Makalah ini membahas tentang sejarah peradaban Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Ia menghadapi berbagai pemberontakan selama masa kepemimpinannya akibat kebijakannya memecat gubernur-gubernur yang diangkat Khalifah Usman sebelumnya dan menunda pengusutan pembunuhan Khalifah Usman. Pemberontakan utama datang dari Muawiyah bin Abu S
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
S p-i-pada-masa-ali-bin-abi-thalib
1. SEJARAH PERADABAN ISLAM DI MASA ALI BIN ABI THALIB
Makalah
disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Bapak Wahyudi
Disusun oleh:
1. Eva Kholistiah (1703036013)
2. Desti Atun Nasia (1703036014)
3. Rizki Alif Utama (1703036015)
4. Fina Dian Fransiska(1703036016)
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 2A
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam pada masa Khulafa’ ar-Rasyidin berkembang sangat pesat, di mana
dimulai setelah kedaulatan Nabi hingga ke Timur Tengah dan bahkan di luar daerah itu.
Islam dikembangkan dengan mengajarkan nilai-nilai demokratis terutama dalam
pengangkatan seorang khalifah. Dapat dilihat dalam berbagai peristiwa pengangkatan
Khulafa ar-Rasyidin walaupun caranya berbeda-beda tetapi intinya sama yaitu
menjunjung nilai bermusyawarah untuk mufakat.
Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah khalifah terakhir masa Khulafa’ ar-Rasyidin
dimana masa ini adalah masa yang sangat kritis politik dalam negeri karna banyak
pemberontakan, demi menuntut kematian Usman yang dianggap didalangi oleh
khalifah Ali.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ali bin Abi Thalib?
2. Bagaimana awal kepemimpinan Ali bin Abi Thalib?
3. Bagaimana sistem pemerintah Ali bin Abi Thalib?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Ali bin Abi Thalib
2. Untuk mengetahui era kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
3. Untuk mengetahui sistem pemerintahan pada masa khalifa Ali bin Abi Thalib
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf merupakan sepupu
Rasulullah SAW. Ali tidak sekedar sebagai sepupu Rasulullah. Tetapi ia juga menantu
Rasulullah, karena Ali ketika dewasa menikah dengan Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah,
yang ketika itu (tahun 2 H) baru berusia 15 tahun, sedang Ali sendiri 20 tahun. Perkawinan Ali
dengan Fatimah dianugerahi dua orang putera, yaitu Hasan dan Husain. 1
Ibunya bernama
Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Ali juga merupakan salah satu dari sepuluh
orang sahabat yang mendapatkan jaminan langsung masuk surga dari Rasulullah. Ia masuk
Islam sejak usianya belum mencapai sepuluh tahun, maka dari itu ia merupakan sahabat yang
pertama kali masuk Islam. Sejak kecil ia dididik oleh Rasulullah di rumahnya (Rasulullah).
Dalam catatan sejarah islam, Ali bin Abi Thalib adalah orang yang pertama kali masuk
Islam dari golongan anak-anak. Dia terkenal sebagai orang yang cerdas dalam islam dan
ilmunya banyak. Ali diambil sebagai anak asuh oleh Nabi SAW dengan maksud meringankan
beban hidup pamannya (Abu Thalib). Karena, di samping Abu Thalib mempunyai banyak
anak, pada saat itu di Mekkah juga sedang dilanda bahaya kelaparan. Hal ini sekaligus sebagai
balasan terhadap ayah Ali yang pernah mengasuh Nabi Muhammad sepeninggal Abdul
Muttalib (kakeknya). Agaknya kepribadian Ali bin Abi Thalib yang baik banyak terbentuk
karena memang dia hidup bersama Rasulullah.
Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama, Ali baru berusia 8 tahun. Karena
hidupnya bersama Rasulullah, ia banyak menyaksikan Rasulullah menerima wahyu. Ia masuk
islam sebagai orang kedua setelah Khadijjah binti Khuwailid, istri Nabi SAW. Kelak Ali cukup
terkenal sebagai orang yang dalam ilmunya dan orang yang pemberani , dan pandai
bermainpedang.
Semasa hidup, ia mempunyai banyak istri. Wanita-wanita yang pernah menjadi istrinya
adalah; Fatimah binti Rasulullah SAW, Umamah binti Abul ‘Ash, Khaulah binti Ja’far bin
Qais, Laila binti Mas’ud, Ummul Banin binti Hizam, Asma’ binti ‘Umais, ash-Shahba binti
Rabi’ah, dan Ummu Sa’id binti ‘Urwah.2
1
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam.,hlm. 217.
2
Shaban.1993.Sejarah Islam (600-750): Penafsiran Baru. Jakarta:Rajawali Pers.
4. B. Awal terpilihnya Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah
Situasi kota Madinah menjadi risau dan cemas setelah Khalifah Usman terbunuh oleh
kelompok pemberontak. Hal ini dikarenakan penduduk di Madinah dikuasai oleh kelompok
pemberontak, sedangkan mayat Khalifah Usman masih dibiarkan terlantar selama tiga hari dan
baru dikuburkan karena adanya ancaman dari pemberontak yang menghalangi pemakaman
Khalifah Usman. Tidak hanya menghalangi pemakaman Khalifah Usman, kelompok
pemberontak juga mamaksa penduduk Madinah untuk mencari pengganti khalifah. Maka
penduduk Madinah dan al-Ghafiq bin Harb mencari orang yang bersedia diangkat menjadi
khalifah.
Pada saat itu ada lima orang yang dicalonkan, yaitu Sa’ad bin Abi Waqqs, Ibnu Umar, Ali
bin Abi Thalib, Thalhah bin Zubair, dan Zuheir. Namun duadiantara mereka menyatakan tidak
siap, yaitu Sa’ad bin Abi Waqqs dan Ibnu Umar. Dari sisa calon khalifah tersebut nampak yang
paling cerdas ialah Ali bin Abi Thalib. Hal ini dibuktikan adanya perkataan Rasulullah SAW.
kepada Ali bin Abi Thalib yang berkata, “Hai Ali saudaraku, andai kata aku ini kota
pengetahuan, tentunya kamu menjadi pintu gerbangnya”. Bukti lainnya yakni Khalifah
sebelumnya (Abu Bakar, Umar, Usman) juga sering berkunjung kepadanya untuk meminta
pandangan dan nasihat-nasihat tentang suatu masalah.
Ali bin Abi Thalib akhirnya menjadi khalifah yang terpilih. Proses pengangkatan Ali bin
Abi Thalib sebagai khalifah berbeda dengan khalifah-khalifah sebelumnya. Seperti yang kita
ketahui bahwa pemilihan Khalifah Abu bakar melalui musyawarah terbuka di Tsaqifah bani
Saidah, Khalifah Umar penunjukan langsung, dan Khalifah Usman melalui Majlis al-Syura,
namun berbeda dengan Ali. Ali dipilih dan diangkat dalam suasana yang kacau dan tidak
banyak melibatkan sahabat senior.
1. Masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah selama setahun. Selama masa pemerintahannya, ia
menghadapi berbagai pergolakan. Hampir tidak ada yang stabil sedikitpun didalam masa
pemerintahannya. Hal yang pertamakali dilakukan Ali saat menjadi khalifah ialah memecat
para gubernur yang diangkat oleh Khalifah Usman. Alasan Ali memecat para gubernur tersebut
karena Ali berkeyakinan bahwa pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Tidak
5. hanya memecat para gubernur, Ali juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Khalifah
Usman kepada para gubernur untuk diberikan kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali distribusi pajak tahunan.
Selama ia memerintah, ia membuat kebijakan-kebijakan tertentu sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, sehingga kebijakan Ali bin Abi Thalib sangat berbeda dengan kebijakan khlaifah
sebelumnya. Diantara kebijakannya yang terkenal adalah sebagai berikut:
a. Penundaan Pengusutan Pembunuhan Khalifah Usman
Setelah terbunuhnya Usman, tuntutan para sahabat terutama keturunan Umayyah yang
sangat kuat untuk segera mengusut pembunuh Usman. Menyadari akan kondisi
pemerintahannya yang masih labil, Ali memilih untuk menunda pengusutan tersebut dengan
konsekuensinya bagi pemerintahan Ali sendiri. Konsekuensi tersebut adalah mengahadapkan
posisi Ali yang sangat dilematis.
Penundaan pengusutan pembunuh Usman sebenarnya dapat dipahami dan cukup logis. Ali
sadar bahwa menghukum pembunuh Usman bukanlah hal yang mudah, mengingat pembunuh
Usman tidak hanya satu atau dua orang melainkan kelompok. Banyak orang Mesir, Arab, dan
Iraq yang terlibat secara langsung dengan pembunuhan Usman. Dengan kondisi yang masih
kacau belum tentu dapat menyelesaikan masalah.
b. Mengganti Pejabat dan Penataan Administrasi
Diantara pemicu terjadinya fitnah di zaman Usman adalah kecenderungan
pemerintahannya yang dianggap nepotis, yakni mengangkak kerabatnya untuk menduduki
suatu jabatan tertentu. Hal inilah menjadi salah satu alasan yang digugat oleh kaum
pemberontak. Ali segera mengambil kebijakan untuk mengganti gubernur yang diangkat
Usman. Mereka yang diganti antara lain; Abdullah bin Sa’ad (gubernur Mesir), Mu’awiyah bin
Abu Sufyan (gubernur Syam), Abdullah bin Amir al-Hadrami (gubernur Mekkah), al-Qasim
bin Tsaqafi (gubernur Thaif), Ya’la bin Muniyah (gubernur San’a), Abdullah bin Amir
(gubernur Basrah), dan Abu Musa al-Sy’ari (gubernur Kuffah).3
Kebijakan yang diambil Ali
ini tentu dianggap rawan karena pemberhentian ini bisa memicu pertikaian di ranah politik.
Beberapa sahabat seperti al-Mughirah bin Syu’bah dan Ibnu Abbas pernah menasehati Ali
agar tetap memakai Mu’awiyah dan pejabat-pejabat yang diangkat Usman. Sebab kata al-
Mughirah soal yang paling penting sekarang adalah bai’at mereka, namun Ali menolak nasehat
tersebut. Bahkan ketika al-Mughirah meminta agar Ali tetap mengukuhkan Mu’awiyah karena
ia diangkat oleh Umar dan dipatuhi penduduk Syam, Ali tidak menyepakatinya.Dua
3
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam., hlm. 62.
6. kebijaksanaan yang diusul al-Mughirah ditolak Ali yang pada gilirannya menimbulkan konflik
yang berkepanjangan, sehingga muncul gerakan-gerakan oposisi di zamannya.
Selain kebijakan di atas, Ali juga membuat kebijakan lain, yakni memberi tunjangan
kepada kaum muslimin yang diambil dari bait al-mal tanpa melihat apakah masuk Islam
terlebih dahulu atau belakangan, mengatur tata laksana pemerintahan untuk mengembalikan
kepentingan umat, dan menjadikan Kuffah sebgai ibu kota umat Islam pada waktu itu.
c. Munculnya Gerakan Oposisi
Di masa pemerintahan Ali terdapat beberapa oposisi dan gerakan pemberontakan.
Pemberontakan ini lebih banyak disebabkan oleh kebijakan Ali yang mereka tidak disepakati.
Lebih memprihatinkan lagi, perlawanan itu justru dilakukan oleh para sahabat-sahabat
terkemuka di zaman Rasulullah. Berikut adalah gerakan dan pemberontakannya.
1) Gerakan Thalhah, Zubeir, dan Aisyah
Sebenarnya Thalhah adalah sahabat Rasulullah yang paling tua dan kerabat Abu Bakar,
sedangkan Ibu Zubeir adalah bibi Rasulullah dan saudara perempuannya (Ummu habibah)
menikah dengan Rasulullah. Zubeir sendiri adalah kerabat Usman da menantu Abu Bakar.
Thalhah dan Zubeir merupakan dua sahabat yang besar, dan sepuluh di antara sahabat
Rasulullah yang dijamin masuk surga. Sebagaimana kita ketahui bahwa Aisyah adalah istri
Rasulullah yang sangat dicintai.
Sayangnya, mereka bertiga mencabut kembali bai’atnya bahkan memerangi Ali, karena
Ali tidak memenuhi tuntutan mereka agar segera menghukum para pembunuh Usman.
Peperangan melawan Ali pun tidak terelakkan, korban tidak kurang dari 20.000 prajurit
Islam. Peperangan ini yang disebut dengan perang unta atau waqi’at al-jamal.
2) Pemberontakan Muawiyah bin Abu Sufyan
Pasukan Ali tidak langsung kembali ke Madinah setelah mampu menumpas pasukan
Thalhah, melainkan langsung berangkat menumpas pembangkangan Mu’awiyah yang
bertemu di Siffin.Peperangan ini berakhir dengan tahkim setelah Amr bin Ash mengangkat
mushaf al-Quran di atas tombak, walaupun sebenarnya pasukan Ali sudah hampir menang.
Tahkim tersebut berakhir dengan tragis bagi Ali, karena kelicikan Amr bin Ash sebagai
wakil Mu’awiyah yang mampu mengecoh Abu Musa al-As’ari sabagi wakil Ali. Amr bin
Ash menyatakan kejatuhan kekhalifahan Ali dan Abu Musa percaya, sehingga mereka
sepakat untuk menurunkan keduanya. Akibat tahkim inilah, sehingga pasukan Ali pecah.
Pembangkangan Mu’awiyah di latarbelakangi alasannya seperti Thalhah. Alsan
lainnya, sebenarnya sudah lama Mu’awiyah ingin memisahkan diri dari kekuasaan pusat
di Madinah. Upaya ini sebernaya sudah direncanakan Mu’awiyah yang bekerjasama
7. dengan Amr bin Ash sejak pemerintahan Umar. Keinginan tersebut menemukan momen
yang tepat saat Ali naik menjadi khalifah dengan sejumlah masalah yang serius. Inilah
kesempatan yang tepat bagi Mu’awiyah untuk melaksanakan cita-citanya dan dengan
alasan menuntut pembunuhan Usman, sehingga mereka memberontak kepada
pemerintahan Ali.
3) Pemberontakan Orang-orang Khawarij
Sejak peristiwa tahkim, pasukan Ali terpecah menjadi dua kelompok yakni kelompok
yang setuju dengan tahkim (Syiah), dan kelompok yang menolak tahkim (Khawarij).
Kelompok tersebut merupakan bagian dari pasukan Ali dalam menumpas pemberontakan
Mu’awiyah. Mereka berkeyakinan bahwa Ali adalah Amir al-Mukminin dan mereka yang
setuju dengan tahkim, berarti mereka telah melanggar ajaran agama. Ali dan sebagian
pasukannya diniai telah berani membuat keputusan hukum, yaitu berunding dengan lawan
bagi mereka adalah kafir sebab mereka tidak lagi menjadikan al-Quran sebagai sunnah
hukum.4
C. Sistem Pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib
Sudah diketahui bahwa Ali bin Abi Thalib memiliki sikap yang kokoh, kuat
pendirian dalam membela yang hak. Setelah dibaiat sebagai khalifah, dia cepat
mengambil tindakan. Dia segera mengeluarkan perintah yang menunjukan sikap
ketegasan sikapnya.
Langkah awal yang dilakukan khalifah Ali adalah menghidupkan kembali cita-
cita Abu Bakar dan Umar, ia menarik kembali kembali semua tanah dan hibah yang
telah dibagikan Utsman kepada kerabat dekatnya menjadi milik negara. Ali juga
melakukan pemecatan semua gubernur yang tidak disenangi oleh rakyat. Ia juga
membenahi dan menyusun arsip negara untuk mengamankan dan menyelamatkan
dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-ushsurtah, serta mengkordinir polisi dan
menetapkan tugas-tugas mereka.5
Ali juga amemindahkan pusat kekuasaan islam ke kota Khuffah. Sejak itu
berakhirlah Madinah sebagai ibukota kedaulatan islam dan tidak ada lagi khalifah yang
berkuasa berdiam di sana. Sekarang Ali adalah pemimpin dari seluruh wilayah islam,
kecali Suri’ah. Pada saat itu, Ali tidak bermukim secara tetap di Kuffah, dia pergi ke
4
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam,. Hlm. 66.
5
Sholikhin.2005.Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Rasail.
8. sana hanya untuk menegakkan kekuasaannya., sebagaimana ditunjukkan oleh jasa
pemukimannya yang ada di luar kota itu. Pada saat yang sama dia melakukan
perpindahan-perpindahan untuk menegakkan kedudukannya di beberapa propinsi di
dalam kerajaannya.6
6
Joesoef Sou’yb, Sejarah DaulahKhulafaur Rasyidin, (Jakarta: Bulan Bintang,1979),hlm.462-463
9. BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf merupakan sepupu
Rasulullah SAW. Ali tidak sekedar sebagai sepupu Rasulullah. Tetapi ia juga menantu
Rasulullah, karena Ali ketika dewasa menikah dengan Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah,
yang ketika itu (tahun 2 H) baru berusia 15 tahun, sedang Ali sendiri 20 tahun. Perkawinan Ali
dengan Fatimah dianugerahi dua orang putera, yaitu Hasan dan Husain.
Ali bin Abi Thalib akhirnya menjadi khalifah yang terpilih. Proses pengangkatan Ali bin
Abi Thalib sebagai khalifah berbeda dengan khalifah-khalifah sebelumnya. Seperti yang kita
ketahui bahwa pemilihan Khalifah Abu bakar melalui musyawarah terbuka di Tsaqifah bani
Saidah, Khalifah Umarpenunjukan langsung, dan Khalifah Usman melalui Majlis al-Syura,
namun berbeda dengan Ali. Ali dipilih dan dian.gkat dalam suasana yang kacau dan tidak
banyak melibatkan sahabat senior.
Selama ia memerintah, ia membuat kebijakan-kebijakan tertentu sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, sehingga kebijakan Ali bin Abi Thalib sangat berbeda dengan kebijakan khlaifah
sebelumnya. Diantara kebijakannya yang terkenal adalah; penundaan pengusutan pembunuhan
Khalifah Usman, mengganti pejabat dan penataan administrasi, dan melawan unculnya perakan
Oposisi.
10. DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam
Shaban.1993.Sejarah Islam (600-750): Penafsiran Baru. Jakarta:Rajawali Pers.
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam.
Sholikhin.2005.Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Rasail.
Joesoef Sou’yb.1979.Sejarah DaulahKhulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang