Tugas 1 Mata Kuliah Penginderaan Jauh (3 SKS), Nama : Udis Sunardi, NIM : 1310210011, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
1. TUGAS MAKALAH
PRINSIP DASAR PENGINDERAAN JAUH
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
Nama : Udis Sunardi
NIM : 1310210011
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
TUBAN
2023
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala karunianya, yang selalu melimpahkan
taufiq dan hidayahnya kepada kita semua, untuk selalu menunaikan kewajiban
beribadah hanya Allah semata serta rasa syukur yang tak terhingga penulis dapat
menyelesaikan makalah. makalah ini merupakan salah Tugas mata kulian
penginderaan jauh pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI
Ronggolawe Tuban.
Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepada :
1. Dr. Sri Rahmaningsih, S.Pi, M.Si Selaku Dekan pada Fakultas Perikanan dan
Kelautan UNIROW Tuban.
2. Dr. Suwarsih, S.Pi, M.Si Selaku kaprodi ilmu kelautan
3. Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng selaku Dosen Pengampu.
4. Segenap Keluarga saya dan semua pihak yang telah memberikan dorongan dan
bantuan, sehingga dapat tersusunnya makalah ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu
tersusunnya tugas Makalah ini dan bermanfaat.
Tuban, 15 April 2023
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1.Pengertian Penginderaan jauh.........................................................................4
2.2. Prinsip Dasar Penginderaan jauh ..................................................................4
2.3. Sistem Penginderaan Jauh..............................................................................7
2.4 Manfaat Penginderaan Jauh ............................................................................9
BAB III PENUTUP .......................................................................................10
3.1 Kesimpulan .......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi
pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret
udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini
dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh
(remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan .
Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain
diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi
mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala
dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi
pemotretan dan perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan
menggunakan berbagai sistim perekam data seperti kamera majemuk, multispectral
scanner, vidicon, radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang. Bahkan
dalam waktu terakhir ini alat GPS(Global Positioning System) dimanfaatkan pula
untuk merekam peta ketinggian dalam bentuk DEM (Digital Elevation Model).Pada
tahun 1972 satelit Earth Resource Technology Satellite - 1 (ERTS-1),sekarang dikenal
dengan Landsat, untuk pertama kali diorbitkan Amerika Serikat. Satelit ini dikenal
sebagai satelit sumber alam karena fungsinya adalah untuk memetakan potensi sumber
alam dan memantau kondisi lingkungan. Para praktisi dari berbagai bidang ilmu
mencoba memanfaatkan data Landsat untuk menunjang program pemetaan, yang
dalam waktu pendek disimpulkanbahwa data satelit tersebut potensial untuk
menunjang program pemetaan dalam lingkup area yang sangat luas. Sukes program
Landsat diikuti oleh negara-negara lain dengan diorbitkannya berbagai satelit sejenis
seperti SPOT oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1
oleh MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar tahun
2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis sensor untuk mata-
mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dandiorbitkan melalui
satelit-satelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek kecil di permukaan bumi
dapat pula direkam. Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian
telah banyakdilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi
mineral dan energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam
bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya
data satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah
ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas. Dalam pembahasan
5. 2
kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan teknologi penginderaan jauh tanpa
membahas prinsip dasarnya secaramendalam, selain itu membahas mengenai prospek
penggunaannya untuk bidang geologi secara umum.
Sejarah pemotretan udara telah berjalan cukup lama sejak awal abad 19
tetapipada pertengahan sampai akhir abad penggunaan semakin meningkat,
sepertidiperlihatkan di bawah ini.
1839 : Photography was invented
1858 : Parisian Photographer, Gaspard Felix Tournachon used aballoon to ascend to
a height of 80m to obtain thephotograph over Bievre, France
1882 : Kites were used for photography
1909 : Airplanes were used as a platform for photography
1910-20 : World War I. Aerial reconnaissance: Beginning of photointerpretation
1920-50 : Aerial photogrammetry was developed
1934 : American Society of Photogrammetry was established.Radar development
for military use started
1940's : Color photography was invented
1940's : Non-visible portions of electromagnetic spectrum, mainlynear-infrared,
training of photo-interpretation
1950-1970 : Further development of non-visible photography, multi-camera
photography, color-infrared photography, and non-photographic sensors.
Satellite sensor development - VeryHigh Resolution Radiometer (VHRR),
Launch of weathersatellites such as Nimbus and TIRO
1962 : The term "Remote Sensing" first appeared
1972 : The launch of Landsat-1, originally ERTS-1,Remote sensinghas been
extensively investigated and applied since then
1982 : Second generation of Landsat sensor: Thematic Mapper
1986 : French SPOT-1 High Resolution Visible sensors MSS, TM,HRV have been
the major sensors for data collection forlarge areas all over the world. Such data
have been widelyused in natural resources inventory and mapping. Majorareas
include agriculture, forest, wet land, mineralexploration, mining, etc.
6. 3
1980-90 : Earth-Resources Satellite from other countries such as India,Japan, and
USSR. Japan's Marine Observing Satellite (MOS- 1)
1986- : A new type of sensor called an imaging spectrometer, hasbeen developed.
• developers: JPL, Moniteq,ITRES and CCRS.
• Products: AIS, AVIRIS, FLI, CASI, SFSI, etc. A moredetailed description of
this subject can be found in Staenz(1992).
1990- : Proposed EOS aiming at providing data for global changemonitoring. Various
sensors have been proposed.
• Japan's JERS-1 SAR,
• European ERS Remote Sensing Satellite SAR,
• Canada's Radarsat
• Radar and imaging spectrometer data will be the majortheme of this decade
and probably next decade as well
1.2 Rumusan masalah
a) Apakah pengertian penginderaan jauh
b) Apa itu Prinsip dasar pengideraan jauh
c) Bagaimana sistem dalam penginderaan jauh
7. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penginderaan Jauh
Pengindraan jarak jauh berasal dari kata remote sensing yang merupakan ilmu
atau seni untuk menganalisis atau mengindra permukaan bumi dari jarak yang cukup
jauh dan proses perekaman dilakukan dari udara atau luar angkasa menggunakan alat
berupa sensor dan wahana. Alat ini berupa alat perekam yang tidak memiliki hubungan
langsung dengan objek yang diteliti. Artinya alat tersebut tidak berada di permukaan
bumi atau berada di luar angkasa atau udara. Oleh karena itu, untuk melakukan
perekaman diperlukan sebuah wahana atau platform berupa balon udara, satelit,
pesawat luar angkasa dan lain sebagainya. Sedangkan data yang diperoleh oleh alat
perekam masih berupa data mentah sehingga masih perlu dianalisis. Nantinya data
tersebut akan menjadi informasi yang berguna bagi beberapa bidang ilmu yang
memiliki keterkaitan dengan hasil rekaman ini.
Pengindraan jauh atau disingkat dengan Inderaja, tidak hanya digunakan di
Indonesia saja. Beberapa negara juga memanfaatkan teknologi ini. Bagi negara maju
penggunaan pengindraan jauh disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak seperti
kepentingan militer. Pengembangan ini membutuhkan data yang tepat, cepat dan
akurat, serta mudah sehingga dapat melakukan perencanaan dengan baik nantinya.
Penginderaan jauh atau inderaja merupakan analisis fenomena permukaan bumi
yang dilakukan tanpa turun langsung ke lokasi penelitian. Lillesand dan Kiefer dalam
Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra (1979) menjabarkan bahwa penginderaan jauh
hanya berlangsung dengan melibatkan alat bantu. Dengan adanya alat bantu tersebut,
peneliti yang ingin mengetahui kondisi suatu daerah dapat menemukan hasil fenomena
tanpa perlu berkontak dengan objeknya. PPSDM Geominerba menambahkan terkait
contoh alat-alat yang digunakan dalam penginderaan jauh. Di antaranya ada pesawat,
satelit, kapal, pesawat luar angkasa, dan berbagai macam alat lainnya. Dari semua
teknologi tersebut, penginderaan jauh menawarkan beberapa bantuannya di bidang
pengamatan daratan (terestrial) dan perubahan cuaca.
2.2 Prinsip Dasar Penginderaan Jarak Jauh
Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu metoda untuk mengenal dan
menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan obyek
8. 5
tersebut.Banyak pakar memberi batasan, penginderaan jauh hanya mencakup
pemanfaatan gelombang elektromaknetik saja, sedangkan penginderaan yang
memanfaatkan sifat fisik bumi seperti kemaknitan, gaya berat dan seismik tidak
termasuk dalam klasifikasi ini. Namun sebagian pakar memasukkan pengukuran sifat
fisik bumi ke dalam lingkup penginderaan jauh.
Dalam kinerja, penginderaan jauh setidaknya punya tiga tahapan sebelum
akhirnya menemukan hasil. Semua itu dimulai dari objek, sensor untuk merekamnya,
dan pemantulan gelombang elektronik dari objek. Dari tiga tahap di atas, proses
pemotretan objek akan terjadi lewat jarak jauh tanpa melibatkan survei lapangan.
Objek yang ingin diteliti pertama-tama direkam dengan menggunakan sensor-sensor
tertentu. Sensor ini dihubungkan dengan alat analisis data yang berguna untuk
peninjauan. Ketika hasilnya sudah diterima, maka data tersebut akan diolah untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena di permukaan bumi. Untuk sensor itu sendiri,
biasanya ditempelkan di satelit-satelit, pesawat terbang, dan beragam alat penghubung
lainnya. Melalui benda terbang, kondisi permukaan bumi akan dipantulkan ke sensor
lewat gelombang elektromagnetik. Oleh sebab itu, citraan kondisi permukaan bumi pun
bisa terlihat.
Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh adalah suatu
teknologi yang merekam interaksi sinar/berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari
dan benda/obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar mataharidari benda/obyek di
permukaan bumi ditangkap oleh kamera/sensor, tiap benda/obyek memberikan nilai
pantul yang berbeda sesuai dengan sifatnya.Pada pemotretan udara rekaman dilakukan
dengan media seluloid/film,sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik
dalam bentuksinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya batasan tersebut menjadi
tidak jelas karena rekaman potret udarapun seringkali dilakukan dalam bentuk digital
pula.
2.3 Sistem Penginderaan Jauh
Dikutip dari jurnal Meteodrome oleh BMKG (Vol. 4, No. 4, 2020), pengindraan
jauh juga dikenal dengan remote sensing dalam bahasa Inggris dan memiliki makna,
yaitu pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat
yang tidak secara fisik terlibat kontak dengan objek tersebut, Pengindraan adalah
bentuk perkembangan teknologi pemotretan yang dilakukan di udara. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui keadaan muka bumi secara lebih mendetail dalam
kegiatan pemetaan.
9. 6
Sementara itu, apabila merujuk kepada buku Dasar-Dasar Pengindraan Jauh oleh
Insyani RS (2019), pengindraan jauh diartikan sebagai teknik untuk memperoleh dan
menganalisis berbagai hal di muka bumi tanpa mendatangi langsung objek yang
dimaksud, Pengukuran pengindraan jauh yang tidak menyentuh objek tersebut
diimplementasikan dengan beberapa sarana, seperti pesawat terbang, pesawat luar
angkasa, satelit, kapal laut, dan lainnya. Contoh penerapan pengindraan jauh adalah
aktivitas satelit pengamat bumi dan satelit cuaca.
2.3.1 Komponen-Komponen Penginderaan Jauh
1 Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :
Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari
Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang
mikro
Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang hari)
lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima
objek, makin cerah warna obyek tersebut.
Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada
permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan
yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan
cerah terlihat lebih terang dan jelas.
Keadaan cuaca
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam
memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut menyebabkan
hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.
2 Atmosfer
10. 7
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen,
hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut
dapat menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik.
Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum
elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi
penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi
cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan
bumi.
3 Interaksi antara tenaga dan objek
Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto
udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau
memancarkan tenaga ke sensor.
Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra,
sedangkan obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra.
Contoh: Permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya
pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung
yang tertutup oleh lahar dingin.
4 Sensor Dan Wahana
Sensor
Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit.
Sensor dapat dibedakan menjadi dua :
1. Sensor fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini
menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto
(foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto
satelit)
2. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik
ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi
data visual atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih
dikenal dengan sebutan citra.
11. 8
Wahana
Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan
inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat pemantauannya di angkasa,
wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
1. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya antara
1.000 – 9.000 meter di atas permukaan bumi.
2. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari
18.000 meter di atas permukaan bumi.
3. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900 km diluar atmosfer bumi.
5 Perolehan Data
Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :
Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan
interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernamastereoskop.
Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi.
Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus
penginderaan jauh yang diterapkan padakomputer.
6 Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem inderaja, yaitu
orang atau lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak ada pengguna, maka
data inderaja tidak ada manfaatnya. Salah satu lembaga yang menggunakan data
inderaja misalnya adalah:
Bidang militer
Bidang kependudukan
Bidang pemetaan
Bidang meteorologi dan klimatologi
12. 9
2.4 Manfaat Teknologi Pengindraan Jauh
Pemanfaatan pengindraan jauh sebagai teknologi pengumpulan informasi geografis
mengalami peningkatan pesat. Dikutip dari laman Sumber Belajar, beberapa manfaat
hasil pengindraan jauh adalah sebagai berikut:
1) Penggunaan citra menghasilkan gambaran objek permukaan bumi yang wujud dan
posisinya lebih senada dengan kenyataan. Selain itu, gambaran itu relatif lengkap
dan mencakup wilayah yang lebih luas.
2) Objek yang dihasilkan pengindraan jauh dalam foto udara memiliki kesan 3
dimensi.
3) Citra hasil penggunaan sinar infra merah dapat menunjukkan gejala dan
kenampakan permukaan bumi yang meliputi pula kandungan sumber daya
mineral, jenis batuan, dan lainnya, dalam waktu yang cepat.
4) Pengindraan jauh dapat menghasilkan citra objek yang sulit dijangkau oleh
seorang pengamat lapangan dengan mudah dan cepat.
5) Pengindraan jauh berguna untuk pemetaan dan penggambaran pada suatu daerah
yang terkena bencana seperti gempa, banjir dan lainnya dalam waktu yang lebih
singkat.
6) Pengindraan jauh dapat menyajikan data yang lebih cepat, tepat dan akurat.
13. 10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengindraan jarak jauh berasal dari kata remote sensing yang merupakan ilmu
atau seni untuk menganalisis atau mengindra permukaan bumi dari jarak yang cukup
jauh dan proses perekaman dilakukan dari udara atau luar angkasa menggunakan alat
berupa sensor dan wahana, Pengindraan jauh atau disingkat dengan Inderaja, tidak
hanya digunakan di Indonesia saja. Beberapa negara juga memanfaatkan teknologi ini.
Bagi negara maju penggunaan pengindraan jauh disesuaikan dengan kebutuhan yang
mendesak seperti kepentingan militer. Pengembangan ini membutuhkan data yang
tepat, cepat dan akurat, serta mudah sehingga dapat melakukan perencanaan dengan
baik nantinya.
Dalam kinerja, penginderaan jauh setidaknya punya tiga tahapan sebelum
akhirnya menemukan hasil. Semua itu dimulai dari objek, sensor untuk merekamnya,
dan pemantulan gelombang elektronik dari objek. Dari tiga tahap di atas, proses
pemotretan objek akan terjadi lewat jarak jauh tanpa melibatkan survei lapangan.
Objek yang ingin diteliti pertama-tama direkam dengan menggunakan sensor-sensor
tertentu. Sensor ini dihubungkan dengan alat analisis data yang berguna untuk
peninjauan. Ketika hasilnya sudah diterima, maka data tersebut akan diolah untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena di permukaan bumi. Untuk sensor itu sendiri,
biasanya ditempelkan di satelit-satelit, pesawat terbang, dan beragam alat penghubung
lainnya. Melalui benda terbang, kondisi permukaan bumi akan dipantulkan ke sensor
lewat gelombang elektromagnetik. Oleh sebab itu, citraan kondisi permukaan bumi pun
bisa terlihat.
14. 11
DAFTAR PUSTAKA
Ika Lestari. 27 Maret 2019. “GEOLOGI” Pengindraan Jauh : Pengertian – Fungsi
– Proses. https://ilmugeografi.com/geologi/pengindraan-jauh
Yuda Prinada, tirto.id . November 2022. Prinsip Dasar Penginderaan Jauh: Manfaat
Citra Penginderaan Jauh. https://tirto.id/prinsip-dasar-penginderaan-
jauh-manfaat-citra-penginderaan-jauh-gyBJ
Samhis Setiawan. 29 Januari 2023. Penginderaan Jauh – Pengertian, Komponen,
Interaksi, Sensor Dan Wahana, Keunggulan, Manfaat, guru
pendidikan.com
Serafica Gischa Praweswari. Desember 2022, Penginderaan Jauh: Pengertian Ahli,
Prinsip, Jenis – jenis Citranya.
https://www.kompas.com/skola/read/2022/12/16/190000069/pengindera
an-jauh--pengertian-ahli-prinsip-jenis-jenis-citranya-.
Lillesand dan Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri
(Penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Budiyanto,E., 2018.Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk
Penilaian Kerentanan Air Bawah Tanah Karts Terhadap Bahaya
Pencemaran.Disertasi. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.
Saputra, R. 2013. Kajian Perubahan Luas Laguna di Pantai Samas, Kabupaten
Bantul dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat
Multitemporal.Skripsi. Semarang. FPIK UNDIP.
Ardiansyah. 2015. Pengolahan Citra Penginderaan Jauh Menggunakan ENVI
5.1 dan ENVI LiDAR. Jakarta Selatan :Lasbig Inderaja Islim.
Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta:
Andi Offset. Ruslan, Randi. 2017. Analisis Tata Kelola Ruangan
Terbuka Hijau Terhadap Pembangunan Kota diKabupaten Majene.
Budiyanto, Eko.2015. Peran Tekhnologi Penginderaan Jauh Untuk Kajian
Disertifikasi Batuan Karts. Jurnal Geografi.Volume 13, Nomor 2.