Seyyed Hossein Nasr merupakan cendekiawan Islam terkemuka yang menekuni sejarah ilmu dan filsafat. Ia menekankan pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas dalam tradisi Islam. Nasr banyak menulis karya tentang ilmu pengetahuan Islam, tasawuf, dan hubungan antara Islam dengan dunia modern. Pemikirannya berusaha merekonstruksi konsep ilmu berdasarkan kesatuan sebagai inti ajaran Islam.
1. KONSEP INTEGRITAS ILMU MENURUT SEYYED HOSEIN NASR
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Bapak Danusiri
Disusun oleh:
1. M. Fahmi Zahroni (1703036004)
2. Ani Ramadanti (1703036027)
3. Nazimatul Muizza (1703036032)
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seyyed Hossein Nasr merupakan cendekiawan yang piawai dalam bidang
filsafat dan sejarah ilmu, serta sosok yang otoritatif untuk berbicara tentang
perjumpaan antara tradisi dan modernitas, Timur dan Barat. Posisi ini, ditambah
perspektif tradisionalnya, menjadikan pemikira Nasr tentang ilmu mempunyai
karakter sendiri. Nasr menekuni History of Science and Philosophy, dengan titik
tekanan pada Islamic Science and Philoshophy di Universitas Harvard hingga meraih
reputasinya sebagai seorang sarjana dan ahli ilmu Islam dapat dilihat dari sejumlah
besar buku mengesankan yang ditulisnya. Tulisan-tulisannya antara lain. Knowledge
and the Secred, The Need For a Sacred Science, dan Science and Civilization in
Islam, menunjukkan secara jelas bahwa ia merupakan salah seorang yang
berkompeten untuk berbicara mengenai bangunan ilmu yang berbasiskan spiritual.
Dengan bertitik tolak dari sisi lemah konsepsi manusia modern terutama di
barat tentang ilmu, Nasr berusaha merekonstrksi bangunan ilmu Islam yang
didasarkan pada ide kesatuan yang merupakan jantung wahyu Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Seyyed Hosein Nasr ?
2. Apakah karya-karya Seyyed Hosein Nasr ?
3. Bagaimana integritas ilmu Hossein Nasr ?
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi SeyyedHosein Nasr
Seyyed Hosein Nasr lahir pada tanggal 7 April 1933 di kota Teheran, Iran,
negara tempat lahirnya para sufi, filosofi, ilmuan dan penyair muslim terkemuka.
Ayahnya Seyyed Waliyullah Nasr, disamping dikenal sebagai seorang ulama terkenal
di Iran pada masanya, juga dikenal sebagai seorang dokter dan pendidik pada masa
berkuasanya Reza Shah, ia diangkat setingkat dengan jabatan menteri pendidikan
(untuk masa sekarang).1
Pendidikan dasarnya selain diperoleh secara informal dari keluarga juga
mendapat pndidikan tradisional formal di Teheran. Di lembaga ini, ia mendapat
pelajaran menghafal al-Quran dan menghafal syair-syair klasik. Pelajaran ini snagat
membekas dalam jiwa dana pikiran Hosein Nasr. Kemudian ayahnya mngirimnya
untuk belajar kepada sejumlah ulama besar di Qum Iran, termasuk kepada
Thabathabi’i, penulis tafsir mizan, untuk mendalami filsafat, ilmu kalam dan tasawuf.
Pendidikan tingginya ditempuh di Amerika di Massachusetts Intitut of
Technologi (MIT), disan berhasil mendapat dioploma B.S ( Bachelor of science) dan
M.A (Master of Art) dalam bidang fisika. Prestasi yang disandangnya belum
memuaskan dirinya. Lalu Seyyed Hosein Nasr melanjutkan ke Universitas Harvard
menekuni History of Science and Philosophy di perguruan tinggi ini Nasr
memperoleh gelar Ph.D (Doctor of Philosophy) padahun 1958.
Seyyed Hosein adalah salah seorang dari muslim yang mempunyai kealhian
dalan bidang kajian Islam yang menembus hambatan-hambatan ilmiah untuk
menggali Islam sebagai kajian secara objektif dan jujur. Reputasinya sebagai guru
besar dalam kajian sejarah ilmu pengetahuan dan filsafat menunjukkan kedalaman
dan ketajaman pemikirannya. Nasr juga ilmuan muslim yang melanjutkan
kritiksedemikian hebatnya. Kepada dunia barat dan peradaban modern pada
umumnya, dengan menggunakan pedang intelektualnya.
Sebagai ilmuan yang sekarang hidup dalam status “setengah pengasingan”
karena dahulu bersedia bekerja dengan Shah Reza Pahlevi di Teheran dalam
mendirikan dan kemudian memimpin suatu institut pengkajian filsafat dan menerima
1 Ali Maksum, Tasawuf Sebagai Pembahasan Manusia Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003),hlm.35-36
4. gelar kebangsaan dari sang raja di kerajaan itu. Reputasi Nasr tidak menurun hanya
saja Nasr meninggalkan Iran dan menetap di salah sebuah Universitas di Amerika
Serikat. Selama ilmuan tidak menjual pengetahuan yang dimilikinya untuk
melenyapkan, mengaburkan, atau menutupi kebenaran,selama itu pula integritas
ilmunya tidak terganggu sama sekali.
Pemikiran Nasr sangat kompleks dan multidimensi. Ini dapat dilihat dari
karya-karya tulisannya yang membahas berbagai topik mulai dari persoalan manusia
modern, sain, ilmu pengetahuan, seni, sampai kepada sufisme. Mengingat
kompleksitas pemikirannya, harus diakui, agak sulit memasukkan Nasr ke berbagai
tripologi yang pernah dibuat oleh beberapa ahli.
Sebagian orang mungkina akan menggolongkan Nasr sebagai neo-
modernsmengingat kepeduliannya kepada komformitas Islam dengan dunia modern,
apalagi ia meyakini bahwa Islam dengan watak universal dan perenialnya mampu
mnjawab tntangan spiritual dunia modern. Masih dalam kerangka atau tipologi neo-
modernisme, ia adalah pengkritik tajam Barat, sekaligus berusaha menggali dan
membangkitkan warisan pemikiran Islam.
Lebih dari itu, Nasr dengan penuh semangat mengkritik tsjsm ksum modernis
semacam Al-Afgani, Abduh, Ahmad Khan atu Amir ali. Mereka adalah orang-orang
yang mengecilkan atau bahkan menolak unsur-unsur ajaran Islam yang tidak cocok
dengan pemikiran modern. Nasr mengecam keras orang seperti Amir Ali yang merasa
malu atas konsepsi Islam tentang wanita, semata-mata karena tidak sesuai denga
konsep Barat. Bagi Nasr, penyebaran modernisme hanya menimbulkan kebingungan
dikalangan muslimin, yang padagilirannya menyebabkan terjadinya jurang pemisah
yang semakin besar antara berbagai bagian dunia islam.
Memandang kritikannya terhadapa modenisme dan tokoh-tokoh modernis itu
dan mempertimbangkan warna pemikirannya, Nasr sangat boleh jadi merupakan
pemikiran pasca-modernis. Pasca-modernis Nasr, seperti tercermin dalam
pemikirannya mengambil bentuk kembali kepada Islam tradisional. Dlam kerangka
ini, orang tradisional adalah ia yang ingin memegangi tradisi yang suci, abadi,
mempunyai kebijaksanaan yang prennial. Lebih terici, orang tradisonal adalah ia
menerima al-Quran sebagai firman Tuhan, baik dalam isi maupin bentuk yang
meneima kuttub al-sittah, keenam kumpulan hadis standar ia yang memandang
thariqah atau tasawuf sebagai dimensi batin atau jantung perwahyuan Islam, ia
percaya tentang Islamitas seni Islam dalam hubungannya dengan dimensi batin Islam
5. dan ia yang dalam dmensi politik selalu berangkat dari realisme sesuai dengan norma-
norma Islam.
Lebih dari itu, Nasr sangat mungkin pula adalah seorang neo-sufi yang
menerima pluralisme dan prennialisme dalam kehidupan keagamaan. Neo-sufisme
Nasr adalah tasawuf menekankan aktivisme, tasawuf yang tidak menyebabkan
pengamalnya mengundurkan diridarikehidupan dunia, tetapi sebaliknya melakukan
inner detachment untuk mencapai realisme spiritual yang lebih maksimal.2
B. Karya-karya Seyyed Hossein Nasr
Karya-karya Seyyed Hossein Nasr antara lain:
1. Islam and the Plight of Modern Man
Buku ini berisikan tentang masalah-masalah penting yang dihadapi oleh
manusia modern.
2. Ideals and Realities and Islam
Buku ini menguraikan secara terperinci tentang karakteristik Islam dan
upaya menjadikan wahyu sebagai sumber inspirasi ilmu pengetahuan.
3. Science and Civilization in Islam
Buku ini bertujuan untuk menyadarkan manusia uslim untuk mengenai apa
yang harus dbenahi dalam menyerap ilmu pengetahuan Barat dan
memperkenalkan kepada pembaca-pembaca Barat tentang isi dan spirit
sejarah sains Islam dalam prespektif tradisional.
4. Living Sufism
Buku ini berisi beberapa persoalan masa kini yang dihadapi dunia modern
pada umumnya dan dunia Islam pada khususnya yaitu peersoalan yang
penyelesaiannya tergantung pada pemahaman dan pemakaian prinsip-
prinsip.
5. Knowledge and The Secred
Dalam buku ini Nasr menjelaskan apa itu islam tradisional dan bagaimana
pertentangan dengan dunia modern.
6. A Young Muslim’s Guide to The Modern World
Buku ini memberikan bimbingan kepada generasi muda muslim dalam
menjelajahi dunia modern, agar mampu memhami lebih dalam lagi tentang
Islam selama kurang dari dua abad belakangan.
2 Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2015),340-343
6. 7. Introduction to Islamic Cosmologal Doctrin
Merupakan kajian kosmologi Islam dalam perspektif tradisional yang
sangat komprehensif, buku ini mengkaji tokoh dan ilmuan muslim yang
mendapat perhatian nasr adlah Ikhwan al-Shafa, Ibn Sina, dan al-Biruni.
8. Three Muslim Sages
Buku ini memperkenalkan tiga pemikiran Islam dan merupakan eksposisi
Nasr tentang filsafat islam yang meliputi tiga aliran penting aliran
parepatetik, illmuminasi dan irfani.
9. Man and Natural: the Spiritual Crisis of Modern Man
Buku ini merupakan bahan ceramahnya yang disampaikan di Chicago
University yang berisi tentang bagaimana seharusnya manusia memandang
dan memperlakukan alam.
10. Shadr al-Din al-Shirazi and His Transenden Theoshophy.
Buku ini memperlihatkan karakteristik filasafat yang dikembangkan oleh
philosof muslim yang selalu bersumber pada wahyu.
11. Sufi Esseys
Dalam buku ini, Nasr melakukan pengkajian yang cukup menyentuh dan
lengkap tentang tasawuf dan akar sejarahnya dipraktekkan dalam dunia
modern ini yang penh dengan materi.
12. Islamic Science; an Ilustrated Study
Buku ini terbit pada tahun 1976. Buku ini berusaha menolak tuduhan
bahwa Islam hanya mewarisi ilmu dan kebudayaan dari bangsa-bangsa
sebelumnya tanpa memiliku originalitas.
13. Islamic Life and Thought
Buku ini merupakan penjelasan tentang usaha untuk menjwab bahwa
tasawuf bukan merupakan biang keladi (dijadikan kambing hitam) atas
kekalahan Islam atas konfrontasi Barat, tetapi kehancuran umat Islam
karena penghancuran tasawuf dan tarekat sufi oleh gerakan-gerakan
rasionalisme puritan Islam.
14. Traditional Islam in The Modern World
Buku ini menguraikan apa itu tradisional Islam dan dimana letak
perbedaan dan pertentangan dengan perspektif-perspektif Islam lain. Di
dalam buku ini Nasr memberikan tujuan pendidikan, tujuan pendidikan
Islam bukan hanya pelatihan pikiran melainkan juga pelatihan sang person.
7. 15. Islamic of Art and sprituality.
Buku ini berisi tenytang seni Islam yang dhasilkan oleh para pemikir Islam
itu berdasarkan gagasan tentang tauhid, yang menjadi inti dari wahyu
Islam.
16. Religion and Religions:The Challenge of Living in a Mltireligious World
Buku ini merupakan kelanjutan dari pemikiran Nasr sebelumnya dalam
rangka mencari titiktemu agama-agama dunia.
17. The Heart of Islam: Enduring Values of Humanity
Buku ini menjelakan beberapa aspek mendasar dari Islam dan upaya
mendiskusikan isu-isu secara luas sesuai dengan pendapat mayoritas umat
Islam yang dapat dipahami oleh masyarakat Barat.
C. Intgritas Ilmu Seyyed Hosein Nasr