Dokumen ini membahas tentang peradaban Islam di Asia Tenggara khususnya proses masuk dan perkembangan Islam di Indonesia beserta kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri. Islam masuk ke Asia Tenggara secara damai melalui pedagang dan diserap dengan baik oleh masyarakat. Di Indonesia, Islam pertama kali dikenal melalui pedagang yang singgah di pelabuhan sebelum akhirnya berkembang menjadi komunitas dan berdirinya kerajaan-keraja
S p i masuknya islam di asia tenggara dan di indonesia
1. PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA, MASUKNYA ISLAM DI
INDONESIA DAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Drs. Wahyudi, M.Pd
Oleh:
1. Atiqoh Salma Rusyda (1703036038)
2. Syifa Safira (1703036039)
3. Afifah Indrawati (1703036040)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penduduk Asia Tenggara mayoritas merupakan umat Islam, khususnya di
Indonesia, Malaysia, Thailand Selatan, dan Brunei. Masuknya masyarakat dunia
ke dalam agama Islam berlangsung secara damai. Di Asia Tenggara, Islam
merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh
negara yang ada di Asia Tenggara penduduknya baik mayoritas maupun minoritas
memeluk agama Islam. Islam menjadi agama resmi Negara Federasi Malaysia,
Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau 90%
beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam), dan
negara-negara lainnya.
Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak memeluk agama
Islam, termasuk pulau-pulau yang terletak di sebelah timur India sampai lautan Cina
dan mencakup Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Sejarah masuknya Islam di Asia
Tenggara sampai saat ini merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan
kontra antara sejarawan, agamawan, arkeolog, dan intelektual. Namun yang menjadi
referensi umum masuknya Islam di Asia Tenggara adalah melalui proses
perdagangan internasional yang berpusat di Selat Malaka melalui para pedagang
muslim Persia dan Arab.
Proses masuknya Islam di negara-negara di Asia Tenggara tidak sama.
Semuanya memiliki karakteristik masing-masing budaya yang berbeda. Oleh
karena itu, muncullah beberapa hal yang melatarbelakangi proses berkembangnya
Islam di Asia Tenggara yang penting untuk kita ketahui.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya Islam di AsiaTenggara?
2. Bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia?
3. Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia?
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam di Asia Tenggara
Masuknya Islam di Asia Tenggara menyebabkan timbulnya perdebatan para
ulama, yang meliputi waktu datangnya Islam di Asia Tenggara, penyebar, dan
daerah asal penyebar.Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Asia Tenggara,
antara lain:
1. Pijnapple (sejarawan Universitas Leiden) berpendapat bahwa Islam datang ke
nusantara berasal dari anak Benua India, yaitu Gujarat dan Malabar.
2. Moqquette (sarjana Belanda), berpendapat bahwa Islam datang ke nusantara
berasal dari Gujarat.
3. Fatimi, berpendapat bahwa Islam disebarkan di Nusantara berasal dari Bengal.
4. Marrisson, berpendapat bahwa Islam yang disebarkan di Nusantara berasal dari
Pantai Coromendel pada abad ke-13 M.
5. Crawfurd, berpendapat bahwa Islam yang disebarkan di Indonesia berasal dari
Arab.
Masuknya agama Islam di Asia Tenggara mempunyai keistimewaan tersendiri,
yaitu dengan jalan damai, terbuka, tanpa pemaksaan, dan berangsur-angsur
sehingga Islam sangat mudah diterima oleh masyarakat. Jarang sekali dengan
kekerasan dan diterima dengan sukarela oleh masyarakat meskipun tidak sekaligus.
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan
para sufi. Hal ini sangat berbeda dengan daerah Islam lainnya yang disebarluaskan
melalui penaklukan Arab dan Turki.
Kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir
semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan
para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman, dan Arabian
4. Selatan. Pada abad ke 5 SM, kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan
pada pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan
masyarakat sekitar pesisir. Kondisi seperti inilah yang dimanfaatkan para pedagang
muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Penetrasi Islam di Asia Tenggara dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap pertama
Dimulai dengan kedatangan islam yang kemudian diikuti dengan
kemerosotan dan akhirnya keruntuhan kerajaan Majapahit pada sekitar abad
14-15
2. Tahap kedua
Adalah sejak datangnya dan kemudian mapannya kekuasaan kolonialisme
barat sampai awal abad ke-19.
3. Tahap ketiga
Pada permulaan abad ke-20terjadi liberalisasi sebagai kebijakan pemerintah
kolonial.
Proses islamisasi dan intensifikasi keislaman banyak dipengaruhi oleh
situasi dan faktor-faktor lokal yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan
dalam tingkat penetrasi islam di Asia Tenggara yang berakibat pada perbedaan
pandangan, penghayatan, dan pengamalan islam oleh penganutnya. Islamisasi dan
intensifikasi merupakan proses konversi kepada islam dan peningkatan kesadaran
serta upaya untuk memahami dan mengamalkan islam sesuai dengan doktrin-
doktrin yang sebenarnya, yang bersih dari bid’ah dan percampuran unsur-unsur non
islam lainnya. Proses ini disebut sebagai kembali kepada al-Qur’an dan Hadist.1
B. Proses Masuknya Islam di Indonesia
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan indonesia dikenal sebagai
pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi
1Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam,(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005) hal. 221
5. sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah didaratan Asia Tenggara.2 Wilayah barat nusantara dan sekitar
malaka sejak zaman kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian,
terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan
menjadi daerah lintasan penting antara China dan India. Pelabuhan-pelabuhan
penting di Sumatera dan Jawa antara abad ke-I dan ke-VII M sering disinggahi
pedagang asing,seperti Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatera (Sunda
Kelapa dan Gresik di Jawa).3
Pedagang-pedagang Muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang
sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abd I H), ketika
Islam pertama kali berkembang diTimur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukan
Portugis (1511), merupakan pusat utama lalu-lintas perdgangan dan pelayaran.
Dengan demikian, Malaka sebagai mata rantai pelayaran yang penting.
Menurut J. C. van Leur, berdasarkan berbagai cerita perjalanan dapat
diperkirakan bahwa sejak 674 M ada koloni-koloni Arab di laut Sematera, yaitu di
Barus, daerah penghasil kapur barus terkenal. Dari berita Cina bisa diketahui bahwa
di masa dinasti Tang (abad ke 9-10) orang-orang Ta-Shih sudah ada di Kanton (Kan-
fu) dan Sumatera. Ta-Shih adalah sebutan orang-orang Arab dan Persia, yang ketika
itu jelas sudah menjadi Muslim. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang
bersifat internasional antara negeri-negeri di Asia bagian Barat dan Timur mungkin
disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayyah di bagian Barat
dan kerajaan Cina zaman dinasti Tang di Asia bagian timur serta kerajaan Sriwijaya
di Asia Tenggara.
Menurut Taufik Abdullah , belum ada bukti bahwa pribumi Indonesia
ditempat-tempat yang disinggahi oleh para pedagang Muslim itu beragama Islam.
2Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
II,(Jkarta: Balai Pustaka, 1984) hal. 2
3Taufik Abdullah,Sejarah Umat Islam Indonesia,(Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 1991)
hal. 34
6. Adanya koloni itu, diduga sejauh yang paling bisa dipertanggung jawabkan, ialah
para pedagang Arab tersebut, hanya berdiam untuk menunggu musim yang baik
bagi pelayaran.4
Baru pada zaman-zaman berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk Islam,
bermula dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang Muslim itu. Menjelang
Abad ke-13 M, masyarakat muslim sudah ada di Samudera Pasai, Perlak, dan
Palembang di Sumatera. Di Jawa, makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik)
yang berangka tahun 457 H (1802 M), dan makam-makan Islam di Tralaya yang
berasal dari abad ke-13 M merupakan bukti berkembangnya komunitas islam,
termasuk dipusat kekuasaan Hindu-Jawa ketika itu, Majapahit. Namun, sumber
sejarah shahih yng memberikn kesaksian sejarah yang dapat dipertanggung
jawabkan tentang berkembangnya masyarakat Islam di Indonesia, baik berupa
prasasti dan historigrafi tradisional maupun verita asing, baru terdapat ketika
“komunitas islam” berubah menjadi pusat kekuasaan.5
Perkembangan agama Islam di Indonesia dapat dibagimenjadi tiga fase
yakni:
1. Singgahnya pedagang-pedagang Islam dipelabuhan-pelabuhan
Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama Cina.
2. Adanya komuniatas-komunitas Islam dibeberapa daerah kepulauan
Indonesia. Sumbernya, disamping berita asing, juga terdapat makam-
makam Islam.
3. Berdirinya kerajaan Islam.6
Proses penyebaran yang sekaligus menjadi strategi dakwah agama islam
di Indonesia dilakukan dengan banyak cara, yaitu melalui perdagangan,
4Taufik Abdullah (Ed),Sejarah Umat Islam Indonesia,(jakarta: Majelis Ulama Indonesia,
1991) hal. 34.
5Ibid., hal. 38
6Ibid.,hal. 39
7. perkawinan, pendidikan, politik, kesenian/budaya, dan tasawuf yang
kesemuanya mendukung meluasnya ajaran Islam.
1) Perdagangan. Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam
dari Arab, Persia, dan India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan
di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang
antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, Sebagai
seorang muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam
juga menyampaikan dan megajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain.
Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan
merekapun menyebarkan agama dan budaya Islam yang baru dianutnya kepada orang
lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar dari
pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa Indonesia.
Proses penyebaran Islam memlalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih
efektif di banding cara lainnya. Apalagi yang terlibat dalam perdagangan bukan hanya
dari golongan masyarakat bawah, melainkan juga golongan kelas atas seperti kaum
bangsawan atau raja.
2) Perkawinan. Para pedagang muslim melakukan aktifitas perdagangan dalam waktu
yang cukup lama, banyak dari mereka yang tinggal dalam waktu yang cukup lama
dalam suatu daerah. Keadaan inilah yang mempererat hubungan mereka dengan
penduduk pribumi atau dengan kaum bangsawan pribumi.
Hubungan kominikasi yang baik ini tidak jarang diteruskan dengan adanya
perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang muslim. Melalui
perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Lambat laun terbentuk masyarakat muslim
dengan adat Islam hingga suatu saat terbentuknya sebuah Kerajaan Islam. Misalnya,
perkawinan Raden Rakhmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, perkawinan
antara Sunan Gunung Jati dengan putri Kawungaten, perkawinan antara Raja
Brawijaya dengan putri Jeumpa yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah
yang pada akhirnya menjadi raja Demak.
8. 3) Politik. Seorang raja tentu saja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan
memgang peran yang penting dalam proses Islamisasi. Pada saat seorang raja
memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan berbondong-bondong mengikuti jejak
rajanya memeluk agama Islam. Telah dimaklumi masyarakat Indonesia memiliki
kepatuhan yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi panutan bahkan menjadi contoh
bagi rakyatnya.
Setelah Raja dan rakyat memeluk agama Islam, maka kepentingan politik
dilakukan dengan cara perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran
agama Islam. misalnyanya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya di bawah
pimpinan Fatahillah untuk menguasai wilayah Jawa Barat dan memerintahkan
menyebarkan agama Islam di sana.
4) Pendidikan. Seluruh da'i, ulama, guru-guru agama, ataupun para Kyai juga
memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam dan kebudayaan Islam.
Mereka menyebarkan Islam melalui jalur pendidikan, yaitu dengan mendirikan
pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah pusat tempat pengajaran agama
Islam bagi para murid yang di lingkungan pesantren dinamakan santri. Mereka
kemudian menyebarkan dan mengembangkan agama Islam ke masyarakat, bahkan
setiap santri setelah lulus dari pesantren mereka selalu berusaha untuk dapat
membangun pesantren sendiri dan juga tempat ibadah sehingga tak asing kita banyak
menjumpai pondok pesantren di sekitar kita.
Pondok pesantren yang didirikan semuanya bertujuan untuk lebih mempermudah
penyebaran dan pemahaman agama Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh
Raden Rakhmat di Ampel denta, Surabaya, dan pesantren yang didirikan oleh Sunan
Giri di Giri. Para santri yang mengikuti pendidikan bukan hanya dari daerah-daerah
sekitar pondok pesantren itu saja, melainkan juga datang dari daerah-daerah yang
sangat jauh, seperti dari daerah Kalimantan,Maluku, Makasar, Sumatra, untuk belajar
di pesantren tersebut.
5) Kesenian. Penyebaran Agama Islam melalui kesenian dapat dilakukan dengan
mengadakan pertunjukan seni gamelan da Wayang . Cara seperti ini banyak ditemui di
9. Jogjakarta, Solo, Cirebon, dan lain-lain. Seni gamelan banyak digemari masyarakat
Jawa dan ini tentu dapat mengundang masyarakat berkumpul dan selanjutnya
dilaksanakan dakwah Islam. Disamping seni gamelan juga terdapat seni wayang.
Pertunjukan seni wayang sangat digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita
wayang para ulama menyisipkan ajaran agama Islam, sehingga masyarakat dengan
mudah menangkap dan memahami ajaran Islam. Contohnya, Sunan Kalijaga
memanfaatkan seni wayang untuk proses Islamisasi Dengan mengadakan pertunjukan
wayang dan karcis tanda masuknya cukup dengan mengucap kalimat Syahadah. Selain
itu, pengaruh Islam juga berkembang melalui seni sastra, seni rupa atau seni kaligrafi
dan seni-seni lainnya.7
6) Tasawuf. Para pelaku tasawuf atau sufi umumnya adalah pengembara. Mereka
dengan sukarela mengajar penduduk lokal tentang berbagai hal. Mereka juga sangat
memahami persoalan para penduduk lokal dari berbagai sisi. Para sufi memiliki sifat
dan budi pekerti yang luhur sehingga memudahkan mereka bergaul dan memahami
masyarakat. Mereka memahami problem kemiskinan dan keterbelakangan sekaligus
juga memahami kesehatan spiritual masyarakat. Mereka juga memahami hal magis
yang digandrungi masyarakat penganut paham animisme dan dinamisme kala itu. Hal
ini menjadikan para sufi mampu melihat celah yang dapat dimasuki ajaran-ajaran
Islam. Dengan tasawuf, bentuk ajaran Islam yang disampaikan kepada penduduk
pribumi dapat dengan mudah m asuk ke alam pikiran mereka. Di antara para sufi yang
memberikan ajaran Islam kepada masyarakat adalah Hamzah Fansury dari Aceh,
Syaikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung dari Jawa.8
C. Kerajaan Islam yang Ada di Indonesia.
7
https://zaenalarifinspdi.blogspot.co.id/2010/10/ski-ma-kelas-xii-islam-di-indonesia.html
(diakses pukul 22.12 WIB) 14 april 2018
8
Muhammad khalil, Sejarah Kebudayaan Islam(Jakarta: Kementrian Agama,2016) hal 36-37
10. 1. Kerajaan Islam di Sumatera
a. Kerajaan Islam Samudera Pasai
Kerajaan islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai yang
merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh.
Kemunculannya diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M,
sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi
pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7,ke-8, dan seterusnya.9
Raja pertamanya yakni Malik Al-Saleh (1927 M) merupakan pendiri dari
kerajaan tersebut. Hal itu diketahui dari tradisi Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat
Melayu, dan juga hasil penelitian atas beberpa sumber yang dilakukan sarjana-
sarjana Barat. Khususnya seperti Snouck Hurgronye, J. P. Molquette, J. L.
Moens, J. Hushoff Poll, G. P. Roffaer, dll. Raja setelahnya yakni Sultan Malik
al-Zahir (1297-1326 M), Mahmud Malik al-Zahir (1326-1345 M), Manshur
Malik al-Zahir (1345-1346 M), Ahmad Malik al-Zahir (1346-1383 M), Zainal
Abidin Malik al-Zahir (1383-1405 M), Nahrasiyah (1402-?), Abu Zaid Malik
alZahir (?-1455 M), Mahmud Malik al-Zahir (1455-1477 M), Zainal Abidin
(1477-1500 M), Abdullah Malik al-Zahir (1501-1513 M), dan sultan yang
terakhir adalah Zainal Abidin (1513-1524 M).10
Kerajaan ini mengandalkan perdagangan dan pelayaran sebagai
perekonomian utama, dikarenakan letaknya sebagai penghubung antara pusat-
pusat perdagangan yang terdapat di kepulauan Nusantara, India, Cina, dan Arab.
Pada tahun 1521 kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya
selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M kerajaan ini menjadi bagian dari wilayah
kerajaan Aceh Darussalam.
b. Kerajaan Aceh Darussalam
9Uka Tjandrasasmita (Ed), Sejarah nasional Indonesia III,(Jakarta: PN Balai Pustaka,1984)
hal.3i
10Mundzirin Yusuf, Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia,(Yogyakarta: Pustaka,2006).
11. Kerajaan Aceh di perkirakan berdiri pada abad ke 15M. Kerajaan ini
didirikan di atas puing-puing kerajaan Lamuri oleh Muzaffar Syah (1465-1497
M). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam. Kerajaan aceh menerima
islam dari pasai. Kerajaan ini sendiri merupakan gabungan dari kerajaan Lamuri
dan Aceh Dar al kamal. Raja pertamanya adalah Ali Mughayat Syah. Adapun
peletak dasar kebesaran kerajaan Aceh adalah Sultan Alaudin Riayat Syah yang
begelar al-Qahar. Sedangkan puncak kekuasaan kerajaan Aceh terjadi pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637 M). Pada masanya tanah
gayo dan Minangkabau berhasil diislamkan dan seluruh pelabuhan dipesisir
barat dan timur sumatera berhasil dikuasai.
Pengganti Sultan Iskandar Muda adalah Sultan Iskandar Tsani. Pada
masa Iskandar Tsani pengetahuan agama maju pesat. Sepeninggalnya tampil
beberapa sultan wanita. Pada masa ini beberapa wilayah taklukan melepaskan
diri dan kerajaan mulai terpecah belah yang semakin lama semakin melemah.
2. Kerajaan Islam di Jawa
a. Kerajaan Demak
Demak merupakan kerajaan Islam pertama yang berdiri di Jawa.
Raja pertamanya adalah Raden Patah yang bergelar Senopati Jimbun
Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 M
hingga awal abad ke-16 M. Selanjutnya ia digantikan puteranya Pangeran
Sabrang Lor yang dikenal juga dengan Pati Unus. Raja selanjutnya adalah
Trenggono yang dilantik menjadi sultan oleh Sunan Gunung Jati dengan
gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Pada tahun 1546 dalam penyerbuan ke
Blambangan Sultan Trenggono terbunuh. Ia digantikan artinya Prawoto.
Prawoto kemudian juga dibunuh oleh Aria Penangsang dari Jipang tahun
1549. Dengan demikian kerajaan Demak berakhir dan diteruskan oleh
kerajaan Pajang dengan Jaka Tingkir sebagai raja pertamanya.
12. b. Kerajaan Pajang
Kerajaan atau kesultanan Pajang adalah penerus dan sekaligus
pewaris dari kerajaan Demak. Kesultanan Pajang yang terletak di daerah
Kartosura sekarang ini adalah kerajaan Islam pertama yang terletak di
pedalaman pulau Jawa.
Raja atau sultan pertama Pajang adalah Jaka Tingkir yang berasal
dari Pengging. Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa Pajang oleh raja
Demak, Sultan Trenggono, setelah dijadikan menantunya. Pada tahun 1546
Sultan Trenggono meninggal dan muncul kekacauan di kota Demak.
Dengan ini Jaka Tingkir kemudian mengambil alih kekuasaan setelah anak
sulung Sultan Trenggono, Prawoto, dibunuh oleh Aria Penangsang dari
Jipang (sekarang Bojonegoro).
Setelah memindahkan semua benda pusaka ke Pajang, Jaka Tingkir
menjadi raja yang cukup berpengaruh di Jawa dan bergelar Sultan
Adiwijaya. Pada masanya terjadi perpindahan pusat kekuasaan kerajaan
Islam dari pesisir ke pedalaman. Adiwijaya meluaskan daerah kekuasaannya
ke timur sampai ke Madiun, di aliran Bengawan Solo, Blora, dan Kediri.
Adiwijaya kemudian wafat tahun 1587 dan dimakamkan di Butuh (sebelah
barat taman kerajaan Pajang) dan digantikan menantunya, Aria Pangiri
(anak Prawoto).
Putera Adiwijaya, Pangeran Benawa, menjadi penguasa di Jipang.
Pada tahun 1588 Pangeran Benawa berhasil mengusir raja Pajang atas
bantuan penguasa Mataram, Senopati. Pangeran Benawa kemudian diangkat
menjadi raja Pajang dan berada di bawah perlindungan kerajaan Mataram.
Kerajaan pajang berakhir tahun 1618. Pada waktu itu Pajang memberontak
terhadap Mataram dan berhasil ditumpas oleh Mataram yang rajanya waktu
itu adalah Sultan Agung. Pajang hancur dan rajanya melarikan diri ke Giri
dan Surabaya.
c. Kerajaan Mataram
13. Kerajaan mataram berawal ketika sultan Adiwijaya meminta
bantuan kepada Ki pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk
menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang. Sebagai
hadiahnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki
Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian. Ki
Pamanahan menempati istana Mataram tahun 1577 M dan digantikan oleh
puteranya, Senapati, tahun 1584 M yang dikukuhkan oleh sultan Pajang.
Atas perjuangannya yang berat, Senapati berhasil menguasai sebagian dari
kerajaan-kerajaan bekas kekuasaan Pajang. Senapati kemudian meninggal
tahun 1601 M dan digantikan oleh puteranya Seda Ing Krapyak yang
memerintah hingga tahun 1613 M. Sultan Agung kemudian menggantikan
ayahnya, Seda Ing Krapyak, dan berhasil menguasai seluruh Jawa Timur.
Pada masa Sultan Agung mulai terjadi kontak bersenjata dengan
VOC. Tahun 1646 Sultan Agung wafat dan digantikan putera mahkotanya,
Amangkurat I. Sultan Amangkurat I bermusuhan dengan para ulama, bahkan
tahun 1647 ia membunuh sekitar 5000-6000 ulama beserta keluarganya.
Karena itu sering terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para ulama
terhadap kerajaan Mataram yang mengakibatkan runtuhnya Kraton
Mataram.
d. Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan islam pertama di Jawa Barat
yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Islam sendiri sudah ada di Cirebon
pada tahun. 1470-1475M.
Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-
daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh),
Sunda Kelapa, dan Banten. Beliau wafat tahun 1568 M dalam usia 120 tahun
dan digantikan puteranya Hasanudin. Sultan Hasanudin inilah yang
kemudian menurunkan raja-raja Banten. Sepeninggal Pangeran Girilaya
14. Cirebon diperintah oleh dua puteranya, Martawijaya atau Panembahan
Sepuh dan Kartawijaya sebagai Panembahan Anom. Kesultanan juga dibagi
dua, yaitu kesultanan Kasepuhan yang rajanya bergelar Samsudin dan
kesultanan Kanoman yang rajanya bergelar Badrudin.
e. Kerajaan Banten
Kerajaan ini didirikan oleh sultan Hasanuddin, putera Sunan Gunung
Jati. Hasanudin kemudian menjadi raja Banten pertama. Banten semula
merupakan vassal dari Demak. Hasanudin meninggal tahun 1570 dan
digantikan oleh puteranya, Yusuf. Setelah sembilan tahun memerintah,
Yusuf berhasil menaklukkan Pakuwan yang belum Islam. Yusuf meninggal
tahun 1580 dan digantikan puteranya, Muhammad, yang masih muda belia.
Selama Muhammad masih belum dewasa, pemerintahan dipegang
oleh kali (jaksa agung) bersama empat pembesar kerajaan lainnya. Sultan
Muhammad melanjutkan serangan terhadap raja Palembang dan gugur pada
tahun 1596 M dalam usia 25 tahun dan meninggalkan putera yang berusia 5
bulan, Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir.
Sebelum memegang pemerintahan secara langsung, sultan Abdul
Mufakhir berturut-turut berada di bawah 4 orang wali laki-laki dan seorang
wali perempuan. Ia baru aktif memegang kekuasaan tahun 1626 M dan tahun
1638 M mendapat gelar Sultan dari Makkah. Dialah raja Banten pertama
yang mendapat gelar sultan yang sebenarnya. Ia meninggal tahun 1651 M
dan digantikan cucunya Sultan Abulfath Abdulfath. Pada masa Sultan inilah
terjadi beberapa kali peperangan antara Banten dan VOC yang berakhir
dengan disetujuinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M.
3. Kerajaan Islam di Kalimantan11
a. Kerajaan Banjar (Kalimantan Selatan)
11 Muhammad khalil, Sejarah Kebudayaan Islam(Jakarta: Kementrian Agama,2016) hal 41-42
15. Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang
beragama Hindu. Peristiwanya bermula ketika terjadi pertentangan dalam
keluarga istana antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaan
Daha dengan pamannya, Pangeran Tumenggung.
Raja daha, sukarama sebelum wafat berwasiat bahwa ia akan
mengangkat cucunya (pangeran Samudra) menjadi raja setelahnya. Namun
karena anak-anak raja sukrma juga berambisi menjadi raja, maka secara
tidak langsung keselamatan Pangeran Samudera terancam. Oleh karena itu,
pangeran melarikan diri ke hilir sungai barito dibantu oleh Arya Taranggana.
Pangeran Samudera mengembara ke wilayah muara dan diasuh oleh
Patih Masih. Pangeran Samudera berhasil menyusun kekuatan. Dengan
meminta bantuan dari kerajaan Demak, Pangeran Samudera kemudian
berhasil menguasai Banjar dan sesuai dengan perjanjian yang dibuat dengan
Demak, ia dan seluruh kerabat kraton serta penduduk Banjar memeluk
Islam. Ia kemudian masuk Islam dan menjadi raja pertama dalam kerajaan
Islam Banjar dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah
Sultan Suryanullah kemudian diganti oleh putera tertuanya, Sultan
Rahamtullah. Raja-raja selanjutnya adalah Sultan Hidayatullah (putera
Sultan Rahmatullah) dan Marhum Panambahan yang dikenal dengan Sultan
Musta’inullah. Pada masanya Banjar mulai mengalami kekacauan. Kerajaan
Banjar sendiri berdiri pada tahun 1520M dan berakhir pada tahun 1905 M.
b. Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur)
Penyebar Islam di Kutai adalah Tuan di Bandang (Dato’ Ri
Bandang) dan Tuan Tunggang Parangan dari Makassar. Setelah
pengislaman Kutai Dato’ Ri Bandang kembali ke Makassar dan Tuan
Tunggang Parangan tetap di Kutai. Melalui Tuang Tunggang Parangan,
Raja Mahkota sebagai penguasa Banjar tunduk kepada Islam. Ia kemudian
mendirikan masjid dan pengajaran Islam dimulai. Proses Islamisasi di Kutai
dilakukan dengan cara peperangan hingga masuk ke daerah-daerah
16. pedalaman. Aji di Langgar, puteranya, dan penggantipenggantinya
melanjutkan ke daerah Muara Kaman.
c. Kerajaan Pontianak
Kesultanan Pontianak didirikan pada akhir abad ke-18 M, sekaligus
merupakan kesultanan termuda yang lahir di wilayah Kalimantan Barat.
Sebelumnya, telah banyak terdapat kesultanan atau kerajaan lainnya yang
telah lebih dulu berdiri di wilayah ini. Seperti Kerajaan Landak (1472M),
Matan (16M), Mempawah (16M), Sambas (17M), dan lainnya. Syarif
Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak Pertama. Letak
pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Ra ya Sultan
Abdurrahman Alkadrie dan Istana Ka dariah, yang sekarang terletak di
Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur. Ia merintah dari tahun
1771-1808. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Pontianak terus
mengalami kemajuan hingga menjadi kekuatan baru di wilayah Kalimantan
Barat dalam aktvitas perda gang an nya. Hal ini karena posisi kerajaan yang
strate gis sehingga banyak pedagang asing yang singgah.12
4. Kerajaan Islam di Sulawesi13
a. Kerajaan Gowa dan Tallo
Secara resmi kedua raja dari Gowa dan Tallo memeluk Islam pada 22
September 1605 M. Kerajaan Gowa-Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam
sering berperang dengan kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, seperti dengan
Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo.
Sejak itu, Gowa meluaskan politiknya agar kerajaan-kerajaan lainnya juga
masuk Islam dan tunduk di bawah kekuasaannya. Meski Gowa-Tallo sudah
Islam, pada masa pemerintahan raja-raja Gowa selanjutnya, mereka tetap
12 http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/01/17/ojvtyv313-3-kerajaan-
islam-di-kalimantan diakses 14 april 2018 pukul 23.30 wib
13 http://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/01/09/ojhb42313-tiga-kerajaan-islam-di-
sulawesi di akses 14 april 2018 pukul 23.45 wib
17. berhubungan baik dengan Portugis yang beragama Kristen Katolik. Contohnya,
masa Sultan Gowa Muhammad Said (14 Juni 1639-16 November 1653) dan
masa putranya Sultan Hasanuddin (16 November 1639-29 Agustus 1669).
b. Kerajaan Bone
Islamisasi di Bone tidak terlepas dari islamisasi Kerajaan Gowa.
Sultan Alauddin melakukan penyebaran Islam secara damai. Pertama-tama
ia lakukan dakwah Islam terhadap kerajaan-kerajaan tetangga.
Islam masuk di Bone pada masa La Tenri Ruwa sebagai Raja Bone
XI pada 1611 M dan ia hanya berkuasa selama tiga bulan. Sebab, beliau
menerima Islam sebagai agamanya padahal dewan adat Ade Pitue bersama
rakyat menolak ajaran tersebut. Perlu diketahui, sebelum Sultan Adam
Matindore ri Bantaeng atau La Tenri Ruwa memeluk Islam, sudah ada
rakyat Bone yang telah berislam. Bahkan, Raja sebelumnya We Tenri Tuppu
karena mendengar Sidendreng telah memeluk Islam, ia pun tertarik belajar
dan wafat di sana. Sehingga, ia digelari Mattinroe ri Sidendren.
c. Kerajaan Konawe
Masuk dan berkembangnya Islam di Kerajaan Konawe merupakan
bagian dari proses perkembangan agama Islam di Sulawesi Tenggara
khususnya, dan Indonesia umumnya. Islam masuk di Kerajaan Konawe pada
abad ke-18 yang dibawah oleh pedagang-pedagang dari Buton, Ternate, dan
Bugis. Namun, diduga jauh sebelumnya telah masuk pedagang-pedagang
dari Buton, Ternate, dan Bone. Akan tetapi, Islam belum diterima secara
resmi.
d. Kerajaan Buton
Kesultanan Buton adalah kerajaan Islam di Sulawesi Tenggara
yang muncul pada awal abad ke 14 Masehi. Awalnya kerajaan ini
merupakan kerajaan bercorak Hindu Budha, namun seiring masuknya
pengaruh dan penyebaran Islam, ia kemudian beralih menjadi kerajaan
Islam.
18. Kesultanan Buton menguasai daerah Kepulauan Buton, lengkap
dengan kawasan perairannya. Nama Buton sendiri telah dikenal sejak
zaman Majapahit. Dalam kitab Negarakertagama dan Sumpah Palapa
yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada, nama kerajaan ini bahkan
disebut berulang-ulang. Setelah 6 abad berkuasa, kesultanan ini masih
tetap ada hingga saat ini.
e. Kerajaan Banggai
Kerajaan Banggai adalah sebuah kerajaan Islam di Sulawesi
yang letak tepatnya berada di semenanjung timur Pulau Sulawesi dan
Kepulauan Banggai. Kerajaan ini berdiri sejak abad 16 Masehi dan tetap
ada hingga saat ini .Pada masa kejayaan Majapahit, kerajaan Banggai
pernah ditaklukan oleh Majapahit dan menjadi wilayah kekuasaannya.
Kendati demikian, setelah pengaruh Majapahit mulai runtuh dan seiring
perkembangan Islam di Sulawesi, Kerajaan Banggai kemudian berdiri
sebagai kerajaan bercorak Islam yang independen.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Islam masuk ke Asia Tenggara bukanlah dengan cara serta merta,
melainkan melalui berbagai tahapan dan saluran yang menyebabkan
penyebaran Islam diAsia Tenggara dapat diterima oleh masyarakat pribumi
yakni dengan cara damai bukan dengan paksaan maupun dengan cara
penaklukan seperti yang terjadi pada zaman khalifah-khalifah terdahulu.
Sedangkan sesuai kesepakatan bahwa islam sendiri masuk di Indonesia
melalui Sumatera, selanjutnya penyiaran agama islam berkembang dari pulau
19. ke pulau lain di Nusantara. Ketika kekuatan Islam semakin melembaga,
berdirilah kerajaan-kerajaan Islam. Sementara itu, berkat dukungan kerajaan-
kerajaan serta upaya gigih dari para ulama’, akhirnya islam sampai ke tanah
jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Khalil, Muhammad. 2016.Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Kementrian Agama.
Mubarok, Jaih. 2005.Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.1984.Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Abdullah, Taufik.1991.Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia.
Yusuf, Mundzirin.2006.Sejarah K ebudayaan Islam di Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka.
https://zaenalarifinspdi.blogspot.co.id/2010/10/ski-ma-kelas-xii-islam-di-
indonesia.html