Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Teori masuknya Islam ke Indonesia, penyebaran Islam melalui perdagangan, politik, pendidikan, kesenian, dan tasawuf, serta peran penting Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di Jawa.
5. Teori masuknya Islam di Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini pertama kali di temukan oleh jan pijnappel yang merupakan
profesor pertama tentang studi Melayu di Universitas Leiden, Belanda. Jan
pijnappel adalah seorang orientalis dari universitas Leiden, belanda yang
fokus ada manuskrip Melayu.
Pijnappel berargumen bahwa masuknya Islam ke Indonesia berafiliasi
dengan mazhab Syafi’i Arab dari Gujarat dan Malabar. Hal ini ke Indonesia
berafiliasi dengan mazhab Syafi’i Arab dari Gujarat dan Malabar. Hal ini
karena daerah-daerah tersebut sangat sering ditemukan dalam sejarah awal
Indonesia. Meskipun demikian, Pinappel tetap beranggapan bahwa para da’i
yang awal mula menyebarkan Islam adalah orang-orang Arab dari Gujarat
dan Malabar. Proses islamisasi penduduk Indonesia oleh orang India
tersebut terjadi sekitar abad ke-12.
6. Teori masuknya Islam di Indonesia
2. Teori Arab
Menurut Prof. Hamka, Motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh
nilai-nilai ekonomi, tetapi didorong oleh motivasi semangat penyebaran agama Islam.
Dalam Pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dan Arab telah
berlangsung jauh sebelum Tarikh masehi.
Selain itu, ditemukan pula sebuah naskah Tiongkok yang dicatat oleh Pendeta
Buddha, I-Tsing, yang melakukan perjalanan dari Canton menuju India. Perjalanan
tersebut menggunakan kapal Posse dan pada tahun 674. Ia singgah di Bhoga (yang
sekarang dikenal dengan palembang, Sumatra Selatan), Kemudian ia menemukan
kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai barat Sumatra tersebut. Sebagian
orang-orang Arab ini disebut sebagai komunitas Ta-Shih dan Posse. Mereka adalah para
pedagang yang telah lama menjalin hubungan perdagangan dengan kerjaan Sriwijaya.
Demi hubungan perdagangan itulah, kerajaan Sriwijaya memberikan daerah khusus
untuk mereka. Menurut Thomas. W. Arnold, selain melakukan perdagangan, aggota
komunitas muslim ini juga melakukan kegiatan-kegiatan penyebaran dakwah Islam.
7. Teori masuknya Islam di Indonesia
3. Teori Persia
Teori ini menyatakan bahwa bangsa Persia atau Bangsa Iran adalah bangsa yang
menjadi penyebaran agama Islam di Indonesia pad amasa itu. Teori ini didukung oleh dua
ahli yang bernama Oesmar Amir Husein dan Prof. hoesein Djajadiningrat. Teori Persia ada
disebabkan banyaknya bukti paham Syiah ketika Islam pertama kali masuk ke Indonesia
serta banyaknya bukti paham Syiah ketika Islam pertama kali masuk ke Indonesia serta
banyaknya kesamaan antara tradisi budaya masyarakat Islam Indonesia dan tradisi budaya
Persia. Selain itu, ada beberapa peninggalan budaya tradisi masyarakat Islam Indonesia
dan Persia. Adapun bukti penemuannya adalah sebagai berikut.
Kesamaan kebudayaan yang dimaksud dalam teori Persia ini adalah;
1) Pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syiah terhadap
syahidanya Husein.
2) Kedua, ada kesamaan ajaran wahdatul wujud Hamzah Fansuri dan Syekh Siti Jenar
dengan ajaran sufi Persia, Al-Hallaj (w. 992 M).
3) Ketiga, penggunaan istilah Persia dalam tanda bunyi harakat dalam pengajian
Alquran, seperti jabar (Arab: fathah), huruf sin tidak bergigi (Arab: bergigi).
8. Teori masuknya Islam di Indonesia
4. Teori Tiongkok
Teori Tiongkok mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di
jawa) berasal dari para perantau Tiongkok. Menurut teori ini, orang Tiongkok telah berhubungan
dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha,
etnis Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia, terutama melalui kontak dagang.
Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Tiongkok pada abad ke-7, masa di mana agama ini baru
berkembang. Sumanto Al-Qurtuby dalam bukunya Arus Tiongkok-Islam-jawa menyatakan,
menurut kronik (sumber luar negeri) pada masa Dinasti Tang (618-960) di daerah kanton, Zhang-
zhao, Quanzhou, dan pesisir Tiongkok bagian selatan telah terdapat sejumlah permukiman Islam.
Selain itu sumber local juga menulis bahwa raja Islam pertama di jawa, Raden Patah dari
Bintoro Demak, merupakan keturunan Tiongkok. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Tiongkok
bagian selatan. Berdasarkan Sejarah banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja
Demak berserta leluhurnya di tulis dengan istilah Tiongkok seperti “Cek Ko-Po “ , ” jin bun “,” Cek
Ban Cun “,” Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Bukti-bukti lainya adalah masjid-masjid tua yang
mendapatkan pengaruh arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Tiongkok di berbagai
tempat, Terutama di Pulau Jawa.
10. Penyebaran Islam di Indonesia
Mesikupun Islam baru dapat berkembang setelah
berdirinya kerajaan Islam, atau setidaknya ketika ada
jalinan hubungan dagang antara saudagar muslim
dengan pribumi. Akan tetapi, cara kedatangan Islam dan
penyebarannya di Indonesia tidak dilakukan dari saluran
politik atau perdagangan semata. Setidaknya ada enam
saluran berkembangnya Islam di Indonesia, yaitu saluran
perdagangan, perkawinan, politik, Pendidikan, kesenian,
dan tasawuf.
11. Penyebaran Islam di Indonesia
1. Melalui Perdagangan
Perdagangan merupakan tahap yang paling awal
dalam tahap Islamisasi, yang diperkirakan dimulai pada
abad ke-7 M dan melibatkan pedagang-pedagang Arab,
Persia, dan India. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke
wilayah Indonesia. Pada abad ke-9 M, orang-orang
Islam mulai mendirikan perkampungan Islam di Kedah
(Malaka), Aceh, dan Palembang. Dalam agama Islam
siapapun bisa sebagai penyebar Islam, sehingga hal ini
menguntungkan karena mereka melakukannya sambil
berdagang.
Pada saluran ini hampir semua kelompok
masyarakat terlibat mulai dari raja, bangsawan,
masyarakat kaya, sampai menengah ke bawah.
Proses ini dipercepat dengan runtuhnya kerajan-
kerajaan Hindhu-Budha.
2. Melalui Perkawinan
Tahap perkawinan merupakan kelanjutan dari
tahap perdagangan. Para pedagang yang menetap ada
yang membentuk keluarga dengan penduduk setempat
dengan cara menikah.
Tidak dapat dipungkiri, dari sisi ekonomi, para
pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik
dibandingkan kebanyakan pribumi. Sehingga
penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan,
tertarik untuk menjadi istri para pedagang itu. Sebelum
prosesi pernikahan, mereka telah di Islam"kan terlebih
dahulu, dan setelah mereka memiliki keturunan,
lingkungan kaum muslim semakin luas. Oleh
karenanya, tidak heran banyak sekali bermunculan
kampung- kampung muslim.
12. Penyebaran Islam di Indonesia
3. Melalui Politik
Masuknya Islam melalui saluran ini dapat terlihat
ketika Samudra Pasai menjadi kerajaan, banyak sekali
penduduk yang memeluk agama Islam. Pengaruh
politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini. Dari sini dapat dikatakan pula bahwa
kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak
menarik penduduk kerajaan yang bukan muslim untuk
memeluk agama Islam.
Para pendakwah muslim di Jawa atau Nusantara
juga memakai jalur politik untuk menyebarkan ajaran
Islam. Sebagai contoh adalah kiprah para Wali Songo
yang turut memprakarsai berdirinya Kesultanan
Demak.
4. Melalui Pendidikan
Penyebaran Islam melalui pendidikan pada
mulanya terjadi di lingkup keluarga, hingga pada
akhirnya berkembang di lingkup yang lebih luas,
seperti surau, masjid, serta pesantren.
Pada proses ini, biasanya dilakukan melalui
pendidikan-pendidikan yang dilakukan oleh para wali,
ulama, kiai, atau guru agama yang mendidik murid-
murid mereka. Tempat yang paling pesat untuk
mengembangkan ajaran Islam adalah di pondok
pesantren. Di tempat itu, para santri dididik dan
diajarkan pendidikan agama Islam secara mendalam,
mereka betul-betul menguasai ilmu agama. Setelah
lulus dari pesantren, para santri kembali ke daerah asal
untuk kemudian menyebarkan kepada masyarakat
umum.
13. Penyebaran Islam di Indonesia
5. Melalui Kesenian
Kesenian merupakan wahana untuk berdakwah
bagi para pemuka agama di Indonesia. Pada proses ini
yang paling terkenal menggunakannya adalah para wali
yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Salah satu
media pertunjukan yang paling terkenal melalui
pertunjukan wayang.
Sunan Kalijaga, penyebar Islam di daerah Jawa
Tengah adalah sosok yang sangat mahir dalam
memainkan wayang. Cerita wayang diambil dari kisah
Mahabarata dan Ramayana, tetapi oleh Sunan Kalijaga
diselipkan tokoh-tokoh dari pahlawan Islam. Misalnya,
Panah Kalimasada, sebuah senjata paling ampuh,
dihubungkan dengan kalimat syahadat, pernyataan
yang berisi pengakuan kepada Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW sebagai rukun Islam yang pertama.
6. Melalui Tasawuf
Tasawuf merupakan bagian ajaran dari agama
Islam. Secara umum, tasawuf merupakan ajaran yang
mendekatkan umatnya dengan Allah. Cara ini lebih
mudah dilakukan oleh seseorang yang sudah
mempunyai pengetahuan mengenai dasar ketuhanan.
Para tokoh tasawuf ini biasanya memiliki keahlian
khusus sehingga dapat menarik penduduk untuk
memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya
termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi
orang-orang yang terkena penyakit, lalu disembuhkan.
Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-
kekuatan magic yang memang sudah sangat akrab
dengan penduduk pribumi saat itu.
15. Penyebaran Islam oleh Walisongo
Walisongo merupakan jantung penyiaran Islam di jawa. Ajaran-ajaran
Walisongo memiliki. Pengaruh yang besar di kalangan masyarat Jawa, bahkan
kadangkala menyamai pengaruh seorang raja. Masyarat Jawa memberikan gelar
sunan kepada Walisongo. Kata sunan diambil dari kata susuhunan yang artinya,
“yang dijunjung tinggi/dijunjung di atas kepala”. Gelar atau sebutkan yang di pakai
para raja. Bagi sebagaian besar masyarakat jawa, Walisongo memiliki nilai
kekeramatan dan kemampuan-kemampuan di luar kelaziman. Walisongo
merupakan Sembilan ulama yang merupakan pelopor dan pejuang penyiaran
Islam di jawa pada abad-14 hingga abad ke-16. Adapun penjelasan mengenai
Walisongo antara lain sebagai berikut.
16. Penyebaran Islam oleh Walisongo
1. Sunan Gresik "Sang Perintis di Tanah
Jawa" [Wafat: 1419]
Sunan Gresik merupakan seorang dari
negeri jauh, dari wilayah Maghribi di Afrika
Utara. Beliau merupakan keturunan dari Ali
Zainal Abidin Al-Husein, Ibnu Ali Ibnu Abi Thalib.
Beliau menumpuh jalan panjang dari negeri
asalnya demi menyebarkan agama islam. Sunan
Gresik mengajarkan syariat, bagaimana berdoa
kepada Allah, agar diturunkan hujan. Benar
saja, ketika syariat tersebut dipraktikkan, doa
mereka terkabul. Hujan turun dengan deras
masyarakat di wilayah tersebut kemudian
menjadi muslim, dan belajar menjalankan
syariat dengan bimbingan Sunan Gresik.
2. Sunan Ampel "Sang Penghulu para
Wali" [1420-1481]
Tak lama setelah pernikahan Syekh
Makdum Ibrahim As-Samarkand dengan
Dewi/Dyah Sujinah, lahirlah seorang putra.
Putra mereka ini diberi nama Raden Rahmat
yang lahir setahun setelah wafatnya Sunan
Gresik, yaitu pada 1420. Dalam menjalankan
syiar, Sunan Ampel dan wali lainnya
menggunakan pendekatan seni, sastra, dan
budaya. Mereka banyak berperan dalam
mengembangkan sastra islami Melalui
kesenian, berkembang syair puji-pujian yang
menjadi ciri khas pesantren Nusantara.
17. Penyebaran Islam oleh Walisongo
3. Sunan Bonang "Sang Seniman"
[Lahir: 1450]
Nama asli beliau adalah Makdum ibrahim,
nama yang sama dengan kakeknya, Syekh
Makdum ibrahim As-Samarkand. Sunan Ampel
memang memberi anaknya nama yang sama
dengan nama ayahandanya. Dalam bidang
sastra budaya, sumbangan beliau berupa
dakwah melalui pewayangan. Beliau juga ikut
mendirikan Masjid Demak sekaligus menjadi
imamnya.
4. Sunan Drajat [Lahir: 1453]
Sunan Drajat adalah adik Sunan Bonang.
Ayahnya. Sunan Ampel, memberinya nama
Syarifuddin. Nama lain beliau adalah Raden
Qosim, namun gelarnya di kalangan Walisongo
adalah Sunan Drajat. Sunan Drajat mewarisi
cara yang sama dengan para wali lainnya dalam
menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam.
Pertamama, beliau menjadi imam sambil
mengajarkan tata cara ibadah di masjid Kedua,
menyelenggarakan pendidikan di pesantren.
Ketiga, menjadi kadi jika terjadi konflik atau
masalah dalam masyarakat Keempat,
berdakwah melalui kesenian tradisional. Kelima,
berdakwah melalui kearifan lokal.
18. Penyebaran Islam oleh Walisongo
5. Sunan Giri "Sang Musa Kecil yang
Dihanyurkan" [Lahir: 1451]
Kisah hidup Sunan Giri mirip Nabi Musa.
Selain mengalami peristiwa dihanyutkan saat
bayi, beliau juga menikah dengan putri gurunya.
Musa menikah dengan putri Nabi Syuaib Nabi
Syuaib adalah guru yang mengajarkan ilmu
agama kepada Musa. Demikian pula. Sunan
Ampel mengetahui cahaya kewalian Sunan Giri.
Sebagaimana para wali lainnya, Sunan Giri
melakukan dakwah dengan sisipan seni dan
budaya. Tradisi budaya yang telah dikenal oleh
masyarakat, dikemas dengan nilai-nilai islami
sehingga masyarakat tak mengalami gegar
budaya dalam menerima ajaran baru.
6. Sunan Gunung Jati “Sang Pemegang
Pusaka Ibunda” [Lahir: 1449]
Sejak kecil, Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah telah dididik dengan ajaran Islam
yang kuat. Beliau memiliki semangat belajar
tinggi untuk mengenal Islam lebih dalam saat
remaja. Syarif Hidayatullah berguru kepada
Syekh Tajudin Al-Kubri dan Syekh Ataullahi
Sadzili, kemudian ke Baghdad untuk belajar
tasawuf. Saat kembali ke Mesir, dia
menyerahkan takhta kepada adiknya, Syarif
Nurullah. Sesuai dengan petunjuk yang pernah
diterima oleh ayahnya. Sunan Gunung Jati
Mengenalkan Islam dengan lembut,
sebagaimana yang telah para pendahulunya
lakukan.
19. Penyebaran Islam oleh Walisongo
7. Sunan Kudus “Sang Pangeran dari Bayt
al-Maqdis” [Lahir: 1449]
Ja'far Shadiq atau Sunan Kudus masih
keturunan dari Jum-adil Kubro dan berkerabat
dengan wali lainnya, yaitu Sunan Ampel, Sunan
Gunung Jati, dan Makdum Ibrahim As-
Samarkand. Ayahnya menikahi seorang wanita
dari Yerusalem, maka ketika berdakwah beliau
digelari Sunan Kudus. Sebagaimana wali
lainnya, dalam menjalankan dakwah Sunan
Kudus memanfaatkan kearifan lokal yang sudah
lebih dulu dikenal oleh penduduk setempat.
Karena agama Hindu menyucikan sapi, maka
dibacakan surah Al-Baqarah (sapi betina) untuk
menunjukkan bahwa ajaran Islam mengusung
khazanah yang serupa dengan keyakinan yang
telah mereka anut. Hal ini memikat penduduk
yang saat itu mayoritas beragama Hindu.
8. Sunan Kalijaga “Sang Peniup Seruling
Keindahan” [Lahir: 1452]
Nama asli beliau adalah Raden Said. Sunan
Kalijaga adalah putra Adipati Tuban yang
merasakan empat masa kekuasaan, yakni masa
akhir Majapahit, Kesultanan Demak, Kesultanan
Pajang, dan awal Kesultanan Mataram. Salah
satu keturunan Sunan Kalijaga juga menjadi
bagian dari Walisongo, yaitu Raden Umar Said
atau yang dikenal dengan nama Sunan Muria.
Wayang digunakan oleh Sunan Kalijaga sebagai
sarana mendidik masyarakat dengan
mengangkat kisah carangan yang memuat
ajaran Islam. Pertunjukan wayang itu sendiri
mengandung makna filosofis yang dalam.
20. Penyebaran Islam oleh Walisongo
9. Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra dari Sunan
Kalijaga. Beliau memiliki padepokan/pesantren
di atas sebuah gunung bernama Gunung
Muria. Sunan Muria secara rutin menjalin
hubungan baik dengan para pendeta dan wiku
yang tinggal di sekitar wilayah beliau. Dakwah
yang beliau lakukan bukan berupa pidato,
akan tetapi dengan mencontohkan akhlak
mulia, sikap saling toleransi, dan tolong-
menolong.
21. Kesimpulan
Islam di ajarkan untuk dapat membawa manusia ke jalan yang benar dan yang di ridhoi
oleh Allah SWT. agar mereka dapat hidup dengan damai dan sentausa. Islam sebagai
rahmatan lil alamin merupakan agama yang mengajarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
kemanusiaan universal yang dibangun atas dasar kosmologi tauhid.
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi melalui para pedagang Arab dan pelajar
dari Timur Tengah. Sejarah perkembangan Islam di Indonesia juga dipengaruhi oleh
Sembilan Wali yang merupakan tokoh-tokoh yang berperan besar dalam penyebaran Islam
di berbagai daerah di Indonesia.
Mempelajari sejarah kebudayaan Islam merupakan hal yang penting untuk mengetahui
berbagai masalah kehidupan umat manusia yang berkaitan dengan hukum Islam dan untuk
memahami nilai-nilai yang dipegang teguh oleh umat Islam. Nilai-nilai tersebut selanjutnya
dimanifestasikan dalam sejarah umat manusia melalui ekspresi penganutnya yang bersifat
lokal.
Lokalitas ekspresi keislaman bisa dimaknai secara luas sebagai kontekstualisasi
pemahaman Islam. Artinya, pemahaman dan ekspresi keberagamaan seseorang tidak
terlepas dari ruang waktu, pengetahuan, dan geografis yang dimilikinya. Ruang-ruang inilah
yang membentuk tipologi, corak, atau model keberagamaan sebuah komunitas Islam. Di
masyarakat mana pun ajaran Islam memang sama karena mengajarkan substansi nilai dan
prinsip-prinsip hukum yang bersifat universal, namun budaya muslim pada suatu
masyarakat belum tentu sama dengan budaya muslim pada masyarakat yang lain.