SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
TUGAS MATA KULIAH
PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT
“Sengketa Wilayah Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan”
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
Nama : Saiful Mukminin
NIM : 1310210008
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
TUBAN
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dengan rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat hasil dari
penyusunan berbagai literatur yaitu buku-buku maupun jurnal yang berkaitan dengan tema
yang penulis ambil dan data-data dari internet.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempirnaan pembuatan makalah ini.
Pati, 13 April 2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Profil Kepulauan Spratly.............................................................................................3
2.2. Proses Persengketaan Menjadi Konflik ...................................................................4
2.3. Proses Klaim Penuh dari Sudut Pandang Beberapa Negara ..............................5
2.4. Dampak Persengketaan Terhadap Pihak Negara yang Terlibat .......................7
2.5. Usaha menyelesaikan Sengketa dan Konflik antara Pihak Negara yang
Terlibat.......................................................................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laut Cina Selatan terletak di antara Samudra Pasifik di sebelah Timur dan Samudra
Hindia di sebelah Barat. Laut Cina Selatan dikelilingi oleh 9 Negara antara lain Republik
Rakyat Cina, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei
Darussalam dan Filipina. Laut Cina Selatan merupakan sebuah perairan dengan berbagai
potensi yang sangat besar karena di dalamnya kaya akan sumber daya alam seperti minyak dan
gas serta memiliki peranan penting sebagai jalur distribusi minyak dunia, perdagangan dan
pelayaran internasional. Di dalam kawasan Laut Cina Selatan terdapat Kepulauan Spratly,
Kepulauan Paracel, Kepulauan Pratas dan Kepulauan Maccalesfield. Tetapi yang tergolong
titik rawan dalam soal klaim territorial adalah Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel, yang
kemudian menjadi fokus perebutan antara negara-negara pengklaim.
Kepulaun Spratly memiliki letak yang strategis baik dari segi militer dan pertahanan
maupun sebahai jalur perdagangan internasional. Selain itu Kepulauan Spratly disinyalir
memiliki kekayaan sumber daya minyak dan gas alam yang melimpah. Fakta-fakta yang
menyebabkan kepulauan ini diperebutkan oleh negara-negara di sekitar Laut Cina Selatan
adalah Laut Cina Selatan terpetakan menyimpan cadangan minyak sekitar 1,2 km3
(7,7 milyar
barel), sedangkan secara keseluruhan terdapat cadangan minyak 4,5 km3
(28 milyar barel).
Adapun potensi gas alam yang dimilikinya sekitar 7.500 km3
. Status-quo (keberadaan)
kepulauan-kepulauan di wilayah Laut Cina Selatan menyebabkan tumpang tindihnya klaim
dari negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara atas kepulauan yang berada di wilayah
tersebut. Kepulauan Spratly diklaim oleh 6 negara, yakni Republik Rakyat Cina, Taiwan,
Filipina, Brunei dan Malaysia. Tumpang tindihnya klaim tersebut disebabkan oleh
permasalahan kedaulatan territorial yang membahas tentang kepemilikan wilayah daratan yang
ada di kawasan Laut Cina Selatan dan kedulatan maritim yang berhubungan dengan penetapan
batas yang diizinkan oleh Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS III) 1982. Dalam UNCLOS
tersebut, kedaulatan territorial laut ditetapkan 12 mil dari tepi pantai dan Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil. Akan tetapi, semua negara yang mengklaim bahwa Laut Cina
Selatan merupakan kedaulatan wilayahnya baik daratan maupun maritim, tidak ada yang
mampu memenuhi aturan yang ditetapkan PBB tersebut. Dengan demikian, konflik Laut Cina
2
Selatan terus berlangsung hingga saat ini dan banyak negara yang mengklaim atas kepemilikan
Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah yang timbul
sebagai berikut:
1. Apa itu Kepulauan Spratly?
2. Siapa yang mengklaim kepemilikan atas Kepulauan Spratly?
3. Apa saja faktor yang memicu sengketa wilayah di Kepulauan Spratly?
4. Apa saja dampak yang dihasilkan dari sengketa wilayah di Kepulauan Spratly?
5. Apa upaya yang dilakukan oleh negara-negara terkait untuk menyelesaikan
sengketa wilayah di Kepulauan Spratly?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Kepulauan Spratly dan dimana letaknya.
2. Mengetahui siapa saja pihak yang mengklaim kepemilikan atas Kepulauan Spratly.
3. Mengetahui faktor-faktor yang memicu sengketa wilayah di Kepulauan Spratly.
4. Mengetahui dampak yang dihasilkan dari sengketa wilayah di Kepulauan Spratly.
5. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh negara-negara terkait untuk menyelesaikan
sengketa wilayah di Kepulauan Spratly.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Profil Kepulauan Spratly
Kepulauan Spratly adalah sebuah gugusan kepulauan yang terletak di Laut Cina
Selatan, antara Vietnam dan Filipina, serta di sebelah timur laut Pulau Natuna, Indonesia.
Kepulauan ini terdiri dari sekitar 100 buah pulau dan karang yang tersebar di atas seluas sekitar
425.000 km2
. Sebagian besar wilayah kepulauan ini berupa terumbu karang dan pulau-pulau
kecil yang rawan akan perubahan iklim dan kegiatan manusia. Kepulauan ini sebenarnya bukan
merupakan yang layak bumi, akan tetapi pulai ini memiliki banyak potensi sumber daya alam
dan geografis yang sangat strategis. Kekayaan alam yang dimiliki membuat beberapa negara
bersikeras untuk mengakui dan mengklaim wilayah tersebut. Kepulauan Spratly juga
merupakan salah satu jalur perairan internasional yang penting dan juga menjadi tempat hidup
bagi banyak spesies laut.
Gambar 1. Letak Kepulauan Spratly
Penemuan minyak dan gas bumi pertama di kepulauan ini adalah pada tahun 1968.
Menurut data The Geology and Mineral Resources Ministry of the People’s Republic of China
(RRC) memperkirakan bahwa kandungan minyak yang terdapat di Kepulauan Spratly adalah
sekitar 17,7 milyar ton, sehingga dengan itu menempatkan Kepulauan Spratly sebagai tempat
tidur cadangan minyak terbesar keempat di dunia. Letak strategis lintas laut kapal dan kekayaan
4
sumber daya alam lainnya seperti ikan menjadi faktor yang juga sangat mempengaruhi
sengketa dan konflik diantara negara-negara bersengketa. Kapal-kapal penangkap ikan yang
menangkap ikan disana menjadi salah satu penyebab konflik akibat perbedaan pemahaman dan
prinsip antara beberapa negara yang mengklaim wilayah tersebut. Kepulauan Spratly menjadi
sangat penting karena bernilai ekonomi, politik dan strategik. Hal ini karena Kepulauan Spratly
berpotensi geografi sebagai laluan kapal-kapal penjagaan dan laluan kapal-kapal minyak dan
gas maupun berpotensi sebagai sumber alam yang dimilikinya. Minyak menjadi faktor yang
paling penting yang menyebabkan pertikaian di Kepulauan Spratly menjadi lebih sukar
diselesaikan.
2.2. Proses Persengketaan Menjadi Konflik
Kepulauan Spratly menjadi sumber sengketa wilayah antara beberapa negara termasuk
Cina, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam. Masing-masing negara mengklaim
kepulauan ini sebagai miliknya berdasarkan berbagai argumen sejarah, geografis, dan hukum
internasional. Sengketa wilayah ini telah berlangsung selama beberapa dekade dan
menimbulkan ketegangan di kawasan Asia Tenggara. Letak strategis lintas laut kapal dan
kekayaan sumber daya alam lainnya seperti ikan menjadi faktor yang juga sangat
mempengaruhi sengketa dan konflik diantara negara-negara bersengketa. Kepulauan Spratly
memiliki nilai strategis yang tinggi karena letaknya yang dekat dengan jalur perdagangan
utama dan kayak akan sumber daya alam seperti ikan, gas dan minyak bumi, karena itu,
sengketa wilayah di Kepulauan Spratly menjadi perhatian dunia internasional dan upaya
diplomasi terus dilakukan untuk mencari solusi damai atas sengketa ini. Setidaknya ada 6
negara yang mengklaim wilayah Kepulauan Spratly yaitu Cina, Taiwan, Vietnam, Filipina,
Malaysia, dan Brunei Darussalam. Kelima negara tersebut, kecuali Brunei mempunyai klaim
dan pemberian nama terhadap pulau-pulau di Kepulauan Spratly, sementara Brunei hanya
mengklaim wilayah laut di Kepulauan Spratly sebagai bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) negaranya.
Cina (Republik Rakyat Cina) adalah negara pertama yang mengklaim Laut Cina Selatan
dengan membuat peta resmi yang tidak hanya mengklaim pulau-pulau, tetapi juga memberi
tanda sebelas garis putus-putus di seputar wilayah Laut Cina Selatan. Meskipun demikian,
belum ada tanda-tanda kependudukan yang dilakukan oleh Cina di wilayah tersebut. Negara
yang lebih dahulu melakukan pendudukan justru antara lain Vietnam, Filipina, Malaysia dan
Taiwan. Vietnam mengklaim dan langsung melakukan pendudukan di Kepulauan Paracel dan
Kepulauan Spratly setelah perang dunia kedua berakhir. Hal yang sama juga dilakukan oleh
5
Taiwan setelah perang dunia kedua. Filipina juga melakukan klaim dengan menduduki
Kepulauan Spratly pada tahun 1971, dengan alasan bahwa kepulauan tersebut merupakan
wilayah bebas. Filipina juga merujuk pada perjanjian San Francisco 1951 yang menyatakan
bahwa Jepang telah melepas haknya terhadap Kepulauan Spratly. Hal tersebut tak lepas
kaitannya dengan asas laut tertutup yang menyatakan bahwa laut dapat dikuasai oleh suatu
bangsa dan negara saja pada periode tertentu saja. Malaysia melakukan klaim terhadap
beberapa pulau di Kepulauan Spratly yang kemudian diberi nama Terumbu Layang yang
kemudian pulau tersebut termasuk dalam wilayah landas kontinen Malaysia atas dasar
pemetaan wilayah negara yang dilakukan Malaysia pada tahun 1979. Brunei Darussalam juga
melakukan klaim namun bukan terhadap gugusan, yakni hanya wilayah laut di Kepulauan
Spratly. Hal itu dilakukan setelah Brunei merdeka dari jajahan Inggris pada tahun 1984.
Konflik akibat sengketa ini cukup banyak terjadi. Dimulai pada konflik bersenjata 1974
antara Cina dan Vietnam yang terjadi kedua kalinya pada 1988. Selain itu juga pernah terjadi
tembak menembak kapal perang antara Cina (RRC) dan Filipina di dekat Pulau Campones pada
tahun 1996. Situasi yang dapat berujung konflik kembali terjadi pada tahun 2011. Pada waktu
itu pasukan militer RRC gencar melakukan pendudukan dan latihan militer di sekitar pulau
sengketa. Kemudian Vietnam melayangkan protes kepada Cina atas tindakan tersebut, namun
situasi semakin memanas setelah kapal minyak Petro Vietnam dirusak oleh militer Cina pada
Mei dan Juni 2011. Vietnam pun melakukan pembalasan dengan mengadakan kegiatan militer
rutin tahunan di sekitar Laut Cina Selatan pada Juni 2011.
2.3. Proses Klaim Penuh dari Sudut Pandang Beberapa Negara
Klaim yang dilakukan Cina adalah atas dasar sejarah. Secara geografis jarak antara Cina
(RRC) dengan Kepulauan Spratly sangat jauh dan tidak terjangkau dengan menggunakan
konsep landas kontinen dan ZEE, tetapi Cina melakukan klaim terhadap gugusan pulau di
Kepulauan Spratly atas dasar sejarah. Menurut Cina, Kepulauan Spratly sudah menjadi jalur
perdagangan Cina sejak 2000 tahun lalu. RRC sudah melakukan klaim sejak tahun 1876 namun
terjadi tumpang tindih klaim saat terjadi perang dunia lantaran Prancis, Inggris dan Jepang yang
melakukan ekspansi ke Laut Cina Selatan. RRC melakukan ekspansi ke Kepulauan Spratly
dengan mengadakan instalasi militer secara besar-besaran di Kepulauan Spratly. Pada tahun
1988 klaim Cina yang lebih kuat adalah penerbitan peta dengan memasukkan hampir seluruh
wilayah Laut Cina Selatan ke dalam peta wilayah RRC baru. Pada tahun tersebut pula tercatat
konflik Cina-Vietnam dimana pada saat itu terjadi pendudukan di Kepulauan Spratly dan
Paracel dengan mengusir paka tentara Vietnam, dan hal seperti tersebut terus gencar dilakukan
6
RRC bahkan hingga sekarang. Berbagai upaya yang dicoba oleh RRC diantaranya adalah
perjanjian bilateral dan perjanjian multilateral.
Taiwan melakukan klaim terhadap Kepulauan Spratly dibuktikan dengan pendudukan
pada tahun 1956 di Kepulauan Spratly. Sebelumnya pada tahun 1947 Taiwan telah menerbitkan
peta wilayah yang memasukkan Kepulauan Spratly di dalam wilayahnya. Salah satu klaimnya
adalah pulau terbesar di Kepulauan Spratly yaitu Pulau Aba alias Taiping Island.
Vietnam melakukan klaim atas dasar historis. Vietnam menyatakan sudah menduduki
Kepulauan Spratly dan Paracel pada abad ke-17 serta terdapat fakta sejarah yang menunjukkan
bahwa wilayah tersebut masuk ke dalam distrik Binh Son Vietnam, Vietnam Selatan.
Kemudian Vietnam mulai menyatakan kepemilikannya atas Kepulauan Spratly pada tahun
1975 dengan menempatkan tentaranya di 13 pulau di Kepulauan tersebut. Konflik-konflik yang
terjadi melibatkan Vietnam telah berlangsung beberapa kali yang disebabkan bersikeras antara
para pihak terutama Vietnam dan RRC hingga sekarang Vietnam terus memperkuat militer di
wilayah Kepulauan Spratly.
Filipina mulai menduduki Kepulauan Spratly diawali pada tahun 1970. Prinsip utama
yang digunakan dalam klaim Filipina adalah hukum Res Nullius. Filipina berpendapat klaim
mereka Res Nullius karena tidak ada kedaulatan efektif atas pulau-pulau sampai tahun 1930,
sejak Prancis dan kemudian Jepang mengambil alih pulau. Ketika Jepang meninggalkan
kedaulatan mereka atas pulau-pulau dengan perjanjian San Francisco, ada pelepasan hak atas
pulau-pulau tanpa penerima khusus. Klaim juga dilakukan karena prinsip ZEE yang dianggap
Filipina bahwa Kepulauan Spratly termasuk di dalamnya.
Malaysia melakukan klaim terhadap Kepulauan Spratly atas dasar Peta Batas Landas
Kontinen yang secara jelas bahwa sebagian wilayah Kepulauan Spratly masuk kedalam
wilayah landas kontinen Malaysia. Selain itu Malaysia juga melakukan upaya-upaya lain
seperti pendudukan, klaim serta penamaan terhadap gugusan pulau di Kepulauan Spratly.
Pendudukan yang dilakukan Malaysia oleh pasukan militernya dimulai pada tahun 1997.
Kemudian pada September 1983 Malaysia mengirim sekitar 20 Pasukan Komando ke Terumbu
Layang dan pada tahun yang sama Malaysia melakukan survey dan kembali menyatakan
bahwa kepulauan tersebut berada di perairan Malaysia. Penguatan basis militer di pulau-pulau
tersebut semakin gencar dilakukan Malaysia hingga saat ini mengingat kencangnya upaya
klaim dari negara-negara lain.
Klaim yang dilakukan Brunei Darussalam bukan terhadap gugusan pulau tetapi hanya
pada wilayah laut Kepulauan Spratly. Brunei merupakan satu-satunya negara yang menahan
diri untuk klaim dan pendudukan militer di wilayah gugusan Kepulauan Spratly. Brunei
7
melakukan klaim atas dasar konsep ZEE dimana sebagian wilayah dari Kepulauan Spratly
masuk dalam ZEE Brunei Darussalam.
Negara-negara yang tidak terlibat langsung dalam sengketa Kepulauan Spratly menjadi
aktor lain yang berusaha mengambil keuntungan dari konflik tersebut. Amerika Serikat
memiliki kepentingan militer dan komersial. Amerika Serikat memiliki strategi
mempertahankan Kepulauan Spratly masuk di wilayah Filipina karena Filipina merupakan
pertahanan militer Amerika Serikat dari Cina. Selain Amerika Serikat, Jepang juga memiliki
kepentingan di Kepulauan Spratly yang hampir sama dengan Amerika Serikat dimana Jepang
berusaha melindungi jalur perdagangan minyaknya dan juga Jepang memiliki perusahaan yang
terlibat dalam eksplorasi di wilayah sengketa Kepulauan Spratly. India juga menjadi aktor
eksternal dan menambah permasalahan baru di Kepulauan Spratly. Aktor-aktor eksternal lahir
karena aktor internal menarik mereka untuk terlibat dalam konflik tersebut. Alasan komersial
menjadi pemicu utama semakin ramainya dan panjang konflik di Laut Cina Selatan.
2.4. Dampak Persengketaan Terhadap Pihak Negara yang Terlibat
Persengketaan Kepulauan Spratly merupakan sumber ketegangan diantara negara-
negara yang terlibat, yaitu Brunei Darusssalam, Cina, Filipina, Malaysia, Taiwan dan Vietnam.
Persengketaan ini memiliki dampak yang cukup besar dalam beberapa aspek. Konflik antar
negara di dalam wilayah Laut Cina Selatan dapat dilihat dari berbagai perspektif kepentingan
dari aktor-aktor negara yang terlibat dalam konfrontasi ini, baik itu karena masalah kedaulatan
wilayah, kepentingan ekonomi ataupun bahkan politik. Konflik yang terjadi di wilayah perairan
Laut Cina Selatan setiap negara yang terlibat di dalamnya memiliki kepentingannya masing-
masing yang ingin diwujudkan agar negara tersebut mendapatkan keuntungan dari konflik yang
terjadi. Dampak yang dipengaruhi dari konflik di Laut Cina Selatan ini sebenarnya lebih masuk
terhadap ranah internasional dan juga negara yang berada di kawasan Asia Tenggara dimana
permasalahan tersebut merupakan akar ketegangan antar negara walaupun setiap negara
memiliki caranya masing-masing dalam menanggapi konflik tersebut agar hubungan antar
negara dapat berjalan dengan motif ekonomi, politik dan sosial bagi setiap negara. Dampak
terhadap militer dititik beratkan terhadap pengawasan lebih dan juga alutsista militer setiap
negara di bagian udara dan juga maritim untuk mengontrol setiap aktivitas pertahanan negara
terutama di Laut Cina Selatan yang menjadi daerah konflik. Lalu adapun dampak terhadap
warga sipil yang bermukim di dekat dengan jalur konflik Laut Cina Selatan ini dimana adanya
ketegangan jika nelayan dalam kawasan ZEE bertemu dengan patroli militer dari negara lain
yang masuk pada zona konflik yang bisa berakibat buruk seperti pengusiran di daerah yang
8
sebenarnya sampai sekarang belum ada penyelesaiannya. Dampak lain yang cukup besar
karena persengketaan ini diantaranya adalah potensi konflik bersenjata, gangguan
perdagangan, sumber daya alam terancam, kerugian ekonomi, dampak psikologis masyarakat
yang tinggal di wilayah tersebut, hubungan antar negara terganggu, serta masalah kedaulatan
serta hak-hak maritim antar negara yang terlibat sehingga dapat memperburuk situasi hukum
dan diplomasi di wilayah tersebut.
2.5. Usaha menyelesaikan Sengketa dan Konflik antara Pihak Negara yang Terlibat
Negara-negara yang terlibat sengketa dalam rangka meredakan konflik mengenai
kepemilikan Spratly berusaha melakukan perundingan dan dialog bilateral. Pertemuan bilateral
dilakukan oleh negara-negara yang berkonflik sejak 1988 untuk menyelesaikan sengketa
tersebut melalui diskusi dan konsultasi.
Rencana penyelesaian yang sudah dilakukan, diantaranya adalah pada tahun 1991 RRC
melakukan perundingan bilateral dengan Taiwan mengenai eksplorasi minyak bersama yang
berlangsung di Singapura. Pada tahun 1992, Cina mengadakan pertemuan bilateral dengan
Vietnam dan menghasilkan kesepakatan pembentukan kelompok khusus dalam menangani
sengketa perbatasan territorial. Pada bulan Juni 1993, Malaysia dan Filipina melakukan hal
yang sama dengan menandatangani perjanjian kerjasama eksplorasi minyak dan gas bumi
selama 40 tahun di wilayah yang dipersengketakan. RRC dan Filipina juga melakukan
pertemuan untuk bersama-sama mengeksplorasi dan mengembangkan wilayah Spratly.
Beberapa perjanjian multilateral yang pernah dilakukan dalam upaya penyelesaian
sengketa Kepulauan Spratly, antara lain Deklarasi Kuala Lumpur 1971 yang membahas tentang
kawasan damai, bebas, dan netral (Zone of Peace, Freedom, and Neutrallity) atau ZOPFAN;
Traktat Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara yang dihasilkan dan disetujui pada KTT
ASEAN 1 pada tahun 1976; Pembentukan ASEAN Regional Forum (ARF) pada tahun 1994;
KTT ASEAN V tahun 1995 yang menghasilkan traktat mengenai kawasan bebas senjata nuklir
di Asia Tenggara. Dari pertemuan-pertemua ini, terlihat bahwa negara-negara tersebut setuju
untuk mencari penyelesaian secara damai melalui konsultasi, membangun rasa percaya,
membentuk berbagai kerja sama, dan berusaha untuk tidak menggunakan kekuatan senjata.
Selain itu, ketiga negara tersebut (Cina, Vietnam dan Filipina) setuju untuk mengakui dan
menyelesaikan sengketa mereka atas dasar prinsip-prinsip hukum internasional, termasuk
Konvensi Hukum Laut 1982.
Upaya-upaya tersebut cukup efektif dalam penyelesaian sengketa jika dilihat dari
situasi setelah perjanjian. Selain itu beberapa perjanjian multilateral juga berupa mediasi yang
9
dipelopori oleh mediator sehingga perjanjian dapat berjalan lebih baik. Namun tidak
sepenuhnya berjalan dengan baik karena tidak dicapainya peta kepemilikan pulau, dan
banyaknya pihak yang melanggar sendiri perjanjian tersebut, seperti terjadinya perusakan
kapal oleh pihak-pihak tertentu. Salah satu yang belum dilakukan dalam perjanjian multilateral
itu adalah kemungkinan untuk melakukan pengelolaan minyak dan gas bumi secara bersama
yang mana perjanjian itu dapat menjadi usaha alternatif untuk meredam konflik di Kepulauan
Spratly.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Kepulauan Spratly adalah sebuah gugusan kepulauan yang terletak di Laut Cina
Selatan, antara Vietnam dan Filipina, serta di sebelah timur laut Pulau Natuna,
Indonesia. Kepulauan Spratly memiliki nilai strategis karena letaknya yang dekat
dengan jalur pelayaran internasional dan kaya akan sumber daya alam seperti
minyak, gas, ikan, dan batu bara.
2. Kepulauan Spratly diklaim oleh 6 negara, yakni Republik Rakyat Cina, Taiwan,
Filipina, Brunei dan Malaysia. Selain ke-6 negara internal tersebut, terdapat aktor
negara eksternal, yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan India.
3. Letak strategis lintas laut kapal dan kekayaan sumber daya alam lainnya seperti ikan
menjadi faktor yang juga sangat mempengaruhi sengketa dan konflik diantara
negara-negara bersengketa. Kepulauan Spratly memiliki nilai strategis yang tinggi
karena letaknya yang dekat dengan jalur perdagangan utama dan kayak akan
sumber daya alam seperti ikan, gas dan minyak bumi.
4. Dampak signifikan dari persengketaan Kepulauan Spratly pada negara-negara yang
terlibat meliputi beberapa aspek, diantaranya politik, ekonomi, lingkungan, sosial,
dan hukum.
5. Penyelesaian sengketa dan konflik antar negara yang terlibat dilakukan dengan
perundingan, dialog bilateral, perjanjian multilateral untuk mencari penyelesaian
secara damai melalui konsultasi, membangun rasa percaya, membentuk berbagai
kerja sama, dan berusaha untuk tidak menggunakan kekuatan senjata.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, A. 2018. Kepentingan China Dalam Pengklaiman Kepulauan Spratly dan Paracel
Terhadap Konflik di Laut China Selatan (Doctoral dissertation, Perpustakaan).
Dahalan, W.S.A.W., H. Y. Ab Rahim dan M. Nasir, 2020. Kepentingan Ciri-Ciri Maritim Di
Kepulauan Spratly dan Isu Pencemaran Marin yang Berlaku. Jurnal Ilmu Hukum
Reusam, 8(1): 42-51.
Djuyandi, Y., A. Q. Illahi dan A. C. H. Aurel. 2021. Konflik Laut China Selatan Serta
Dampaknya Atas Hubungan Sipil Militer di Asia Tenggara. Jurnal Ilmiah Muqoddimah,
5(1): 112-124.
Junef, M. 2018. Sengketa Wilayah Maritim di Laut Tiongkok Selatan. Jurnal Penelitian Hukum
DE JURE, 18(2): 219-240
Muzwardi, A. 2016. Konflik Negara-Negara ASEAN dan China Terhadap Kepulauan Spratly.
Prosiding Seminar Nasional Perbatasan dan Kemaritiman, 1-9.
Nasir, M dan W. S. A. W. Dahalan. 2017. Penyelesaian Pertikaian Kepulauan Spratly
Memanfaatkan Perjanjian Pembangunan Bersama di Bawah UNCLOS 1982. Jurnal Ilmu
Hukum Reusam, 6(1): 19-40.
Nigsih, O. A., M. Indra dan W. Edorita. Sengketa Kepemilikan Kepulauan Spratly di Laut Cina
Selatan Berdasarkan UNCLOS III (United Nations Convention on the Law of the Sea)
Tahun 1982. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Hukum, 3(2): 1-14.
Nugraha, A. A. 2011. Manuver Politik Cina dalam Konflik Laut Cina Selatan. Jurnal
Pertahanan, 1(3): 56.
Samosir, W. A. 2017. Peran ASEAN Regional Forum (ARF) dalam Penyelesaian Konflik Laut
Cina Selatan (Doctoral dissertation, UNIMED).
https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_spratlyconflict Diakses
pada 15 April 2023
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220511135122-118-795477/sejarah-konflik-
laut-china-selatan-yang-jadi-rebutan/2 Diakses pada 15 April 2023

More Related Content

Similar to Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan (By. Saiful Mukminin)

PPT PERTEMUAN 1 KEADAAN WILAYAH INDONESIA.pdf
PPT PERTEMUAN 1 KEADAAN WILAYAH INDONESIA.pdfPPT PERTEMUAN 1 KEADAAN WILAYAH INDONESIA.pdf
PPT PERTEMUAN 1 KEADAAN WILAYAH INDONESIA.pdfazizainul
 
Sengketa kepulauan spratly
Sengketa kepulauan spratlySengketa kepulauan spratly
Sengketa kepulauan spratlyRochimudin
 
Benua dan Samudera Tahun 2014/2015
Benua dan Samudera Tahun 2014/2015Benua dan Samudera Tahun 2014/2015
Benua dan Samudera Tahun 2014/2015Umi Pujiati
 
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...Luhur Moekti Prayogo
 
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdfVinnaYasin
 
UAS PKI_Wa Ode Siti Latifatul Malik_Efektivitas UNCLOS dalam Penyelesaian Sen...
UAS PKI_Wa Ode Siti Latifatul Malik_Efektivitas UNCLOS dalam Penyelesaian Sen...UAS PKI_Wa Ode Siti Latifatul Malik_Efektivitas UNCLOS dalam Penyelesaian Sen...
UAS PKI_Wa Ode Siti Latifatul Malik_Efektivitas UNCLOS dalam Penyelesaian Sen...Wa Ode Siti Latifatul Malik
 
indonesia sebagai poros maritim-dikonversi-dikonversi.pptx
indonesia sebagai poros maritim-dikonversi-dikonversi.pptxindonesia sebagai poros maritim-dikonversi-dikonversi.pptx
indonesia sebagai poros maritim-dikonversi-dikonversi.pptxDugDugCes
 
WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANharjunode
 
Resume Materi Geopolitik
Resume Materi GeopolitikResume Materi Geopolitik
Resume Materi GeopolitikAli Sakir
 
geografi posisi trategis. kelas xi ganjil pptx
geografi  posisi trategis. kelas xi ganjil pptxgeografi  posisi trategis. kelas xi ganjil pptx
geografi posisi trategis. kelas xi ganjil pptxhome
 
Tolak obama , Tolak Kapitalisme dan Imperialisme Tegakkan Khilafah
Tolak obama , Tolak Kapitalisme dan Imperialisme Tegakkan KhilafahTolak obama , Tolak Kapitalisme dan Imperialisme Tegakkan Khilafah
Tolak obama , Tolak Kapitalisme dan Imperialisme Tegakkan KhilafahKafi Hidonis
 
Konflik persempadanan ( pulau ligitan dan pulau sipadan)
Konflik persempadanan ( pulau ligitan dan pulau sipadan)Konflik persempadanan ( pulau ligitan dan pulau sipadan)
Konflik persempadanan ( pulau ligitan dan pulau sipadan)Alecis Alex
 
Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesia
Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesiaPeluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesia
Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesiaYusuf Irkham
 
Pkn laut indonesia
 Pkn laut indonesia Pkn laut indonesia
Pkn laut indonesiaR0Ssy
 
TUNTUTAN WILAYAH DAN ISU ANTARA NEGARA-lai.pptx
TUNTUTAN WILAYAH DAN ISU ANTARA NEGARA-lai.pptxTUNTUTAN WILAYAH DAN ISU ANTARA NEGARA-lai.pptx
TUNTUTAN WILAYAH DAN ISU ANTARA NEGARA-lai.pptxmohamadnorzamree1
 
Ngawur
NgawurNgawur
Ngawuradenth
 

Similar to Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan (By. Saiful Mukminin) (20)

PPT PERTEMUAN 1 KEADAAN WILAYAH INDONESIA.pdf
PPT PERTEMUAN 1 KEADAAN WILAYAH INDONESIA.pdfPPT PERTEMUAN 1 KEADAAN WILAYAH INDONESIA.pdf
PPT PERTEMUAN 1 KEADAAN WILAYAH INDONESIA.pdf
 
Sengketa kepulauan spratly
Sengketa kepulauan spratlySengketa kepulauan spratly
Sengketa kepulauan spratly
 
Pulau pulau terluar
Pulau pulau terluarPulau pulau terluar
Pulau pulau terluar
 
Benua dan Samudera Tahun 2014/2015
Benua dan Samudera Tahun 2014/2015Benua dan Samudera Tahun 2014/2015
Benua dan Samudera Tahun 2014/2015
 
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
 
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
 
UAS PKI_Wa Ode Siti Latifatul Malik_Efektivitas UNCLOS dalam Penyelesaian Sen...
UAS PKI_Wa Ode Siti Latifatul Malik_Efektivitas UNCLOS dalam Penyelesaian Sen...UAS PKI_Wa Ode Siti Latifatul Malik_Efektivitas UNCLOS dalam Penyelesaian Sen...
UAS PKI_Wa Ode Siti Latifatul Malik_Efektivitas UNCLOS dalam Penyelesaian Sen...
 
Hukum laut Indonesia
Hukum laut IndonesiaHukum laut Indonesia
Hukum laut Indonesia
 
Askep archipelago
Askep archipelagoAskep archipelago
Askep archipelago
 
Askep archipelago AKPER PEMKAB MUNA
Askep archipelago  AKPER PEMKAB MUNA Askep archipelago  AKPER PEMKAB MUNA
Askep archipelago AKPER PEMKAB MUNA
 
indonesia sebagai poros maritim-dikonversi-dikonversi.pptx
indonesia sebagai poros maritim-dikonversi-dikonversi.pptxindonesia sebagai poros maritim-dikonversi-dikonversi.pptx
indonesia sebagai poros maritim-dikonversi-dikonversi.pptx
 
WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMAN
 
Resume Materi Geopolitik
Resume Materi GeopolitikResume Materi Geopolitik
Resume Materi Geopolitik
 
geografi posisi trategis. kelas xi ganjil pptx
geografi  posisi trategis. kelas xi ganjil pptxgeografi  posisi trategis. kelas xi ganjil pptx
geografi posisi trategis. kelas xi ganjil pptx
 
Tolak obama , Tolak Kapitalisme dan Imperialisme Tegakkan Khilafah
Tolak obama , Tolak Kapitalisme dan Imperialisme Tegakkan KhilafahTolak obama , Tolak Kapitalisme dan Imperialisme Tegakkan Khilafah
Tolak obama , Tolak Kapitalisme dan Imperialisme Tegakkan Khilafah
 
Konflik persempadanan ( pulau ligitan dan pulau sipadan)
Konflik persempadanan ( pulau ligitan dan pulau sipadan)Konflik persempadanan ( pulau ligitan dan pulau sipadan)
Konflik persempadanan ( pulau ligitan dan pulau sipadan)
 
Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesia
Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesiaPeluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesia
Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesia
 
Pkn laut indonesia
 Pkn laut indonesia Pkn laut indonesia
Pkn laut indonesia
 
TUNTUTAN WILAYAH DAN ISU ANTARA NEGARA-lai.pptx
TUNTUTAN WILAYAH DAN ISU ANTARA NEGARA-lai.pptxTUNTUTAN WILAYAH DAN ISU ANTARA NEGARA-lai.pptx
TUNTUTAN WILAYAH DAN ISU ANTARA NEGARA-lai.pptx
 
Ngawur
NgawurNgawur
Ngawur
 

More from Luhur Moekti Prayogo

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaLuhur Moekti Prayogo
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Luhur Moekti Prayogo
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Luhur Moekti Prayogo
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Luhur Moekti Prayogo
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Luhur Moekti Prayogo
 
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
 
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)Luhur Moekti Prayogo
 

More from Luhur Moekti Prayogo (20)

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
 
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
Alat Tangkap Ikan Bubu (By. Pratiwi)
 
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
Mengenal Alat Tangkap Purse Seine/ Pukat Cincin (By. Maryoko)
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Saiful Mukminin)
 

Recently uploaded

Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfsaptari3
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan (By. Saiful Mukminin)

  • 1. TUGAS MATA KULIAH PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT “Sengketa Wilayah Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan” Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng Nama : Saiful Mukminin NIM : 1310210008 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN 2023
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat hasil dari penyusunan berbagai literatur yaitu buku-buku maupun jurnal yang berkaitan dengan tema yang penulis ambil dan data-data dari internet. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempirnaan pembuatan makalah ini. Pati, 13 April 2023 Penulis
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1 1.1. Latar Belakang...............................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2 1.3. Tujuan..............................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3 2.1. Profil Kepulauan Spratly.............................................................................................3 2.2. Proses Persengketaan Menjadi Konflik ...................................................................4 2.3. Proses Klaim Penuh dari Sudut Pandang Beberapa Negara ..............................5 2.4. Dampak Persengketaan Terhadap Pihak Negara yang Terlibat .......................7 2.5. Usaha menyelesaikan Sengketa dan Konflik antara Pihak Negara yang Terlibat.......................................................................................................................................8 BAB III PENUTUP................................................................................................................10 3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Cina Selatan terletak di antara Samudra Pasifik di sebelah Timur dan Samudra Hindia di sebelah Barat. Laut Cina Selatan dikelilingi oleh 9 Negara antara lain Republik Rakyat Cina, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam dan Filipina. Laut Cina Selatan merupakan sebuah perairan dengan berbagai potensi yang sangat besar karena di dalamnya kaya akan sumber daya alam seperti minyak dan gas serta memiliki peranan penting sebagai jalur distribusi minyak dunia, perdagangan dan pelayaran internasional. Di dalam kawasan Laut Cina Selatan terdapat Kepulauan Spratly, Kepulauan Paracel, Kepulauan Pratas dan Kepulauan Maccalesfield. Tetapi yang tergolong titik rawan dalam soal klaim territorial adalah Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel, yang kemudian menjadi fokus perebutan antara negara-negara pengklaim. Kepulaun Spratly memiliki letak yang strategis baik dari segi militer dan pertahanan maupun sebahai jalur perdagangan internasional. Selain itu Kepulauan Spratly disinyalir memiliki kekayaan sumber daya minyak dan gas alam yang melimpah. Fakta-fakta yang menyebabkan kepulauan ini diperebutkan oleh negara-negara di sekitar Laut Cina Selatan adalah Laut Cina Selatan terpetakan menyimpan cadangan minyak sekitar 1,2 km3 (7,7 milyar barel), sedangkan secara keseluruhan terdapat cadangan minyak 4,5 km3 (28 milyar barel). Adapun potensi gas alam yang dimilikinya sekitar 7.500 km3 . Status-quo (keberadaan) kepulauan-kepulauan di wilayah Laut Cina Selatan menyebabkan tumpang tindihnya klaim dari negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara atas kepulauan yang berada di wilayah tersebut. Kepulauan Spratly diklaim oleh 6 negara, yakni Republik Rakyat Cina, Taiwan, Filipina, Brunei dan Malaysia. Tumpang tindihnya klaim tersebut disebabkan oleh permasalahan kedaulatan territorial yang membahas tentang kepemilikan wilayah daratan yang ada di kawasan Laut Cina Selatan dan kedulatan maritim yang berhubungan dengan penetapan batas yang diizinkan oleh Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS III) 1982. Dalam UNCLOS tersebut, kedaulatan territorial laut ditetapkan 12 mil dari tepi pantai dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil. Akan tetapi, semua negara yang mengklaim bahwa Laut Cina Selatan merupakan kedaulatan wilayahnya baik daratan maupun maritim, tidak ada yang mampu memenuhi aturan yang ditetapkan PBB tersebut. Dengan demikian, konflik Laut Cina
  • 5. 2 Selatan terus berlangsung hingga saat ini dan banyak negara yang mengklaim atas kepemilikan Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah yang timbul sebagai berikut: 1. Apa itu Kepulauan Spratly? 2. Siapa yang mengklaim kepemilikan atas Kepulauan Spratly? 3. Apa saja faktor yang memicu sengketa wilayah di Kepulauan Spratly? 4. Apa saja dampak yang dihasilkan dari sengketa wilayah di Kepulauan Spratly? 5. Apa upaya yang dilakukan oleh negara-negara terkait untuk menyelesaikan sengketa wilayah di Kepulauan Spratly? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui Kepulauan Spratly dan dimana letaknya. 2. Mengetahui siapa saja pihak yang mengklaim kepemilikan atas Kepulauan Spratly. 3. Mengetahui faktor-faktor yang memicu sengketa wilayah di Kepulauan Spratly. 4. Mengetahui dampak yang dihasilkan dari sengketa wilayah di Kepulauan Spratly. 5. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh negara-negara terkait untuk menyelesaikan sengketa wilayah di Kepulauan Spratly.
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Profil Kepulauan Spratly Kepulauan Spratly adalah sebuah gugusan kepulauan yang terletak di Laut Cina Selatan, antara Vietnam dan Filipina, serta di sebelah timur laut Pulau Natuna, Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari sekitar 100 buah pulau dan karang yang tersebar di atas seluas sekitar 425.000 km2 . Sebagian besar wilayah kepulauan ini berupa terumbu karang dan pulau-pulau kecil yang rawan akan perubahan iklim dan kegiatan manusia. Kepulauan ini sebenarnya bukan merupakan yang layak bumi, akan tetapi pulai ini memiliki banyak potensi sumber daya alam dan geografis yang sangat strategis. Kekayaan alam yang dimiliki membuat beberapa negara bersikeras untuk mengakui dan mengklaim wilayah tersebut. Kepulauan Spratly juga merupakan salah satu jalur perairan internasional yang penting dan juga menjadi tempat hidup bagi banyak spesies laut. Gambar 1. Letak Kepulauan Spratly Penemuan minyak dan gas bumi pertama di kepulauan ini adalah pada tahun 1968. Menurut data The Geology and Mineral Resources Ministry of the People’s Republic of China (RRC) memperkirakan bahwa kandungan minyak yang terdapat di Kepulauan Spratly adalah sekitar 17,7 milyar ton, sehingga dengan itu menempatkan Kepulauan Spratly sebagai tempat tidur cadangan minyak terbesar keempat di dunia. Letak strategis lintas laut kapal dan kekayaan
  • 7. 4 sumber daya alam lainnya seperti ikan menjadi faktor yang juga sangat mempengaruhi sengketa dan konflik diantara negara-negara bersengketa. Kapal-kapal penangkap ikan yang menangkap ikan disana menjadi salah satu penyebab konflik akibat perbedaan pemahaman dan prinsip antara beberapa negara yang mengklaim wilayah tersebut. Kepulauan Spratly menjadi sangat penting karena bernilai ekonomi, politik dan strategik. Hal ini karena Kepulauan Spratly berpotensi geografi sebagai laluan kapal-kapal penjagaan dan laluan kapal-kapal minyak dan gas maupun berpotensi sebagai sumber alam yang dimilikinya. Minyak menjadi faktor yang paling penting yang menyebabkan pertikaian di Kepulauan Spratly menjadi lebih sukar diselesaikan. 2.2. Proses Persengketaan Menjadi Konflik Kepulauan Spratly menjadi sumber sengketa wilayah antara beberapa negara termasuk Cina, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam. Masing-masing negara mengklaim kepulauan ini sebagai miliknya berdasarkan berbagai argumen sejarah, geografis, dan hukum internasional. Sengketa wilayah ini telah berlangsung selama beberapa dekade dan menimbulkan ketegangan di kawasan Asia Tenggara. Letak strategis lintas laut kapal dan kekayaan sumber daya alam lainnya seperti ikan menjadi faktor yang juga sangat mempengaruhi sengketa dan konflik diantara negara-negara bersengketa. Kepulauan Spratly memiliki nilai strategis yang tinggi karena letaknya yang dekat dengan jalur perdagangan utama dan kayak akan sumber daya alam seperti ikan, gas dan minyak bumi, karena itu, sengketa wilayah di Kepulauan Spratly menjadi perhatian dunia internasional dan upaya diplomasi terus dilakukan untuk mencari solusi damai atas sengketa ini. Setidaknya ada 6 negara yang mengklaim wilayah Kepulauan Spratly yaitu Cina, Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Kelima negara tersebut, kecuali Brunei mempunyai klaim dan pemberian nama terhadap pulau-pulau di Kepulauan Spratly, sementara Brunei hanya mengklaim wilayah laut di Kepulauan Spratly sebagai bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negaranya. Cina (Republik Rakyat Cina) adalah negara pertama yang mengklaim Laut Cina Selatan dengan membuat peta resmi yang tidak hanya mengklaim pulau-pulau, tetapi juga memberi tanda sebelas garis putus-putus di seputar wilayah Laut Cina Selatan. Meskipun demikian, belum ada tanda-tanda kependudukan yang dilakukan oleh Cina di wilayah tersebut. Negara yang lebih dahulu melakukan pendudukan justru antara lain Vietnam, Filipina, Malaysia dan Taiwan. Vietnam mengklaim dan langsung melakukan pendudukan di Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly setelah perang dunia kedua berakhir. Hal yang sama juga dilakukan oleh
  • 8. 5 Taiwan setelah perang dunia kedua. Filipina juga melakukan klaim dengan menduduki Kepulauan Spratly pada tahun 1971, dengan alasan bahwa kepulauan tersebut merupakan wilayah bebas. Filipina juga merujuk pada perjanjian San Francisco 1951 yang menyatakan bahwa Jepang telah melepas haknya terhadap Kepulauan Spratly. Hal tersebut tak lepas kaitannya dengan asas laut tertutup yang menyatakan bahwa laut dapat dikuasai oleh suatu bangsa dan negara saja pada periode tertentu saja. Malaysia melakukan klaim terhadap beberapa pulau di Kepulauan Spratly yang kemudian diberi nama Terumbu Layang yang kemudian pulau tersebut termasuk dalam wilayah landas kontinen Malaysia atas dasar pemetaan wilayah negara yang dilakukan Malaysia pada tahun 1979. Brunei Darussalam juga melakukan klaim namun bukan terhadap gugusan, yakni hanya wilayah laut di Kepulauan Spratly. Hal itu dilakukan setelah Brunei merdeka dari jajahan Inggris pada tahun 1984. Konflik akibat sengketa ini cukup banyak terjadi. Dimulai pada konflik bersenjata 1974 antara Cina dan Vietnam yang terjadi kedua kalinya pada 1988. Selain itu juga pernah terjadi tembak menembak kapal perang antara Cina (RRC) dan Filipina di dekat Pulau Campones pada tahun 1996. Situasi yang dapat berujung konflik kembali terjadi pada tahun 2011. Pada waktu itu pasukan militer RRC gencar melakukan pendudukan dan latihan militer di sekitar pulau sengketa. Kemudian Vietnam melayangkan protes kepada Cina atas tindakan tersebut, namun situasi semakin memanas setelah kapal minyak Petro Vietnam dirusak oleh militer Cina pada Mei dan Juni 2011. Vietnam pun melakukan pembalasan dengan mengadakan kegiatan militer rutin tahunan di sekitar Laut Cina Selatan pada Juni 2011. 2.3. Proses Klaim Penuh dari Sudut Pandang Beberapa Negara Klaim yang dilakukan Cina adalah atas dasar sejarah. Secara geografis jarak antara Cina (RRC) dengan Kepulauan Spratly sangat jauh dan tidak terjangkau dengan menggunakan konsep landas kontinen dan ZEE, tetapi Cina melakukan klaim terhadap gugusan pulau di Kepulauan Spratly atas dasar sejarah. Menurut Cina, Kepulauan Spratly sudah menjadi jalur perdagangan Cina sejak 2000 tahun lalu. RRC sudah melakukan klaim sejak tahun 1876 namun terjadi tumpang tindih klaim saat terjadi perang dunia lantaran Prancis, Inggris dan Jepang yang melakukan ekspansi ke Laut Cina Selatan. RRC melakukan ekspansi ke Kepulauan Spratly dengan mengadakan instalasi militer secara besar-besaran di Kepulauan Spratly. Pada tahun 1988 klaim Cina yang lebih kuat adalah penerbitan peta dengan memasukkan hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan ke dalam peta wilayah RRC baru. Pada tahun tersebut pula tercatat konflik Cina-Vietnam dimana pada saat itu terjadi pendudukan di Kepulauan Spratly dan Paracel dengan mengusir paka tentara Vietnam, dan hal seperti tersebut terus gencar dilakukan
  • 9. 6 RRC bahkan hingga sekarang. Berbagai upaya yang dicoba oleh RRC diantaranya adalah perjanjian bilateral dan perjanjian multilateral. Taiwan melakukan klaim terhadap Kepulauan Spratly dibuktikan dengan pendudukan pada tahun 1956 di Kepulauan Spratly. Sebelumnya pada tahun 1947 Taiwan telah menerbitkan peta wilayah yang memasukkan Kepulauan Spratly di dalam wilayahnya. Salah satu klaimnya adalah pulau terbesar di Kepulauan Spratly yaitu Pulau Aba alias Taiping Island. Vietnam melakukan klaim atas dasar historis. Vietnam menyatakan sudah menduduki Kepulauan Spratly dan Paracel pada abad ke-17 serta terdapat fakta sejarah yang menunjukkan bahwa wilayah tersebut masuk ke dalam distrik Binh Son Vietnam, Vietnam Selatan. Kemudian Vietnam mulai menyatakan kepemilikannya atas Kepulauan Spratly pada tahun 1975 dengan menempatkan tentaranya di 13 pulau di Kepulauan tersebut. Konflik-konflik yang terjadi melibatkan Vietnam telah berlangsung beberapa kali yang disebabkan bersikeras antara para pihak terutama Vietnam dan RRC hingga sekarang Vietnam terus memperkuat militer di wilayah Kepulauan Spratly. Filipina mulai menduduki Kepulauan Spratly diawali pada tahun 1970. Prinsip utama yang digunakan dalam klaim Filipina adalah hukum Res Nullius. Filipina berpendapat klaim mereka Res Nullius karena tidak ada kedaulatan efektif atas pulau-pulau sampai tahun 1930, sejak Prancis dan kemudian Jepang mengambil alih pulau. Ketika Jepang meninggalkan kedaulatan mereka atas pulau-pulau dengan perjanjian San Francisco, ada pelepasan hak atas pulau-pulau tanpa penerima khusus. Klaim juga dilakukan karena prinsip ZEE yang dianggap Filipina bahwa Kepulauan Spratly termasuk di dalamnya. Malaysia melakukan klaim terhadap Kepulauan Spratly atas dasar Peta Batas Landas Kontinen yang secara jelas bahwa sebagian wilayah Kepulauan Spratly masuk kedalam wilayah landas kontinen Malaysia. Selain itu Malaysia juga melakukan upaya-upaya lain seperti pendudukan, klaim serta penamaan terhadap gugusan pulau di Kepulauan Spratly. Pendudukan yang dilakukan Malaysia oleh pasukan militernya dimulai pada tahun 1997. Kemudian pada September 1983 Malaysia mengirim sekitar 20 Pasukan Komando ke Terumbu Layang dan pada tahun yang sama Malaysia melakukan survey dan kembali menyatakan bahwa kepulauan tersebut berada di perairan Malaysia. Penguatan basis militer di pulau-pulau tersebut semakin gencar dilakukan Malaysia hingga saat ini mengingat kencangnya upaya klaim dari negara-negara lain. Klaim yang dilakukan Brunei Darussalam bukan terhadap gugusan pulau tetapi hanya pada wilayah laut Kepulauan Spratly. Brunei merupakan satu-satunya negara yang menahan diri untuk klaim dan pendudukan militer di wilayah gugusan Kepulauan Spratly. Brunei
  • 10. 7 melakukan klaim atas dasar konsep ZEE dimana sebagian wilayah dari Kepulauan Spratly masuk dalam ZEE Brunei Darussalam. Negara-negara yang tidak terlibat langsung dalam sengketa Kepulauan Spratly menjadi aktor lain yang berusaha mengambil keuntungan dari konflik tersebut. Amerika Serikat memiliki kepentingan militer dan komersial. Amerika Serikat memiliki strategi mempertahankan Kepulauan Spratly masuk di wilayah Filipina karena Filipina merupakan pertahanan militer Amerika Serikat dari Cina. Selain Amerika Serikat, Jepang juga memiliki kepentingan di Kepulauan Spratly yang hampir sama dengan Amerika Serikat dimana Jepang berusaha melindungi jalur perdagangan minyaknya dan juga Jepang memiliki perusahaan yang terlibat dalam eksplorasi di wilayah sengketa Kepulauan Spratly. India juga menjadi aktor eksternal dan menambah permasalahan baru di Kepulauan Spratly. Aktor-aktor eksternal lahir karena aktor internal menarik mereka untuk terlibat dalam konflik tersebut. Alasan komersial menjadi pemicu utama semakin ramainya dan panjang konflik di Laut Cina Selatan. 2.4. Dampak Persengketaan Terhadap Pihak Negara yang Terlibat Persengketaan Kepulauan Spratly merupakan sumber ketegangan diantara negara- negara yang terlibat, yaitu Brunei Darusssalam, Cina, Filipina, Malaysia, Taiwan dan Vietnam. Persengketaan ini memiliki dampak yang cukup besar dalam beberapa aspek. Konflik antar negara di dalam wilayah Laut Cina Selatan dapat dilihat dari berbagai perspektif kepentingan dari aktor-aktor negara yang terlibat dalam konfrontasi ini, baik itu karena masalah kedaulatan wilayah, kepentingan ekonomi ataupun bahkan politik. Konflik yang terjadi di wilayah perairan Laut Cina Selatan setiap negara yang terlibat di dalamnya memiliki kepentingannya masing- masing yang ingin diwujudkan agar negara tersebut mendapatkan keuntungan dari konflik yang terjadi. Dampak yang dipengaruhi dari konflik di Laut Cina Selatan ini sebenarnya lebih masuk terhadap ranah internasional dan juga negara yang berada di kawasan Asia Tenggara dimana permasalahan tersebut merupakan akar ketegangan antar negara walaupun setiap negara memiliki caranya masing-masing dalam menanggapi konflik tersebut agar hubungan antar negara dapat berjalan dengan motif ekonomi, politik dan sosial bagi setiap negara. Dampak terhadap militer dititik beratkan terhadap pengawasan lebih dan juga alutsista militer setiap negara di bagian udara dan juga maritim untuk mengontrol setiap aktivitas pertahanan negara terutama di Laut Cina Selatan yang menjadi daerah konflik. Lalu adapun dampak terhadap warga sipil yang bermukim di dekat dengan jalur konflik Laut Cina Selatan ini dimana adanya ketegangan jika nelayan dalam kawasan ZEE bertemu dengan patroli militer dari negara lain yang masuk pada zona konflik yang bisa berakibat buruk seperti pengusiran di daerah yang
  • 11. 8 sebenarnya sampai sekarang belum ada penyelesaiannya. Dampak lain yang cukup besar karena persengketaan ini diantaranya adalah potensi konflik bersenjata, gangguan perdagangan, sumber daya alam terancam, kerugian ekonomi, dampak psikologis masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, hubungan antar negara terganggu, serta masalah kedaulatan serta hak-hak maritim antar negara yang terlibat sehingga dapat memperburuk situasi hukum dan diplomasi di wilayah tersebut. 2.5. Usaha menyelesaikan Sengketa dan Konflik antara Pihak Negara yang Terlibat Negara-negara yang terlibat sengketa dalam rangka meredakan konflik mengenai kepemilikan Spratly berusaha melakukan perundingan dan dialog bilateral. Pertemuan bilateral dilakukan oleh negara-negara yang berkonflik sejak 1988 untuk menyelesaikan sengketa tersebut melalui diskusi dan konsultasi. Rencana penyelesaian yang sudah dilakukan, diantaranya adalah pada tahun 1991 RRC melakukan perundingan bilateral dengan Taiwan mengenai eksplorasi minyak bersama yang berlangsung di Singapura. Pada tahun 1992, Cina mengadakan pertemuan bilateral dengan Vietnam dan menghasilkan kesepakatan pembentukan kelompok khusus dalam menangani sengketa perbatasan territorial. Pada bulan Juni 1993, Malaysia dan Filipina melakukan hal yang sama dengan menandatangani perjanjian kerjasama eksplorasi minyak dan gas bumi selama 40 tahun di wilayah yang dipersengketakan. RRC dan Filipina juga melakukan pertemuan untuk bersama-sama mengeksplorasi dan mengembangkan wilayah Spratly. Beberapa perjanjian multilateral yang pernah dilakukan dalam upaya penyelesaian sengketa Kepulauan Spratly, antara lain Deklarasi Kuala Lumpur 1971 yang membahas tentang kawasan damai, bebas, dan netral (Zone of Peace, Freedom, and Neutrallity) atau ZOPFAN; Traktat Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara yang dihasilkan dan disetujui pada KTT ASEAN 1 pada tahun 1976; Pembentukan ASEAN Regional Forum (ARF) pada tahun 1994; KTT ASEAN V tahun 1995 yang menghasilkan traktat mengenai kawasan bebas senjata nuklir di Asia Tenggara. Dari pertemuan-pertemua ini, terlihat bahwa negara-negara tersebut setuju untuk mencari penyelesaian secara damai melalui konsultasi, membangun rasa percaya, membentuk berbagai kerja sama, dan berusaha untuk tidak menggunakan kekuatan senjata. Selain itu, ketiga negara tersebut (Cina, Vietnam dan Filipina) setuju untuk mengakui dan menyelesaikan sengketa mereka atas dasar prinsip-prinsip hukum internasional, termasuk Konvensi Hukum Laut 1982. Upaya-upaya tersebut cukup efektif dalam penyelesaian sengketa jika dilihat dari situasi setelah perjanjian. Selain itu beberapa perjanjian multilateral juga berupa mediasi yang
  • 12. 9 dipelopori oleh mediator sehingga perjanjian dapat berjalan lebih baik. Namun tidak sepenuhnya berjalan dengan baik karena tidak dicapainya peta kepemilikan pulau, dan banyaknya pihak yang melanggar sendiri perjanjian tersebut, seperti terjadinya perusakan kapal oleh pihak-pihak tertentu. Salah satu yang belum dilakukan dalam perjanjian multilateral itu adalah kemungkinan untuk melakukan pengelolaan minyak dan gas bumi secara bersama yang mana perjanjian itu dapat menjadi usaha alternatif untuk meredam konflik di Kepulauan Spratly.
  • 13. 10 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 1. Kepulauan Spratly adalah sebuah gugusan kepulauan yang terletak di Laut Cina Selatan, antara Vietnam dan Filipina, serta di sebelah timur laut Pulau Natuna, Indonesia. Kepulauan Spratly memiliki nilai strategis karena letaknya yang dekat dengan jalur pelayaran internasional dan kaya akan sumber daya alam seperti minyak, gas, ikan, dan batu bara. 2. Kepulauan Spratly diklaim oleh 6 negara, yakni Republik Rakyat Cina, Taiwan, Filipina, Brunei dan Malaysia. Selain ke-6 negara internal tersebut, terdapat aktor negara eksternal, yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan India. 3. Letak strategis lintas laut kapal dan kekayaan sumber daya alam lainnya seperti ikan menjadi faktor yang juga sangat mempengaruhi sengketa dan konflik diantara negara-negara bersengketa. Kepulauan Spratly memiliki nilai strategis yang tinggi karena letaknya yang dekat dengan jalur perdagangan utama dan kayak akan sumber daya alam seperti ikan, gas dan minyak bumi. 4. Dampak signifikan dari persengketaan Kepulauan Spratly pada negara-negara yang terlibat meliputi beberapa aspek, diantaranya politik, ekonomi, lingkungan, sosial, dan hukum. 5. Penyelesaian sengketa dan konflik antar negara yang terlibat dilakukan dengan perundingan, dialog bilateral, perjanjian multilateral untuk mencari penyelesaian secara damai melalui konsultasi, membangun rasa percaya, membentuk berbagai kerja sama, dan berusaha untuk tidak menggunakan kekuatan senjata.
  • 14. 11 DAFTAR PUSTAKA Arifah, A. 2018. Kepentingan China Dalam Pengklaiman Kepulauan Spratly dan Paracel Terhadap Konflik di Laut China Selatan (Doctoral dissertation, Perpustakaan). Dahalan, W.S.A.W., H. Y. Ab Rahim dan M. Nasir, 2020. Kepentingan Ciri-Ciri Maritim Di Kepulauan Spratly dan Isu Pencemaran Marin yang Berlaku. Jurnal Ilmu Hukum Reusam, 8(1): 42-51. Djuyandi, Y., A. Q. Illahi dan A. C. H. Aurel. 2021. Konflik Laut China Selatan Serta Dampaknya Atas Hubungan Sipil Militer di Asia Tenggara. Jurnal Ilmiah Muqoddimah, 5(1): 112-124. Junef, M. 2018. Sengketa Wilayah Maritim di Laut Tiongkok Selatan. Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, 18(2): 219-240 Muzwardi, A. 2016. Konflik Negara-Negara ASEAN dan China Terhadap Kepulauan Spratly. Prosiding Seminar Nasional Perbatasan dan Kemaritiman, 1-9. Nasir, M dan W. S. A. W. Dahalan. 2017. Penyelesaian Pertikaian Kepulauan Spratly Memanfaatkan Perjanjian Pembangunan Bersama di Bawah UNCLOS 1982. Jurnal Ilmu Hukum Reusam, 6(1): 19-40. Nigsih, O. A., M. Indra dan W. Edorita. Sengketa Kepemilikan Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan Berdasarkan UNCLOS III (United Nations Convention on the Law of the Sea) Tahun 1982. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Hukum, 3(2): 1-14. Nugraha, A. A. 2011. Manuver Politik Cina dalam Konflik Laut Cina Selatan. Jurnal Pertahanan, 1(3): 56. Samosir, W. A. 2017. Peran ASEAN Regional Forum (ARF) dalam Penyelesaian Konflik Laut Cina Selatan (Doctoral dissertation, UNIMED). https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_spratlyconflict Diakses pada 15 April 2023 https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220511135122-118-795477/sejarah-konflik- laut-china-selatan-yang-jadi-rebutan/2 Diakses pada 15 April 2023