI,
Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi
bahasa adalah :
• Koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat.
• Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
• Penyampaian pikiran dan perasaan
• Penyenangan jiwa
• Pengurangan kegonjangan jiwa
Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu:
• Simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah.
• Emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
• Afektif (George F. Kneller dalam jujun, 1990,
175).
106. ADA DUA PENGOLONGAN BAHASA YANG UMUMNYA DIBEDAKAN YAITU :
• Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang
digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh
atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah
dibagi menjadi dua yaitu: bahasa isyarat dan bahasa
biasa.
• Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun
sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu.
Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa
simbolik.
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah
sebagai berikut:
• Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu
kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena
bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif
(bisikan hati) dan pernyataan langsung.
• Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu
kesatuan bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena
bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati,
diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung.
107. PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berfikir salah satunya adalah
Matematika. Sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan
cermat. Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
108. PERANAN MATEMATIKI SEBAGAI SARANA BERFIKIR ILMIAH DAPAT
MENGGUNAKAN ALAT-ALAT YANG MEMPUNYAI KEMAMPUAN SEBAGAI BERIKUT:
• Menggunakan algoritma.
• Melakukan manupulasi secara matematika.
• Mengorganisasikan data.
• Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
• Mengenal dan menenukan pola.
• Menarik kesimpulan.
• Membuat kalimat atau model matematika.
• Membuat interpretasi bangun geometri.
• Memahami pengukuran dan satuanya.
• Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
109. Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
• Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas.
• Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
• Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
• Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
111. HUBUNGAN FILSAFAT ILMU
DENGAN METODOLOGI PENELITIAN
KELOMPOK 12
NAMA ANGGOTA :
1. ANISA’UL KHOMARIYAH 1211900355
2. DIAN TIFANY PUTRI 1211900363
3. YOHANES BERANCHMANS MUDJA 1231600058
4. MASTUMATUL KHASNAWATI 1231503313
112. ➔ Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau
science itu, apa yang menjadi landasan asumsinya, Bagaimana
logikanya,hasil – hasil yang kuat serta batas – batas
kemampuannya .
➔ Metodologi Penelitian
Menjelaskan tentang ipaya pengembangan ilmu
berdasarkan tradisi-tradisinya yang terdiri dari 2 bagian yaitu
induktif dan deduktif
Hubungan filsafat ilmu dengan
metodologi penelitian
113. Ilmu tidak akan lepas dari sebuah metode penelitian. Metode penelitian
merupakan upaya untuk pengembangan ilmu. Ilmu pula yang melandasi
pengetahuan tertentu dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian filsafat
ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
untuk mencapai suatu kebenaran. Metodologi penelitian adalah berarti ilmu
tentang metode.
Sedang penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data
kemudian mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara
sistematis dan objektif. Jadi metodologi penelitian ilmu yang mempelajari,
menelusuri, mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa
dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis supaya diperoleh suatu
kebenaran yang objektif.
114. Secara terminology, metodologi penelitian atau metodologi riset (science research atau
method), metodologi berasal dari kata methodology, maknanya ilmu yang menerangkan metode-
metode atau caracara.
Jadi metodologi penelitian ilmu yang mempelajari, menelusuri, mencari dan mengumpulkan data
kemudian mengolah, menganalisa dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis supaya
diperoleh suatu kebenaran yang objektif.
Secara terminology, metodologi penelitian atau metodologi riset (science research atau
method), metodologi berasal dari kata methodology, maknanya ilmu yang menerangkan metode-
metode atau caracara. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris research yang terdiri
dari kata re (mengulang) dan search (pencarian, pengejaran, penelusuran, penyelidikan atau
penelitian) maka research berarti berulang melakukan pencarian.
115. Metodologi penelitian merupakan bermakna seperangkat pengetahuan
tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang
berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil
kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.
Data-data tersebut digali, diolah, disintesiskan menggunakan
prinsipprinsip berfikir filsafat. Berfikir filsafat selalu mengikuti penalaran
yang logic dan mendasar. Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran
yang sebenarnya, jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara
sistematis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu biasanya
terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu:
(1) teori pengetahuan,
(2) teori hakikat
(3) teori nilai.
Itulah sebab sebuah penelitian perlu memerhatikan ketiga cabang berfikir
filsafat itu untuk menemukan sebuah kebenaran.
116. Menurut Bahtiar, tujuan filsafat adalah:
(1) Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat
memahami sumber hakikat dan tujuan ilmu,
(2) Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai
bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara
historis.
Metodologi bisa juga diartikan ilmu yang membahas konsep berbagai metode,
tentang apa kelebihan dan kekurangan, dan bagaimana seseorang memilih suatu
metode. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang
kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran atau teori atau ilmu dan
mungkin pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran
tersebut.
117. Menurut para pakar, mencari kebenaran, cara-cara memperoleh
kebenaran ilmiah disebut metode ilmiah, yang terdiri dari proses :
(1) mencari masalah,
(2) menentukan hipotesis,
(3) menghimpun data,
(4) menguji hipotesis,
(5) prinsip ini berlaku untuk semua
sains operasionalisasi Metode ilmiah itu dikatakan pada bidang studi
metodologi penelitian. Dari sini tampak dengan jelas hubungan antara
filsafat ilmu dengan metodologi penelitian
118. Didalam ontology membahas dua bidang
yaitu:
1. Kosmologi membicarakan hakekat asal, hakekat susunan, hakekat
berada, juga hakekat tujuan kosmos.
2. Metafisik atau antropologi secara etimologis berarti dibalik atau
dibelakang fisika artinya ia ingin mengerti atau mengetahui apa yang ada
dibalik dari alam ini atau suatu yang tidak nampak
Jadi kosmologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakekat
asal,susunan, tujuan alam besar, yang dibicarakan didalam cabang ini
missal hakekat kosmos, bagaimana caranya ia menjadi (how daes it
come to being) dan lain-lain. Mungkin ada orang yang beranggapan
bahwa teori kosmologi itu merupakan teori astronomi, sebenarnya
bukan, astronomi adalah sains sedangkan kosmologi adalah filsafat.
Sedangkan Metafisika adalah membicarakan hakekat manusia dari segi
filsafta, Umpamanya apa manusia itu ? Dan dari mana asalnya ? Apa
akhir atau atau tujuannya ?
119. ➢ Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana
cara memperoleh pengetahuan.Bisa disimpulkan juga bahwa cara
memperoleh kebenarannya dengan menggunakan jenis kuantitatif .
➢Aksiologi adalah cabang filsafat yeng menyelidiki nilai – nilai
(value),tindakan moral melahirkan etika,ekspresi keindahan yang
melahirkan nilai esthetika dan kehidupan maksud indah dalam seni
demikian juga apakah yang benar dan diinginkan didalam organisasi
sosial kemasyarakatan dan kenegaraan.
120. Jadi dapat kita simpulkan bahwa:
Filsafat Ilmu merupakan cabang dari Ilmu filsafat yang termasuk dataran
epistemologi
Filsafat Ilmu membahas tentang ontology, epistemologi, dan aksiologi
Metodologi ditinjau dari Ilmu filsafat juga termasuk dalam tataran
epistemologi
Filsafat Ilmu dan metodologi penelitian menduduki posisi yang sama
dalam Ilmu
filsafat yaitu pada tataran epistemologi
Dan untuk mencapai hasil penelitian yang valid, metodologi harus di
landasi filsafat Ilmu.