Tugas 1 Mata Kuliah Penginderaan Jauh (3 SKS), Nama : Maryoko, NIM : 1310210015, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2023
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
PRINSIP DASAR PENGINDERAAN JAUH
1. TUGAS MAKALAH
PRINSIP DASAR PENGINDERAAN JAUH
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
Nama : Maryoko
NIM : 1310210015
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
TUBAN
2023
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala karunianya, yang selalu melimpahkan
taufiq dan hidayahnya kepada kita semua, untuk selalu menunaikan kewajiban
beribadah hanya Allah semata serta rasa syukur yang tak terhingga penulis dapat
menyelesaikan makalah. makalah ini merupakan salah Tugas mata kulian
penginderaan jauh pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI
Ronggolawe Tuban.
Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepada :
1. Dr. Sri Rahmaningsih, S.Pi, M.Si Selaku Dekan pada Fakultas Perikanan dan
Kelautan UNIROW Tuban.
2. Dr. Suwarsih, S.Pi, M.Si Selaku kaprodi ilmu kelautan
3. Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng selaku Dosen Pengampu.
4. Segenap Keluarga saya dan semua pihak yang telah memberikan dorongan dan
bantuan, sehingga dapat tersusunnya makalah ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu
tersusunnya tugas Makalah ini dan bermanfaat.
Tuban, 11 April 2023
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1.Pengertian Penginderaan jauh.........................................................................3
2.2. Komponen – Komponen Penginderaan jauh .................................................4
2.3. Keunggulan, Keterbatasan dan Kelemahan Penginderaan Jauh ....................7
2.4 Manfaat Penginderaan Jauh ............................................................................8
BAB III PENUTUP .......................................................................................10
3.1 Kesimpulan .......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan, sehingga lahan
merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia baik sebagai ruang maupun
sebagai sumber daya. Lahan adalah suatu ruang di permukaan bumi yang secara
alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk lahan tertentu. Sumberdaya lahan
adalah lahan yang di dalamnya mengandung semua unsur sumberdaya, baik yang
berada di atas maupun yang berada di bawah permukaan bumi (Djauhari Noor , 2006).
Penggunaan Lahan adalah segala macam bentuk campur tangan manusia secara
tetap maupun berkala terhadap sumber daya alamdan sumber daya buatan yang secara
keseluruhan disebut ”lahan” dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan hidup baik
berupa kebendaan atau kejiwaan atau keduanya (Vink, 1975 dalam Dwi Astuti, 2006).
Penggunaan lahan yang didasarkan pada kepentingan pribadi tanpa memperhatikan
kesesuaian lahannya, tanpa disertai usaha pelestarian sumber daya lahan akan
mengakibatkan kemerosotan produktifitas lahannya. Perencanaan tata guna lahan pada
hakekatnya adalah pemanfaatan lahan yang ditunjukkan untuk suatu peruntukan
tertentu. Permasalahan yang mungkin timbul dalam perencanaan suatu lahan adalah
masalah kesesuaian/kecocokan lahan terhadap suatu peruntukan tertentu. Pada
dasarnya peruntukan suatu lahan ditentukan oleh faktor-faktor lingkungannya, seperti
faktor kelerengan, iklim, jenis tanah dan batuan, tutupan lahan,satwa liar, hidrologi dan
lain sebagainya.
Ada banyak faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan, salah
satunya adalah banyaknya jumlah penduduk, namun luas lahannya tetap. Sehingga
memicu penduduk untuk melakukan perpindahan. Perpindahan penduduk pada
umumnya terjadi dari desa ke kota. Apabila kota sudah tidak mencukupi, maka
penduduk punya alternatif untuk pindah di pinggiran kota. Perpindahan penduduk dari
desa ke kota menyebabkan perubahan penggunaan lahan biasa terjadi di pinggiran
perkotaan. Bintarto dalam Djauhari Noor (2006) mengungkapkan bahwa telah terjadi
gerakan penduduk yang terbalik, yaitu dari kota ke daerah pinggiran kota yang sudah
termasuk ke wilayah desa.
Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang
memiliki ciri geosfer yang khusus, ke arah darat dibatasi oleh sifat fisik laut dan sosial
5. 2
ekonomi bahari, sedangkan arah ke laut dibatasi oleh proses alami serta akibat kegiatan
manusia terhadap lingkungan di darat. (Bakosurtanal, 1990 dalam Sutikno, 1999).
Semakin berkembangnya teknologi penginderaan jauh dan berbagai kelebihan
yang dimilikinya, mendorong orang berpaling ke teknik ini untuk berbagai studi
kekotaan, termasuk diantaranya untuk mendeteksi perubahan penggunaan lahan kota.
Hasil interpretasi citra selanjutnya diolah dengan menggunakan komputer yang
dilengkapi perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG digunakan untuk
memperoleh hasil analisis yang akurat terhadap data penelitian ini. Data yang besar
dapat diolah lebih cepat, efisien dan dapat ditayangkan kembali karena data tersimpan
dalam bentuk digital. Hasilnya berupa peta aktual digital penggunaan lahan kota yang
berguna bagi perencana dan pengelola kota. Penginderaan jauh (remote sensing) adalah
ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena
melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan
obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Keifer, 1990). Konsep dasar
penginderaan jauh terdiri atas beberapa elemen atau komponen yang meliputi sumber
tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan obyek dipermukaan bumi, sensor, sistem
pengolahan data, dan berbagai penggunaan data.
Penginderaah Jauh merupakan ilmu dan teknologi perolehan
informasi obyek atau fenomena di permukaan bumi tanpa kontak langsung. Untuk
dapat memperoleh informasi itu, diperlukan sensor yang
dipasang pada pesawat udara, pesawat ulang balik, atau satelit tak
berawak. Sensor dapat berupa kamera foto grafik, antena radar, maupun scanner
multispectral/hiperspektral. Sensor menghasilkan citra (gambar) untuk dianalisis lanjut
sesuai tema, menjadi peta.
1.2 Rumusan masalah
1) Apa pengertian penginderaan jauh ?
2) Apa saja komponen dalam pengideraan jauh ?
3) Bagaimana sistem dalam penginderaan jauh ?
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penginderaan Jauh
Dalam hal ini Penginderaan jauh atau inderaja ialah sebuah metode pengukuran
atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara
fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari
sebuah obejak atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh misalnya dari pesawat,
pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain.
Sementara itu, dimasa modern yang seperti saat ini, dalam istilah penginderaan
jauh mengacu kepada teknik yang melibatkan di pesawat atau pesawat luar angkasa
dan dibedakan dengan penginderaan lainnya, seperti penginderaan medis atau
fotogrametri. Walaupun semua hal yang berhubungan dengan astronomi sebenarnya
ialah penerapan dari penginderaan jauh, istilah “penginderaan jauh” umumnya lebih
kepada yang berhubungan dengan terestrial dan pengamatan cuaca.
a) Menurut Lillesand dan Kiefer (1979)(2007)
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, wilayah, atau gejala yang
dikaji.
b) Menurut Colwell (1984)
Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di
permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang
diindera.
c) Menurut Curran (1985)
Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk
merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga
menghasilkan informasi yang berguna.
d) Menurut American Society of Photogrammetry (1983)
7. 4
Penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa
sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak
terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji.
e) Menurut Avery (1985)
Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menunjukkan
(mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan
daerah kajian.
f) Menurut Lindgren (1985)
Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan
analisis informasi tentang bumi.
2.2 Komponen-Komponen Penginderaan Jauh
2.2.1 Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :
Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari
Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang
mikro
Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang hari)
lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima
objek, makin cerah warna obyek tersebut.
Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada
permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan
yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan
cerah terlihat lebih terang dan jelas.
Keadaan cuaca
8. 5
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam
memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut menyebabkan
hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.
2.2.2 Atmosfer
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen,
hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut
dapat menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik.
Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum
elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi
penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi
cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan
bumi.
2.2.3 Interaksi antara tenaga dan objek
Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto
udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau
memancarkan tenaga ke sensor.
Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra,
sedangkan obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra.
Contoh: Permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya
pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung
yang tertutup oleh lahar dingin.
2.2.4 Sensor Dan Wahana
Sensor
Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit.
Sensor dapat dibedakan menjadi dua :
1. Sensor fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini
menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto
9. 6
(foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto
satelit)
2. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik
ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi
data visual atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih
dikenal dengan sebutan citra.
Wahana
Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan
inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat pemantauannya di angkasa,
wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
1. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya antara
1.000 – 9.000 meter di atas permukaan bumi.
2. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari
18.000 meter di atas permukaan bumi.
3. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900 km diluar atmosfer bumi.
2.2.5 Perolehan Data
Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :
Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan
interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernamastereoskop.
Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi.
Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus
penginderaan jauh yang diterapkan padakomputer.
2.2.6 Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem inderaja, yaitu
orang atau lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak ada pengguna, maka
data inderaja tidak ada manfaatnya. Salah satu lembaga yang menggunakan data
inderaja misalnya adalah:
10. 7
Bidang militer
Bidang kependudukan
Bidang pemetaan
Bidang meteorologi dan klimatologi
2.3 Keunggulan, Keterbatasan dan Kelemahan Penginderaan Jauh
2.3.1 Keunggulan Inderaja
Menurut Sutanto (1994:18-23), penggunaan penginderaan jauh baik diukur dari jumlah
bidang penggunaannya maupun dari frekuensi penggunaannya pada tiap bidang
mengalami pengingkatan dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain :
Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan;
wujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letak di permukaan bumi, relatif
lengkap, meliputi daerah yang luas, serta bersifat permanen.
Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila
pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.
Karaktersitik obyek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentukcitra
sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya.
Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi
secara terestrial.
Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.
2.3.2 Keterbatasan Inderaja
Berupa ketersediaan citra SLAR yang belum sebanyak ketersediaan citra lainnya. Dari
citra yang ada juga belum banyak diketahui serta dimanfaatkan (Lillesand dan
Kiefer, 1979). Di samping itu jugaharganya yang relative mahal dari pengadaan citra
lainnya (Curran, 1985).
11. 8
2.3.3 Kelemahan Inderaja
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, penginderaan jauh juga memiliki kelemahan
antara lain sebagai berikut
Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
Peralatan yang digunakan mahal;
Sulit untuk memperoleh citra foto ataupun citra nonfoto.
2.4 Manfaat Penginderaan Jauh
2.4.1 Bidang Kelautan (Seasat, MOS)
Pengamatan sifat fisis air laut.
Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.
Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.
Bidang hidrologi (Landsat, SPOT)
Pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai.
Pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai.
Pemanfaatan luas daerah dan intensitas banjir.
Bidang geologi
Menentukan struktur geologi dan macamnya.
Pemantauan daerah bencana (gempa, kebakaran) dan pemantauan debu
vulkanik.
Pemantauan distribusi sumber daya alam.
Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut.
Pemanfaatan di bidang pertahanan dan militer.
Pemantauan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan
aplikasisistem informasi geografi (SIG).
Bidang meteorologi dan klimatologi (NOAA)
12. 9
Membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan rendah dan
daerah bertekanan tinggi, daerah hujan, dan badai siklon.
Mengetahui sistem atau pola angin permukaan.
Permodelan meteorologi dan data klimatologi.
Untuk pengamatan iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat kewarnaan
dan kandungan air di udara.
2.4.2 Bidang oseanografi
Pengamatan sifat fisis air seperti suhu, warna, kadar garam dan arus laut.
Pengamatan pasang srut dengan gelombang laut (tinggi, frekuensi, arah).
Mencari distribusi suhu permukaan.
Studi perubahan pasir pantai akibat erosi dan sedimentasi
13. 10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penginderaan jauh atau disingkat inderaja adalah pengukuran atau akuisisi
data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik
melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari
sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari
pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain)
komponen Penginderaan Jauh ada dua macam yaitu Sumber tenaga dan At
mosfer Penginderaan jauh, dengan menggunakan
tenaga matahari dinamakan penginderaan jauh sistem pasif, Penginderaan
jauh sistem pasif menggunakan pancaran cahaya, hanya dapat beroperasi pada
siang hari saat cuaca cerah., Penginderaan jauh
sistem pasif yang menggunakan tenaga pancaran tenaga thermal,
dapat beroperasi pada siang maupun malam hari. Citra mudah
pengenalannya pada saat perbedaan suhu antara tiap objek cukup besar.
14. 11
DAFTAR PUSTAKA
Samhis Setiawan. 29 Januari 2023. Penginderaan Jauh – Pengertian, Komponen,
Interaksi, Sensor Dan Wahana, Keunggulan, Manfaat, guru
pendidikan.com
https://www.gramedia.com/literasi/penginderaan-jauh-2/
Serafica Gischa Praweswari. Desember 2022, Penginderaan Jauh: Pengertian Ahli,
Prinsip, Jenis – jenis Citranya.
https://www.kompas.com/skola/read/2022/12/16/190000069/pengindera
an-jauh--pengertian-ahli-prinsip-jenis-jenis-citranya-.
Lillesand dan Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri
(Penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Budiyanto,E., 2018.Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk
Penilaian Kerentanan Air Bawah Tanah Karts Terhadap Bahaya
Pencemaran.Disertasi. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.
Saputra, R. 2013. Kajian Perubahan Luas Laguna di Pantai Samas, Kabupaten
Bantul dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat
Multitemporal.Skripsi. Semarang. FPIK UNDIP.
Ardiansyah. 2015. Pengolahan Citra Penginderaan Jauh Menggunakan ENVI
5.1 dan ENVI LiDAR. Jakarta Selatan :Lasbig Inderaja Islim.
Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta:
Andi Offset. Ruslan, Randi. 2017. Analisis Tata Kelola Ruangan
Terbuka Hijau Terhadap Pembangunan Kota diKabupaten Majene.
Putra H, Erwin. 2010 Penginderan Jauh dengan Er Mapper. Graha Ilmu,
Yogyakarta
Budiyanto, Eko.2015. Peran Tekhnologi Penginderaan Jauh Untuk Kajian
Disertifikasi Batuan Karts. Jurnal Geografi.Volume 13, Nomor 2.
15. 12
Wakhidah dan Bagas. 2013. Ketersedian Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penopang
Kawasan Mixed Use pada Koridor Jalan Fatmawati Semarang.
Febriani, N dan Sofan. 2014. Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta Berdasarkan
Analisis Spasial dan Spektral Dta Landsat 8. Seminar Nasional
Penginderaan Jauh 2014