1. 1. Bagaimana bentuk hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang laiinya dan juga
lingkungan?
a. Hubungan Antara Tumbuhan yang Satu dengan yang Lainnya.
Dalam suatu ekosistem, suatu hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain dapat
memiliki pola-pola tertentu. Dimana pola-pola ini membentuk suatu interaksi. Interaksi antara dua
makhluk hidup, sering disebut dengan istilah simbiosis. Dimana, simbiosis merupakan hubungan timbal
balik antara dua mahkluk hidup yang saling berdampingan. Ternyata hubungan timbal balik antara kedua
makhluk hidup ini dapat menimbulkan dampak bagi kedua mahkluk hidup, baik itu hal yang
menguntungkan maupun merugikan. Simbiosis atau proses interaksi ini, dapat dibagi menjadi beberapa
simbiosis:
1) Simbiosis Parasitisme, merupakan proses simbiosis dimana satu pihak mendapat keuntungan dan
pihak yang lain akan di rugikan. Contohnya hubungan antara bunga raflesia dan inangnya.
2) Simbiosis Mutualisme, merupakan hubungan antar makhluk hidup yang saling menguntungkan. Jadi
dari kedua pihak tidak ada yang di rugikan. Contohnya hubungan antara jamur dan pohon yang
ditumpanginya.
3) Simbiosis Komensalisme, merupakan simbiosis yang menguntungkan satu pihak, sedangkan pihak
yang lain tidak mendapat keuntungan tapi juga tidak di rugikan. Contohnya hubungan antara tanaman
anggrek dengan tumbuhan inangnya.
4) Simbiosis Amensalisme, merupakan simbiosis dimana satu pihak dirugikan dan pihak lainnya tidak
diuntungkan maupun dirugikan. Simbiosis amensalisme sering dikaitkan dengan istilah alelopati.
Alelopati adalah suatu sifat menghambat pertumbuhan organisme di lingkungan sekitar melalui
ekskresi zat racun. Contohnya Pohon pinus mengeluarkan zat alelopati yang membuat tumbuhan-
tumbuhan lain jadi terhambat untuk berkembang. Inilah yang menyebabkan mengapa kita akan sulit
menemukan tumbuhan lain yang dapat hidup di sekitar area pertumbuhan pinus.
b. Hubungan Antara Tumbuhan dengan Lingkungannya.
Habitat makhluk hidup adalah tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup melaksanakan
kehidupannya. Semua makhluk hidup yang ada di muka bumi ini, saling membutuhkan organisme yang
lain dalam melangsungkan kehidupannya. Hubungan antara tumbuhan dengan lingkungan sangat
berkaitan erat karena lingkungan merupakan habitat sekaligus tempat tinggal bagi suatu tumbuhan
untuk tumbuh dan berkembang. Dan bila suatu lingkungan terganggu maka secara otomatis dapat
menggangu pertumbuhan dan perkembangan suatu tumbuhan tersebut. Tumbuhan dan lingkungan
dapat dikatakn memiliki pola interaksi timbal balik yang sangat erat.
Hubungan tumbuhan dengan tanah sebagai substrat atau habitat berhubungan erat dengan jenis
(struktur dan tekstur tanah), sifat fisik, kimia dan biotik tanah, kandungan air tanah, nutrien dan
bahan-bahan organik, serta bahan anorganik sebagai hasil proses dekomposisi biota tanah.
Konfigurasi permukaan bumi sangat mempengaruhi ketinggian, kemiringan, dan deodinamika lahan
sebagai habitat, yang akan berpengaruh terhadap iklim (cahaya/matahari, suhu, curah hujan, dan
kelembaban udara); yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan erat dengan tumbuhan
dalam kaitannya dengan kehadiran, distribusi, jenis-jenis tumbuhan, dan berbagai proses biologi
tumbuhan.
2. Hubungan iklim dengan tumbuhan sangat erat. Iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologi
(fotosintesis, respirasi, dan transpirasi), pertumbuhan dan reproduksi (pembungaan, pembentukan
buah, dan biji) dan sebagainya.
Air sebagai komponen lingkungan abiotik merupakan faktor ekologi yang penting selain cahaya,
suhu dan kelembaban udara, merupakan hasil proses presipitasi uap air yang sebagian besar jatuh ke
permukaan bumi dalam bentuk curah hujan. Ketersediaan air per tahun sangat menentukan
keberadaan, sebaran dan berbagai proses biologi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya.
Hubungan tumbuh-tumbuhan dengan udara atmosfir pada umumnya berkaitan dengan gas CO2,
O2, dan angin.
Hubungan masyarakat tumbuhan dengan makhluk hidup lainnya terjadi dalam bentuk hubungan
antara tumbuh-tumbuhan dengan tumbuhan lainnya, antara tumbuh-tumbuhan dengan hewan,
tumbuhan dengan mikrobiota (parasit dan biota pengurai) dan antara tumbuhan dengan manusia.
2. Bagaimana cara tumbuhan mengatasi persoalan penyebaran (dispersal), perkecambahan dalam
suatu situasi yang tepat, kompetisi, dan memperoleh energi dan nutrient? Bagaimana mereka
bertahan terhadap periode jelek yang berkaitan dengan api (kebakaran), genangan, atau badai?
a. Cara Tumbuhan Mengatasi Persoalan Persebaran (Dispersal), Perkecambahan dalam Suatu
Situasi yang Tepat, Kompetisi dan Memperoleh Energi dan Nutrient.
Untuk mempertahankan jenisnya, tumbuhan melakukan proses reproduksi, sedangkan untuk
mempeluas daerahnya (melakukan persebaran), tumbuhan melakukan dispersal atau pemencaran /
penyebaran alat reproduksinya yaitu buah / biji. Agen pembantu penyebaran biji ini dapat berupa agen
biotik (burung, mamalia, serangga) maupun abiotik (angin, air, gravitasi).
Penyebaran tumbuhan juga dapat di bantu dengan cara berikut ini:
1) Penyebaran tumbuhan dengan perantara angin (Anemokori).
Tumbuhan yang penyebarannya dibantu oleh angin memiliki ciri-ciri:
Biji berbulu atau berambut, contoh: alang-alang (Imperata cylindrica), kapuk/kapas (Ceiba petanra).
Biji terpencar, apabila tangkainya tergoyang oleh angin maka biji akan keluar lewat lubang atau
celah pada biji. Mekanisme ini disebut pendupaan. Contoh: opium (Papaver sp.)
Biji kecil dan ringan, contoh: angrek (famili Orchidaceae).
Buah bersayap, contoh: meranti, tengkawang (famili Dipterocarpaceae).
Buah berambut, contoh: Anemones sp.
2) Penyebaran tumbuhan dengan perantara Angin (Hidrokori).
Ciri–ciri dari biji yang penyebarannya secara hidrokori adalah ringan dan memiliki pelindung yang
baik bagi embrionya (biji). Oleh karena itu, biasanya mempunyai struktur kulit buah dengan tiga lapis:
Eksokarp, kulit yang paling luar mengilap, tipis, dan kuat.
Mesokarp, kulit yang tengah yang tebal berisi rongga udara sehingga biji menjadi ringan dan
mengambang di air.
Endokarp, kulit yang paling dalam kuat dan keras yang berfungsi untuk melindungi embrio.
Contoh tumbuhan yang mpenyebaran bijinya dibantu oleh air adalah: kelapa (cocos nucifera), buah
nyamplung (Calophyllum inophyllum), eceng gondok (Eichornia crassipes), teratai (Niphea sp.), bakau
(Rhizoporasp.).
3. 3) Penyebaran tumbuhan dengan perantara hewan (Zookori).
Penyebaran tumbuhan dengan bantuan hewan (Zookori) biasanya terjadi pada tumbuhan yang
memiliki buah berair dan buah kacang-kacangan. Hewan yang berperan biasanya: burung, kelelawar,
tikus, serangga, dan mamalia yang memakan buah tersebut. Biji dari buah yang dimakan tidak dapat
dicerna karena terlalu keras sehingga biji-biji tersebut dikeluarkan bersama kotoran diberbagai tempat
yang dilalui oleh hewan tersebut.
4) Penyebaran tumbuhan dengan perantara manusia (Antropokori).
Manusia memiliki pengaruh yang cukup besar dalam persebaran tumbuhan. Terutama manusia dengan
ilmu dan teknologi yang dimilikinya dapat melakukan persebaran tumbuhan dengan cepat dan mudah.
Penyebaran dengan perantara manusia dibedakan atas dua:
Penyebaran disengaja, merupakan Penyebaran yang dilakukan untuk kepentingan hidup manusia.
Contohnya: kopi dan kelapa sawit yang didatangkan dari Afrika, kina dan karet dari Amerika
Selatan.
Penyebaran tidak disengaja, misalnya melalui biji yang menempel pada pakaian manusia dan
terbawa ke daerah bahkan ke Negara lain. Contoh: berbagai biji rumput-rumputan.
b. Cara Tumbuhan Mengatasi Persoalan Perkecambahan dalam Suatu Situasi yang Tepat
Cara tumbuhan berkembang pada situasi yang tepat yaitu dengan cara beradaptasi terhadap
lingkungannya dengan cara yang tepat. Tumbuhan hidup di mana-mana di Bumi. Untuk hidup dalam
banyak habitat yang berbeda, mereka telah berevolusi adaptasi yang memungkinkan mereka untuk
bertahan hidup dan bereproduksi di bawah keragaman kondisi.
c. Cara Tumbuhan Mengatasi Persoalan Kompetisi
Kompetisi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Kompetisi intraspesifik yakni persaingan antara organisme yang sama dalam lahan yang sama.
Kompetisi interspesifik yakni persaingan antara organisme yang beda spesies dalam lahan yang
sama.
Intraplant competition yakni persaingan antara organ tanaman, misalnya antar organ vegetatif atau organ
vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh tanaman Interplant competition yakni persaingan antar
dua tanaman berbeda atau bersamaan spesiesnya (dapat pula terjadi pada intra maupun interplant
competition).
Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam
tanah, system-sistem akan bersaing untuk air dan bahan makanan, dan karena mereka tak bergerak, ruang
menjadi faktor yang penting. Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang
mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembapan serta aliran udara pada
permukaan tanah.
Tumbuhan mempunyai klorofil, dengan adanya klorofil inilah tumbuhan dapat membuat
makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.
Salah satu hasil dari fotosintesis adalah karbohidrat. Karbohidrat ini digunakan oleh tumbuhan
untuk keperluan tumbuh. Tetapi tidak semua karbohidrat dihabiskan untuk keperluan tubuhnya, sebagian
karbohidrat disimpan sebagai cadangan makanan. Pada umumnya, tumbuhan menyimpan cadangan
makanannya pada buah, batang umbi dan daun. Glukosa yang merupakan zat makanan hasil fotosintesis,
4. selain digunakan untuk tumbuh dan berkembang biak juga disimpan sebagai timbunan makanan.
Sebagian besar bagian tumbuhan yang kita makan merupakan timbunan makanan dari tumbuhan
tersebut.Setiap tumbuhan memiliki tempat menyimpan timbunan makanan yang berbeda-beda. Ada
tumbuhan yang menyimpan timbunan makanan pada akar, batang, ataupun buah. Berdasarkan tempat
menyimpan timbunan makanannya, tumbuhan dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a. Tumbuhan yang menyimpan timbunan makanan di dalam umbi
b. Tumbuhan yang menyimpan timbunan makanannya di dalam buah
c. Tumbuhan yang menyimpan timbunan makanan di dalam biji
d. Tumbuhan yang menyimpan timbunan makanan di dalam batang
d. Cara Tumbuhan Bertahan Terhadap Kala Buruk (Periode Jelek)
Cara tumbuhan dapat bertahan terhadap periode banjir dan badai yaitu dengan cara menguatkan akar-
akarnya. Contohnya saja pada mangrove memiliki akar tunggang yang dapat memecah gelombang air
ketika hujan sehingga dia tidak tumbang. Sedangkan untuk bertahan terhadap kebakaran memiliki
respon berupa menggugurkan daunnya agar tidak mudah terbakar. Dan menghasilkan banyak air
dengan cara ditransfer melalui pembuluh xilem agar pohonnya tidak mudah terbakar. Dan juga cara
lainnya untuk menghadapi respon tersbut yaitu dengan cara menebalkan lapisan lignin agar batangnya
keras sehingga tidak mudah untuk terbakar terhadap api.
3. Bagaiaman tumbuhan dapat menceritakan habitat mereka kepada kita dengan membaca dan
mempertahankann tentang kehadirannya, kesuburannya, atau kelimpahannya, yang dikaitkan
dengan proses masa lalu, sekarang, masa mendatang?
Cara tumbuhan menceritakan kondisi habitatnya, kehadirannya, kesuburannya, yaitu dengan cara
menunjukkan ciri-ciri morfologi dan fisiologi dari tumbuhan itu sendiri dimana bila habittanya bagus
maka sutu tumbuhan tersebut akan menunjukkan kehadiran dan kesuburannya yang begitu bagus. Hal
itu menunjukkan betapa bagusnya lingkungan tempat hidupnya. Sedangkan kelimpahannya dapat
dilihat dari banyaknya spesies tersebut yang ada pada lokasi tersebut melebihi tempat-tempat lainnya.
Ini menunjukkan bahwa tempat tersebut merupakan habitat yang memang tempat tumbuhnya spesies
tersebut dari dulu hingga sekarang. Dan merupakan tempat yang cocok bagi tumbuhnya spesies
tersebut.
4. Suatu ketika hewan ternak merumput dengan kepadatan dan waktu tertentu pada suatu padang
rumput, apa yang akan terjadi pada vegetasi tersebut dalam jangka pendek, sedang maupun
jangka panjang?
Vegetasi yang terlihat adalah vegetasi padang rumput. Karena padang rumput merupakan habitat
sekaligus relung ekologi dari binatang ternak. Padang rumput adalah dataran tanpa pohon (kecuali yang
berada di dekat sungai atau danau) yang umumnya ditumbuhi rumput pendek. Padang rumput sendiri
terletak di daerah yang memiliki musim kering yang panjang dan musim penghujan yang pendek. Hal ini
dapat dilihat di kawasan Indonesia seperti Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Biasanya padang rumput
terletak di daerah yang memiliki ketinggian sekitar 900-4000 m diatas permukaan laut.
Padang rumput ini terjadi secara alami disebabkan adanya cuaca yang mempengaruhi rendahnya
curah hujan. Terbentuknya padang rumput secara alami lebih banyak disebabkan cuaca tepatnya oleh
5. rendahnya tingkat curah hujan, yakni hanya sekitar 30 mm/ tahun. Curah hujan yang rendah
mengakibatkan tumbuhan kesulitan untuk menyerap air, sehingga tumbuhan yang dapat bertahan ialah
rumput. Seperti diketahui bahwa rumput dapat hidup dan beradaptasi dalam keadaan tanah yang kering.
Oleh karena itu tumbuhan rumput lebih banyak tumbuh dibandingkan dengan tumbuhan yang lain.
Padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim sedang, seperti
Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia. Sabana merupakan padang rumput
yang dipenuhi beberapa jenis pohon yang menyebar, biasanya terletak di wilayah tropis dan subtropis.
Pada habitat darat dikenal istilah Bioma yaitu daerah habitat yang meliputi skala yang luas atau bisa
juga diartikan kumpulan spesies (terutama tumbuhan) yang mendiami tempat tertentu di bumi yang
dicirikan oleh vegetasi tertentu yang dominan dan langsung terlihat jelas di tempat tersebut. Oleh karena
itu biasanya bioma diberi nama berdasarkan tumbuhan yang dominan di daerah tersebut salah satunya
adalah padang rumput.
Padang rumput terdiri atas steppa dan prairi. Steppa merupakan suatu wilayah yang ditumbuhi
rumput-rumputan pendek. Istilah steppa digunakan untuk menyebutkan padang rumput di Eurasia.
Adapun padang rumput tinggi di Amerika Utara dinamakan prairi yang didominasi oleh jenis padang
rumput Indian Grasses. Di Argentina disebut pampa dan di Hongaria disebut puszta. Di Indonesia,
ekosistem padang rumput ini bisa ditemukan di pulau Nusa Tenggara, khususnya bagian timur.
5. Kalau suatu ketika lapisan tanah sebelah atas terambil atau terkikis misalnya oleh
pertambangan maka tumbuhan apa yang cocok pada area tersebut (restorasi)?
Pada pasca tambang, kegiatan utama dalam merehabilitasi lahan bertujuan untuk mengupayakan agar
ekosistem berfungsi lebih optimal. Penaatan lahan bekas tambang disesuaikan dengan penetapan
tataruang wilayah bekas tambang. Sehingga, lahan bekas tambang dapat difungsikan menjadi kawasan
lindung ataupun budidaya. Berau Coal, dalam melakukan perencanaan penutupan tambang selalu
memadukan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial dari semua tahapan operasional tambang. Dengan
perencanaan penutupan tambang yang baik ternyata terbukti keberhasilannya di Berau Coal. Daerah
terganggu menjadi berkurang, Potensi erosi tanah dapat dikurangi, meningkatkan kualitas air,
meminimalkan resiko potensi air asam tambang dan tentunya keberhasilan revegetasi di daerah reklamasi
yang dapat dukungan kehidupan satwa yang ada di sekitarnya.
Pemilihan jenis tumbuhan adalah tahap yang paling penting dalam upaya merestorasi lahan bekas
tambang. Pemilihan ini bertujuan untuk memilih spesies tanaman yang disesuaikan dengan kondisi lahan
yang akan direstorasi. Kunci utama keberhasilan revegetasi adalah pemilihan jenis pohon yang tepat.
Pemilihan jenis pohon yang akan ditanam didasarkan pada adaptabilitas, cepat tumbuh, diketahui teknik
silvikultur, ketersediaan bahan tanam, dan dapat bersimbiosis dengan mikoriza
Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh jenis tumbuhan yang terpilih, antara lain:
Mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi
Cepat tumbuh
Teknik silvikultur diketahui
Ketersediaan bahan tanaman
Dapat bersimbiosis dengan mikroba
6. Pada kegiatan restorasi lahan bekas tambang ini, fenomena alam tersebut akan dicoba untuk
dimodifikasi supaya tahapan suksesi (nudation, migrasi, ecesis, agregation, evolution of community
relationship, invation, reaction, stabilization, dan klimaks) dapat berlangsung dengan cepat. Salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah dengan menanam jenis tanaman tertentu secara berurutan seperti halnya
yang terjadi pada fase-fase dari suksesi alami.
1) Tumbuhan Penutup Tanah
Tumbuhan penutup tanah yang dipilih dapat berupa semak maupun herba. Jenis-jenis yang
diutamakan adalah dari jenis kacang-kacangan, dapat bersimbiosa dengan bakteri penambat nitrogen,
memiliki perakaran yang kuat, serta banyak menghasilkan serasah, seperti: Centrosema, Tephrosia,
Crotalaria, Indigofera, Eupatorium, dan jenis lain yang sesuai. Tanaman-tanaman ini berguna untuk
mengurangi laju aliran permukaan (run-off), memperbaiki profil tanah khususnya bagian top-soil, dan
juga diharapkan akan ikut memperbaiki iklim mikro.
2) Tumbuhan Jenis Klimaks
Tumbuhan jenis klimaks merupakan tumbuhan yang utama digunakan untuk merestorasi lahan bekas
tambang. Tumbuhan ini biasanya dari jenis pohon-pohonan yang karakteristiknya yang sesuai dengan
kriteria yang telah disebut di atas. Penanaman jenis tanaman ini dapat dilakukan bersamaan dengan
penanaman tumbuhan penutup tanah maupun setelahnya. Setelah penanaman jenis tumbuhan ini
diharapkan keadaannya akan sama dengan tingkat fase ecesis dimana tumbuhan tersebut akan mapan
di tempat tersebut. Setelah tumbuhan tersebut menghasilkan buah dan biji diharapkan akan terjadi
agregasi (pengelompokan) dari tumbuhan tersebut dengan tumbuhan anakan di sekitarnya. Dengan
adanya vegetasi di tempat tersebut diharapkan akan menarik satwa liar di sekitarnya yang akan
membawa benih-benih lain dari daerah sekitar untuk tumbuh dan kemudian akan berkolonisasi pada
lahan tersebut. Dengan demikian fase-fase selanjutnya dari suksesi seperti reaksi perubahan habitat
dan stabilitas akan dapat terus berlangsung sampai mencapai klimaks.
6. Suatu saat, suatu padang rumput disemprot dengan herbisida atau dibakar. Apa yang akan
terjadi akibat aktivitas tersebut terhadap kualitas air pada daerah aliran sungai, tingkat nutrien
tanah. Jika terjadi gangguan misalnya kebakaran atau banjir secara berulang atau secara
periodik dapat mempertahankan tipe vegetasi tertentu disutu daerah. Seberapa jauh kita
terlibat dalam gangguan periodik tersebut dalam rangka pengelolaan vegetasi alami dan untuk
pemeliharaan satwa liar?
a. Akibat dari Padang Rumput Disemprot dengan Herbisida tau Dibakar
Maka kualitas air, nutrisi tanah, dan kadar garam akan terganggu. Disamping itu bila terjadi akumulasi
tingkat bahan nutrient pada suatu waduk maka akan terjadi eutrotifikasi yaitu tumbuhnya tumbuhan-
tumbuhan air yang menghalangi cahaya matahari yang masuk ke dalam ekosistem air kolam. Hal ini aka
menyebabkan banyaknya pertumbuhan tumbuhan lain. Contohnya eceng gondok. Maka hal ini akan
mengganggu pertumbuhan organisme lain dan akan menggangu ekosistem yanng terjadi pada ekosistem
tersebut.
b. Seberapa Jauh Kita Terlibat dalam Gangguan Periodik Tersebut
Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga
akan sulit mengendali-kannya. Guna mengantisipasi kelemahan tersebut diatas adalah dengan
7. mencampurkan dua herbisida. Dua tipe herbisida menurut aplikasinyaherbisida pratumbuh (preemergence
herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide). pertama disebarkan pada lahan setelah
diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini
bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. kedua diberikan setelah benih
memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu
tumbuhan pokoknya.
1) Herbisida selektif hanya membasmi gulma dan tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Contoh :
Herbisida propanil, membasmi gulma golongan berdaun pita.
Herbisida 2,41D amina membasmi gulma berdaun lebar dan teki.
2) Herbisida Tidak Selektif, herbisida ini dapat membasmi gulma sekaligus tanamannya. Contoh :
Herbisida glifosat, membasmi semua gulma dan tanaman yang mengandung butir hijau daun.
Selektif tidaknya suatu herbisida tergantung juga takaran yang digunakan. Semakin tinggi takaran
yang digunakan, akan semakin berkurang selektivitasnya. 2,4 – D termasuk salah satu bahan aktif
herbisida yang paling dikenal. Sifat herbisida ini kurang lebih hampir sama dengan metil metsulfuron
yaitu sistemik dan selektif. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma purna tumbuh baik
yang berdaun lebar maupun teki pada padi sawah. Adapun beberapa jenis gulma yang dapat dikendalikan
dengan herbisida 2,4-D ini antara : Monochoria vaginalis (eceng), Spenochlea zeylanica, Cyperus iria
(teki), Limnocharis flava (genjer), kankung, keladi dan lain-lain. Contoh herbisida 2,4-D adalah Amandy
865AS.
Penggunaan herbisida perlu mendapat perhatian yang serius mengingat pengendalian gulma
secara kimiawi akan berhasil apabila herbisida tersebut selektif terhadap tanaman utama sekaligus ramah
terhadap lingkungan. Dengan kata lain, aplikasi herbisida yang dilakukan haruslah bijaksana sehingga
tidak hanya aman bagi tanaman namun juga sisa herbisida tersebut tidak mencemari lingkungan
sekitar. Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting
seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang “normal” dalam
proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi
kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan
mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan. Contoh:
glifosfat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan
fosfoenol piruvat.
fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim
glutamin sintase.
Sejumlah produsen herbisida mendanai pembuatan tanaman transgenik yang tahan terhadap
herbisida. Dengan demikian penggunaan herbisida dapat diperluas pada tanaman produksi tersebut.
Usaha ini dapat menekan biaya produksi dalam pertanian berskala besar dengan mekanisasi. Contoh
tanaman tahan herbisida yang telah dikembangkan adalah raps (kanola), jagung, kapas, padi, kentang,
kedelai, dan bit gula. Pemakaian herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan kimia yang
berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar herbisida masa kini tidak berbahaya
bagi manusia dan hewan, herbisida yang tersebar (karena terbawa angin atau terhanyut air) berpotensi
mengganggu pertumbuhan tumbuhan lainnya. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah
terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air.
Selain itu bahan aktif yang terkandung dalam herbisida juga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri E coli dan alga di dalam tanah. Bahan aktif pada herbisida merupakan bagian dari kelompok
8. senyawa bioresisten yang sulit terdegradasi secara biologis. Bahan aktif pada herbisida relatif stabil pada
suhu, tekanan serta pH yang normal, sehingga memungkinkan untuk tinggal lebih lama di dalam tanah.
Bahan aktif ini juga mudah larut dalam air sehingga memungkinkan untuk tercuci oleh air hujan atau air
irigasi sehingga dapat mencemari lingkungan atau system perairan. Absorbsi dan desorbsi herbisida oleh
permukaan padatan tanah diketahui sebagai proses penting yang mampu mempengaruhi perilaku
herbisida di dalam tanah dan lingkungan.
Ketika senyawa herbisida kontak dengan tanah, baik karena aplikasi, terjatuh, atau tertumpah, atau
karena terbawa oleh air hujan dan irigasi, sebagian akan tertahan dan tertinggal di dalam tanah melalui
proses absorbsi, sebagian lagi akan berada di dalam air diantara partikel-partikel tanah. Absorbsi ini
mampu menurunkan konsentrasi senyawa herbisida didalam larutan tanah sehingga menghalangi
mobilitas senyawa tersebut menuju system perairan. Senyawa herbisida yang terabsorbsi bersifat pasif,
tidak tersedia untuk proses fisik, kimia, maupun biologi sampai terjadinya desorbsi.
Bahan organic tanah diketahui sebagai komponen tanah yang mempunyai peranan sangat penting
dalam proses absorbsi dan desorbsi herbisida di dalam tanah dan lingkungan. Herbisida merupakan
pestisida kationik dengan kelarutan di dalam air sangat tinggi. Bahan aktif yang terkandung dalam
herbisida merupakan pestisida kationik (divalent), sehingga berpotensi mengalami pertukaran kation di
dalam tanah.
Ion paraquat dapat bereaksi dengan lebih dari satu ion COO-koloid organic. Paraquat akan bereaksi
dan diikat oleh dua gugus reaktif koloid organic tanah, mungkin oleh ion COO-, fenolat O-, kombinasi
keduanya, atau kombinasi salah satu ion tersebut dengan radikal bebas. Semakin tinggi kandungan bahan
organic tanah, semakin tinggi kandungan gugus reaktif yang dimilikinya, semakin tinggi jumlah herbisida
yang terabsorbsi Interaksi bahan organic terlarut dengan herbisida memungkinkan ia bertindak sebagai
agen pembawa herbisida dan mencegah absorbsi herbisida oleh fase padat.
Keberadaan bahan organic terlarut mampu menurunka absorbsi atrazin dan promertrin oleh tanah
dan meningkatkan transport senyawa tersebut menuju system perairan. Peningkatan bahan organic tanah
diikuti peningkatan bahan organic tanah terlarut sehingga menurunkan absorbsi herbisida oleh permukaan
bahan organic tanah. Adanya hubungan yang kompleks antara herbisida, tanah, iklim maupun organisme
yang berada di dalam tanah merupakan penyebab terjadinya keragaman persistensi herbisida dalam
tanah.