Berdasarkan dokumen tersebut, kurikulum sistemik merupakan model kurikulum yang memiliki keterpaduan antara bagian-bagian dan membentuk suatu sistem untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kurikulum sistemik memiliki ciri keseragaman tujuan, proses, materi dan evaluasi serta berbasis pada hasil belajar siswa.
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
KURIKULUM SISTEMIK
1. DESAIN PEMBELAJARAN FISIKA
“Kurikulum Sistemik”
Disusun Oleh:
Mudammirotul Ashnam (NIM 1310818015)
Program Magister Pendidikan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2019
Dosen Mata Kuliah: Dr. Ir. VINA SEREVINA, MM
3. Definisi Sistem
Menurut Kohler Eric L (1972:423), Webster (1969:378), dan Winardi (1980:2),
menyatakan bahwa; “sistem merupakan sekumpulan elemen-elemen yang saling
berhubungan membentuk suatu struktur hubungan internal dan eksternal untuk
mencapai sasaran atau tujuan tertentu”
Sumber: Bayu Hikmat Purwana. 2010. Penerapan Desain Kurikulum Sistemik Untuk Mengembangkan Kurikulum Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan.
Manajerial Vol 8, N0 16, Januari 2010; 46-53
4. Definisi Kurikulum:
Secara Etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu
carier yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu.
Jadi, istilahkurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman
Romawi Kuno di Yunani, yang mengandungpengertian suatu jarak
yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.
Sumber:
https://www.academia.edu/10583642/Pengertian_Kurikulum_Menurut_Para_Ahli_-Secara_Etimologis
5. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan
berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional. (UU No. 20
Tahun 2003)
Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana
maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah.
Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses
belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan
peserta didik. (Nana Sudjana, 2005)
6. Sintesa:
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat
disentesakan bahwa kurikulum merupakan pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, yang mana didalam
kurikulum itu terdapat kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya
mementingkan bahan ajarnya saja, akan tetapi juga proses belajarnya
yang melibatkan pendidik dan peserta didik disekolah untuk mencapai
sebuah tujuan pendidikan nasional.
7. Tugas dan peran seorang perancang kurikulum sama dengan
seorang arsitektur, sebelum menentukan bahan dan cara
membangun suatu gedung terlebih dahulu harus dibuat model
gedung yang hendak dibangun. Begitu juga dengan kurikulum,
sebelum menyusun materi dan metode pembelajaran terlebih
dahulu harus dirancang model dari kurikulum itu sendiri (Rusmana,
2009)
Para ahli kurikulum mengemukakan berbagai macam model
kurikulum yang dapat diterapkan. Salah satunya John D. McNeil
yang membagi kurikulum menjadi empat model, yaitu: humanistik,
rekonstruksi sosial, sistemik dan akademik.(John D. McNeil , 2006)
Sumber:mber:Rusmana. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
McNeil, John D. (2006). Contemporary curriculum in thought and action. Los Angeles: John Wiley & Sons,
Inc.
Rusmana. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
9. Definisi Kurikulum Sistemik
Kurikulum sistemik adalah kurikulum yang memiliki
keterpaduan antara bagian-bagian dan membentuk
suatu sistem.(John McNeil, 2006)
kurikulum sistemik merupakan model kurikulum yang
mengantar isi materi menjadi efktif dan efisien serta
berbasis pada hasil dan kemampuan.
Sumber:
• McNeil, John D. (2006). Contemporary curriculum in thought and action. Los Angeles: John Wiley & Sons, Inc
• https://www.academia.edu/31727329/MODEL_IMPLEMENTASI_KURIKULUM_SEBAGAI_UPAYA_MEMAKSIMAL
KAN_PELAKSANAAN_KURIKULUM
.
10. Sintesa:
Kurikulum sistemik merupakan kurikulum yang
berbasis pada hasil dan kemampuan serta memiliki
keterpaduan antara bagian-bagian dan membentuk
suatu sistem sehingga efektif dan efisien dalam
penerapannya.
11. Ciri Kurikulum Sistemik
Keseragaman dan control merupakan ciri utama
kurikulum ini. Keseragaman tersebut meliputi tujuan
pembelajaran, proses, materi, dan alat evaluasi.
Mastery learning (ketuntasan belajar) merupakan ciri
dari sistemik kurikulum.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
13. Landasan Kurikulum Sistemik
Landasan Psychologis dari sistemik Kurikulum didasari oleh Psikologi
Behaviourism yang merupakan basisnya.
Prinsip dasarnya adalah hubungan antara stimulus, respon, dan hasil
penguatan (reinforcement) menghasilkan perubahan perilaku. Kebijakan
bagi states maupun distrik untuk memberi hadiah atau menghukum
sekolah maupun guru berdasarkan hasil pencapaian mereka,merupakan
contoh dari reinforcement
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
15. Landasan Kurikulum Sistemik
Ciri-ciri prinsip behaviourism yang diterapkan di kurikulum ini antara
lain pelajaran menghapal di kelas oleh guru, mengkoreksi atau
mengaffirmasi feedback, membedakan jenis-jenis hasil pembelajaran
(sederhana, kompleks, rendah, tinggi), task analisis yakni menganalisis
tugas kompleks menjadi unit-unit yang bisa dikelola, sekuens
pembelajaran dari parts to whole (bagian ke keseluruhan),
pembelajaran langsung dengan arahan yang jelas, contoh dan
kesempatan untuk praktek dan menerapkan apa yang sudah dipelajari.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
16. Ciri-ciri prinsip behaviourism yang
diterapkan di kurikulum sistemik
Menghapal Mengkoreksi
Membedakan
Jenis-jenis hasil
pembelajaaran
Menganalisis
tugas kompleks
Pembelajaran
Langsung
17. Landasan Kurikulum Sistemik
Psikologi Kognitif dan teori information processing juga
mempengaruhi dalam hal memperhatikan bagaimana kepercayaan
siswa/students’belief mempengaruhi pembelajaran dan bagaimana
konsep berfikir terjadi. Salah satu implikasi dari psikologi kognitif
dalam kurikulum sistemik adalah mengakomodasi informasi baru ke
dalam skema-skema yang ada, mengetahui kapan dan dimana
menerapkan pengetahuan dan strategi, memilah-milah informasi
menjadi unit-unit yang bermakna, pemodelan melalui simulasi,
flowchart, dll.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
18. Landasan Kurikulum Sistemik
Social constructivism juga berpengaruh dalam hal partisipasi dalam
pembelajaran yang responsif terhadap pengetahuan tentatif, konflik
dalam pemahaman dan kepercayaan siswa yang dibawa ke sekolah,
pengakuan bahwa anak-anak memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam tingkatan pemikiran yang rumit.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
19. Landasan Kurikulum Sistemik
Kurikulum sistemik akan lemah ketika asumsi psikologis dan teori
pembelajaran tidak selaras. Ketika sebagian besar standar negara
bergantung pada konsep behaviourism dan cognitivism, maka untuk
psikologi konstruktivism lebih cocok pada standar nasional bagi sains
dan matematika, yang berfokus pada ide-ide pokok.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
20. Sejarah Timbulnya Kurikulum Sistemik
Pada awalnya, pada abad 16, sekolah Jesuit/Pastor melaksanakan
kurikulum ini dalam pengajaran classical liberal arts, filosofi dan
teologi. Sampai 1890, Inggris dan Irlandia mengaplikasikan
kurikulum ini.
Mereka membayar sekolah dan para guru berdasarkan persentase
para siswa yang lulus pada mata pelajaran tertentu.
Konsekuensinya antara lain silabus sudah ditentukan dan
pengajaran ditujukan untuk menghadapi ujian akhir, pengajaran
guru lebih pada siswa di level menengah, dibanding siswa di level
atas atau kelas bawah.
Pada akhir tahun 1800-an, tes tertulis mulai diganti dengan tes
lisan dalam menentukan ketuntasan siswa.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
21. Antara 1930-1940, ada pengembangan dari bidang-bidang studi,
pedoman dan kerangka kurikulum. Pada tahun 1960-an, ada
perubahan dalam sistemik kurikulum.
Pada awal tahun 1900-an, tes masih digunakan dalam menilai
efisiensi dari para guru dan sekolah. Namun pada tahun 1930-an
hakekat dan tujuan dari tes mulai berubah, dari menilai guru dan
sekolah menjadi menilai siswa. Tujuan tes adalah untuk
mendiagnosa kekuatan dan kelemahan dari para siswa,
menempatkan siswa pada kelas atau grup yang tepat, dan memberi
skor/nilai.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
22. Ada usaha kuat untuk memperkuat kurikulum dengan program-
program berbagai disiplin ilmu, yang melibatkan siswa dalam
berbagai kegiatan, yang mencerminkan praktek scientist dan para
ilmuan dalam berbagai displin ilmu. Bentuk pembelajarannya berupa
modul, script lesson, computer-assisted instruction, yang mengurangi
peran guru.
Pada tahun 1970-an, ada kegagalan dari program karena“Too many
targets turned out to be no targets at all”. Masalah serius muncul
ketika terlalu banyak standar yang ditetapkan oleh states. Praktek
meletakan taxonomi apa yang harus diajarkan pada level yang
berbeda-beda dipertanyakan publik.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
23. Selian itu, daftar materi dan keterampilan disebar menjadi terpisah-
pisah yang membuat kurang koordiasi antara mata pelajaran dan
pemisahan dari konsep kunci. Muncullah reformasi sistemik
kurikulum dalam merespon hal ini. Publik mendukung untuk
mengukur hasil dari kurikulum, sekolah maupun guru secara
akuntabel. Akuntabilitas dipandang sangat penting untuk
memperbaiki kurikulum dan menjamin kualitas kurikulum. Ada
tuntutan yang meningkat berdasarkan bukti penelitian bahwa
program kurikulum tertentu itu efektif dan berkelanjutan dalam
konteks tertentu
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
24. Konsekuensi kurikulum sistemik
Reformasi kurikulum sistemik muncul setelah 20 tahun Komisi
Pendidikan Nasional Amerika (NCE) melaporkan laporan “Nation at
Risk” yang menganjurkan suatu reformasi dalam kurikulum dan
menyalahkan pendidikan menengah atas kurangnya tujuan dasar
dan terlalu sering menyarankan suatu kurikulum yang beragam
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
25. Konsekuensi kurikulum sistemik
Pada laporan tahun 2003 ditunjukkan pada publik akan pentingnya standar yang
lebih tepat dan persyaratan yang lebih tinggi untuk kelulusan siswa yang mana
mereka menunjukkan kemampuan yang solid dalam Bahasa Inggris, matematika,
sains dan ilmu-ilmu sosial.
Reformasi sistemik juga menginginkan agar setiap sekolah atau pelayanan
pendidikan publik di semua negara bagian mengikuti standar akademik yang
umum, mempublikasikan rekaman/laporannya, dan memberi orangtua hak
untuk memilih sekolah atau lembaga yang menurut mereka paling tepat untuk
putra putrinya.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
26. Konsekuensi kurikulum sistemik
Tes juga berpengaruh pada guru untuk menggunakan berbagai
ragam metode misalnya pembelajaran keseluruhan, kooperatif
learning dll yang dituntut dalam tes. Tes menjadi medium dimana
standar kurikulum ditafsirkan. Guru akan menghilangkan konten yang
tidak diperlukan, memberi penekanan pada topik-topik penting, dan
lebih mengajarkan pada keterampilan seperti menulis dan berfikir
kritis.
Sumber:
http://taryanahtea.blogspot.com/2017/04/model-kurikulum-sistemik-suatu-analisis.html
27. Pengembangan Kurikulum Sistemik
Frame work sistemik yang digunakan para pengembang
kurikulum dalam mengembangkan desain kurikulum diyakini akan
menghasilkan desain kurikulum yang komprehensif, memperlihatkan
saling keterhubungan antar komponen kurikulum, dan dapat
teramati dan terukur. Hal ini didukung oleh pernyataan Hamalik
(2000:68-70), bahwa “model kurikulum sistematik dapat digunakan
untuk mengembangkan program pendidikan kurikulum, desain
,pembelajaran, dan desain program pelatihan,
Sumber:
https://studylibid.com/doc/827792/penerapan-desain-kurikulum-sistemik-untuk
28. Model kurikulum sistemik
Salah satu model kurikulum sistemik adalah model kurikulum
rancangan Romiszowski. Desain kurikulum sistemik Romiszowski
(1981:20) dikembangkan melalui 14 langkah, yaitu: Deskripsi Tugas,
Analisis Tugas, Menetapkan Kemampuan, Spesifikasi, Kemampuan,
Kebutuhan Pendidikan dan latihan, Perumusan Tujuan
Kompetensi/Kemampuan, Kriteria Keberhasilan, Isi dan struktur
program, Pemilihan Strategi Pembelajaran, Uji Coba Program,
Evaluasi, Implementasi Program, Monitoring, dan Perbaikan dan
Penyesuaian (feedback)
Sumber:
https://studylibid.com/doc/827792/penerapan-desain-kurikulum-sistemik-untuk
29. Kritik kurikulum k-13 revisi
NO. KEUNGGULAN KELEMAHAN SARAN
1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif
dan inovatif dalam setiap pemecahan
masalah yang mereka hadapi di
sekolah.
Guru banyak salah kaprah, karena
beranggapan dengan kurikulum 2013 guru
tidak perlu menjelaskan materi kepada
siswa di kelas, padahal banyak mata
pelajaran yang harus tetap ada penjelasan
dari guru.
Guru sebaiknya menjelaskan materi
pembelajaran untuk menambah
wawasan peserta didik, selanjutnya
peserta didik dibimbing untuk
menggali informasi dengan
pengetahuan yang dimiliki.
2. Adanya penilaian dari semua aspek.
Penentuan nilai bagi siswa bukan
hanya didapat dari nilai ujian saja
tetapi juga didapat dari nilai
kesopanan, religi, praktek, sikap dan
lain-lain.
Kurangnya kemampaun guru dalam proses
penilaian sikap, ketrampilan dan
pengetahuan secara holistic.
Guru dibekali pengetahuan mengenai
penilaian otentik agar mampu
melakukan berbagai teknik penilaian.
3. Pembelajaran berpusat pada siswa
dan kontekstual dengan metode
pembelajaran yang bervariasi
Siswa yang aktif mampu mengikuti proses
pembelajaran dengan baik, sedangkan siswa
yang kurang aktif sulit untuk mengikuti
sehingga pengetahuannya tidak
berkembang
Menggunakan metode pembelajaran
yang bisa membuat semua siswa aktif
dan kreatif
30. NO. KEUNGGULAN KELEMAHAN SARAN
4. Materi dan Soal menuntut kemampuan
berpikir tingkat tinggi (HOTS)
Guru masih menggunakan bentuk soal
yang sederhana (LOTS)
Guru sebaiknya meningkatkan dan
terus mengasah kompetensi yang
dimiliki
5. Banyaknya materi yang dipelajari
untuk menambah khazanah
pengetahuan
Beban belajar siswa dan guru terlalu
berat, sehingga waktu belajar
disekolah terlalu lama
Lamanya waktu belajar disekolah
sebaiknya disesuaikan dengan seberapa
lama rata-rata kekuatan konsentrasi
pesert didik pada saat belajar agar tidak
menimbulkan kelelahan fisik.
6, Siswa belajar mandiri Tidak semua siswa mau mencari ilmu
pengetahuan dari buku, internet atau
sumber lainnya Kebanyakan dari
mereka tidak mengerti konsep materi
yang dimaksud.
Guru harus meluruskan presepsi dari
siswa agar tidak ada misskonsepsi
Kritik kurikulum k-13 revisi
Editor's Notes
Data dikutip dari Jurnal; Bayu Hikmat Purwana, 2010. Penerapan Desain Kurikulum Sistemik Untuk Mengembangkan Kurikulum Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. MANAJERIAL Vol. 8, No. 16, Januari 2010 : 46 - 53