DOI: 10.13140/RG.2.2.18298.57286...
Tugas Mata Kuliah Sistem Refrensi dan Penentuan Posisi Program Studi Magister Teknik Geomatika, Universitas Gadjah Mada
Sistem Refrensi dan Penentuan Posisi – Review Metadata Peta
1. Tugas-1 (Review)
Sistem Refrensi dan Penentuan Posisi
Nama: Luhur Moekti Prayogo
NIM: 19/449597/PTK/12856
Prodi: Magister Teknik Geomatika
2. Peta RBI Skala 1:25:000 wilayah Timoho-Yogyakarta
Peta Rupa Bumi atau dalam bahasa asing disebut topographic map adalah peta yang
memperlihatkan unsur-unsur alam (asli) dan unsur-unsur buatan manusia di atas permukaan bumi.
Unsur-unsur tersebut diusahakan untuk diperlihatkan pada posisi yang sebenarnya. Peta Rupa
Bumi disebut juga sebagai peta umum, karena dalam Peta Rupa Bumi menyajikan semua unsur
yang ada pada permukaan bumi, dengan mempertimbangkan skala yang sangat terbatas. Jadi Peta
2. Rupa Bumi dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan, termasuk untuk tujuan pembelajaran
di sekolah. Di samping itu, Peta Rupa Bumi juga dapat digunakan sebagai dasar (base map) dalam
pembuatan peta tematik, seperti peta penggunaan lahan, peta jaringan jalan, peta sebaran
penduduk, peta jaringan sungai, dan sebagainya. Peta Rupa Bumi menyajikan unsur-unsur dasar
muka bumi, seperti: unsur hipsografi (tinggi-rendahnya medan atau relief, terutama ketinggian),
unsur hidrografi (laut, danau, sungai/pola pengaliran), unsur vegetasi (penutup lahan), unsur
toponimi (nama-nama unsur tempat atau nama geografi), unsur buatan/budaya manusia
(permukiman, sistem perhubungan, unsur unit-unit administrasi, dan sistem rujukan koordinat
nasional baku (sistem lintang bujur).
3. Peta Tematik Kabupaten Sleman-Yogyakarta
Peta umum atau tematik merupakan peta yang hanya menampilkan sebagian permukaan Bumi
yang ingin ditampilkan. Peta tematik hanya menampilkan tampilan tertentu yang disesuaikan
dengan tema, misalnya kenampakan- kenampakan alam tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial
budaya. Peta tematik berfungsi untuk menggambarkan bentuk penggunaan dan untuk menyajikan
data tentang potensi suatu daerah. Berikut contoh peta tematik:
1. Peta Kepadatan Penduduk,
2. Peta Ancaman Bencana Kekeringan,
3. Peta curah hujan,
4. Peta Hasil Pertanian,
3. 5. Peta Prakiraan Musim kemarau, dan
6. Peta Rawan Bencana (tanah longsor, gempa bumi, atau tsunami).
4. Jaring Kontrol Horizontal (JKH) dan Jaring Kontrol Vertikal (JKV)
A. Jaring Kontrol Horizontal (JKH)
Sekumpulan titik kontrol horizontal yang satu sama lainnya dikaitkan dengan data ukuran
jarak dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan
tertentu dalam suatu sistem referensi koordinat horizontal tertentu (SNI 19-6724-2002).
B. Jaring Kontrol Vertikal (JKV)
Serangkaian titik kontrol vertikal yang satu sama lainnya diikatkan dengan ukuran beda tinggi
ortometrik mengacu pada titik datum.
Keterangan: jaring kontrol vertikal yang diselenggarakan oleh instansi yang berwenang
belum bisa disebut jaring kontrol vertikal nasional (SNI_19-6988-2004).
C. Jaring Kontrol Geodesi
Merupakan objek fisik yang berada di lapangan yang mewakili model-model fisik bumi di
atas. Jaring kontrol geodesi ini berdasarkan pada UU Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Informasi
Geospasial berupa Jaring Kontrol Horizontal Nasional (JKHN), Jaring Kontrol Vertikal Nasional
(JKVN), dan Jaring Kontrol Gayaberat Nasional (JKGN). Bukti fisik di lapangan dari jaring
kontrol geodesi ini berupa pilar titik kontrol, pilar titik gayaberat, dan stasiun pasut (Badan
Informasi Geospasial).
4. Titik Tinggi Geodesi
D. Titik Tinggi Geodesi
Titik tetap di lapangan yang berbentuk pilar dengan ukuran tertentu, yang menandai nilai
tinggi, sebagai bagian dari jaring kontrol vertikal, yang berfungsi sebagai titik kontrol
vertikal(TKV).
Keterangan: Tanda tinggi geodesi disebut juga tanda tinggi tetap (bench mark)
Titik Doppler, Titik GPS
5. Legenda titik pada peta RBI Kabupaten Sleman, Skala 1:25.000
E. Titik Doppler
Titik diatas tanah yang posisinya terhadap pusat masa bumi ditentukan dengan metode
pengaman satelit doppler (Bakosurtanal).
F. Titik GPS
Titik diatas tanah yang posisinya terhadap pusat masa bumi ditentukan dengan metoda
pengamatan global positioning satellite (Bakosurtanal)
5. Model Bumi pada peta RBI dan Tematik
Model bumi peta RBI Kabupaten Sleman skala 1:25.000
dapat dlihat pada informasi peta
Model bumi geoid, karena datum vertikal dihitung dari muka laut rata-rata. Geoid disebut
sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya. Lebih jauh geoid dapat didefinisikan sebagai
bidang ekipotensial yang berimpit dengan permukaan laut pada saat keadaan tenang dan tanpa
gangguan , karena itu secara praktis geoid dianggap berhimpit dengan permukaan laut rata-rata
(Mean sea level-MSL). Jarak geoid terhadap ellipsoid disebut Undulasi geoid (N). Nilai dari
undulasi geoid tidak sama di semua tempat, hal ini disebabkan ketidakseragaman sebaran
6. densitas massa bumi. Untuk keperluan aplikasi geodesi, geofisika dan oseanografi dibutuhkan
geoid dengan ketelitian yang cukup tinggi.
Model bumi ini memiliki peran yang cukup penting dalam berbagai hal seperti untuk
keperluan aplikasi geodesi, oseanografi, dan geofisika. Contoh untuk bidang geodesi yaitu
penggunaan teknologi GPS dalam penentuan tinggi orthometrik untuk berbagai keperluan praktis
seperti rekayasa, survei, dan pemetaan membutuhkan infomasi geoid teliti. Hal Ini disebabkan
karena tinggi GPS adalah bersifat geometrik karena mengacu pada bidang matematis ellipsoid,
sedangkan tinggi yang diperlukan untuk keperluan praktis adalah tinggi yang mempunyai arti fisik
di permukaan bumi yaitu tinggi orthometrik di mana bidang acuannya adalah geoid. Beda tinggi
antara ellipsoid dan tinggi geoid sangatlah bervariasi dan besarnya bisa mencapai puluhan meter,
sehingga pemakaian langsung tinggi GPS (tinggi ellipsoid) itu bisa menyebabkan penyimpangan
puluhan meter terhadap tinggi orthometrik.
Model bumi peta tematik daerah Yogyakarta skala 1:25.000
dapat dlihat pada informasi peta
Model bumi elipsoid karena sudah menggunakan datum internasional WGS 1984. Model ini
merupakan suatu pendekatan model bumi ( berbentuk elips ) dimana parameternya ditentukan dari
setengah sumbu panjang ( a ) , stengah sumbu pendek ( b ) dan nilai penggepengan ( 1/f ). Contoh:
Bessel 1841,GRS 67, WGS 72 , WGS 84. Bentuk geoid yang tidak beraturan tidak memungkinkan
kita untuk melakukan perhitungan matematis. Karena itu, sebagai representasi matematis dari
bentuk fisik Bumi, digunakanlah ellipsoid. Ellipsoid adalah ellips yang diputar pada sumbu
pendeknya. Perbedaan antara geoid dan ellipsoid tidak lebih dari 200 m.
6. Metadata peta RBI dan Tematik
7. Metadata Peta RBI Kabupaten Sleman Skala 1:25.000
Peta RBI kabupaten Sleman skala 1:25.000 bersumber dari data foto udara 1:30.000 pada
tahun 1993/ 1994 dengan teknik fotogrametri yang dilaksanakan oleh perusahaan konsultan Blom
Narcon Cooperation. Selanjutnya peta ini dicetak dan diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey
dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
Metadata Peta Tematik Daerah Rawan Banjir Sleman
Skala 1:25.000
Selanjutnya pada peta tematik Sleman skala 1:25.000, bersumber dari data peta RBI pulau
Jawa skala 50.000 dan DEM TerraSAR-X tahun 2012. Peta sistem lahan pulau Jawa skala
1:250.000 BIG 2013 dan curah hujan dasarian rerata tahun 1998-2017 BMKG. Serta data
tambahan yaitu berupa survei lapangan bulan november 2017.
8. 7. Sistem Koordinat Peta RBI dan Tematik Yogyakarta skala 1:25.000
Proyeksi yang digunakan pada peta RBI diatas yaitu Transverse Mercator dengan Datum
Geodesi Nasional 1995 (DGN-95). Pada awalnya system referensi geospasial Indonesia
menggunakan DGN 95 kemudian terdapat perubahan terhadap system referensi geospasial
menjadi SRGI 2013. Karena adanya perubahan system referensi geospasial nasional ini pastinya
masih banyak peta-peta dan informasi geospasial lainnya yang menggunakan system lama yaitu
DGN 95.
Pada peta tematik wilayah Sleman yang digunakan dengan skala 1:25.00 menggunakan
proyeksi Transverse Mercator dengan datum WGS 1984. World Geodetic System adalah standar
untuk digunakan dalam kartografi, geodesi, dan navigasi. Terdiri dari bingkai koordinat standar
untuk Bumi, permukaan referensi standar bulat (datum atau referensi ellipsoid) untuk data
ketinggian mentah, dan permukaan ekuipotensial gravitasi (geoid) yang mendefinisikan
permukaan laut nominal.
8. Pasal 17 Undang-Undang Geospasial 2011
Isi:
1. IGD diselenggarakan secara bertahap dan sistematis untuk seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah yurisdiksinya.
2. IGD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimutakhirkan secara periodik dalam jangka
waktu tertentu.
3. Dalam hal terjadi bencana alam, perang, pemekaran atau perubahan wilayah administratif,
atau kejadian lainnya yang berakibat berubahnya unsur IGD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 sehingga mempengaruhi pola dan struktur kehidupan masyarakat, pemutakhiran
IGD harus dilakukan tanpa menunggu pemutakhiran secara periodik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai norma, standar, prosedur, dan kriteria pemutakhiran IGD
diatur dengan Peraturan Kepala Badan.
9. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai jangka waktu pemutakhiran IGD diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Tanggapan:
Ketersediaan data yang selalu update pada wilayah tertentu akan mempermudah mendukung
kegiatan IGD sebagaimana pada pasal 17 diatas. Sudah seharusnya pemerintah menyediakan data
pada seluruh wilayah khususnya wilayah yang sering terjadi bencana.
9. Model bumi
a. Matematik (3D)
b. Model bumi fisik (3D)