1. PENGANTAR SISTEM PERTANAMAN
(Cropping System)
1. PENGERTIAN
Sistem:
adalah bagian dari realitas dengan batas-batas tertentu dimana komponen-
komponennya saling berinteraksi satu dengan yang lain.
Sistem Pertanian (Farming System):
adalah seluruh kompleks pengembangan, pengelolaan dan alokasi sumberdaya
maupun keputusan dan kegiatan yang dalam suatu unit usahatani atau kombinasi
usahatani menghasilkan produksi pertanian, pengelolaan dan pemasaran produknya.
Sistem Pertanaman (Cropping System) adalah:
1. Pola tanam yang digunakan pada budidaya tanaman (usahatani) dan
interaksinya dengan sumberdaya yang digunakan termasuk ketrampilan
(skill) dan teknologi.
2. Suatu pola pertanaman yang diterapkan pada suatu usahatani/pertanian dan
interaksinya dengan sumberdaya pertanian, dengan sistem pertanian lain dan
dengan teknologi yang tersedia menentukan susunannya.
Obyek Sistem Pertanaman:
adalah berbagai macam tanaman/varietas dan komponen lingkungan (biasanya di
atas dan di bawah permukaan tanah).
Pengaturan Sistem Pertanaman meliputi dimensi ruang dan waktu:
1. Pengaturan Ruang meliputi vertikal (tanaman semusim / annual atau tahunan
/ perennial) dan horisontal (sampai ketinggian yang terbatas).
2. Pengaturan Waktu meliputi penentuan peramalan waktu tanam, umur
tanaman, maupun jenis tanaman disesuaikan pola tanam (cropping pattern).
Lingkungan:
di luar sistem berarti sistemnya sendiri sangat sedikit mempengaruhi
sistemnya, dan
di luar sistem tidak akan berinteraksi (bisa dataran tinggi/rendah).
Sistem Monokultur berbeda dengan polikultur karena berbeda antara komponen-
komponen yang berinteraksi, monokultur lebih sederhana sedangkan polikultur lebih
rumit.
Pola Tanam (Cropping Patern) adalah:
1. Kombinasi jenis tanaman secara spatial dan atau temporal pada suatu areal
dalam suatu periode waktu, biasanya satu tahun (termasuk beronya).
2. Pengaturan urutan ruang tanaman pada suatu lahan tertentu (bukan waktu).
Monokultur:
adalah pertanaman sejenis tanaman secara berulang-ulang pada lahan yang sama.
2. Sole Cropping:
Adalah suatu varietas tanaman yang ditanam secara murni pada densitas (kerapatan
populasi) yang normal.
2. ISTILAH-ISTILAH
Populasi:
adalah jumlah tanaman per satuan luas (luasan tertentu yang diperuntukkan satu
tanaman).
Geometri:
adalah pola sebaran tanaman dalam suatu luasan (bentuk luasan yang diperuntukkan
satu tanaman).
Vedas:
sama dengan double cropping.
Purnawaha:
adalah tanaman yang di sela pertama.
Aparvavaha:
adalah tanaman yang disela kedua (berikutnya).
Component Crop:
adalah jenis tanaman penyusun intercropping.
Inter Crop Yield:
adalah hasil dari component crop dalam intercropping.
Combined Inter Crop Yield:
Hasil dari jumlah component crop.
Main Crop = Base Crop:
Adalah component crop yang ditanam dengan kerapatan optimum dalam
intercropping.
Second Crop:
Adalah component crop yang ditanam di antara main crop dengan kerapatan yang
lebih jarang menyesuaikan dengan main crop dengan maksud memperoleh
penambahan hasil.
Low land:
Dataran rendah.
Up land:
Dataran tinggi.
3. 3. POLA TANAM (CROPPING PATTERN)
Pola tanam dibedakan atas:
1. Pertanaman sendiri (sole crop = solid crop)
Suatu jenis (varietas) tanaman yang ditanam sendirian dalam keadaan murni
dengan kerapatan (densitas) yang normal.
2. Pertanaman tunggal (monokultur)
Penanaman satu jenis tanaman yang sama secara berulang-ulang pada lahan
yang sama.
3. Pergiliran tanaman (crop rotation)
Urutan pertanaman antara jenis satu dengan yang lain atau antara tanaman
dengan bero pada lahan yang sama dalam suatu siklus (bisa satu tahun atau
lebih).
4. Pertanaman ganda (multiple cropping)
Intensifikasi pertanaman dalam dimensi ruang dan waktu.
Penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada lahan yang sama selama satu
tahun.
Bentuk-bentuk pertanaman ganda (multiple cropping):
1. Pertanaman berurutan (sequential cropping)
Penanaman dua atau lebih tanaman secara berurutan pada lahan yang sama
selama satu tahun, biasanya tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama
dipanen.
Intensifikasi hanya pada dimensi waktu, tidak terjadi kompetisi antar tanaman,
petani hanya mengelola satu tanaman tertentu pada lahan yang sama dan dapat
1-4 kali berurutan dalam satu tahun.
2. Tumpangsari (intercropping)
Penanaman dua atau lebih tanaman secara bersamaan pada lahan yang sama.
Intensifikasi pada dimensi ruang dan waktu, terjadi kompetisi antar tanaman
pada densitas optimum, kompetisi tidak terjadi selama musim pertumbuhan
atau sebagai waktu pertumbuhan, dan petani mengelola lebih dari satu tanaman
pada periode tertentu pada lahan yang sama.
Tumpangsari dibedakan menjadi:
a. Campuran (mixed intercropping)
Tidak ada pengaturan baris bagi masing-masing tanaman penyusun,
letaknya tidak diatur, kompetisi antar tanaman besar dan sulit dihitung.
b. Baris (row intercropping)
Diatur hanya barisnya saja.
c. Strigh intercropping
Masing-masing tanaman penyusun ditanam pada petakan yang luas
memungkinkan pengolahan tanah yang terpisah.
d. Jalur (strip intercropping)
Diatur jalurnya saja.
e. Tumpanggilir (relay intercropping)
Penanaman dua atau lebih tanaman secara bersama-sama pada lahan yang
sama yang sebagian periode tumbuh tanaman penyusunnya bersamaan.
Tanaman kedua ditanam pada/setelah tanaman pertama mencapai tahap
generatif tetapi sebelum tanaman tersebut dipanen.
4. Sistem Pertanaman Ganda mempunyai beberapa manfaat (meskipun
agak sulit pengaturannya):
1. Peningkatan produktivitas sumberdaya, dari berbagai hasil penelitian
produksinya lebih besar daripada monokultur.
2. Jaminan keberhasilan panen ada terhadap budidaya tanaman yang
bersangkutan (resiko kegagalan panen relatif rendah).
3. Pengamanan kondisi lingkungan (adanya keberadaan berbagai macam
tanaman) erosi tanah berkurang, kondisi lengas lebih baik (lebih baik bila
melibatkan tanaman tahunan/perennial).
4. Keberlanjutan/kontinyuitas pekerjaan tetap ada yang memungkinkan
membuka peluang pekerjaan bagi petani menjadi lebih besar.
5. Keseimbangan ekosistem lebih terjaga dibandingkan penanaman
monokultur.
Faktor-faktor yang menentukan pada sistem pertanaman:
1. Lengas Tanah
Dihubungkan dengan curah hujan dan hari hujan serta jenis tanaman.
2. Suhu
Yang berkaitan dengan radiasi matahari, ketersediaan energi di permukaan bumi
(net radiation/radiasi bersih) juga menentukan macam tanaman yang akan
disusun.
3. Tanaman yang adaptabel, tersedia dan diatur dalam pertanaman ganda.
4. Kebanyakan dirakit dalam kondisi monokultur daripada polikultur.
5. Tujuan dari petani/kelompok tani itu sendiri, macam tanaman dalam sistem
pertanaman.
Masalah-masalah pada sistem pertanaman ganda lebih banyak daripada monokultur,
terutama pada masalah lingkungan seperti atmosfer, mikroklimat dan tanah (erosi
dan pengawetan tanah).
Macam tanaman beragam mulai dari tanaman dataran tinggi maupun tanaman
dataran rendah.
Padi gogo yang sequential cropping yang tanaman atasnya padi sawah macam yang
lebih banyak ditanam. Juga tersedia varietas lokal (sudah adapted pada lingkungan
yang bersangkutan).
Pada kondisi up land tanaman semusim yang perennial antara lain kakao, nanas,
karet, pepaya, mangga, kopi, dll. Hal ini menyebabkan kondisi petani up land lebih
baik daripada low land. Contoh kondisi petani pada daerah tropik lebih terjamin
dibandingkan temperature zone.
4. INTERAKSI TANAMAN
Interaksi antara individu/tanaman yang bersangkutan dalam penanaman ganda
dibedakan menjadi:
1. Interaksi kompetisi, terjadi bila sumberdaya terbatas (tidak mencukupi)
untuk memenuhi kebutuhan tanaman penyusun.
2. Interaksi nonkompetisi, terjadi bila berbagai macam sumberdaya (unsur
hara) sama atau lebih besar daripada kebutuhan tanaman penyusun (tidak
terjadi kompetisi).
5. 3. Komplementer, terjadi bila satu tanaman penyusun/lebih memberikan
kondisi lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman penyusun
yang lainnya. Contoh: tanaman legum dengan tanaman nonlegum, tanaman
legum menyuplai sendiri kebutuhan N-nya (80 %) sehingga tidak
berkompetisi dengan tanaman penyusun lainnya.
4. Suplementer, terjadi bila antar tanaman penyusun memberikan kondisi
lingkungan pertumbuhan yang mampu mendukung pertumbuhan dan hasil,
sehingga terjadi peningkatan hasil semua tanaman penyusunnya.
5. Interaksi allelopati, terjadi bilamana satu atau lebih tanaman penyusun
mengeluarkan senyawa organik yang bersifat meracun bagi tanaman
penyusun lainnya.
Interaksi Kompetisi meliputi:
1. Sinar Matahari
Kualitas sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesis pada panjang
gelombang 0,4-0,7 , panjang gelombang yang lebih besar untuk proses
evapotranspirasi, pertukaran panas sensible dan fotomorfogenesis. Kualitas sinar
yang lebih panjang daripada visible light akan terjadi pada sistem pertanaman ganda
terutama bagi tanaman yang kanopinya lebih pendek akan mengalami
fotomorfogenesis. Intensitas sinar di bawah kanopi sama dengan di atas kanopi:
LAI.K
Io.eI
Pada sistem pertanaman ganda yang kanopinya lebih tinggi akan menyekap
sinar dari pertanaman lebih rendah. Pertumbuhan tidak selalu berbanding lurus
dengan hasil karena adanya mekanisme adaptasi. Tidak hanya hasilnya tetapi
termasuk fotomorfogenesisnya sendiri. Untuk proses fisiologi dan biokimia juga
terjadi adaptasi.
Beberapa hasil percobaan pengaruh kompetisi sinar terhadap hasil
pertanaman ganda. Pola intersepsi sinar kanopi tanaman kelapa yang dipengaruhi
oleh umur tanaman, sehingga kita dapat menyesuaikan tanaman sela dengan
ketersediaan sinar yang diteruskan. Pada umur 0-8 tahun cukup banyak sinar yang
diteruskan di bawah kanopi kelapa, 8-25 tahun hanya 20 % yang diteruskan dan
setelah berumur 25 tahun lebih cahaya yang diteruskan meningkat kembali. Hal ini
tidak tergantung umur saja, jenis kelapa, jarak tanam/populasi tanaman yang
bersangkutan termasuk tanaman perenial yang lain yang jarang ditumpangsarikan
dengan tanaman lain dapat meningkatkan pendapatan petani.
6. Monitoring intensitas sinar dari tegakan tanaman dan kanopi dari level atas sampai
dengan level bawah kanopi. Dalam pemilihan tanaman penyusun yang ideal,
komponen penyusun yang lebih tingi sebaiknya tegak.
Bila dua penyusun saja yang tegak ditambah mendatar akan lebih efisien bila
diselang seling. Jagung + kedelai lebih efisien, meskipun penaungan komponen
tanaman yang lebih tinggi mengurangi komponen tanaman yang lebih rendah,
tanaman yang ternaungi akan tumbuh dan beradaptasi pada intensitas sinar yang
rendah sepanjang penaungan tidak terlalu berat. Contoh: tanaman semusim dengan
tanaman semusim penaungannya berat, dan tanaman semusim dengan tanaman
tahunan penaungannya ringan. Hal ini berpengaruh pada produktivitas, tetapi tidak
untuk modifikasi organ vegetatif, kebutuhan puncak air, oksigen dll harus
disesuaikan fase pertumbuhan tanaman (tidak boleh bersamaan).
Adaptasi terhadap penyinaran yang rendah antara lain:
1. Pengurangan laju respirasi tanaman yang lebih rendah akan mengurangi
sehingga akan meningkatkan hasil akhir fotosintesis karena terjadi perubahan
mikroklimat, H = f (F-R).
2. menurunkan nisbah akar tajuk (R/S rendah), asumsi akar sama – tajuk besar
(agar nisbah rendah).
3. Nisbah luas daun – berat daun lebih besar, sehingga daunnya lebih lebar atau
lebih tipis.
Perubahan ini akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyekap sinar
matahari yang tersedia dan mengurangi beban respirasi. Bilamana penaungan berat,
laju fotosintesis sangat berkurang yang mengakibatkan senesen daun lebih cepat,
batangnya lebih ramping dan mudah rebah.
Usaha untuk memperkecil kompetisi sinar:
1. Pemilihan jenis/macam tanaman dan genotipenya atau varietasnya, sebaiknya
lebih pendek toleran terhadap penaungan.
2. Pengaturan populasi tanaman.
3. Pengaturan proporsi masing-masing tanaman penyusun, terutama pada
replacement series.
4. Pola tanam/pengaturannya, contoh jagung + kedelai dengan jarak tanam
jagung 75 cm x 25 cm dengan 2 tanaman per lubang atau 150 cm x 25 cm
dengan 1 tanaman per lubang, jarak tanam berbeda tetapi jumlah populasi
tetap sama, yaitu 3750.
7. 2. Kompetisi air dan unsur hara
Air, berbagai macam unsur hara dan O2 diserap oleh akar tanaman dari dalam
tanah, baik unsur yang mobil seperti P, NH4, K, dan Ca, terutama tanaman yang
mempunyai perakaran yang lebih kuat menyerap lebih besar sehingga akan
mengganggu ketersediaan unsur hara bagi tanaman penyusun lainnya.
Kompetisi air dan unsur hara ada dua pengaruhnya terhadap tanaman yang tertekan
(relatif sedikit):
1. Pertumbuhan akar pada komponen yang tertekan kurang baik (lebih sedikit,
lebih kecil) ke arah sistem perakaran yang lebih dominan. Maka akar
tanaman yang tertekan akan mengadakan adaptasi: (a) peningkatan kapasitas
penyerapan unsur hara, (b) pengeluaran senyawa-senyawa yang mampu
untuk memobilisasi unsur hara yang defisien, dan (c) pemanjangan sistem
perakaran (terutama ke arah vertikal).
2. Tanaman yang tertekan akan meningkatkan nisbah akar tajuk, R/S rendah =
sinar, R/S tinggi = air dan unsur hara.
Kompetisi terhadap air mengakibatkan kelayuan dan penghambatan pertumbuhan
disebabkan cekaman air. Sedangkan kompetisi terhadap unsur hara mengakibatkan
gejala defisiensi yang disebabkan oleh gangguan terhadap proses fisiologis dan
biokimia.
Interaksi Allelopati
Alelopati adalah pengaruh merugikan baik secara langsung maupun tidak
langsung dari tanaman yang satu terhadap tanaman yang lainnya melalui produksi
senyawa kimia yang dikeluarkan ke lingkungannya.
Ada dua macam alelopati yang menghambat:
1. menghambat tanaman lainnya, dan
2. menghambat tanaman yang menghasilkannya sendiri.
Kebanyakan alelopati senyawanya dikeluarkan oleh sistem perakarannya. Beberapa
senyawa yang dihasilkan oleh tajuk tanaman yang bersangkutan akan mencapai
permukaan tanah melalui hujan, daun yang rontok dan insek (serangga). Bagaimana
menghindari kompetisi alelopati, kondisi lingkungan yang digunakan/diusahakan
seoptimum mungkin sehinga tidak terjadi kompetisi tanaman penyusun terhadap
alelopati yang dikeluarkan.
Interaksi Komplemen
Adalah interaksi yang saling menguntungkan, dibagi:
1. Interaksi komplemen dalam ruang, komplemen ke arah vertikal, misalnya
pada sistem pertanaman kelapa, kakao, dan teh (di atas permukaan tanah).
Berbagai macam tanaman penyusun yang mempunyai kedalaman akar yang
berlainan, misalnya tanaman tahunan dan tanaman semusim.
2. Interaksi komplemen dalam waktu, bila dua macam tanaman mempunyai
periode pertumbuhan yang berbeda ditanam bersamaan sehingga kebutuhan
puncak sinar matahari dan unsur hara terjadi pada periode waktu yang
berlainan sehingga mengurangi kompetisi, misalnya gude dengan shorgum,
jarak dengan kacang panjang.
8. Beberapa Contoh Pengaruh Komplementer:
1. Pada sistem pertanaman legum dan nonlegum, adanya pasokan unsur
nitrogen dari tanaman legum yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman
nonlegum sehingga kebutuhan nitrogen dapat dikurangi.
2. Adanya mikroflora rhizosfer seperti mikoriza pada salah satu tanaman
penyusun mengakibatkan mobilisasi ketersediaan unsur hara fosfat lebih
besar bagi kedua atau lebih tanaman penyusun komunitas.
3. Adanya dukungan fisik suatu tanaman penyusun bagi tanaman penyusun
lainnya yang merambat, misalnya jagung dan kacang koro, jagung dan
kacang panjang, jagung dan kacang nasi (Timor Timur).
4. Tanaman yang lebih tingi dapat berfungsi sebagai penahan angin ataupun
penaung bagi tanaman penyusun lain yang lebih rendah, khususnya di daerah
pesisir.
5. EVALUASI KOMPETISI DAN KEUNGGULAN LAHAN
Sistem pertanaman yang akan dievaluasi mempunyai populasi yang
proporsinya kebanyakan dinilai pada Replacement Series (penggantian sebagian
populasi tanaman utama), penggantiannya sebanyak 50 %.
Land Equivalent Ratio (LER) / Nisbah Kesetaraan Lahan
LER adalah luas lahan relatif pada tanaman tunggal yang diperlukan untuk
memproduksi hasil yang dicapai pada pertanaman ganda yang dibandingkan atas
luas lahan yang diperlukan oleh tanaman penyusun untuk memberikan hasil yang
sama dengan pertanaman monokultur. Misalnya LER > 1,15 berarti untuk
memberikan produksi yang sama pada monokultur perlu luas lahan 15 % lebih
tinggi. Hasil yang lebih tinggi jika LER > 1, bila LER < 1 maka pertanaman ganda
merugikan baik kualitas maupun kuantitas. Bila dibandingkan dengan populasi yang
sama LER dikenal dengan Relatif Yield Total (RYT), rumusnya sama persis:
Yij
Yi
LER
n
1i
Tanaman penyusun bisa satu atau dua, bila tanaman hanya satu mengevaluasi
dirinya sendiri, sama dengan hasil tanaman monokultur. Jika ada dua tanaman
penyusun:
Ybb
Yba
Yaa
Yab
LER
Keterangan: Yaa dan Ybb : monokultur tanaman A dan B
Yab : hasil tanaman A pada kombinasi ab
Yba : hasil tanaman B pada kombinasi ba
Bisa lebih dari dua tanaman:
Ydd
Ydabc
Ycc
Ycabd
Ybb
Ybacd
Yaa
Yabcd
LER
Dari dua macam evaluasi ada beberapa kritik bahwa hasil dari keduanya tidak dapat
dinilai pada awal pertanaman sehingga kesulitan dalam menilai komponen-
9. komponen tanaman penyusunnya dimana data hasil tidak tersedia pada hasil akhir.
Minimal dapat diperoleh data dari hasil panen secara terus menerus jangan sampai
merakit tanaman ganda lebih rendah tetapi harus lebih tinggi daripada monokultur.
Kita tidak dapat mengevaluasi hasil yang nyata tetapi yang dievaluasi adalah
rentangnya, yang dievaluasi bukan aktual saja tetapi juga prdeiksi harus dimiliki
berdasarkan data yang sudah ada dibandingkan data ini dengan data
percobaan/perlakuan.
Rencana yang dicanangkan belum tentu hasilnya bagus jika seandainya LER
predicted (harapan) > LER actual (sesungguhnya), maka perlu dilakukan modifikasi
yaitu dengan memilih tanaman-tanaman penyusun (biasanya dari hasil percobaan
yang dilakukan).
Menghitung Koefisien Penaungan Relatif
Imbangan komponen tanaman satu dengan tanaman lainnya 50 % : 50 %, maka:
Yab-Yaa
Yab
Kab
Kalau nilai hasilnya (Yab) 50 % daripada monokulturnya maka nilai Kab = 1,
misalnya:
1
%50-%100
%50
Kab
Artinya tidak ada keunggulan dari tanaman tersebut, besarnya koefisien penaungan
relatif dapat < 1, = 1, atau > 1.Tanaman penaungan yang mempunyai koefisien
penaungan relatif (Kab) = 1 maka tidak ada yang dominan, bila Kab > 1 disebut
dominan dan bila Kab < 1 disebut dikuasai.
Kab > Kba : tanaman A mempunyai kemampuan kompetisi > tanaman B (A
dominan terhadap B)
Kab < Kba : tanaman A mempunyai kemampuan kompetisi < tanaman B (A
dikuasai B)
Dalam kondisi intensitas 50 % : 50 %, tidak mempertimbangkan populasi, jika
populasinya berubah maka imbangan populasi yang diperhitungkan.
Zba = populasi tanaman B pada kombinasi ab, misalnya:
Zba : Z ab = 30 : 70, maka
ZabYab)-(Yaa
xZbaYab
Kab
LER AcLER P
ActualPredicted
10. Untuk menentukan kombinasi lebih menguntungkan daripada monokultur, maka
nilai dari masing-masing koefisien ditentukan:
a. Menghitung K = (Kab x Kba), K > 1 berarti menguntungkan
b. Mengalikan Kab dengan Z
Menghitung Nilai Agresivitas (A)
Cara lain adalah menghitung niali agresivitas berdasarkan pada Replacement Series
yang mengukur besarnya hasil komponen penyusun tanaman satu dengan lainnya.
Ybb
Yba
Yaa
Yab
Aab
Nilai dasar agresivitas = 0, kalau positif berarti menguasai, sebaliknya negatif berarti
dikuasai. Aab bisa positif atau negatif bila ratio populasi berbeda:
x ZbaYbb
Yba
x ZabYaa
Yab
Aab
Menghitung Indeks Persaingan/Nisbah Persaingan
Ybb
Yba
:
Yaa
Yab
CR
dimana Yab = relatif hasil tanaman A
Yba = relatif hasil tanaman B
Misalnya a = 0,8 dan b = 0,4 berarti hasil tanaman A 2 kali lipat tanaman B.
Beberapa pertimbangan agronomi dalam menyusun tanaman pada sistem
pertanaman ganda, yaitu:
1. Sistem pertanaman dan geometri
Populasi tanaman sama dengan jumlah tanaman per satuan luas, yang sering
digunakan adalah yang telah direkomendasikan dan ini berdasarkan sistem
monokultur. Sebenarnya populasi selalu berubah tergantung tempat, geometri juga
berubah-ubah, dimana populasi a dan b = 50 : 50 tetapi geometri bisa
berubah/berbeda.
* V
* V
* V
* V
* V
Oleh karena itu sistem bertanam ganda harus dikembangkan spesifik lokasi sehingga
beberapa jarak tanam yang digunakan untuk satu tanaman dapat diterapkan,
misalnya:
Luas lahan sebesar 600 cm2 dapat menggunakan jarak tanam: 30 cm x 20 cm, 40 cm
x 15 cm, atau 60 cm x 20 cm untuk 2 tanaman per lubang.
Kondisi lingkungan pada geometri tanaman A tidak
sama dengan tanaman B, yaitu lingkungan mikronya.
Arah baris (timur barat sama dengan utara selatan)
11. 2. Waktu tanam
Pada sistem pertanaman ganda waktu tanam tidak harus selalu bersamaan,
pertimbangannya:
a. Kebutuhan puncak akan unsur hara maupun faktor tumbuh lainnya (cahaya
dan air) tidak terjadi pada waktu yang bersamaan untuk menghindari dan
menekan kompetisi.
b. Supaya mendapatkan nilai LER predicted yang tinggi, tanaman satu
kemungkinan berumur lebih panjang daripada tanaman kedua, misalnya
nilam (2 tahun) dengan jagung (3 bulan) atau bawang daun (70 hari).
c. Pengaturan tenaga kerja lebih efektif.
3. Pemilihan varietas/klon yang akan ditanam
a. Bagian tanaman di atas permukaan tanah:
Habitus tanaman: tanaman yang lebih tinggi morfologinya harus lebih tegak
daripada tanaman yang lebih rendah, sehingga cahaya yang diteruskan masih
dapat dimanfaatkan oleh tanaman lainnya, sirkulasi udara (aerasi) dapat
berlangsung dengan baik, suhu lingkungan pertanaman dapat terjaga,
tanaman yang lebih tinggi dapat berfungsi sebagai penahan angin maupun
penaung bagi tanaman yang lebih rendah.
Sistem fotosintesis tidak sama, sehingga memungkinkan bidang pemuliaan
tanaman untuk merancang seleksi varietas tanaman pada sistem pertanaman
ganda, misalnya tanaman tebu pada umur 0-4 bulan masih dapat diselingi
dengan tanaman semusim yang umur panennya kurang dari 4 bulan.
Pemanfaatan ruang tumbuh dapat ditingkatkan sekaligus bertujuan
meningkatkan hasil dan pendapatan.
Perlu penyesuaian berdasarkan tipe pertumbuhan tajuk antara tanaman
determinate dan indeterminate.
Tanaman kedua dapat berfungsi sebagai tanaman perangkap hama sehingga
dapat mengalihkan perhatian hama terhadap tanaman utama yang diharapkan
dapat menyelamatkan hasil tanaman utama.
b. Bagian tanaman di bawah permukaan tanah:
Harus ada perbedaan sistem perakaran, diharapkan kombinasi tanaman yang
mempunyai perakaran dalam dan dangkal agar tidak terjadi kompetisi dalam
menyerap air dan unsur hara, bisa juga dikombinasikan antara tanaman
dengan perakaran tunggang dan serabut misalnya cabai dengan bawang
merah atau bawang daun.
Dihindarkan tanaman yang mempunyai sifat alelopati terutama pada bagian
akar sehingga tidak terjadi penghambatan pertumbuhan tanaman lainnya.
Penanaman terus menerus dengan jenis tanaman yang sama memiliki beberapa
kerugian:
1. Terjadinya penurunan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit.
2. Rhizosfer sama maka dapat terjadi kekurangan air dan unsur hara.
3. Terjadi perubahan-perubahan fisik tanah yang seringkali tidak
dipertimbangkan karena perubahan sangat sedikit tetapi sangat penting,
misalnya terbentuknya lapisan olah tanah yang mampat pada pola tanam padi
terus menerus secara intensif.
12. Gambar 1. Diagram alir yang menyatakan hubungan antara teknologi produksi dan
faktor lingkungan dalam proses produksi tanaman.
FAKTOR LINGKUNGAN
BIO FISIK (ALAM):
Lahan, Iklim, Biologi (OPT)
SOSIAL EKONOMI:
Pasar, tenaga Kerja, dan
Modal
Membentuk
SISTEM PERTANAMAN
Produksi total per
satuan luas per
satuan waktu
Y = f (T, L)
TEKNOLOGI PRODUKSI
TANAMAN:
Jenis dan varietas tanaman,
Pengolahan tanah, Pemupukan,
Pengelolaan air, Pengendalian
OPT, Interaksi antar jenis tanaman