SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
TUGAS MAKALAH
PRINSIP DASAR PENGINDERAAN JAUH
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
Nama : Udis Sunardi
NIM : 1310210011
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
TUBAN
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala karunianya, yang selalu melimpahkan
taufiq dan hidayahnya kepada kita semua, untuk selalu menunaikan kewajiban
beribadah hanya Allah semata serta rasa syukur yang tak terhingga penulis dapat
menyelesaikan makalah. makalah ini merupakan salah Tugas mata kulian
penginderaan jauh pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI
Ronggolawe Tuban.
Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepada :
1. Dr. Sri Rahmaningsih, S.Pi, M.Si Selaku Dekan pada Fakultas Perikanan dan
Kelautan UNIROW Tuban.
2. Dr. Suwarsih, S.Pi, M.Si Selaku kaprodi ilmu kelautan
3. Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng selaku Dosen Pengampu.
4. Segenap Keluarga saya dan semua pihak yang telah memberikan dorongan dan
bantuan, sehingga dapat tersusunnya makalah ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu
tersusunnya tugas Makalah ini dan bermanfaat.
Tuban, 15 April 2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1.Pengertian Penginderaan jauh.........................................................................4
2.2. Prinsip Dasar Penginderaan jauh ..................................................................4
2.3. Sistem Penginderaan Jauh..............................................................................7
2.4 Manfaat Penginderaan Jauh ............................................................................9
BAB III PENUTUP .......................................................................................10
3.1 Kesimpulan .......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi
pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret
udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini
dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh
(remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan .
Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain
diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi
mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala
dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi
pemotretan dan perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan
menggunakan berbagai sistim perekam data seperti kamera majemuk, multispectral
scanner, vidicon, radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang. Bahkan
dalam waktu terakhir ini alat GPS(Global Positioning System) dimanfaatkan pula
untuk merekam peta ketinggian dalam bentuk DEM (Digital Elevation Model).Pada
tahun 1972 satelit Earth Resource Technology Satellite - 1 (ERTS-1),sekarang dikenal
dengan Landsat, untuk pertama kali diorbitkan Amerika Serikat. Satelit ini dikenal
sebagai satelit sumber alam karena fungsinya adalah untuk memetakan potensi sumber
alam dan memantau kondisi lingkungan. Para praktisi dari berbagai bidang ilmu
mencoba memanfaatkan data Landsat untuk menunjang program pemetaan, yang
dalam waktu pendek disimpulkanbahwa data satelit tersebut potensial untuk
menunjang program pemetaan dalam lingkup area yang sangat luas. Sukes program
Landsat diikuti oleh negara-negara lain dengan diorbitkannya berbagai satelit sejenis
seperti SPOT oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1
oleh MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar tahun
2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis sensor untuk mata-
mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dandiorbitkan melalui
satelit-satelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek kecil di permukaan bumi
dapat pula direkam. Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian
telah banyakdilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi
mineral dan energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam
bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya
data satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah
ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas. Dalam pembahasan
2
kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan teknologi penginderaan jauh tanpa
membahas prinsip dasarnya secaramendalam, selain itu membahas mengenai prospek
penggunaannya untuk bidang geologi secara umum.
Sejarah pemotretan udara telah berjalan cukup lama sejak awal abad 19
tetapipada pertengahan sampai akhir abad penggunaan semakin meningkat,
sepertidiperlihatkan di bawah ini.
1839 : Photography was invented
1858 : Parisian Photographer, Gaspard Felix Tournachon used aballoon to ascend to
a height of 80m to obtain thephotograph over Bievre, France
1882 : Kites were used for photography
1909 : Airplanes were used as a platform for photography
1910-20 : World War I. Aerial reconnaissance: Beginning of photointerpretation
1920-50 : Aerial photogrammetry was developed
1934 : American Society of Photogrammetry was established.Radar development
for military use started
1940's : Color photography was invented
1940's : Non-visible portions of electromagnetic spectrum, mainlynear-infrared,
training of photo-interpretation
1950-1970 : Further development of non-visible photography, multi-camera
photography, color-infrared photography, and non-photographic sensors.
Satellite sensor development - VeryHigh Resolution Radiometer (VHRR),
Launch of weathersatellites such as Nimbus and TIRO
1962 : The term "Remote Sensing" first appeared
1972 : The launch of Landsat-1, originally ERTS-1,Remote sensinghas been
extensively investigated and applied since then
1982 : Second generation of Landsat sensor: Thematic Mapper
1986 : French SPOT-1 High Resolution Visible sensors MSS, TM,HRV have been
the major sensors for data collection forlarge areas all over the world. Such data
have been widelyused in natural resources inventory and mapping. Majorareas
include agriculture, forest, wet land, mineralexploration, mining, etc.
3
1980-90 : Earth-Resources Satellite from other countries such as India,Japan, and
USSR. Japan's Marine Observing Satellite (MOS- 1)
1986- : A new type of sensor called an imaging spectrometer, hasbeen developed.
• developers: JPL, Moniteq,ITRES and CCRS.
• Products: AIS, AVIRIS, FLI, CASI, SFSI, etc. A moredetailed description of
this subject can be found in Staenz(1992).
1990- : Proposed EOS aiming at providing data for global changemonitoring. Various
sensors have been proposed.
• Japan's JERS-1 SAR,
• European ERS Remote Sensing Satellite SAR,
• Canada's Radarsat
• Radar and imaging spectrometer data will be the majortheme of this decade
and probably next decade as well
1.2 Rumusan masalah
a) Apakah pengertian penginderaan jauh
b) Apa itu Prinsip dasar pengideraan jauh
c) Bagaimana sistem dalam penginderaan jauh
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penginderaan Jauh
Pengindraan jarak jauh berasal dari kata remote sensing yang merupakan ilmu
atau seni untuk menganalisis atau mengindra permukaan bumi dari jarak yang cukup
jauh dan proses perekaman dilakukan dari udara atau luar angkasa menggunakan alat
berupa sensor dan wahana. Alat ini berupa alat perekam yang tidak memiliki hubungan
langsung dengan objek yang diteliti. Artinya alat tersebut tidak berada di permukaan
bumi atau berada di luar angkasa atau udara. Oleh karena itu, untuk melakukan
perekaman diperlukan sebuah wahana atau platform berupa balon udara, satelit,
pesawat luar angkasa dan lain sebagainya. Sedangkan data yang diperoleh oleh alat
perekam masih berupa data mentah sehingga masih perlu dianalisis. Nantinya data
tersebut akan menjadi informasi yang berguna bagi beberapa bidang ilmu yang
memiliki keterkaitan dengan hasil rekaman ini.
Pengindraan jauh atau disingkat dengan Inderaja, tidak hanya digunakan di
Indonesia saja. Beberapa negara juga memanfaatkan teknologi ini. Bagi negara maju
penggunaan pengindraan jauh disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak seperti
kepentingan militer. Pengembangan ini membutuhkan data yang tepat, cepat dan
akurat, serta mudah sehingga dapat melakukan perencanaan dengan baik nantinya.
Penginderaan jauh atau inderaja merupakan analisis fenomena permukaan bumi
yang dilakukan tanpa turun langsung ke lokasi penelitian. Lillesand dan Kiefer dalam
Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra (1979) menjabarkan bahwa penginderaan jauh
hanya berlangsung dengan melibatkan alat bantu. Dengan adanya alat bantu tersebut,
peneliti yang ingin mengetahui kondisi suatu daerah dapat menemukan hasil fenomena
tanpa perlu berkontak dengan objeknya. PPSDM Geominerba menambahkan terkait
contoh alat-alat yang digunakan dalam penginderaan jauh. Di antaranya ada pesawat,
satelit, kapal, pesawat luar angkasa, dan berbagai macam alat lainnya. Dari semua
teknologi tersebut, penginderaan jauh menawarkan beberapa bantuannya di bidang
pengamatan daratan (terestrial) dan perubahan cuaca.
2.2 Prinsip Dasar Penginderaan Jarak Jauh
Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu metoda untuk mengenal dan
menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan obyek
5
tersebut.Banyak pakar memberi batasan, penginderaan jauh hanya mencakup
pemanfaatan gelombang elektromaknetik saja, sedangkan penginderaan yang
memanfaatkan sifat fisik bumi seperti kemaknitan, gaya berat dan seismik tidak
termasuk dalam klasifikasi ini. Namun sebagian pakar memasukkan pengukuran sifat
fisik bumi ke dalam lingkup penginderaan jauh.
Dalam kinerja, penginderaan jauh setidaknya punya tiga tahapan sebelum
akhirnya menemukan hasil. Semua itu dimulai dari objek, sensor untuk merekamnya,
dan pemantulan gelombang elektronik dari objek. Dari tiga tahap di atas, proses
pemotretan objek akan terjadi lewat jarak jauh tanpa melibatkan survei lapangan.
Objek yang ingin diteliti pertama-tama direkam dengan menggunakan sensor-sensor
tertentu. Sensor ini dihubungkan dengan alat analisis data yang berguna untuk
peninjauan. Ketika hasilnya sudah diterima, maka data tersebut akan diolah untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena di permukaan bumi. Untuk sensor itu sendiri,
biasanya ditempelkan di satelit-satelit, pesawat terbang, dan beragam alat penghubung
lainnya. Melalui benda terbang, kondisi permukaan bumi akan dipantulkan ke sensor
lewat gelombang elektromagnetik. Oleh sebab itu, citraan kondisi permukaan bumi pun
bisa terlihat.
Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh adalah suatu
teknologi yang merekam interaksi sinar/berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari
dan benda/obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar mataharidari benda/obyek di
permukaan bumi ditangkap oleh kamera/sensor, tiap benda/obyek memberikan nilai
pantul yang berbeda sesuai dengan sifatnya.Pada pemotretan udara rekaman dilakukan
dengan media seluloid/film,sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik
dalam bentuksinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya batasan tersebut menjadi
tidak jelas karena rekaman potret udarapun seringkali dilakukan dalam bentuk digital
pula.
2.3 Sistem Penginderaan Jauh
Dikutip dari jurnal Meteodrome oleh BMKG (Vol. 4, No. 4, 2020), pengindraan
jauh juga dikenal dengan remote sensing dalam bahasa Inggris dan memiliki makna,
yaitu pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat
yang tidak secara fisik terlibat kontak dengan objek tersebut, Pengindraan adalah
bentuk perkembangan teknologi pemotretan yang dilakukan di udara. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui keadaan muka bumi secara lebih mendetail dalam
kegiatan pemetaan.
6
Sementara itu, apabila merujuk kepada buku Dasar-Dasar Pengindraan Jauh oleh
Insyani RS (2019), pengindraan jauh diartikan sebagai teknik untuk memperoleh dan
menganalisis berbagai hal di muka bumi tanpa mendatangi langsung objek yang
dimaksud, Pengukuran pengindraan jauh yang tidak menyentuh objek tersebut
diimplementasikan dengan beberapa sarana, seperti pesawat terbang, pesawat luar
angkasa, satelit, kapal laut, dan lainnya. Contoh penerapan pengindraan jauh adalah
aktivitas satelit pengamat bumi dan satelit cuaca.
2.3.1 Komponen-Komponen Penginderaan Jauh
1 Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :
 Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari
 Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang
mikro
Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
 Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang hari)
lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima
objek, makin cerah warna obyek tersebut.
 Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada
permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan
yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan
cerah terlihat lebih terang dan jelas.
 Keadaan cuaca
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam
memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut menyebabkan
hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.
2 Atmosfer
7
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen,
hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut
dapat menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik.
Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum
elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi
penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi
cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan
bumi.
3 Interaksi antara tenaga dan objek
Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto
udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau
memancarkan tenaga ke sensor.
 Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra,
sedangkan obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra.
Contoh: Permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya
pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung
yang tertutup oleh lahar dingin.
4 Sensor Dan Wahana
 Sensor
Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit.
Sensor dapat dibedakan menjadi dua :
1. Sensor fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini
menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto
(foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto
satelit)
2. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik
ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi
data visual atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih
dikenal dengan sebutan citra.
8
 Wahana
Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan
inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat pemantauannya di angkasa,
wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
1. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya antara
1.000 – 9.000 meter di atas permukaan bumi.
2. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari
18.000 meter di atas permukaan bumi.
3. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900 km diluar atmosfer bumi.
5 Perolehan Data
Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :
 Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan
interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernamastereoskop.
Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi.
 Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus
penginderaan jauh yang diterapkan padakomputer.
6 Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem inderaja, yaitu
orang atau lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak ada pengguna, maka
data inderaja tidak ada manfaatnya. Salah satu lembaga yang menggunakan data
inderaja misalnya adalah:
 Bidang militer
 Bidang kependudukan
 Bidang pemetaan
 Bidang meteorologi dan klimatologi
9
2.4 Manfaat Teknologi Pengindraan Jauh
Pemanfaatan pengindraan jauh sebagai teknologi pengumpulan informasi geografis
mengalami peningkatan pesat. Dikutip dari laman Sumber Belajar, beberapa manfaat
hasil pengindraan jauh adalah sebagai berikut:
1) Penggunaan citra menghasilkan gambaran objek permukaan bumi yang wujud dan
posisinya lebih senada dengan kenyataan. Selain itu, gambaran itu relatif lengkap
dan mencakup wilayah yang lebih luas.
2) Objek yang dihasilkan pengindraan jauh dalam foto udara memiliki kesan 3
dimensi.
3) Citra hasil penggunaan sinar infra merah dapat menunjukkan gejala dan
kenampakan permukaan bumi yang meliputi pula kandungan sumber daya
mineral, jenis batuan, dan lainnya, dalam waktu yang cepat.
4) Pengindraan jauh dapat menghasilkan citra objek yang sulit dijangkau oleh
seorang pengamat lapangan dengan mudah dan cepat.
5) Pengindraan jauh berguna untuk pemetaan dan penggambaran pada suatu daerah
yang terkena bencana seperti gempa, banjir dan lainnya dalam waktu yang lebih
singkat.
6) Pengindraan jauh dapat menyajikan data yang lebih cepat, tepat dan akurat.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengindraan jarak jauh berasal dari kata remote sensing yang merupakan ilmu
atau seni untuk menganalisis atau mengindra permukaan bumi dari jarak yang cukup
jauh dan proses perekaman dilakukan dari udara atau luar angkasa menggunakan alat
berupa sensor dan wahana, Pengindraan jauh atau disingkat dengan Inderaja, tidak
hanya digunakan di Indonesia saja. Beberapa negara juga memanfaatkan teknologi ini.
Bagi negara maju penggunaan pengindraan jauh disesuaikan dengan kebutuhan yang
mendesak seperti kepentingan militer. Pengembangan ini membutuhkan data yang
tepat, cepat dan akurat, serta mudah sehingga dapat melakukan perencanaan dengan
baik nantinya.
Dalam kinerja, penginderaan jauh setidaknya punya tiga tahapan sebelum
akhirnya menemukan hasil. Semua itu dimulai dari objek, sensor untuk merekamnya,
dan pemantulan gelombang elektronik dari objek. Dari tiga tahap di atas, proses
pemotretan objek akan terjadi lewat jarak jauh tanpa melibatkan survei lapangan.
Objek yang ingin diteliti pertama-tama direkam dengan menggunakan sensor-sensor
tertentu. Sensor ini dihubungkan dengan alat analisis data yang berguna untuk
peninjauan. Ketika hasilnya sudah diterima, maka data tersebut akan diolah untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena di permukaan bumi. Untuk sensor itu sendiri,
biasanya ditempelkan di satelit-satelit, pesawat terbang, dan beragam alat penghubung
lainnya. Melalui benda terbang, kondisi permukaan bumi akan dipantulkan ke sensor
lewat gelombang elektromagnetik. Oleh sebab itu, citraan kondisi permukaan bumi pun
bisa terlihat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ika Lestari. 27 Maret 2019. “GEOLOGI” Pengindraan Jauh : Pengertian – Fungsi
– Proses. https://ilmugeografi.com/geologi/pengindraan-jauh
Yuda Prinada, tirto.id . November 2022. Prinsip Dasar Penginderaan Jauh: Manfaat
Citra Penginderaan Jauh. https://tirto.id/prinsip-dasar-penginderaan-
jauh-manfaat-citra-penginderaan-jauh-gyBJ
Samhis Setiawan. 29 Januari 2023. Penginderaan Jauh – Pengertian, Komponen,
Interaksi, Sensor Dan Wahana, Keunggulan, Manfaat, guru
pendidikan.com
Serafica Gischa Praweswari. Desember 2022, Penginderaan Jauh: Pengertian Ahli,
Prinsip, Jenis – jenis Citranya.
https://www.kompas.com/skola/read/2022/12/16/190000069/pengindera
an-jauh--pengertian-ahli-prinsip-jenis-jenis-citranya-.
Lillesand dan Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri
(Penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Budiyanto,E., 2018.Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk
Penilaian Kerentanan Air Bawah Tanah Karts Terhadap Bahaya
Pencemaran.Disertasi. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.
Saputra, R. 2013. Kajian Perubahan Luas Laguna di Pantai Samas, Kabupaten
Bantul dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat
Multitemporal.Skripsi. Semarang. FPIK UNDIP.
Ardiansyah. 2015. Pengolahan Citra Penginderaan Jauh Menggunakan ENVI
5.1 dan ENVI LiDAR. Jakarta Selatan :Lasbig Inderaja Islim.
Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta:
Andi Offset. Ruslan, Randi. 2017. Analisis Tata Kelola Ruangan
Terbuka Hijau Terhadap Pembangunan Kota diKabupaten Majene.
Budiyanto, Eko.2015. Peran Tekhnologi Penginderaan Jauh Untuk Kajian
Disertifikasi Batuan Karts. Jurnal Geografi.Volume 13, Nomor 2.

More Related Content

Similar to Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)

Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Luhur Moekti Prayogo
 
SISTEM NAVIGASI DAN PETA NAUTICAL CHART (1)
 SISTEM NAVIGASI DAN PETA NAUTICAL CHART (1) SISTEM NAVIGASI DAN PETA NAUTICAL CHART (1)
SISTEM NAVIGASI DAN PETA NAUTICAL CHART (1)Luhur Moekti Prayogo
 
inderaja 1Satelit pengamat kelautan (k.7) Syanti,Fahmi,Oka
inderaja 1Satelit pengamat kelautan (k.7) Syanti,Fahmi,Okainderaja 1Satelit pengamat kelautan (k.7) Syanti,Fahmi,Oka
inderaja 1Satelit pengamat kelautan (k.7) Syanti,Fahmi,OkaSyanti Septiani Nugraha II
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Luhur Moekti Prayogo
 
Teknologi Antariksa & Pencetak Peta 3D Mars
Teknologi Antariksa & Pencetak Peta 3D MarsTeknologi Antariksa & Pencetak Peta 3D Mars
Teknologi Antariksa & Pencetak Peta 3D MarsDeptP3M
 
iv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxiv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxrioprayogo2
 
Bab 3 Geo XII PEMANFAATAN PETA DAN SIG.pptx
Bab 3 Geo XII PEMANFAATAN PETA DAN SIG.pptxBab 3 Geo XII PEMANFAATAN PETA DAN SIG.pptx
Bab 3 Geo XII PEMANFAATAN PETA DAN SIG.pptxKurikulumwaSman14
 
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)January YunGky
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxMelisaRonaFitri
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxSyamsulAmrie1
 
Remot sensing dan kepentingan
Remot sensing dan kepentinganRemot sensing dan kepentingan
Remot sensing dan kepentinganMurad Yok
 
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)Amos Pangkatana
 
PPT KELOMPOK ADE.pptx
PPT KELOMPOK ADE.pptxPPT KELOMPOK ADE.pptx
PPT KELOMPOK ADE.pptxAdeAlfian5
 
Perkembangan Remote Sensing
Perkembangan Remote SensingPerkembangan Remote Sensing
Perkembangan Remote SensingAvrilina Hadi
 
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASIPENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASINesha Mutiara
 
12396798.ppt
12396798.ppt12396798.ppt
12396798.pptbaya13
 
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunanOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi) (20)

Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
Makalah Penginderaan Jauh Kelautan - Citra Penginderaan Jauh (Resolusi Rendah...
 
SISTEM NAVIGASI DAN PETA NAUTICAL CHART (1)
 SISTEM NAVIGASI DAN PETA NAUTICAL CHART (1) SISTEM NAVIGASI DAN PETA NAUTICAL CHART (1)
SISTEM NAVIGASI DAN PETA NAUTICAL CHART (1)
 
inderaja 1Satelit pengamat kelautan (k.7) Syanti,Fahmi,Oka
inderaja 1Satelit pengamat kelautan (k.7) Syanti,Fahmi,Okainderaja 1Satelit pengamat kelautan (k.7) Syanti,Fahmi,Oka
inderaja 1Satelit pengamat kelautan (k.7) Syanti,Fahmi,Oka
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
 
Teknologi Antariksa & Pencetak Peta 3D Mars
Teknologi Antariksa & Pencetak Peta 3D MarsTeknologi Antariksa & Pencetak Peta 3D Mars
Teknologi Antariksa & Pencetak Peta 3D Mars
 
iv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxiv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptx
 
Bab 3 Geo XII PEMANFAATAN PETA DAN SIG.pptx
Bab 3 Geo XII PEMANFAATAN PETA DAN SIG.pptxBab 3 Geo XII PEMANFAATAN PETA DAN SIG.pptx
Bab 3 Geo XII PEMANFAATAN PETA DAN SIG.pptx
 
118 343-3-pb
118 343-3-pb118 343-3-pb
118 343-3-pb
 
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
 
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptxPenginderaan_Jauh_pptx.pptx
Penginderaan_Jauh_pptx.pptx
 
Remot sensing dan kepentingan
Remot sensing dan kepentinganRemot sensing dan kepentingan
Remot sensing dan kepentingan
 
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
 
PPT KELOMPOK ADE.pptx
PPT KELOMPOK ADE.pptxPPT KELOMPOK ADE.pptx
PPT KELOMPOK ADE.pptx
 
Perkembangan Remote Sensing
Perkembangan Remote SensingPerkembangan Remote Sensing
Perkembangan Remote Sensing
 
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASIPENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
 
12396798.ppt
12396798.ppt12396798.ppt
12396798.ppt
 
Pengindraan jauh
Pengindraan jauhPengindraan jauh
Pengindraan jauh
 
laporan penginderaan jauh tahap 3
laporan penginderaan jauh tahap 3laporan penginderaan jauh tahap 3
laporan penginderaan jauh tahap 3
 
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
 

More from Luhur Moekti Prayogo

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaLuhur Moekti Prayogo
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Luhur Moekti Prayogo
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Luhur Moekti Prayogo
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Luhur Moekti Prayogo
 
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
 
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)Luhur Moekti Prayogo
 
Berbagai Macam Alat Tangkap Ikan (By. Wartono)
Berbagai Macam Alat Tangkap Ikan (By. Wartono)Berbagai Macam Alat Tangkap Ikan (By. Wartono)
Berbagai Macam Alat Tangkap Ikan (By. Wartono)Luhur Moekti Prayogo
 

More from Luhur Moekti Prayogo (20)

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
 
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
 
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
 
Berbagai Macam Alat Tangkap Ikan (By. Wartono)
Berbagai Macam Alat Tangkap Ikan (By. Wartono)Berbagai Macam Alat Tangkap Ikan (By. Wartono)
Berbagai Macam Alat Tangkap Ikan (By. Wartono)
 

Recently uploaded

SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)

  • 1. TUGAS MAKALAH PRINSIP DASAR PENGINDERAAN JAUH Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng Nama : Udis Sunardi NIM : 1310210011 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN 2023
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala karunianya, yang selalu melimpahkan taufiq dan hidayahnya kepada kita semua, untuk selalu menunaikan kewajiban beribadah hanya Allah semata serta rasa syukur yang tak terhingga penulis dapat menyelesaikan makalah. makalah ini merupakan salah Tugas mata kulian penginderaan jauh pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada : 1. Dr. Sri Rahmaningsih, S.Pi, M.Si Selaku Dekan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan UNIROW Tuban. 2. Dr. Suwarsih, S.Pi, M.Si Selaku kaprodi ilmu kelautan 3. Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng selaku Dosen Pengampu. 4. Segenap Keluarga saya dan semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan, sehingga dapat tersusunnya makalah ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu tersusunnya tugas Makalah ini dan bermanfaat. Tuban, 15 April 2023 Penulis
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1 1.1. Latar Belakang ...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4 2.1.Pengertian Penginderaan jauh.........................................................................4 2.2. Prinsip Dasar Penginderaan jauh ..................................................................4 2.3. Sistem Penginderaan Jauh..............................................................................7 2.4 Manfaat Penginderaan Jauh ............................................................................9 BAB III PENUTUP .......................................................................................10 3.1 Kesimpulan .......................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh (remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan . Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan dan perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan menggunakan berbagai sistim perekam data seperti kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon, radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang. Bahkan dalam waktu terakhir ini alat GPS(Global Positioning System) dimanfaatkan pula untuk merekam peta ketinggian dalam bentuk DEM (Digital Elevation Model).Pada tahun 1972 satelit Earth Resource Technology Satellite - 1 (ERTS-1),sekarang dikenal dengan Landsat, untuk pertama kali diorbitkan Amerika Serikat. Satelit ini dikenal sebagai satelit sumber alam karena fungsinya adalah untuk memetakan potensi sumber alam dan memantau kondisi lingkungan. Para praktisi dari berbagai bidang ilmu mencoba memanfaatkan data Landsat untuk menunjang program pemetaan, yang dalam waktu pendek disimpulkanbahwa data satelit tersebut potensial untuk menunjang program pemetaan dalam lingkup area yang sangat luas. Sukes program Landsat diikuti oleh negara-negara lain dengan diorbitkannya berbagai satelit sejenis seperti SPOT oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1 oleh MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar tahun 2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis sensor untuk mata- mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dandiorbitkan melalui satelit-satelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek kecil di permukaan bumi dapat pula direkam. Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyakdilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas. Dalam pembahasan
  • 5. 2 kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan teknologi penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secaramendalam, selain itu membahas mengenai prospek penggunaannya untuk bidang geologi secara umum. Sejarah pemotretan udara telah berjalan cukup lama sejak awal abad 19 tetapipada pertengahan sampai akhir abad penggunaan semakin meningkat, sepertidiperlihatkan di bawah ini. 1839 : Photography was invented 1858 : Parisian Photographer, Gaspard Felix Tournachon used aballoon to ascend to a height of 80m to obtain thephotograph over Bievre, France 1882 : Kites were used for photography 1909 : Airplanes were used as a platform for photography 1910-20 : World War I. Aerial reconnaissance: Beginning of photointerpretation 1920-50 : Aerial photogrammetry was developed 1934 : American Society of Photogrammetry was established.Radar development for military use started 1940's : Color photography was invented 1940's : Non-visible portions of electromagnetic spectrum, mainlynear-infrared, training of photo-interpretation 1950-1970 : Further development of non-visible photography, multi-camera photography, color-infrared photography, and non-photographic sensors. Satellite sensor development - VeryHigh Resolution Radiometer (VHRR), Launch of weathersatellites such as Nimbus and TIRO 1962 : The term "Remote Sensing" first appeared 1972 : The launch of Landsat-1, originally ERTS-1,Remote sensinghas been extensively investigated and applied since then 1982 : Second generation of Landsat sensor: Thematic Mapper 1986 : French SPOT-1 High Resolution Visible sensors MSS, TM,HRV have been the major sensors for data collection forlarge areas all over the world. Such data have been widelyused in natural resources inventory and mapping. Majorareas include agriculture, forest, wet land, mineralexploration, mining, etc.
  • 6. 3 1980-90 : Earth-Resources Satellite from other countries such as India,Japan, and USSR. Japan's Marine Observing Satellite (MOS- 1) 1986- : A new type of sensor called an imaging spectrometer, hasbeen developed. • developers: JPL, Moniteq,ITRES and CCRS. • Products: AIS, AVIRIS, FLI, CASI, SFSI, etc. A moredetailed description of this subject can be found in Staenz(1992). 1990- : Proposed EOS aiming at providing data for global changemonitoring. Various sensors have been proposed. • Japan's JERS-1 SAR, • European ERS Remote Sensing Satellite SAR, • Canada's Radarsat • Radar and imaging spectrometer data will be the majortheme of this decade and probably next decade as well 1.2 Rumusan masalah a) Apakah pengertian penginderaan jauh b) Apa itu Prinsip dasar pengideraan jauh c) Bagaimana sistem dalam penginderaan jauh
  • 7. 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Penginderaan Jauh Pengindraan jarak jauh berasal dari kata remote sensing yang merupakan ilmu atau seni untuk menganalisis atau mengindra permukaan bumi dari jarak yang cukup jauh dan proses perekaman dilakukan dari udara atau luar angkasa menggunakan alat berupa sensor dan wahana. Alat ini berupa alat perekam yang tidak memiliki hubungan langsung dengan objek yang diteliti. Artinya alat tersebut tidak berada di permukaan bumi atau berada di luar angkasa atau udara. Oleh karena itu, untuk melakukan perekaman diperlukan sebuah wahana atau platform berupa balon udara, satelit, pesawat luar angkasa dan lain sebagainya. Sedangkan data yang diperoleh oleh alat perekam masih berupa data mentah sehingga masih perlu dianalisis. Nantinya data tersebut akan menjadi informasi yang berguna bagi beberapa bidang ilmu yang memiliki keterkaitan dengan hasil rekaman ini. Pengindraan jauh atau disingkat dengan Inderaja, tidak hanya digunakan di Indonesia saja. Beberapa negara juga memanfaatkan teknologi ini. Bagi negara maju penggunaan pengindraan jauh disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak seperti kepentingan militer. Pengembangan ini membutuhkan data yang tepat, cepat dan akurat, serta mudah sehingga dapat melakukan perencanaan dengan baik nantinya. Penginderaan jauh atau inderaja merupakan analisis fenomena permukaan bumi yang dilakukan tanpa turun langsung ke lokasi penelitian. Lillesand dan Kiefer dalam Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra (1979) menjabarkan bahwa penginderaan jauh hanya berlangsung dengan melibatkan alat bantu. Dengan adanya alat bantu tersebut, peneliti yang ingin mengetahui kondisi suatu daerah dapat menemukan hasil fenomena tanpa perlu berkontak dengan objeknya. PPSDM Geominerba menambahkan terkait contoh alat-alat yang digunakan dalam penginderaan jauh. Di antaranya ada pesawat, satelit, kapal, pesawat luar angkasa, dan berbagai macam alat lainnya. Dari semua teknologi tersebut, penginderaan jauh menawarkan beberapa bantuannya di bidang pengamatan daratan (terestrial) dan perubahan cuaca. 2.2 Prinsip Dasar Penginderaan Jarak Jauh Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu metoda untuk mengenal dan menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan obyek
  • 8. 5 tersebut.Banyak pakar memberi batasan, penginderaan jauh hanya mencakup pemanfaatan gelombang elektromaknetik saja, sedangkan penginderaan yang memanfaatkan sifat fisik bumi seperti kemaknitan, gaya berat dan seismik tidak termasuk dalam klasifikasi ini. Namun sebagian pakar memasukkan pengukuran sifat fisik bumi ke dalam lingkup penginderaan jauh. Dalam kinerja, penginderaan jauh setidaknya punya tiga tahapan sebelum akhirnya menemukan hasil. Semua itu dimulai dari objek, sensor untuk merekamnya, dan pemantulan gelombang elektronik dari objek. Dari tiga tahap di atas, proses pemotretan objek akan terjadi lewat jarak jauh tanpa melibatkan survei lapangan. Objek yang ingin diteliti pertama-tama direkam dengan menggunakan sensor-sensor tertentu. Sensor ini dihubungkan dengan alat analisis data yang berguna untuk peninjauan. Ketika hasilnya sudah diterima, maka data tersebut akan diolah untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena di permukaan bumi. Untuk sensor itu sendiri, biasanya ditempelkan di satelit-satelit, pesawat terbang, dan beragam alat penghubung lainnya. Melalui benda terbang, kondisi permukaan bumi akan dipantulkan ke sensor lewat gelombang elektromagnetik. Oleh sebab itu, citraan kondisi permukaan bumi pun bisa terlihat. Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh adalah suatu teknologi yang merekam interaksi sinar/berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari dan benda/obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar mataharidari benda/obyek di permukaan bumi ditangkap oleh kamera/sensor, tiap benda/obyek memberikan nilai pantul yang berbeda sesuai dengan sifatnya.Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan media seluloid/film,sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam bentuksinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya batasan tersebut menjadi tidak jelas karena rekaman potret udarapun seringkali dilakukan dalam bentuk digital pula. 2.3 Sistem Penginderaan Jauh Dikutip dari jurnal Meteodrome oleh BMKG (Vol. 4, No. 4, 2020), pengindraan jauh juga dikenal dengan remote sensing dalam bahasa Inggris dan memiliki makna, yaitu pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik terlibat kontak dengan objek tersebut, Pengindraan adalah bentuk perkembangan teknologi pemotretan yang dilakukan di udara. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui keadaan muka bumi secara lebih mendetail dalam kegiatan pemetaan.
  • 9. 6 Sementara itu, apabila merujuk kepada buku Dasar-Dasar Pengindraan Jauh oleh Insyani RS (2019), pengindraan jauh diartikan sebagai teknik untuk memperoleh dan menganalisis berbagai hal di muka bumi tanpa mendatangi langsung objek yang dimaksud, Pengukuran pengindraan jauh yang tidak menyentuh objek tersebut diimplementasikan dengan beberapa sarana, seperti pesawat terbang, pesawat luar angkasa, satelit, kapal laut, dan lainnya. Contoh penerapan pengindraan jauh adalah aktivitas satelit pengamat bumi dan satelit cuaca. 2.3.1 Komponen-Komponen Penginderaan Jauh 1 Sumber Tenaga Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :  Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari  Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang mikro Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :  Waktu penyinaran Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima objek, makin cerah warna obyek tersebut.  Bentuk permukaan bumi Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas.  Keadaan cuaca Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut menyebabkan hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat. 2 Atmosfer
  • 10. 7 Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen, hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik. Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan bumi. 3 Interaksi antara tenaga dan objek Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor.  Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra, sedangkan obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra. Contoh: Permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin. 4 Sensor Dan Wahana  Sensor Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Sensor dapat dibedakan menjadi dua : 1. Sensor fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto (foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit) 2. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi data visual atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan citra.
  • 11. 8  Wahana Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok: 1. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya antara 1.000 – 9.000 meter di atas permukaan bumi. 2. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 meter di atas permukaan bumi. 3. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900 km diluar atmosfer bumi. 5 Perolehan Data Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :  Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernamastereoskop. Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi.  Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus penginderaan jauh yang diterapkan padakomputer. 6 Pengguna Data Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem inderaja, yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak ada pengguna, maka data inderaja tidak ada manfaatnya. Salah satu lembaga yang menggunakan data inderaja misalnya adalah:  Bidang militer  Bidang kependudukan  Bidang pemetaan  Bidang meteorologi dan klimatologi
  • 12. 9 2.4 Manfaat Teknologi Pengindraan Jauh Pemanfaatan pengindraan jauh sebagai teknologi pengumpulan informasi geografis mengalami peningkatan pesat. Dikutip dari laman Sumber Belajar, beberapa manfaat hasil pengindraan jauh adalah sebagai berikut: 1) Penggunaan citra menghasilkan gambaran objek permukaan bumi yang wujud dan posisinya lebih senada dengan kenyataan. Selain itu, gambaran itu relatif lengkap dan mencakup wilayah yang lebih luas. 2) Objek yang dihasilkan pengindraan jauh dalam foto udara memiliki kesan 3 dimensi. 3) Citra hasil penggunaan sinar infra merah dapat menunjukkan gejala dan kenampakan permukaan bumi yang meliputi pula kandungan sumber daya mineral, jenis batuan, dan lainnya, dalam waktu yang cepat. 4) Pengindraan jauh dapat menghasilkan citra objek yang sulit dijangkau oleh seorang pengamat lapangan dengan mudah dan cepat. 5) Pengindraan jauh berguna untuk pemetaan dan penggambaran pada suatu daerah yang terkena bencana seperti gempa, banjir dan lainnya dalam waktu yang lebih singkat. 6) Pengindraan jauh dapat menyajikan data yang lebih cepat, tepat dan akurat.
  • 13. 10 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pengindraan jarak jauh berasal dari kata remote sensing yang merupakan ilmu atau seni untuk menganalisis atau mengindra permukaan bumi dari jarak yang cukup jauh dan proses perekaman dilakukan dari udara atau luar angkasa menggunakan alat berupa sensor dan wahana, Pengindraan jauh atau disingkat dengan Inderaja, tidak hanya digunakan di Indonesia saja. Beberapa negara juga memanfaatkan teknologi ini. Bagi negara maju penggunaan pengindraan jauh disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak seperti kepentingan militer. Pengembangan ini membutuhkan data yang tepat, cepat dan akurat, serta mudah sehingga dapat melakukan perencanaan dengan baik nantinya. Dalam kinerja, penginderaan jauh setidaknya punya tiga tahapan sebelum akhirnya menemukan hasil. Semua itu dimulai dari objek, sensor untuk merekamnya, dan pemantulan gelombang elektronik dari objek. Dari tiga tahap di atas, proses pemotretan objek akan terjadi lewat jarak jauh tanpa melibatkan survei lapangan. Objek yang ingin diteliti pertama-tama direkam dengan menggunakan sensor-sensor tertentu. Sensor ini dihubungkan dengan alat analisis data yang berguna untuk peninjauan. Ketika hasilnya sudah diterima, maka data tersebut akan diolah untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena di permukaan bumi. Untuk sensor itu sendiri, biasanya ditempelkan di satelit-satelit, pesawat terbang, dan beragam alat penghubung lainnya. Melalui benda terbang, kondisi permukaan bumi akan dipantulkan ke sensor lewat gelombang elektromagnetik. Oleh sebab itu, citraan kondisi permukaan bumi pun bisa terlihat.
  • 14. 11 DAFTAR PUSTAKA Ika Lestari. 27 Maret 2019. “GEOLOGI” Pengindraan Jauh : Pengertian – Fungsi – Proses. https://ilmugeografi.com/geologi/pengindraan-jauh Yuda Prinada, tirto.id . November 2022. Prinsip Dasar Penginderaan Jauh: Manfaat Citra Penginderaan Jauh. https://tirto.id/prinsip-dasar-penginderaan- jauh-manfaat-citra-penginderaan-jauh-gyBJ Samhis Setiawan. 29 Januari 2023. Penginderaan Jauh – Pengertian, Komponen, Interaksi, Sensor Dan Wahana, Keunggulan, Manfaat, guru pendidikan.com Serafica Gischa Praweswari. Desember 2022, Penginderaan Jauh: Pengertian Ahli, Prinsip, Jenis – jenis Citranya. https://www.kompas.com/skola/read/2022/12/16/190000069/pengindera an-jauh--pengertian-ahli-prinsip-jenis-jenis-citranya-. Lillesand dan Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri (Penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Budiyanto,E., 2018.Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk Penilaian Kerentanan Air Bawah Tanah Karts Terhadap Bahaya Pencemaran.Disertasi. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Saputra, R. 2013. Kajian Perubahan Luas Laguna di Pantai Samas, Kabupaten Bantul dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal.Skripsi. Semarang. FPIK UNDIP. Ardiansyah. 2015. Pengolahan Citra Penginderaan Jauh Menggunakan ENVI 5.1 dan ENVI LiDAR. Jakarta Selatan :Lasbig Inderaja Islim. Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: Andi Offset. Ruslan, Randi. 2017. Analisis Tata Kelola Ruangan Terbuka Hijau Terhadap Pembangunan Kota diKabupaten Majene. Budiyanto, Eko.2015. Peran Tekhnologi Penginderaan Jauh Untuk Kajian Disertifikasi Batuan Karts. Jurnal Geografi.Volume 13, Nomor 2.