SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Multiple Cropping Dalam Koridor Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan Pada
lahan Sawah Irigasi Teknis


PENDAHULUAN
Sawah Irigasi Teknis
       Sawah merupakan sebidang tanah dengan batas kepemilikan berupa pematang lurus
membujur. Masing-masing petak dibagi dengan pematang juga. Sistem sawah, merupakan
teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga
tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini
dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah
merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa
daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah.
       Pada sistem sawah, petani menggunakan sistem pengolahan tanah yang monokultur,
karena sawah ini menggunakan irigasi teknis dan bukan merupakan sawah tadah hujan.
Untuk pengairan, airnya cukup dengan sedikit tergenang, atau macak-macak. Hal ini untuk
menanggulangi gulma. Jarak antar tanaman pun juga diatur.
       Lahan sawah biasanya identik dengan sistem pengairan. Sistem pengairan di sini
merupakan sesuatu yang sangat vital bagi kelangsungan sistem pertanian ini sendiri.
Kebanyakan lahan sawah di sini menggunakan saluran irigasi teknis, sehingga keberadaan air
masih sangat melimpah, dan air akan tetap ada meskipun pada musim kemarau. Berbeda
halnya apabila dibandingkan dengan sawah yang menggunakan hujan sebagai sumber airnya.
Sawah dengan saluran irigasi, baik teknis maupun setengah teknis biasanya terbentang dan
tergolong sangat luas karena saluran irigasi dapat digunakan tidak hanya di satu tempat saja,
sehingga dapat pula mengairi lahan lain yang masih termasuk dalam satu wilayah. Ini berarti,
untuk pengelolaan sistem sawah ini memerlukan input dari luar, berupa air irigasi tadi. Selain
itu, sawah seperti ini masih menggunakan pupuk kimia serta pestisida yang juga didatangkan
dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pertanian sawah ini belum merupakan sistem
pertanian yang terpadu, juga belum dapat dikatakan sebagai pertanian yang berkelanjutan.
Hal ini dikarenakan proses produksi untuk menghasilkan output masih berorientasi pada hasil
yang maksimum, bukan optimum.
Sawah irigasi teknis
        Sawah irigasi teknis adalah Sawah yang pengairannya sejak dari sumber air sampai
petak sawah terdapat jaringan irigasi dari bangunan permanen. Sehingga kehilangan air
karena rembesan atau penguapan dapat diminimalkan. Sawah irigasi merupakan lahan
potensial untuk usaha tani. Ketersediaan air sepanjang tahun memungkinkan penanaman
dapat dilakukan sepanjang tahun dengan berbagai variasi komoditas.


Multiple cropping
        Sistim   bertanam     di    Indonesia     lebih    banyak     dilaksanakan    dalam
bentuk multiple cropping. Thahir 1994, menyebutkan Multiple cropping adalah suatu sistim
bercocok tanam selama satu tahun atau lebih/kurang pada sebidang tanah yang terdiri atas
beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir atau bersisipan,
dengan maksud meningkatkan produktivitas tanah, atau pendapatan petani tiap satuan luas
dan satuan waktu. Menurut Seetisarn (1977), multiple cropping didifinisikan sebagai
intensifikasi penanaman dalam dimensi waktu dan ruang, misalnya menanamn dua macam
tanaman atau lebih pada sebidang tanah sama dalam waktu satu tahun.
        Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui usaha multiple cropping antara
lain, menghemat biaya pengolahan tanah dan pemeliharaan per jenis tanaman, meningkatkan
pendapatan petani karena peningkatan produksi phisik per hektar per hari, sedangkan biaya
produksi per jenis tanaman lebih hemat. Hal ini disebabkan pengolahan tanah yang penuh
hanya pada tanaman pertama dan untuk tanaman berikutnya lebih ringan.Disamping
keuntungan secara ekonomis, dari segi teknis usaha multiple cropping lebih menguntungkan
karena tanah senantiasa gembur, gulma dapat ditekan, dan juga merupakan usaha
penghijauan untuk mengawetkan tanah.


Multiple cropping
        Multiple cropping atau sistem tanam ganda merupakan usaha petanian untuk
mendapatkan hasil panen lebih dari satu kali dari jenis atau beberapa jenis pada sebidang
tanah yang sama dalam satu tahun. Ada beberapa jenis multiple cropping, seperti mixed
cropping, relay planting, intercropping dan lain-lain. Intercropping (tumpangsari) merupakan
salah satu jenis multiple cropping yang paling umum dan sering dilakukan oleh petani di
Indonesia. Biasanya pada system tumpangsari, hasil dari masing-masing jenis tanaman akan
berkurang apabila dibandingkan dengan system monokultur, tetapi hasil secara keseluruhan
lebih tinggi.
Multiple cropping merupakan system budidaya tanaman yang dapat meningkatkan
produksi lahan. Peningkatan ini dapat diukur dengan besaran yaitu NKL (Nisbah Kesetaraan
Lahan) atau LER (Land Equivalent Ratio). Sebagai contoh nilai NKL atau LER = 1,8; artinya
bahwa untuk mendapatkan hasil atau produksi yang sama dengan 1 hektar diperlukan 1,8
hektar pertanaman secara monokultur.




HA1 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara tumpangsari.
HB1 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara tumpangsari.
HA2 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara monokultur.
HB2 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara monokultur


       Pada prinsipnya teknik budidaya tanaman sama, seperti tanaman pangan, industri,
atau yang lainnya. Bentuk sistem budidaya sangat bermacam, contohnya Multiple Croping.
Bentuk sistem Multiple Croping yang telah lama dikenal adalah tanaman campuran, tumpang
sari dan pergiliran tanaman kemudian tanaman sisipan. Tumpang sari sering dijumpai di
daerah sawah tadah hujan, tegalan dataran rendah maupun dataran tinggi. Tumpang sari di
dataran rendah biasanya terdiri dari berbagai macam palawija atau padi dan palawija,
sedangkan di dataran tinggi biasanya terdiri dari berbagai macam tanaman hortikultura
(sayuran) (Thahir, M. et al. 1985).
       Peran lain dari multiple cropping adalah dapat mengurangi resiko kegagalan panen
satu jenis tanaman serta stabilitas biologis, dapat menyerap tenaga kerja, penggunaan cahaya
matahari lebih efisien, dapat menekan pertumbuhan gulma dan mencegah erosi.
PEMBAHASAN
Multiple cropping (tumpang sari) jagung dan kacang pada lahan sawah irigasi teknis


       Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia. Penyebaran
tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai
lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran
rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi,
sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al. 1996).
       Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomis cukup tinggi dan
merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan
kacang tanah dari tahun ketahun terus meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, kapasitas industri pakan dan makanan Indonesia
(Fachruddin, 2000).
       Pola tanam berganda merupakan sistem pengelolaan lahan pertanian dengan
mengkombinasikan intensifikasi dan diversifikasi tanaman (Francis,1989). Pada umumnya
sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem monokultur karena
produktivitas lahan menjadi lebih tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat
dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil (Beets, 1982).
       Keuntungan secara agronomis dari pelaksanaan sistem tumpangsari dapat dievaluasi
dengan cara menghitung Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL). Nilai ini menggambarkan
efisiensi lahan, yaitu jika nilainya > 1 berarti menguntungkan. (Beets,1982). Sistem
tumpangsari dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian jika jenis jenis tanaman yang
dikombinasikan    dalam   sistem   ini   membentuk     interaksi   saling   menguntungkan
(Vandermeer,1989).


Teknologi tumpang sari tersebut adalah sebagai berikut:
A. Pengolahan Media Tanam
       Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan
kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan
aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak
terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.
   1. Persiapan
       Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh
tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon
  tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah
  yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah
  dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2. Pembukaan Lahan
  Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman
  sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya
  dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan
  pengolahan tanah dengan bajak.
3. Pembentukan Bedengan
  Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan
  tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat
  terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4. Pengapuran
  Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang
  diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan
  dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan
  sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara
  disebar pada barisan tanaman.
5. Pemupukan
  Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup
  maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat
  bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-
  rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.
  Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
   a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam,
      7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;

   b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah
      tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu
      di tutup tanah;

   c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
B. Teknik Penanaman
Disawah irigasi penanaman tumpang sari jagung dan kacang tanah ditanam pada musim
kemarau
   1. Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar
      benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan
      tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur
      panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan
      tempat yang lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen = 100
      hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung
      berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang).
      Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1
      tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3- 5 cm. sedangkan untuk
      kacang tanah ditanam di sela-sela tanaman jagung dengan jarak tanam 40 x 10 cm
      atau 20 x 20 cm.
   2. Cara Penanaman
      Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga
      digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Pada waktu
      musim penghujan atau waktu musim hujan hamper berakhir, benih jagung ini dapat
      ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung.
      Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang.
      Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila
      dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang,
      bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih
      per lubang. Dan untuk kacang tanah Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal
      dengan jarak seperti yang telah ditentukan.


C. Pemeliharaan Tanaman
   1. Penjarangan dan Penyulaman.
      Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan
      yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang
      dikehendaki   hanya    2   atau   1,   maka   tanaman   tersebut   harus   dikurangi.
      Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang
      tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh
dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.
   Penyulaman    bertujuan    untuk   mengganti    benih   yang    tidak   tumbuh/mati.
   Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta
   perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman
   hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling
   lambat dua minggu setelah tanam. Penyulaman untuk kacang tanah dilakukan bila ada
   benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih
   baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam)
2. Penyiangan
   Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma).
   Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih
   muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang
   penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur
   tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan
   setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembubunan
   Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk
   memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga
   untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi.
   Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
   waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk
   dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.Dengan cara ini akan
   terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan
   dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
4. Pemupukan
   Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-
   300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50- 100 kg.
   Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar),
   pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I),
   pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada
   tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8
   minggu atau setelah malai keluar. Untuk tambahan pemupukan pada kacang tanah
   Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-
90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk
      diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang tunggal.
   5. Pengairan dan Penyiraman
      Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, tujuan menjaga agar
      tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih
      besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman
      jagung.
   6. Waktu Penyemprotan Pestisida
      Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat
      membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu
      pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan
      hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang
      menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.


Hama dan penyakit penting pada tanaman jagung dan kacang tanah serta cara
pengendaliannya
1. Hama tanaman jagung
   Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
   Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau
   bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu,
   pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.
   Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning
   kehijauan dab bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan
   panjang lalat 3-3,5 mm.
   Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat
   membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung; (2)
   tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama
   tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu
   diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4)
   pengendalian secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20
   EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD
   sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.
2. Hama tanaman kacang tanah
   Uret. Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu
dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman terserang
    dicabut dan uret dimusnahkan.
    Ulat jengkal. Gejala: menyerang daun kacang tanah.        Pengendalian: penyemprotan
    insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
3. Penyakit pada tanaman jagung
    Penyakit bulai (Downy mildew)
    Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora
    philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta keadaan
    udara lembab.
    Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan
    pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan
    spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang
    terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna
    ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman
    dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
    Pengendalian: (1) penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola
    tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan
    pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.
4. Penyakit pada kacang tanah
    Penyakit layu
    Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1
    liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.
    Penyakit bercak daun
    Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau Dithane M 45, atau
    Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1 minggu atau
    10 hari sekali.




D. panen
        Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari
tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat
dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak
mati.
Ciri dan Umur Panen jagung
Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan
    adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu
diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika
matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu
keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung),
pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang
fisiologis.   Tanda-tandanya:   sebagian   besar   daun   dan   kelobot   telah   menguning.
Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat
menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.
Ciri dan Umur Panen kacang tanah
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan
dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.




Kesimpulan
    1. Multiple cropping merupakan system budidaya tanaman yang dapat meningkatkan
        produksi lahan.
    2. Peran lain dari multiple cropping adalah dapat mengurangi resiko kegagalan panen
        satu jenis tanaman serta stabilitas biologis, dapat menyerap tenaga kerja, penggunaan
        cahaya matahari lebih efisien, dapat menekan pertumbuhan gulma dan mencegah
        erosi.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Pertanian Padi Organik SRI dalam konsep Sistem Pertanian Terpadu.
         http://www.sasak.org/. Diakses 11 Oktober 2011
Anonym.        Multiple    Cropping.    http://wibowo19.wordpress.com/2009/10/28/multiple-
           cropping/. 11 Oktober 2011
Anonim. 2001. Sistem Pertanian di Indonesia. http://www.lablink.or.id. Diakses 11 Oktober
           2011.
Terkelin Pinem, dkk. KAJIAN WAKTU TANAM DAN POPULASI KACANG TANAH
           TERHADAP HASIL JAGUNG DAN KACANG TANAH DALAM SISTEM
           TUMPANGSARI JAGUNG/KACANG TANAH. Jurnal Fakultas Pertanian Unand,
           Padang.
Reijntjes, Coen, et al.1992. Pertanian Masa Depan: Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan
           dengan Input Luar Rendah.Kanisius : Yogyakarta.
Vandrias Dewantoro. 2010. MANFAAT JARINGAN IRIGASI LAHAN PANTAI DI DESA
           SRIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL, DAERAH
           ISTIMEWA                                                        YOGYAKARTA.
           http://agriculture.upnyk.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=91:
           manfaat-jaringan-irigasi-lahan-pantai-di-desa-srigading-kecamatan-sanden-
           kabupaten-bantul-daerah-istimewa-yogyakarta&catid=53:2007&Itemid=88. Diakses
           11 Oktober 2011
Internet
http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=57
http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20kacang%20tanah.pdf

More Related Content

What's hot

Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorTidar University
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAJosua Sitorus
 
Percobaan faktorial
Percobaan faktorialPercobaan faktorial
Percobaan faktorialMuhammad Eko
 
Klasifikasi Usahatani
Klasifikasi UsahataniKlasifikasi Usahatani
Klasifikasi UsahataniJoel mabes
 
MULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRI
MULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRIMULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRI
MULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRImaya safitri
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUsapri yanto
 
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Ade Setiawan
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camfahmiganteng
 
08. data hilang (missing data)
08. data hilang (missing data)08. data hilang (missing data)
08. data hilang (missing data)Jauhar Anam
 
5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatif5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatifEmi Suhaemi
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Novia Tri Handayani S
 
Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Puan Habibah
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 

What's hot (20)

Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigor
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
 
Faktorial
FaktorialFaktorial
Faktorial
 
Percobaan faktorial
Percobaan faktorialPercobaan faktorial
Percobaan faktorial
 
Klasifikasi Usahatani
Klasifikasi UsahataniKlasifikasi Usahatani
Klasifikasi Usahatani
 
MULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRI
MULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRIMULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRI
MULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRI
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
 
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
 
Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)
 
Varietas kedelai bimtek 2 nov 2017
Varietas kedelai bimtek 2 nov 2017Varietas kedelai bimtek 2 nov 2017
Varietas kedelai bimtek 2 nov 2017
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
Uji lanjut
Uji lanjutUji lanjut
Uji lanjut
 
08. data hilang (missing data)
08. data hilang (missing data)08. data hilang (missing data)
08. data hilang (missing data)
 
5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatif5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatif
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
 
Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri JamurJenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
 
Budidaya tanaman cengkeh
Budidaya tanaman cengkehBudidaya tanaman cengkeh
Budidaya tanaman cengkeh
 

Viewers also liked

Teknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagungTeknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagungsujononasa
 
6. leaflet cara pengolahan makanan
6. leaflet cara pengolahan makanan6. leaflet cara pengolahan makanan
6. leaflet cara pengolahan makananaskep33
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIEDIS BLOG
 
Azmi agroekologi
Azmi   agroekologiAzmi   agroekologi
Azmi agroekologiMaki hakim
 

Viewers also liked (7)

Pola tanam
Pola tanamPola tanam
Pola tanam
 
Teknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagungTeknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagung
 
6. leaflet cara pengolahan makanan
6. leaflet cara pengolahan makanan6. leaflet cara pengolahan makanan
6. leaflet cara pengolahan makanan
 
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley croppingMakalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
 
Tahapan budidaya hijauan pakan
Tahapan budidaya hijauan pakanTahapan budidaya hijauan pakan
Tahapan budidaya hijauan pakan
 
Azmi agroekologi
Azmi   agroekologiAzmi   agroekologi
Azmi agroekologi
 

Similar to SISTEM TANAM GANDA

Similar to SISTEM TANAM GANDA (20)

Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
PPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptx
PPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptxPPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptx
PPT kelompok 2 MINGGU KE 3.pptx
 
DEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptx
DEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptxDEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptx
DEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptx
 
Lahan
LahanLahan
Lahan
 
Materi 04. Sistem Pertanian (1).pdf
Materi 04. Sistem Pertanian (1).pdfMateri 04. Sistem Pertanian (1).pdf
Materi 04. Sistem Pertanian (1).pdf
 
Presentasi gita
Presentasi gitaPresentasi gita
Presentasi gita
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
 
Pembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahataniPembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahatani
 
Makalah agroforestry
Makalah agroforestryMakalah agroforestry
Makalah agroforestry
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Padi bantul
Padi bantulPadi bantul
Padi bantul
 
POLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTIPOLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTI
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas it
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas it
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas it
 
Folder Padi Ladang 2021.pdf
Folder Padi Ladang 2021.pdfFolder Padi Ladang 2021.pdf
Folder Padi Ladang 2021.pdf
 
Sistem pertanian dan teknik budidaya tanaman
Sistem pertanian  dan teknik budidaya tanamanSistem pertanian  dan teknik budidaya tanaman
Sistem pertanian dan teknik budidaya tanaman
 

More from rizky hadi

Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisrizky hadi
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikumrizky hadi
 
Profil desa.cileles
Profil desa.cilelesProfil desa.cileles
Profil desa.cilelesrizky hadi
 
Rizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmanniaRizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmanniarizky hadi
 
Rizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwilRizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwilrizky hadi
 
Tugas individu perwil
Tugas individu perwilTugas individu perwil
Tugas individu perwilrizky hadi
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)rizky hadi
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasrizky hadi
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisrizky hadi
 
Pengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulogPengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulogrizky hadi
 
Bahan poster jagung(2)
Bahan poster jagung(2)Bahan poster jagung(2)
Bahan poster jagung(2)rizky hadi
 
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...rizky hadi
 
Praktikum paspan mentimun
Praktikum paspan mentimunPraktikum paspan mentimun
Praktikum paspan mentimunrizky hadi
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidarizky hadi
 
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskularPengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskularrizky hadi
 

More from rizky hadi (20)

Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Profil desa.cileles
Profil desa.cilelesProfil desa.cileles
Profil desa.cileles
 
Rizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmanniaRizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmannia
 
Rizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwilRizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwil
 
Pisaaang
PisaaangPisaaang
Pisaaang
 
Agroforestri
AgroforestriAgroforestri
Agroforestri
 
Tugas individu perwil
Tugas individu perwilTugas individu perwil
Tugas individu perwil
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Pengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulogPengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulog
 
Pasca
PascaPasca
Pasca
 
Benih tugas
Benih tugasBenih tugas
Benih tugas
 
Bahan poster jagung(2)
Bahan poster jagung(2)Bahan poster jagung(2)
Bahan poster jagung(2)
 
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
 
Praktikum paspan mentimun
Praktikum paspan mentimunPraktikum paspan mentimun
Praktikum paspan mentimun
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisida
 
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskularPengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
 

SISTEM TANAM GANDA

  • 1. Multiple Cropping Dalam Koridor Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan Pada lahan Sawah Irigasi Teknis PENDAHULUAN Sawah Irigasi Teknis Sawah merupakan sebidang tanah dengan batas kepemilikan berupa pematang lurus membujur. Masing-masing petak dibagi dengan pematang juga. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah. Pada sistem sawah, petani menggunakan sistem pengolahan tanah yang monokultur, karena sawah ini menggunakan irigasi teknis dan bukan merupakan sawah tadah hujan. Untuk pengairan, airnya cukup dengan sedikit tergenang, atau macak-macak. Hal ini untuk menanggulangi gulma. Jarak antar tanaman pun juga diatur. Lahan sawah biasanya identik dengan sistem pengairan. Sistem pengairan di sini merupakan sesuatu yang sangat vital bagi kelangsungan sistem pertanian ini sendiri. Kebanyakan lahan sawah di sini menggunakan saluran irigasi teknis, sehingga keberadaan air masih sangat melimpah, dan air akan tetap ada meskipun pada musim kemarau. Berbeda halnya apabila dibandingkan dengan sawah yang menggunakan hujan sebagai sumber airnya. Sawah dengan saluran irigasi, baik teknis maupun setengah teknis biasanya terbentang dan tergolong sangat luas karena saluran irigasi dapat digunakan tidak hanya di satu tempat saja, sehingga dapat pula mengairi lahan lain yang masih termasuk dalam satu wilayah. Ini berarti, untuk pengelolaan sistem sawah ini memerlukan input dari luar, berupa air irigasi tadi. Selain itu, sawah seperti ini masih menggunakan pupuk kimia serta pestisida yang juga didatangkan dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pertanian sawah ini belum merupakan sistem pertanian yang terpadu, juga belum dapat dikatakan sebagai pertanian yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan proses produksi untuk menghasilkan output masih berorientasi pada hasil yang maksimum, bukan optimum.
  • 2. Sawah irigasi teknis Sawah irigasi teknis adalah Sawah yang pengairannya sejak dari sumber air sampai petak sawah terdapat jaringan irigasi dari bangunan permanen. Sehingga kehilangan air karena rembesan atau penguapan dapat diminimalkan. Sawah irigasi merupakan lahan potensial untuk usaha tani. Ketersediaan air sepanjang tahun memungkinkan penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun dengan berbagai variasi komoditas. Multiple cropping Sistim bertanam di Indonesia lebih banyak dilaksanakan dalam bentuk multiple cropping. Thahir 1994, menyebutkan Multiple cropping adalah suatu sistim bercocok tanam selama satu tahun atau lebih/kurang pada sebidang tanah yang terdiri atas beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir atau bersisipan, dengan maksud meningkatkan produktivitas tanah, atau pendapatan petani tiap satuan luas dan satuan waktu. Menurut Seetisarn (1977), multiple cropping didifinisikan sebagai intensifikasi penanaman dalam dimensi waktu dan ruang, misalnya menanamn dua macam tanaman atau lebih pada sebidang tanah sama dalam waktu satu tahun. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui usaha multiple cropping antara lain, menghemat biaya pengolahan tanah dan pemeliharaan per jenis tanaman, meningkatkan pendapatan petani karena peningkatan produksi phisik per hektar per hari, sedangkan biaya produksi per jenis tanaman lebih hemat. Hal ini disebabkan pengolahan tanah yang penuh hanya pada tanaman pertama dan untuk tanaman berikutnya lebih ringan.Disamping keuntungan secara ekonomis, dari segi teknis usaha multiple cropping lebih menguntungkan karena tanah senantiasa gembur, gulma dapat ditekan, dan juga merupakan usaha penghijauan untuk mengawetkan tanah. Multiple cropping Multiple cropping atau sistem tanam ganda merupakan usaha petanian untuk mendapatkan hasil panen lebih dari satu kali dari jenis atau beberapa jenis pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun. Ada beberapa jenis multiple cropping, seperti mixed cropping, relay planting, intercropping dan lain-lain. Intercropping (tumpangsari) merupakan salah satu jenis multiple cropping yang paling umum dan sering dilakukan oleh petani di Indonesia. Biasanya pada system tumpangsari, hasil dari masing-masing jenis tanaman akan berkurang apabila dibandingkan dengan system monokultur, tetapi hasil secara keseluruhan lebih tinggi.
  • 3. Multiple cropping merupakan system budidaya tanaman yang dapat meningkatkan produksi lahan. Peningkatan ini dapat diukur dengan besaran yaitu NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan) atau LER (Land Equivalent Ratio). Sebagai contoh nilai NKL atau LER = 1,8; artinya bahwa untuk mendapatkan hasil atau produksi yang sama dengan 1 hektar diperlukan 1,8 hektar pertanaman secara monokultur. HA1 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara tumpangsari. HB1 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara tumpangsari. HA2 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara monokultur. HB2 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara monokultur Pada prinsipnya teknik budidaya tanaman sama, seperti tanaman pangan, industri, atau yang lainnya. Bentuk sistem budidaya sangat bermacam, contohnya Multiple Croping. Bentuk sistem Multiple Croping yang telah lama dikenal adalah tanaman campuran, tumpang sari dan pergiliran tanaman kemudian tanaman sisipan. Tumpang sari sering dijumpai di daerah sawah tadah hujan, tegalan dataran rendah maupun dataran tinggi. Tumpang sari di dataran rendah biasanya terdiri dari berbagai macam palawija atau padi dan palawija, sedangkan di dataran tinggi biasanya terdiri dari berbagai macam tanaman hortikultura (sayuran) (Thahir, M. et al. 1985). Peran lain dari multiple cropping adalah dapat mengurangi resiko kegagalan panen satu jenis tanaman serta stabilitas biologis, dapat menyerap tenaga kerja, penggunaan cahaya matahari lebih efisien, dapat menekan pertumbuhan gulma dan mencegah erosi.
  • 4. PEMBAHASAN Multiple cropping (tumpang sari) jagung dan kacang pada lahan sawah irigasi teknis Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al. 1996). Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ketahun terus meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, kapasitas industri pakan dan makanan Indonesia (Fachruddin, 2000). Pola tanam berganda merupakan sistem pengelolaan lahan pertanian dengan mengkombinasikan intensifikasi dan diversifikasi tanaman (Francis,1989). Pada umumnya sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem monokultur karena produktivitas lahan menjadi lebih tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil (Beets, 1982). Keuntungan secara agronomis dari pelaksanaan sistem tumpangsari dapat dievaluasi dengan cara menghitung Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL). Nilai ini menggambarkan efisiensi lahan, yaitu jika nilainya > 1 berarti menguntungkan. (Beets,1982). Sistem tumpangsari dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian jika jenis jenis tanaman yang dikombinasikan dalam sistem ini membentuk interaksi saling menguntungkan (Vandermeer,1989). Teknologi tumpang sari tersebut adalah sebagai berikut: A. Pengolahan Media Tanam Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum. 1. Persiapan Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh
  • 5. tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan. 2. Pembukaan Lahan Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak. 3. Pembentukan Bedengan Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. 4. Pengapuran Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman. 5. Pemupukan Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata- rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar: a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah; b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah; c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
  • 6. B. Teknik Penanaman Disawah irigasi penanaman tumpang sari jagung dan kacang tanah ditanam pada musim kemarau 1. Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen = 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3- 5 cm. sedangkan untuk kacang tanah ditanam di sela-sela tanaman jagung dengan jarak tanam 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm. 2. Cara Penanaman Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hamper berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang. Dan untuk kacang tanah Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan. C. Pemeliharaan Tanaman 1. Penjarangan dan Penyulaman. Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh
  • 7. dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam. Penyulaman untuk kacang tanah dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam) 2. Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. 3. Pembubunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan. 4. Pemupukan Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200- 300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50- 100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar. Untuk tambahan pemupukan pada kacang tanah Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-
  • 8. 90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang tunggal. 5. Pengairan dan Penyiraman Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung. 6. Waktu Penyemprotan Pestisida Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien. Hama dan penyakit penting pada tanaman jagung dan kacang tanah serta cara pengendaliannya 1. Hama tanaman jagung Lalat bibit (Atherigona exigua Stein) Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dab bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung; (2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai. 2. Hama tanaman kacang tanah Uret. Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu
  • 9. dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman terserang dicabut dan uret dimusnahkan. Ulat jengkal. Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S. 3. Penyakit pada tanaman jagung Penyakit bulai (Downy mildew) Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan. 4. Penyakit pada kacang tanah Penyakit layu Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha. Penyakit bercak daun Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau Dithane M 45, atau Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali. D. panen Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak mati. Ciri dan Umur Panen jagung
  • 10. Ciri jagung yang siap dipanen adalah: a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam. b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga. c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas. Ciri dan Umur Panen kacang tanah Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain: a) Batang mulai mengeras. b) Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras. c) Warna polong coklat kehitam-hitaman. Kesimpulan 1. Multiple cropping merupakan system budidaya tanaman yang dapat meningkatkan produksi lahan. 2. Peran lain dari multiple cropping adalah dapat mengurangi resiko kegagalan panen satu jenis tanaman serta stabilitas biologis, dapat menyerap tenaga kerja, penggunaan cahaya matahari lebih efisien, dapat menekan pertumbuhan gulma dan mencegah erosi. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Pertanian Padi Organik SRI dalam konsep Sistem Pertanian Terpadu. http://www.sasak.org/. Diakses 11 Oktober 2011
  • 11. Anonym. Multiple Cropping. http://wibowo19.wordpress.com/2009/10/28/multiple- cropping/. 11 Oktober 2011 Anonim. 2001. Sistem Pertanian di Indonesia. http://www.lablink.or.id. Diakses 11 Oktober 2011. Terkelin Pinem, dkk. KAJIAN WAKTU TANAM DAN POPULASI KACANG TANAH TERHADAP HASIL JAGUNG DAN KACANG TANAH DALAM SISTEM TUMPANGSARI JAGUNG/KACANG TANAH. Jurnal Fakultas Pertanian Unand, Padang. Reijntjes, Coen, et al.1992. Pertanian Masa Depan: Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah.Kanisius : Yogyakarta. Vandrias Dewantoro. 2010. MANFAAT JARINGAN IRIGASI LAHAN PANTAI DI DESA SRIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. http://agriculture.upnyk.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=91: manfaat-jaringan-irigasi-lahan-pantai-di-desa-srigading-kecamatan-sanden- kabupaten-bantul-daerah-istimewa-yogyakarta&catid=53:2007&Itemid=88. Diakses 11 Oktober 2011 Internet http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=57 http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20kacang%20tanah.pdf