Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Brainstorming Kurikulum Darurat di Era COVID-19
1. BRAINSTORMING KURIKULUM DARURAT
DI ERA COVID 19
Dr. Ir. Vina Serevina, MM Mustika
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2. Tentang kurikulum darurat, baiknya apa? kurangnya apa? Contoh kurangnya apa jika dikaitkan
dengan 1. Teori2 yang sudah dipelajari di kelas ini. 2. KKNI yang sudah ada sekarang ini
Dalam istilah yang digunakan (Daniel Tanner, 1980) perennialism mengembangkan
kurikulum yang merupakan proses bagi “cultivation of the rational powers: academic
excellence” sedangkan essentialism memandang kurikulum sebagai rencana untuk
mengembangkan “academic excellence dan cultivation of intellect”. Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum darurat merupakan penyederhanaan
kompetensi dasar yang bertujuan untuk mengurangi beban guru dalam melaksanakan
kurikulum nasional. Pada kurikulum darurat adalah terletak pada pencapaian materi-materi
yang sudah ada. Dimana para guru tidak dituntut pada penyelesaian materi secara
keseluruhan. Tetapi hanya mengambil materi esensial yang disesuaikan dengan kondisi
masing-masing. Sehingga para guru bisa hanya memilih materi-materi yang dianggap
esensial.
Menurut Saylor, Alexander ,dan Lewis dalam Fred, mengatakan bahwa kurikulum
adalah rencana bagi guru untuk mengembangkan proses pembelajaran atau instruction
(Fred C., 2011). Pengembangan proses pembelajaran baiknya dalam kurikulum darurat ini
pembelajaran baik di kota ataupun didaerah dituntut untuk menggunakan e-learning.
Sedangkan didaerah banyak guru-guru yang masih tidak paham pembelajaran
menggunakan e-learning. Tidak hanya itu tetapi menggunakan komputer saja masih
banyak guru yang tidak bisa. Oleh karena itu pemerintah daerah harusnya memberikan
pelatihan kepada guru-guru ditingkat sekolah dalam penggunakan IT agar pembelajaran
daring dimasa pandemi covid 19 ini terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran
tersampaikan. Walaupum adanya pengurangan pada materi yang disampaikan oleh guru
(menggunakan kurikulum darurat) namun diharapkan guru-guru lebih kreatif dan inovasi
dalam menyampaikan materi agar peserta didik tetap merasa nyaman dalam pembelajaran
walaupun hanya didunia maya.
Dalam pembelajaran daring guru lebih banyak memiliki waktu luang. Misalnya
dengan guru menggunakan e-learning, guru bisa mengupload materi terlebih dahulu
dengan intruksi yang jelas. Artinya lebih fleksibel dalam segi waktu. Tetapi tidak maksimal
dalam pembelajaran bagi peserta didik, karena pesera didik satu dan lainnya berbeda-beda
dalam tingkat pemahaman dan peran guru dalam tatap muka tidak bisa tergantingkan.
Dalam Permendikbud No. 49 Tahun 2014 Bab I Pasal 1 ayat 5 dijelaskan bahwa:
“Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,
dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan
struktur pekerjaan di berbagai sektor. Kekurangan dengan diberlakukannya kurikulum
darurat ini, pemerintah tidak melihat dari pencapaian materi pembelajaran namun lebih
melihat bagaimana proses pembelajaran tetap berlangsung, begitu pula penilaian hasil
belajarnya (evaluasi hasil belajar). Penilaian hasil belajar peserta didik bersifat kualitatif
sehingga lebih fleksibel. Dengan adanya kurikulum darurat ini diharapkan tidak
mengalami kesulitan materi pembelajaran untuk menjadi kualifikasi kompetensi yang
dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang dan bidang
pelatihan sangat sulit. Akan tetapi, yang menjadi persoalan adalah bagaimana para guru
menyampaikan materi tersebut karena tidak semua daerah tidak memiliki fasilitas yang
merata. Salah satunya ketersediaan internet yang belum memadai. Kemudian tidak semua
3. orang tua memliki kemampuan dari segi ekonomi untuk menyediakan internet di rumah.
Selain itu tidak semua guru dan siswa mempunyai handphone dan laptop. Terutama guru
dan siswa yang berada di daerah. Hal tersebut yang belum dapat dipenuhi oleh pemerintah
dan oleh pihak sekolah. Sehingga perlu keterlibatan semua pihak untuk menangani masalah
infrastruktur tersebut. Kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,
dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja sulit dilakukan
secara objektif pada masa kurikulum darurat ini terutama pembelajaran yang dilakukan
secara daring.