tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
Brainstorming Kurikulum Darurat di Era Pandemic COVID-19
1. BRAINSTORMING
KURIKULUM DARURAT DI ERA PANDEMIC
COVID 19
Dr. Vina Serevina, M.M Asep Solihin
MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
2. TUGAS MATA KULIAH
KURIKULUM DAN DESAIN PEMBELAJARAN FISIKA
Dosen Pengampu : Dr. Vina Serevina, M.M
BRAINSTORMING
KURIKULUM DARURAT DI ERA PANDEMIC
COVID 19
Oleh :
Asep Solihin
NIM. 1310820002
Program Studi Pasca Sarjana Pendidikan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
A. Latar Belakang Kurikulum Darurat
Situasi Pandemi Covid 19 memiliki dampak pada sektor pendidikan di Indonesia.
Melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri yang dikeluarkan pada
pertengahan Juni 2020 kegiatan pembelajaran berubah dari pembelajaran tatap muka
menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
meluasnya penyebaran Covid 19. Pembelajan jarak jauh ini berbeda dengan proses
pembelajaran tatap muka di kelas. Siswa dan guru berada di rumahnya masing masing
dan pembelajaran berlansung secara on line melalui media internet. Pembelajaran
seperti ini disebut juga Pembelajaran Daring atau BDR (Belajar Dari Rumah).
Banyak permasalahan yang dialami siswa, orang tua dan guru ketika mengikuti
pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi Covid-19. Salah satunya guru kesulitan
mengelola PJJ dan cenderung fokus pada penuntasan kurikulum. Bagi orang tua, tidak
semuanya mampu mendampingi anak belajar di rumah karena harus bekerja. Sedangkan
bagi siswa, tentu kesulitan konsentrasi belajar di rumah dan mengeluhkan beratnya
penugasan soal dari guru. Sehingga ada peningkatan stres dan jenuh. Untuk merespon
permasalahan – permasalahan itulah SKB Empat Menteri akhirnya direvisi. Revisi ini
tentunya berdasarkan hasil evaluasi pemerintah pusat atas masukan - masukan dari
masyarakat.
Pemerintah mengimplementasikan dua kebijakan baru. Yaitu : 1. Perluasan
pembelajaran tatap muka untuk zona kuning. Artinya pelaksanaan pembelajaran tatap
muka diperbolehkan untuk semua jenjang yang berada di zona hijau dan zona kuning. 2.
Kurikulum Darurat (dalam kondisi khusus), yang dikeluarkan oleh kementrian
pendidikan dan disahkan pada pada 4 agustus 2020. Sekolah diberikan fleksibilitas untuk
memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Modul
pembelajaran dan asesmen dibuat untuk mendukung pelaksanaan kurikulum darurat
Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan kompetensi dasar yang mengacu
pada Kurikulum 2013. Pada kurikulum darurat ini ada pengurangan kompetensi dasar
untuk setiap mata pelajaran. Sehingga berfokus pada kompetensi esensial dan
kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya. Ketentuan
kurikulum darurat atau pelaksanaannya berlaku sampai akhir tahun ajaran (tetap berlaku
walaupun kondisi khusus sudah berakhir). Jadi, satuan pendidikan atau sekolah dapat
memilih dari 3 opsi pelaksanaan kurikulum, yaitu tetap menggunakan kurikulum
3. nasional 2013, menggunakan kurikulum darurat (dalam kondisi khusus), atau
melakukan penyederhanan kurikulum secara mandiri.
Sekolah tidak wajib mengikuti Kurikulum Darurat. Kurikulum Darurat ini
adalah suatu opsi saja bagi masing-masing sekolah. Kurikulum Darurat ini diperuntukan
bagi yang membutuhkan metode pembelajaran dari Kurikulum 2013 yang lebih
sederhana. Daripada kompetensi tidak tercapai dan tidak fokus, maka kurikulum ini bisa
jadi pilihan. Harapannya kurikulum darurat ini akan memudahkan proses pembelajaran
di masa pandemi. Dengan diberlakukannya kurikulum darurat ini, pemerintah tidak
melihat dari pencapaian materi pembelajaran namun lebih melihat bagaimana proses
pembelajaran tetap berlangsung, begitu pula penilaian hasil belajarnya (evaluasi hasil
belajar). Penilaian hasil belajar peserta didik bersifat kualitatif sehingga lebih fleksibel.
Walaupun adanya pengurangan pada materi yang disampaikan oleh guru namun
diharapkan guru-guru lebih kreatif dalam menyampaikan materi.
B. Manfaat di berlakukannya Kurikulum Darurat
Meringankan beban guru, karena Kurikulum Darurat merupakan penyederhanaan
kompetensi dasar, sehingga beban mengajar guru menjadi berkurang. Guru – guru
tidak dituntut pada penyelesaian materi secara keseluruhan. Guru dapat berfokus
pada pendidikan dan pembelajaran esensial dan kontekstual yang disesuaikan
dengan kondisi masing-masing.
Meringankan beban siswa, karena Kurikulum Darurat tidak melihat dari pencapaian
materi pembelajaran namun lebih melihat bagaimana proses pembelajaran tetap
berlangsung. Di sini siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian
kurikulum dan dapat berfokus pada pendidikan dan pembelajaran yang esensial dan
kontekstual. Begitu pula dengan penilaian hasil belajarnya (evaluasi hasil belajar).
Penilaian hasil belajar peserta didik bersifat kualitatif sehingga lebih fleksibel.
Dengan adanya kurikulum darurat di masa pandemi ini diharapkan guru dan siswa
tidak mengalami kesulitan dalam materi pembelajaran, karena tersedianya acuan
kurikulum yang sederhana sehingga kesejahteraan psikososial guru dan siswa
meningkat.
Kurikulum Darurat juga akan mempermudah orang tua dalam pendampingan
pembelajaran di rumah. Kesejahteraan psikososial orang tua juga diharapkan
meningkat.
C. Kekurangan Kurikulum Darurat
Kurikulum Darurat dapat menimbulkan masalah baru yaitu adanya ketimpangan
antara sekolah satu dengan sekolah lainnya. Hal ini dapat terjadi karena pemerintah
tetap memberikan kebebasan kepada sekolah untuk memilih menggunakan
kurikulum darurat atau tetap menggunakan kurikulum nasional. Bahkan sekolah juga
dapat menggunakan kurikulum nasional yang disederhanakan secara mandiri sesuai
dengan kondisi.
Pemberlakuan Kurikulum Darurat, memungkinkan jenjang kualifikasi KKNI yang
telah ditentukan tidak tercapai. Hal ini disebabkan karena Kurikulum Darurat
merupakan penyederhanaan kompetensi dasar. Para guru tidak dituntut pada
penyelesaian materi secara keseluruhan, tetapi hanya mengambil materi esensial
yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Target pencapaian materi dalam
4. situasi normal tidak digunakan dalam Kurikulum Darurat. Para guru bisa hanya
memilih materi-materi yang dianggap esensial dan dapat dikaitkan dengan
permasalahan pandemi. Sehingga KKNI yang merupakan kerangka penjenjangan
kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai
dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor kemungkinannya tidak tercapai.
D. Saran Perbaikan
Agar Satuan Pendidikan atau Sekolah di seluruh Indonesia dapat menerima dan
melaksanakan Kurikulum Darurat, maka perlu adanya ketegasan dari Pemerintah
dalam penerapannya. Untuk mendukung program ini maka diperlukan sosialisasi
yang baik, dan menyeluruh. Selain itu Kemdikbud di harapkan mengeluarkan
Permendikbud tentang standar isi dan standar penilaian untuk Kurikulum
Darurat, karena perubahan kurikulum tentunya didasarkan pada standar isi dan
standar penilaian.
Adanya kesinambungan dalam penerapan Kurikulum Darurat. Tes akhir setiap
jenjang pendidikan dan juga tes masuk perguruan tinggi (UTBK) dan tes – tes
sejenis diharapkan dapat menyesuaikan materi - materi dalam Kurikulum Darurat.
Sehingga tidak merugikan siswa dan pihak – pihak terkait lainnya.