2. STRATEGI & SASARAN ARAH KEBIJAKAN RPJMN 2020 - 2024
Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Menuju Cakupan Kesehatan Semesta
PENYEMPURNAAN SISTEM
AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
PEMERITAH DAN SWASTA
100
100
3. ARAH KEBIJAKAN PROGRAM PRIORITAS
PENINGKATAN AKSES & KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
TRANSFORMASI
LAYANAN PRIMER
TRANSFORMASI
LAYANAN RUJUKAN
TRANSFORMASI
KETAHANAN
KESEHATAN
TRASNFORMASI
PEMBIAYAAN
LAYANAN KESEHATAN
TRANSFORMASI
SDM KESEHATAN
TRANSFORMASI
TEKNOLOGI
KESEHATAN
6 Area Reformasi & Strategi Kunci
4. TUJUAN STRATEGIS SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS
Penguatan
Pelayanan
Kesehatan
Dasar Dan
Rujukan
Meningkatnya
Ketersediaan
Dan Mutu
Fasyankes
Dasar Dan
Rujukan
1. Seluruh kecamatan memiliki minimal 1 Puskesmas
2. Persentase kabupaten/kota yang memenuhi rasio
TT 1:1.000 sebesar 100%
3. Persentase FKTP sesuai standar sebesar 100%
4. Persentase RS terakreditasi sebesar 100%
5. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
memenuhi persyaratan survei akreditasi sebanyak
500 fasyankes lain
TUJUAN STRATEGI, SASARAN STRATEGIS & INDIKATOR SASARAN STRATEGIS
RENSTRA 2020-2024
5. meningkatnya
akses
pelayanan
kesehatan
dasar dan
rujukan yang
berkualitas
bagi
masyarakat.
a) Persentase Fasilitas
Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) sesuai
standar sebesar 100%
Sasaran, Indikator Kinerja Program dan Kegiatan RENSTRA
2020 - 2024
SASARAN
INDIKATOR
PENCAPAIAN
SASARAN
KEGIATAN
b) Persentase rumah sakit
terakreditasi sebesar
100%
1. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang memenuhi persyaratan survei
akreditasi sebanyak 5.706 FKTP.
2. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
sebanyak 991 fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan.
3. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang
memenuhi persyaratan survei akreditasi
sebanyak 500 fasilitas pelayanan kesehatan lain.
4. Persentase fasyankes melakukan pengukuran
mutu pelayanan kesehatan sebesar 70%.
7. COMPUTER REPAIR & SUPPORT
1. Akses dan mutu pelayanan kesehatan
2. Ketersediaan & kepatuhan terhadap standar
mutu klinis & Keselamatan Pasien
ISU STRATEGIS MUTU
PELAYANAN KESEHATAN
- Jumlah & distribusi fasilitas kesehatan & SDM
- Ketersediaan sarpras, alkes & SDM
- Definisi & dimensi mutu pelayanan belum seragam
- Tata kelola klinis, akses PNPK
- KP & pelayanan kesehatan masyarakat (terkait konteks UKM
& UKP)
3. Budaya mutu di Faskes & Program
- Upaya peningkatan mutu di Faskes belum berkesinambungan
- Seluruh Faskes belum terakreditasi
- Akreditasi blm sepenuhnya mendorong budaya mutu
- Pemahaman standar akreditasi
- Budaya peningkatan mutu Program
4. Peran dan pemberdayaan pasien, keluarga
dan masyarakat
- Masyarakat yang pasif
- Pemahaman & literasi masy. tentang mutu & KP
- Ketersediaan informasi & akses
5. Penguatan tata kelola, struktur organisasi mutu
& sistem kesehatan lainnya
- Tata kelola & regulasi terfragmentasi blm spesifik
- Peran & tanggung jawab di Pusat & Daerah
- Keterkaitan JKN
6. Komitmen Pemerintah Pusat, Daerah &
Pemangku Kebijakan
- Komitmen Pemerintah Pusat & Daerah terkait anggaran mutu
- Peran pemangku kepentingan
- Advokasi
7. Data, Indikator, Sistem Informasi &
pengembangan pemanfaatannya
- Berbagai Lembaga mengembangkan indikator mutu &
tdk terintegrasi
- Sistem informasi yg beragam & tdk terintegrasi
- Penelitian yg berbasis Lembaga
- Pemanfaatan untuk pengambil keputusan
- Sistem monev & efektivitas peningkatan mutu
8. RISIKO PELAYANAN YANG TIDAK BERMUTU
MENGGERUS
KEPERCAYAAN
PADA SISTEM
PELAYANAN
KESEHATAN
1
MENGUBAH
PERILAKU
DALAM
MEMILIH
PELAYANAN
KESEHATAN
MENGURANGI
MOTIVASI
PEMBERI
PELAYANAN
KESEHATAN
MERUGIKAN
SECARA
FINANSIAL
RISIKO SERIUS
TIDAK
TERCAPAINYA
UNIVERSAL
HEALTH
COVERAGE
2 3 4 5
9. TANTANGAN DALAM
PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
3. Organisasi yang terlibat dalam
peningkatan mutu belum memiliki
kejelasan peran dan tanggung jawabnya
6. Berbagai institusi mengembangkan berbagai indikator mutu
yang berbeda dan indikator belum dapat meningkatkan mutu
secara optimal
2. Monitoring dan evaluasi belum
konsisten dan data belum digunakan
secara optimal
1. Regulasi masih terfragmentasi dan
belum ada regulasi yang eksplisit
mengatur mutu pelayanan kesehatan
4. Sistem akreditasi belum sepenuhnya
terintegrasi dengan budaya peningkatan
mutu
5. Kesulitan dalam mengakses dan aplikasi
Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan
(PNPK) secara konsisten
10. Masyarakat masih kurang aktif dalam
menyampaikan aspirasinya terkait layanan
kesehatan kepada pemangku kepentingan
yang berwenang
7. Belum ada dokumentasi yang baik terkait
efektivitas berbagai intervensi peningkatan
mutu
8. Belum ada pembagian tugas, fungsi dan
kewenangan yang jelas dari setiap level
institusi dalam peningkatan mutu
9. Perbedaan situasi dan kapasitas antar
fasiitas kesehatan membutuhkan
intervensi yang berbeda dalam
peningkatan mutu
10. Kebijakan
Mutu, Keselamatan Pasien, PPI & K3
PERMENKES NO
46 TAHUN 2015
PASAL 39 (1)
Dalam Upaya Peningkatan
Mutu Pelayanan,
Puskesmas Wajib
Diakreditasi Secara
Berkala Paling Sedikit 3
(Tiga) Tahun Sekali.
UU 36 /2009 TENTANG KESEHATAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DILAKSANAKAN SECARA BERTANGGUNG JAWAB, AMAN, BERMUTU, SERTA MERATA & NONDISKRIMINATIF (PS 19)
PEMERINTAH WAJIB MENETAPKAN STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN (PS 55 AY 1)
STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH (PS 55 AY 2)
PERMENKES NO
11 TAHUN 2017
PASAL 5 (1&2)
AYAT 1.
Setiap faskes wajib menyelenggarakan
keselamatan pasien
AYAT 2.
Pembentukan sistem pelayanan yang
menerapkan:
a. Standar keselamatan pasien
b. Sasaran keselamatan pasien
c. Tujuh langkah menuju
keselamatan pasien
PASAL 2
Ruang lingkup Peraturan Menteri
ini meliputi pelaksanaanPPI di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
berupa rumah sakit,
puskesmas,klinik, dan praktik
mandiri tenaga kesehatan.
PASAL 3 (1)
Setiap Fasilitas Pelayanan
Kesehatanharus melaksanakan PPI.
PERMENKES NO
27 TAHUN 2017
PASAL 2 & 3
PASAL 3 (1)
Setiap Fasyankes wajib
menyelenggarakan K3 di Fasyankes
PASAL 11 (4)
Penilaian eksternal K3 di Fasyankes
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melalui akreditasi
Fasyankes sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PERMENKES NO
52 TAHUN 2018
PASAL 3 & 11
15. INDIKATOR MUTU
Tolok ukur yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan mutu
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
Untuk menilai apakah
upaya yang telah
dilakukan dapat
meningkatkan keluaran
pelayanan kesehatan;
Untuk pembelajaran
menggunakan praktik terbaik
yang diperoleh melalui
proses kaji banding
Memberikan umpan
balik kepada fasyankes
kepentingan
transparansi publik
16. RUANG
LINGKUP SASARAN
INDIKATOR NASIONAL MUTU
INM Rumah Sakit
INM Puskesmas
INM Laboratorium
INM UTD
INM TPMD
Puskesmas, TPMD, RS,
Laboratorium Kesehatan
dan Unit Transfusi
Darah.
Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota
Dinas Kesehatan Provinsi
Kementerian Kesehatan
Memberikan acuan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan FASYANKES dalam melakukan
pengukuran dan evaluasi mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan indikator yang ditetapkan.
Fasilitas Pelayanan kesehatan wajib melakukan pengukuran dan evaluasi mutu pelayanan
kesehatan sesuai dengan indikator mutu.
Pengukuran Indikator Mutu dilakukan dengan mengacu pada profil Indikator Mutu
18. STRATEGI PENINGKATAN MUTU
DI YANKES PRIMER
S T R A T E G I
PENGUATAN PERAN
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN /KOTA:
UNTUK MELAKUKAN
PEMBINAAN TERPADU
KEMENKES :
PENYEDIAAN NSPK
MUTU
DINAS KESEHATAN
PROPINSI :
PEMANTAUAN MUTU PERIODIK
PENGUATAN TATA KELOLA
MUTU DI PUSKESMAS
21. TREND PUSKESMAS TERAKREDITASI PER DES 2020
TINGKAT KELULUSAN :
• Paripurna : 239 (3%)
• Utama : 1669 (18 %)
• Madya : 5068 (55 %)
• Dasar : 2177 (24 %)
9754 9767 9825 9993 10137
100
1484
4223
7518
9153
2015 2016 2017 2018 2019
JUMLAH PUSKESMAS JUMLAH PUSKESMAS YANG TERAKREDITASI
1,03%
15,19%
42,98%
75,23%
90,29%
create_ar.21
22. ANALISIS CAPAIAN SKOR AKREDITASI PER BAB ( BAB I – IX)
BERDASARKAN HASIL SURVEI OLEH SURVEIOR
BAB 9
BAB 6
BAB 3
BAB 8
BAB 7
BAB 4
BAB 5
BAB 2
BAB 1
44,14%
45,35%
46,15%
69,08%
69,59%
72,27%
76,77%
72,86%
77,05%
≥ 80%
TATA KELOLA
MANAJEMEN SEBAGAI
INSTITUSI
TATA KELOLA
MANAJEMEN PROGRAM
UKM
TATA KELOLA
MANAJEMEN PROGRAM
UKP
TATA KELOLA
MANAJEMEN MUTU DAN
RISIKO
35,86%
7,73%
7,14%
3,23% 2,95%
34,65%
10,92%
10,41%
33,85%
NILAI TERENDAH PADA MANAJEMEN MUTU & RISIKO
P A R I P U R N A
G
A
P
NILAI TERTINGGI PADA
TATA KELOLA
MANAJEMEN SEBAGAI
INSTITUSI
23. TANTANGAN PENYELENGGARAAN AKREDITASI
PEMBIAYAAN
DIANGGAP MAHAL
• Kondisi sub standar (tidak memenuhi persyaratan izin operasional
Puskesmas (PMK. 75/2014) mengeluarkan biaya untuk
memenuhi SDM, sarana, prasarana dan alat kesehatan)
• Sebagain penugasan Surveior belum berdasarkan regionalisasi.
• Pendampingan oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota kurang optimal
sehingga ada Puskesmas yang memanfaatkan lembaga Konsultan
swasta
PENERAPAN STANDAR
BELUM MENJADI
BUDAYA
persiapan akreditasi dilakukan
menjelang survei (penyiapan
dokumen, internalisasi standar, dll)
sehingga menyita waktu
mempengaruhi pelayanan
IMPELEMENTASI STANDAR
AKREDITASI
TERKESAN BERFOKUS UKP
DAN KURANG MENDUKUNG
PERBAIKAN PELAYANAN
PROMOTIF PREVENTIF
SURVEIOR
• Jumlah & Distribusi Surveior
• Potensi Gratifikasi & pelanggaran etika
• Subjektifitas surveior
• Surveior ASN meninggalkan tugas
cukup lama karena menjalankan tugas
survei
• Penyambutan surveior yang berlebihan
25. PENYELENGGARAAN
AKREDITASI
FASYANKES
Kegiatan Persiapan Akreditasi meliputi :
• Pengisian Self assessment;
• Penyusunan Program Peningkatan Mutu;
• Penetapan dan Pengukuran Indikator Mutu; dan
• Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien.
Kegiatan Pelaksanaan Survei Akreditasi meliputi:
• Survei;
• Verifikasi;dan
• Penetapan status akreditasi
Pasca Akreditasi, merupakan kegiatan dalam dalam menjaga mutu
pelayanan scr berkesinambungan setelah penilaan akreditasi,
melalui kegiatan:
• Penyusunan Perencanaan Perbaikan Strategi (PPS)
• Pengukuran Indikator Nasional Mutu (INM)
• Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
Konsep Penyelenggaraan Akreditasi Fasyankes menggambarkan tentang Upaya Peningkatan mutu fasyan
kes secara berkesinambungan sebagai sebuah sistem yang terdiri atas
3 komponen, yaitu:
1. Persiapan Akreditasi
2. Pelaksanaan Akreditasi
3. Pasca Akreditasi
PENYEMPURNAAN PENYELENGGARAAN AKREDITASI FASYANKES
DAN PENGUATAN DINKES KAB/KOTA
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU DI FASYANKES
26. MEKANISME PENYELENGGARAAN
SURVEI AKREDITASI FASYANKES (USULAN)
FASYANKES
Pembinaan
termasuk verifikasi
Hasil SA
Analisis &
Skala prioritas
TPCB
Tim Validator &
Pengembangan
Standar
• Dinas Kesehatan Kab/Kota
• Pembinaan teknis terkait
mutu , dapat melibatkan:
• Bidang/seksi terkait
• Surveior
• Puskesmas sbg percontogan
• Organisasi Profesi
Koordinasi
Surveior Yang Berdomisili
di Propinsi
Tim
Self Assesment
Validasi
1 3
1
4
5
6
Rekomendasi : Peningkatan Mutu oleh TPCB
: Pelaksanaan & Penetapan
hasil survei
7
: Koordinasi
Pelaksanaan Survei
Dinkes Provinsi
Dinkes Kab/Kota
Penetapan
Status Akreditasi
8
27. TIM PEMBINA
CLUSTER BINAAN
(TPCB)
PENGUATAN DINKES
KAB/KOTA DENGAN
KONSEP PEMBINAAN
TERPADU PUSKESMAS
MELALUI TPCB DINKES
KAB/KOTA
TIM PENYUSUN DAN EDITOR PEDOMAN TEKNIS PPI DI FKTP
28. DASAR
DASAR PEMBINAAN MELALUI
TPCB
DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBINAAN
DINAS KESEHATAN KEPADA PUSKESMAS SECARA
BERJENJANG, MAKA DIBENTUK TIM PEMBINA CLUSTER
BINAAN (TPCB) DI DINAS KESEHATAN DALAM MELAKUKAN
PEMBINAAN SECARA TERINTEGRASI DAN
BERKESINAMBUNGAN
TIM PENYUSUN DAN EDITOR PEDOMAN TEKNIS PPI DI FKTP
29. MENGAPA
TPCB MENJADI
PENTING
TANTANGANNYA
TIM PENYUSUN DAN EDITOR PEDOMAN TEKNIS PPI DI FKTP
?
PEMBINAAN PUSKESMAS BELUM
DILAKSANAKAN SECARA TERPADU
PEMDA BELUM MENYEDIAKAN ANGGARAN
UNTUK PEMBINAAN PUSKESMAS
PEMBINAAN PUSKESMAS BELUM ADA
INDIKATOR KEBERHASILANNYA
PEMBINAAN PUSKESMAS BELUM
BERMUTU
30. 30
MAKSUD &TUJUAN
PEDOMAN
TIM PENYUSUN DAN EDITOR PEDOMAN TEKNIS PPI DI FKTP
MAKSUD : UNTUK MENYEDIAKAN ACUAN BAGI
DINAS KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DAN
PROVINSI DALAM MELAKUKAN PEMBINAAN
TERPADU SECARA BERJENJANG SESUAI DENGAN
KEWENANGANNYA.
PEDOMAN PEMBINAAN TERPADU PUSKESMAS
OLEH DINAS KESEHATAN BERTUJUAN UNTUK
MENSTANDARKAN ACUAN PELAKSANAAN
PEMBINAAN SECARA TERPADU OLEH DINAS
KESEHATAN KEPADA PUSKESMAS.
31. 31
PENGERTIAN
PEMBINAAN
TERPADU OLEH
TPCB
TIM PENYUSUN DAN EDITOR PEDOMAN TEKNIS PPI DI FKTP
PEMBINAAN YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-
SAMA OLEH SEMUA UNSUR PROGRAM YANG ADA
DI DINAS KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
MELALUI TIM PEMBINA CLUSTER BINAAN (TPCB)
SEBAGAI REPRESENTASI DINAS KESEHATAN
DAERAH KABUPATEN/KOTA
KETERPADUAN DALAM HAL SUMBER DAYA, WAKTU
PELAKSANAAN, PROGRAM DALAM BENTUK
CLUSTERISASI PUSKESMAS
37. • ANALISA DATA
• BANDINGKAN HASIL UJI
COBA DENGAN TARGET
/TUJUAN UJI COBA
• BUAT KESIMPULAN
• LAKUKAN PEMANTAUAN,
PENGENDALIAN DAN
PENILAIAN (AITM)
• PEMBELAJARAN
(LESSON LEARN)
• STANDARISASI UNTUK
DIREPLIKASI JIKA HASIL
UJI COBA DITERIMA
• JIKA HASIL UJI COBA
DITOLAK MAKA KEMBALI
KE PLAN UNTUK
MEMBUAT RENCANA
PERBAIKAN YANG BARU
• LAKUKAN PILOT
PROJECT
•DOKUMENTASIKA
N HASIL UJI
COBA
•LAKUKAN
ANALISA DATA
•PENGUMPULAN DATA
•TETAPKAN TUJUAN
•IDENTIFIKASI AKAR
PENYEBAB MASALAH
•RENCANAKAN
PEMECAHAN
MASALAH
PLAN DO
STUDY
ACT
KOMITMEN
KEPEMIMPINAN
PENGORGANISA
SIAN
BUDAYA MUTU
PRODUK
LAYANAN
KESEHATAN
YANG
BERMUTU
OUTPUT
PROSES
INPUT
KERANGKA KONSEP IMPLEMENTASI TKM DI PUSKESMAS
38. TEORI EDWARD W. DEMING
DALAM PEMECAHAN MASALAH
UNSUR PDSA PDCA
Masalah
Masalah kompleks adalah
yang terdiri dari banyak
faktor penyebab
Masalah sederhana
adalah masalah yang satu
penyebab
Fokus
Pembelajaran dan
peningkatan mutu
Perubahan dan kepatuhan
terhadap standar
Periode
Waktu
Perlu uji coba
Membutuhkan waktu
cukup lama, (maksimum 6
bulan)
Waktu singkat
(Few minute_less than
one month)
Proses
Pelaksanaan
1. Identifikasi masalah
2. Kumpulkan data bukti
3. Analisa masalah-sebab
4. Rencana Ujicoba
5. Ujicoba
6. Pelajari hasilnya
7. Tindak lanjut ke unit
kerja lainnya
1. Identifikasi masalah
2. Analisa masalah
3. Rencana solusi
4. Kerjakan
5. Cek hasilnya
6. Lakukan untuk
seterusnya
Perbedaan antara PDCA dengan PDSA
PDSA
41. PENDEKATAN YANG
HARUS DIBANGUN
AGAR TIDAK
TERJADI
KESALAHAN DALAM
MEMBERIKAN
PELAYANAN KEPADA
PASIEN DI
PUSKESMAS
MINIMALISASI TERJADINYA INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS
42. PASAL 5
Pasal 16
ayat 2:
PENANGANAN INSIDEN DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN DILAKUKAN MELALUI PEMBENTUKAN TIM
KESELAMATAN PASIEN YANG DITETAPKAN OLEH
PIMPINAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAI
PELAKSANA KEGIATAN PENANGANAN INSIDEN
AYAT 1.
SETIAP FASKES WAJIB MENYELENGGARAKAN KESELAMATAN PASIEN
AYAT 2.
PEMBENTUKAN SISTEM PELAYANAN YANG MENERAPKAN:
a. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
b. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
c. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN
43. Pelaporan IKP sangat
vital di dalam
pengumpulan informasi
yang akan dipakai
sebagai dasar analisa
dan rekomendasi
PELAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)
44. SP2KPN
• Sistem Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan
Nasional (SP2KPN) adalah Pusat data laporan
keselamatan pasien yang merupakan bagian dari
Pasien
insiden
Komite
Nasional Keselamatan Pasien (KNKP) yang ditetapkan dengan
Permenkes No 11 tahun 2017.
• Kemampuan mencegah dan melindungi pasien terhadap
Insiden tergantung pada budaya keselamatan pasien, salah
satunya adalah Pelaporan insiden.
2
45. Sistem Pelaporan dan Pembelajaran
Keselamatan Pasien Nasional (SP2KPN)
Tujuan :
• untuk mengetahui data Insiden Keselamatan Pasien berdasarkan Laporan dan
Pembelajaran keselamatan pasien di tingkat Nasional.
• Laporan insiden yang dikirimkan ke SP2KPN untuk mendukung pembelajaran dan
perbaikan secara nasional
• Hasil kajian insiden akan memberikan informasi Prioritas nasional untuk peningkatan
mutu dan keselamatan pasien.
Apa yang dilaporkan ?
Semua kejadian Sentinel dan KTD, KNC, KTC, yang telah dianalisis dan ditindaklanjuti di
Puskesmas
46. APLIKASI LAPORAN IKP PUSKESMAS
DIREKTORAT MUTU DAN
AKREDITASI PELAYANAN
KESEHATAN, BAGIAN PROGRAM
& INFORMASI-SESDITJEN
PELAYANAN KESEHATAN,
KEMENTERIAN KESEHATAN;
DAN KNKP TELAH
MENGEMBANGKAN APLIKASI
LAPORAN IKP PUSKESMAS.
APLIKASI INI MEMFASILITASI
PELAPORAN IKP EKSTERNAL
KE KNKP
Assalamualaikum
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk bapak/ibu
Di era pandemic covid saat ini, kita mempunyai tantangan baru selain memerangi covid-19 namun juga tantanga untuk tetap menjaga mutu pelayanan di fasilitas Kesehatan tempat kita bekerjaKarena keberhasilan kita semua dalam menghadapi pandemi ini didukung dengan cara melakukan pelayanan Kesehatan yang berkualitas
Tantangan kita dalam memberikan pelayanan Kesehatan yang berkualitas, tersurat dalam RPJMN tahun 2020-2024, dimana khusus untuk FKTP, ditargetkan pada tahun 2024 diharapkan 100% FKTP terakreditasi
FKTP disini yang dimaksud adalah Puskesmas dan Klinik Pratama
Untuk itu saat ini sedang dilakukan berbagai upaya untuk menyempurnakan sistem akreditasi, baik untuk fasilitas pelayanan Kesehatan pemerintah maupun swasta
Penguatan Layanan Primer
Penguatan Layanan Rujukan
Health Security
Resiliensi Farmasi & alat Kesehatan
Pembiayaan Kesehatan
SDM
Digitalisasi Kesehatan
STRATEGI RPJMN 2020-2024 ADALAH Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dan pelayanan kesehatan rujukan (Referal Health Care ) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi
Sesuai dengan RPJMN, Kesehatan Indonesia dijalankan dengan 5 Program Utama untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan dasar dengan peningkatan upaya promotif, preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi, yaitu :
Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak reproduksi
Percepatan perbaikan gizi masyarakat
Peningkatan pengendalian penyakit
Pembudayaan Gerakan Masyarakat Sehat
Penguatan Sistem Kesehatan
Dalam rangka mendukung indicator RPJMN maka disusunlah Renstra Kementerian Kesehatan dengan tujuan strategis adalah untuk penguatan pelayanan Kesehatan dasar dan rujukan, dengan sasaran strategisnya adalah meningkatnya ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan Kesehatan dasar dan rujukan.
Dalam rangka mencapai sasaran strategis ini disusunlah indicator keberhasilan pencapaian sasaran strategi yang terdiri dari :
Seluruh kecamatan memiliki minimal 1 Puskesmas
Persentase kabupaten/kota yang memenuhi rasio TT 1:1.000 sebesar 100%
Persentase FKTP sesuai standar sebesar 100%
Persentase RS terakreditasi sebesar 100%
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan lain yang memenuhi persyaratan survei akreditasi sebanyak 500 fasyankes lain
Terkait dengan FKTP sesuai dengan indicator Persentase FKTP sesuai standar. Sesuai standar disini yang dimaksud adalah sesuai dengan standar akreditasi FKTP
Untuk mencapai sasaran strategis yang telah tersusun didalam Renstra Kemenkes tahun 2020-2024, maka terdapat target pencapaian kegiatan, yaitu 5. 706 FKTP telah memenuhi persyaratan untuk survei akreditasi
Akses dan mutu pelayanan kesehatan
Selama dekade terakhir, jumlah fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia tenaga kesehatan telah menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, terdapat tantangan terutama untuk distribusi fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia sehingga menimbulkan kesenjangan antar wilayah di Indonesia. Demikian pula dalam ketersediaan sarana dan prasarananya, input fasilitas pelayanan kesehatan masih bervariasi. Mutu pelayanan kesehatan telah menjadi agenda penting di bidang pelayanan kesehatan. Terlepas dari jumlah regulasi yang cukup banyak yang mengatur mengenai mutu pelayanan kesehatan, belum tersedia definisi mutu pelayanan kesehatan yang seragam serta dimensi mutunya. Hal ini dapat berimplikasi pada pengukuran mutu yang belum mengarah pada dimensi mutu yang menjadi komitmen program.Berbagai program kesehatan menggunakan indikator berbasis cakupan, namun belum menetapkan mutu dari cakupan tersebut.
2. Ketersediaan dan kepatuhan terhadap standar mutu klinis dan keselamatan pasien
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan klinis yang terstandar dan keselamatan pasien telah semakin nyata, didukung pula oleh pembiayaan dengan sistem jaminan kesehatan nasional. Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer maupun rujukan tingkat lanjutan dituntut untuk memberikan pelayanan sesuai dengan standar mutu klinis dan mengutamakan keselamatan pasien. Untuk itu, ketersediaan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran dan Panduan Praktek Klinis yang dapat diakses dengan mudah sangat dibutuhkan untuk implementasinya, agar dapat meminimalkan variasi dalam pemberian layanan ke masyarakat. Implementasi keselamatan pasien-masyarakat telah menjadi dorongan kuat dalam pelayanan di rumah sakit, akan tetapi implementasi di pelayanan kesehatan primer dalam layanan promotif hingga rehabilitatif serta integrasinya dalam melaksanakan program-program kesehatan masih terbatas. Selain itu, belum tersedia sistem pemantauan, evaluasi dan umpan balik kepatuhan penyedia layanan kesehatan dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan sesuai standar minimal yang telah ditetapkan.
20
3. Budaya mutu di fasilitas kesehatan dan program kesehatan
Berbagai upaya peningkatan mutu telah diterapkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan yang berbeda dari waktu ke waktu serta belum digerakkan pada seluruh jenis fasilitas pelayanan kesehatan. Meskipun akreditasi diwajibkan dalam regulasi, akan tetapi belum seluruh fasilitas pelayanan kesehatan terakreditasi. Pemahaman akan standar akreditasi masih bervariasi di antara pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, serta akreditasi belum sepenuhnya mendorong budaya mutu di fasilitas pelayanan kesehatan. Tantangan dalam budaya mutu juga terdapat pada implementasi berbagai program-program kesehatan serta perlu adanya ukuran untuk budaya mutu.
4. Peran dan pemberdayaan pasien, keluarga dan masyarakat
Pasien, keluarga dan masyarakat merupakan mitra yang perlu dilibatkan dan diberdayakan dalam pelayanan dan program kesehatan. Selain pemberian pelayanan dan pelaksanaan program kesehatan yang telah didorong agar berfokus pada manusia (people-centered), pemahaman dan sikap pasien, keluarga dan masyarakat terhadap pelayanan dan program kesehatan yang diberikan menjadi esensial untuk keterlibatan dan perannya dalam pengambil keputusan bersama. Namun literasi pasien, keluarga dan masyarakat terhadap kesehatan secara umum dan mutu pelayanan-keselamatan pasien secara spesifik serta keinginan untuk terlibat aktif dalam pengambilan keputusan akan pelayanan yang diterima masih belum memadai. Tantangan ini diperbesar dengan sikap dan perilaku tenaga kesehatan yang secara umum belum memberikan informasi secara efektif serta ketersediaan informasi yang terbatas.
5. Penguatan tata kelola, struktur organisasi mutu dan sistem kesehatan lainnya
Implementasi sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia sejak tahun 2014 telah membuka akses pelayanan kesehatan secara luas kepada masyarakat dengan target seluruh masyarakat tercakup pada tahun 2019. Intervensi ini telah meminimalkan hambatan finansial masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan, yang perlu diikuti dengan upaya agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang bermutu. Peran dan tanggung jawab organisasi di pusat dan daerah terkait mutu dan mutu klinis serta antar para pemangku kepentingan (misalnya Kementerian Kesehatan dan jajarannya, BPJS dan lembaga regulasi independen) perlu dipertegas. Selain itu regulasi umum yang mengatur mengenai definisi dan dimensi mutu pelayanan kesehatan (di berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan dengan berbagai status kepemilikan) yang spesifik
21
belum tersedia. Konsekuensinya definisi dan dimensi mutu tidak seragam di berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Komitmen pemerintah pusat, daerah dan pemangku kepentingan
Dalam era desentralisasi, pembiayaan upaya peningkatan mutu sangat bergantung pada alokasi dari pemerintah pusat dan daerah, serta penganggaran di fasilitas pelayanan kesehatan. Pendanaan untuk upaya peningkatan mutu yang memadai dapat mencegah biaya mutu yang tidak perlu akibat mutu yang rendah atau insiden keselamatan pasien. Akreditasi pelayanan kesehatan yang bersifat wajib belum diikuti dengan komitmen pemerintah daerah yang tinggi. Hal ini dapat menjadi ancaman dalam keberlangsungan pembiayaan pelayanan kesehatan di era sistem jaminan kesehatan nasional. Pada daerah yang mempunyai kapasitas pembiayaan kesehatan yang terbatas, maka alokasi pemerintah pusat menjadi penentu keberlangsungan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Advokasi upaya peningkatan mutu perlu digerakkan oleh berbagai pemangku kepentingan yang terkait termasuk lembaga swadaya masyarakat.
7. Data, indikator, sistem informasi dan pengembangan-pemanfaatannya
Saat ini berbagai lembaga mengembangkan indikator mutu yang berbeda dan tidak saling terintegrasi. Situasi ini menimbulkan beban yang cukup tinggi pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, dengan kapasitas sistem informasi yang bervariasi pula. Selain dari indikator mutu, data mengenai mutu pelayanan juga diperoleh dari berbagai survei rutin yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, lembaga perguruan tinggi dan peneliti, serta pihak penjamin pembiayaan kesehatan. Namun data tersebut belum optimal pemanfaatannya untuk pengambilan keputusan ataupun menunjukkan perkembangan upaya peningkatan mutu secara nasional yang dapat diakses oleh publik. Belum tersedia sistem monitoring evaluasi mutu secara sistematik untuk menunjukkan efektivitas peningkatan mutu.
Perlu ada ukuran untuk budaya mutu
Komitmen PEMDA pada point nomor 6, juga NGO yang intrevensi di RS dalam hal manjemen RS masih sangat minim.
Kedepan, ada Sistem informasi bisa dibuka diseluruh level dan semua bisa melihat dan akses bagaimana sih budaya mutu kita.
Saat ini kita bersama masih menghadapi berbagai tantangan mutu, dari masih terfragmentasinya regulasi2 mutu, data belum digunakan secara maksimal dan konsisten dalam monev mutu, belum terbangunnya budaya mutu
Crosby juga menjelaskan 14 Langkah untuk menerapkan mutu, sebagai berikut:
Komitmen Manajemen (Management Commitment).
Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team).
Pengukuran Mutu (Quality Measurement).
Mengukur Biaya Mutu (The Cost Of Quality).
Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness).
Kegiatan Perbaikan (Corrective Action).
Perencanaan tanpa cacat (Zero Deffects Planning).
Menekankan Perlunya Pelatihan Pengawas (Supervisor Training).
Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defects Day).
Penyusunan Tujuan (Goal Setting).
Penghapusan Sebab Kesalahan (Error Cause Removal).
Pengakuan (Recognition).
Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Councils).
Lakukan Lagi (Do It Over Again).
NSPK : Norma Standar Prosedur Kriteria Pedoman-pedoman dan aturan tentang mutu
Sesuai dengan permenkes no 99 tahun 2015, ditafsirkan bahwa per 1 Januari 2021 FKTP yang bekerjasama dengan BPJS wajib terakreditasi.
Namun di era pandemic covid ini dimana harus dilakukan protocol Kesehatan dimana salah satunya meminimalkan mobilisasi orang antar daerah, maka hal ini menyebabkan tidak dapat dilakukan survei akreditasi.
Untuk itu dengan SE menkes ini memberikan pengecualian terhadap kewajiban akreditasi sampai dengan 1 tahun setelah kedaruratan masyarakat covid-19 dinyatakan dicabut oleh Pemerintah
Dengan dikeluarkan se menkes no 455, yang berimplikasi pada penundaan proses survei akreditasi FKTP, bukan berarti berhenti pula proses jaga mutu dan perbaikan mutu secara berkelanjutan. Karena diharapkan tetap dilaksanakan CQI (continuous quality improvement) di setiap fasilitas pelayanan Kesehatan yang dibuktikan dengan adanya komitmen dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan
Deming memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah agar dapat membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam menangani mutu. Salah satu metode yang diperkenalkannya adalah siklus Deming (Deming Cycle), pada siklus ini mencegah terjadinya kesalahan dengan penetapan standar serta modifikasi standar yang ada. Siklus ini dikenal dengan PDCA terdiri atas empat komponen utama secara berurutan yaitu plan, do, check dan action. PDCA menekankan pada pelaksanaan perubahan dan kepatuhan terhadap standar. Siklus ini kemudian berkembang saat disadari pada tahap ketiga/ check adalah melihat kembali hasil dari perubahan yang dilakukan. Bahwa pada tahapan yang ketiga yang dilakukan adalah study yaitu membandingkan data hasil pengamatan, untuk dapat memperkirakan pembelajaran yang dapat diperoleh sebagai proses perbaikan. Maka siklus tersebut kemudian dikenal menjadi PDSA yaitu plan, do, study dan action dengan menekankan pada pembelajaran dan upaya peningkatan/ perbaikan mutu (Moen dan Norman, 2009. Siklus tersebut digambarkan sebagai berikut: