SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
1
ETIKA DALAM PROFESI KEBIDANAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan perundang-undangan dalam
bidang kesehatan yang mengatur tentang pelayanan medik dan sarana medik.
Perumusan hukum kesehatan mengandung pokok-pokokpengertian sebagai berikut :
Kesehatan menurut WHO, adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan,
jiwa dan sosial, bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Adapun istilah kesehatan dalam undang-undang adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial danekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memeliharadan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintahdan atau masyarakat. Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami masalah
Peraturan dan Perundang-Undangan yang Melandasi Tugas, Fungsi dan Praktek
bidan sehingga mahasiswa dapat mengatasi masalah dengan tanggung jawab
tenaga kesehatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Pelayanan Kesehatan
UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 Tentang Tugas dan Tanggung Jawab
Tenaga Kesehatan
Pada peraturan pemerintah ini berisikan tanggung jawab dan tugas tenaga
kesehatan termasuk didalamnya tenaga bidan :
Tenaga Kesehatan
Pasal 50
2
1. Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga
kesehatan yang bersangkutan.
2. Ketentuan mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Kesehatan Keluarga
Pasal 12
1. Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat,
kecil, bahagia, dan sejahtera.
2. Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
kesehatan suami istri, anak, dan anggota keluarga lainnya.
Pasal 13
Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka
menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis.
Pasal 14
Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan,
persalinan, pasca persalinan dan masa di luar kehamilan, dan persalinan
Pasal 15
1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya
dapat dilakukan :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersngkutan atau suami atau keluarganya.
2.2 Peraturan dan Perundang-Undangan No.32 tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan
Jenis Tenaga Kesehatan
3
Pasal 2
(1) Tenaga kesehatan terdiri dari :
a. tenaga medis,
b. tenaga keperawatan,
c. tenaga kefarmasian,
d. tenaga kesehatan masyarakat,
e. tenaga gizi,
f. tenaga keterapian fisik,
g. tenaga keteknisian medis.
(2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
(3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
(4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
(5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan
dan sanitarian.
(6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
(7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis.
Persyaratan
Pasal 3
Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.
Pasal 4
(1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga
kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.
Pasal 5
(1) Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tenaga medis dan
tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat
melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi.
Perencanaan
Pasal 6
(1) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat.
4
Pasal 7
Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan di
bidang kesehatan.
Pasal 8
(1) Pendidikan di bidang kesehatan dilaksanakan di lembaga pen-didikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat.
(2) Penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ijin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9
(1) Pelatihan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan
atau penguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan.
(2) Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan
jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan.
Pasal 10
(1) Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya .
(2) Penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas
pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan/atau
bekerja pada sarana kesehatan yang ber-sangkutan untuk meningkatkan
keterampilan atau pengetahuan melalui pelatihan di bidang kesehatan.
Standar Profesi
Pasal 21
(1) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya ber-kewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.
(2) Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 22
(1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk :
a. menghormati hak pasien;
b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
c. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan
5
dilakukan;
d meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;
e. membuat dan memelihara rekam medis.
Pasal 23
(1) Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena
kesalahan atau kelalaian.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perlindungan Hukum
Pasal 24
(1) Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan
tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut oleh Menteri.
Ikatan Profesional
Pasal 26
(1) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan/atau mengembangkan penge-tahuan dan keterampilan,
martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan.
(2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pembinaan
Pasal 28
(1) Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian
6
profesi tenaga kesehatan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui
pembinaan karier, disiplin dan teknis profesi tenaga kesehatan.
Pasal 29
(1) Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan
pemberian penghargaan.
(2) Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2.3 Peraturan Perundangan Tentang Ketenaga Kerjaan
Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan ialah :
I.Tenaga Kesehatan sarjana, yaitu :
a.dokter,
b.dokter-gigi,
c.apoteker,
d.sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan.
II.Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah:
a.dibidang farmasi : asisten-apoteker dan sebagainya,
b.dibidang kebidanan: bidan dan sebagainya,
c.dibidang perawatan: perawat, physio-terapis dan sebagainya,
d.dibidang kesehatan masyarakat : penilik kesehatan, nutrisionis dan lain-lain,
e.dibidang-bidang kesehatan lain.
Pasal 5.
Untuk melakukan pekerjaan, baik pada Pemerintah, pada badan-badan Swasta
maupun secara Swasta perseorangan, tenaga kesehatan yang dimaksud dalam
pasal 3( bagi dokter ) dan pasal 4( kefarmasian ) harus memperoleh idzin Menteri.
Pasal 6
(1)Pada idzin yang dimaksud dalam pasal ditetapkan (tempat), jangka waktu dan
syarat-syarat lain, sesuai dengan ketentuan-ketentuan.
Tugas pekerjaan tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah.
Pasal 7.
7
(1)Tugas pekerjaan tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah
ditetapkan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.
(2)Pendidikan yang dimaksudkan dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah atau Peraturan Menteri Kesehatan.
Pasal 8.
(1)Tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah melakukan
pekerjaannya dibawah pengawasan dokter/dokter-gigi/ apoteker/sarjana lain.
Tenaga pengobatan berdasarkan ilmu atau cara lain dari pada ilmu kedokteran.
Pasal 9.
(1)Menteri Kesehatan memberi bimbingan dan pengawasan kepada mereka yang
melakukan usaha-usaha pengobatan berdasarkan ilmu dan atau cara lain dari pada
ilmu kedokteran.
(2)Bimbingan dan pengawasan yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan peraturan-peraturan pelaksanaan.
2.4 Peraturan Perundangan / UU Tentang Adobsi, Bayi Tabung, dan Adobsi
Undang -Undang Tentang Aborsi
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup diluar
rahim, yaitu sebelum 20 minggu. Aborsi juga berarti penghentian kehamilan
setelah tertanamnya ovum yang telah dibuahi dalam rahim sebelum usia janin mencapai
20minggu.Macam-macam abortus :
8
a.Abortus spontaneousYaitu abortus yang terjadi tanpa disengaja.
b.Abortus provocatusAbortus yang dilakukan dengan sengaja atau dibuat, ada
duamacam abortus provocatus, yaitu :
1)Abortus provocatus therapiticua
2)Abortus provocatus kriminalis
Dasar hukum abortus adalah sebagai berikut :
a.HP Bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa orang
1) KUHP pasal 299
Ayat 1: memberikan harapan dan digugurkan dihukum 4 tahun penjara.
Ayat 2: mengambil keuntungan dari pengguguran tersebut hukuman 4 tahun
penjara ditambah sepertiganya.
Ayat 3: menggugurkan kandungan orang menjadi suatu profesi, dicabut haknya
dan dipidana penjara.
2) KUHP pasal 322
Ayat 2: pengangguran dikerjakan hanya orangtertentu tergantung atas pengaduan
itu.
3) KUHP pasal 436
Seorang wanita yang dengan sengajamenggugurkan kandungannya, dihukum
4tahun.
4) KUHP pasal 347
Sengaja menggugurkan hingga menyebabkankematian dihukum maksimal 15
tahun.
5) KUHP pasal
Sengaja menggugurkan dan atas persetujuanpasien maka dihukum maksimal 7tahun.
6) KUHP pasal 349
Seorang dokter, bidan dan apoteker membantukejahatan tersebut, dapat dicabut
haknya.
b.Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
9
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dinikehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/ataujanin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/ataucacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaikisehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan,
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkantrauma psikologis bagi
korbanperkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapatdilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatanpra tindakan dan diakhiri dengan konseli
dan/atau penasehatanpra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten danberwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medisdan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan :
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan.
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan.
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang di tetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dariaborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat(3) yang tidak bermutu, tidak aman,
dan tidak bertanggungjawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuanperaturan perundang-undangan.
Undang –Undang Tentang Bayi Tabung
Bayi tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel
telur diluar tubuh ( invitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi hasil
10
tersebutdimasukkan kembali kedalam rahim ibu atau embriotransfer sehingga
dapat tumbuh menjadi janin sebagaimanalayaknya kehamilan biasa.Status bayi
tabung ada tiga macam :
a.Inseminasi buatan dengan sperma suami.
b.Inseminasi buatan dengan sperma donor.
c.Inseminasi dengan model titipan.
Dasar hukum pelaksanaan bayi tabung di indonesia adalahUndang-undang Kesehatan No.36
Tahun 2009:
Pasal 127
(1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukanoleh pasangan
suami istri yang sah dengan ketentuan:
a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal.
b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyaikeahlian dan kewenangan
untuk itu.
c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan di luar cara alamiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Pemerintah.
Undang –Undang Tentang Adopsi
Adopsi adalah suatu proses penerimaan anak dariseseorang atau lembaga
organisasi ketangan orang lainsecara sah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.Adopsi juga berarti memasukkan anak yang diketahuinyasebgai orang lain
kedalam keluarganya dengan status fungsisama dengan anak kandung.
Ada tiga macam hukum perdata, yaitu :
1. Perdata barat
2. Perdata adat
3.Perdata sesuai agama
Hukum perdata tentang adopsi, meliputi :
1.Anak yang diadopsi hanya laki-laki, terjadi nilai diskriminatif dan patriakal.
2.Bahwa yang dapat mengadopsi anak adalah pasangan suami istri, janda atau
duda.
11
3.Kebolehan mengadopsi, baru boleh mengadopsi bila tidak melahirkan keturunan laki-
laki.
4.Anak yang boleh diadopsi, anak laki-laki belum kawin,belum diadopsi orang lain, umur
lebih muda minimalsepuluh tahun dari ayah angkatnya, jika janda lebih muda15 tahun dari
ibu angkatnya.
5.Syarat persetujuan dapat meliputi :
Dari suami istri yang melakukan adopsi.
Dari orang tua alami anak yang diadopsi.
Dari ibu anak apabila ayah meninggal.
Dari anak yang diadopsi sendiri ( tidak mutlak ).
6.Adopsi berbentuk akta notaris, yaitu para pihak datang,jika dikuasakan harus dengan
surat kuasa notaris,pernyataan persetujuan bersama orang tua alami dengancalon
orang tua angkat, dengan akta adopsi. Adopsi yangtidak berbentuk notaris, batal
secara hukum.
7.Akibat hukum adopsi adalah sebagai berikut :
> Anak mendapat nama keturunan orang tuaangkat.
> Anak yang diadopsi dianggap dilahirkan ataudianggap sah.
> Gugur hubungan perdata dengan orang tua alam
2.5 Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002
Bidan diharuskan memenuhi persyaratan dan perizinan untuk melaksanakan
praktek, dalam peraturan ini, terdapat ketentuan-ketentuan secara birokrasi hal-
hal yang harus bidan penuhi sebelum melakukan praktik dan juga terlampir
informasi-informasi petunjuk pelaksanaan praktik kebidanan. bidan hal tersebut
tertuang pada Bab dan Pasal-pasal berikut :
PERIZINAN
Pasal 9
(1) Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB.
(2) Bidan dapat menjalankan praktik pada sarana kesehatan dan/atau perorangan.
Pasal 10
(1) SIPB
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada “Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat”.
(2) Permohonan
12
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan persyaratan,
antara lain
meliputi:
a. fotokopi SIB yang masih berlaku.
b. fotokopi ijazah Bidan.
c. surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau sebagai
Pegawai Negeri atau pegawai pada sarana kesehatan.
d. surat keterangan sehat dari dokter.
e. rekomendasi dari organisasi profesi.
f. pas foto 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
(3) Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf e, setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan
dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan
melakukan praktik bidan.
Pasal 11
(1) SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui kembali.
(2) Pembaharuan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan.
Pasal 12
Bidan pegawai tidak tetap dalam rangka pelaksanaan masa bakti tidak
memerlukan SIPB.
Pasal 13
Setiap bidan yang menjalankan praktik berkewajiban meningkatkan kemampuan
keilmuan dan/atau keterampilannya melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
PRAKTIK BIDAN
Pasal 14
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi :
a. pelayanan kebidanan.
b. pelayanan keluarga berencana.
c. pelayanan kesehatan masyarakat.
Pasal 15
(1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a ditujukan
kepada ibu dan anak.
13
(2) Pelayanan
kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa
persalinan, masa nifas,
menyusui dan masa antara (periode interval).
(3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa
bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pada peraturan pemerintah ini berisikan tanggung jawab dan tugas tenaga
kesehatan .Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran
dalam rangka menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis. Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga
kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.
Setiap orang dilarang melakukan aborsi. Upaya kehamilan di luar cara
alamiah hanya dapat dilakukanoleh pasangan suami istri yang sah dengan
ketentuan hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istriyang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal. Anak yang diadopsi hanya
laki-laki,bahwa yang dapat mengadopsi anak adalah pasangan suami istri, janda
atau duda, baru boleh mengadopsi bila tidak melahirkan keturunan laki-laki.
14
DAFTAR PUSTAKA
www.akhlakislam.com/.../himpunan-perundangan-
www.depnakertrans.go.id/.../perundangan/
yovie.info/update-himpunan-peraturan

More Related Content

What's hot

Draft Final UU Tenaga Kesehatan Sept 2014
Draft Final UU Tenaga Kesehatan Sept 2014Draft Final UU Tenaga Kesehatan Sept 2014
Draft Final UU Tenaga Kesehatan Sept 2014Suprijanto Rijadi
 
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatanUu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatandyah gaby kesuma
 
Uu 29-2004 praktikkedokteran
Uu 29-2004 praktikkedokteranUu 29-2004 praktikkedokteran
Uu 29-2004 praktikkedokteranPaskal_Wolf
 
Naskah UU Keperawatan Final Akan disahkan Oktober 2014
Naskah UU Keperawatan Final Akan disahkan Oktober 2014Naskah UU Keperawatan Final Akan disahkan Oktober 2014
Naskah UU Keperawatan Final Akan disahkan Oktober 2014Suprijanto Rijadi
 
Ppt uu-kesehatan-dipa-blu
Ppt uu-kesehatan-dipa-bluPpt uu-kesehatan-dipa-blu
Ppt uu-kesehatan-dipa-blumumud31
 
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga giziPmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizippidkemenkes
 
Peta UU Rumah Sakit Ditengah UU Kesehatan Lainnya
Peta UU Rumah Sakit Ditengah UU Kesehatan LainnyaPeta UU Rumah Sakit Ditengah UU Kesehatan Lainnya
Peta UU Rumah Sakit Ditengah UU Kesehatan LainnyaSuprijanto Rijadi
 
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)Åúlíà Üdâ
 
Permenkes 1045 pdoman organisasi rs di lingkungan depkes 1045 tahun 2006 blm ...
Permenkes 1045 pdoman organisasi rs di lingkungan depkes 1045 tahun 2006 blm ...Permenkes 1045 pdoman organisasi rs di lingkungan depkes 1045 tahun 2006 blm ...
Permenkes 1045 pdoman organisasi rs di lingkungan depkes 1045 tahun 2006 blm ...dr. Sri Yulianti
 
Peraturan pemerintah no_32_tahun_1996 tentang tenaga kesehatan (kebidanan)
Peraturan pemerintah no_32_tahun_1996 tentang tenaga kesehatan (kebidanan)Peraturan pemerintah no_32_tahun_1996 tentang tenaga kesehatan (kebidanan)
Peraturan pemerintah no_32_tahun_1996 tentang tenaga kesehatan (kebidanan)Annisa Berlannov
 
Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013IdnJournal
 
Undang undang no 23 tahun 1992
Undang undang no 23 tahun 1992Undang undang no 23 tahun 1992
Undang undang no 23 tahun 1992Afrizal Christie
 

What's hot (19)

UU Tahun 2009 Rumah Sakit
UU Tahun 2009 Rumah SakitUU Tahun 2009 Rumah Sakit
UU Tahun 2009 Rumah Sakit
 
Draft Final UU Tenaga Kesehatan Sept 2014
Draft Final UU Tenaga Kesehatan Sept 2014Draft Final UU Tenaga Kesehatan Sept 2014
Draft Final UU Tenaga Kesehatan Sept 2014
 
Uu no 23_1992
Uu no 23_1992Uu no 23_1992
Uu no 23_1992
 
UU Praktik Kedokteran
UU Praktik KedokteranUU Praktik Kedokteran
UU Praktik Kedokteran
 
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatanUu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
 
Uu 29-2004 praktikkedokteran
Uu 29-2004 praktikkedokteranUu 29-2004 praktikkedokteran
Uu 29-2004 praktikkedokteran
 
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg KesehatanUU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
 
Naskah UU Keperawatan Final Akan disahkan Oktober 2014
Naskah UU Keperawatan Final Akan disahkan Oktober 2014Naskah UU Keperawatan Final Akan disahkan Oktober 2014
Naskah UU Keperawatan Final Akan disahkan Oktober 2014
 
Ppt uu-kesehatan-dipa-blu
Ppt uu-kesehatan-dipa-bluPpt uu-kesehatan-dipa-blu
Ppt uu-kesehatan-dipa-blu
 
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga giziPmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
 
Peta UU Rumah Sakit Ditengah UU Kesehatan Lainnya
Peta UU Rumah Sakit Ditengah UU Kesehatan LainnyaPeta UU Rumah Sakit Ditengah UU Kesehatan Lainnya
Peta UU Rumah Sakit Ditengah UU Kesehatan Lainnya
 
Uu 29 2004
Uu 29 2004Uu 29 2004
Uu 29 2004
 
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
 
Permenkes 1045 pdoman organisasi rs di lingkungan depkes 1045 tahun 2006 blm ...
Permenkes 1045 pdoman organisasi rs di lingkungan depkes 1045 tahun 2006 blm ...Permenkes 1045 pdoman organisasi rs di lingkungan depkes 1045 tahun 2006 blm ...
Permenkes 1045 pdoman organisasi rs di lingkungan depkes 1045 tahun 2006 blm ...
 
Uu no.44 2009 tentang rs
Uu no.44 2009 tentang rsUu no.44 2009 tentang rs
Uu no.44 2009 tentang rs
 
Peraturan pemerintah no_32_tahun_1996 tentang tenaga kesehatan (kebidanan)
Peraturan pemerintah no_32_tahun_1996 tentang tenaga kesehatan (kebidanan)Peraturan pemerintah no_32_tahun_1996 tentang tenaga kesehatan (kebidanan)
Peraturan pemerintah no_32_tahun_1996 tentang tenaga kesehatan (kebidanan)
 
Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013
 
1.uu36 09-kesehatan
1.uu36 09-kesehatan1.uu36 09-kesehatan
1.uu36 09-kesehatan
 
Undang undang no 23 tahun 1992
Undang undang no 23 tahun 1992Undang undang no 23 tahun 1992
Undang undang no 23 tahun 1992
 

Viewers also liked

Aspek hukum-praktek-kebidanan
Aspek hukum-praktek-kebidananAspek hukum-praktek-kebidanan
Aspek hukum-praktek-kebidananNova Ci Necis
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahLegal Akses
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaLegal Akses
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaLegal Akses
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanLegal Akses
 

Viewers also liked (7)

Liske makalah
Liske makalahLiske makalah
Liske makalah
 
Aspek hukum-praktek-kebidanan
Aspek hukum-praktek-kebidananAspek hukum-praktek-kebidanan
Aspek hukum-praktek-kebidanan
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
 
surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
 

Similar to Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA

Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009sintaardila
 
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.hospital
 
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...BPJS Kesehatan RI
 
Peraturan dan perundang1 (2)
Peraturan dan perundang1 (2)Peraturan dan perundang1 (2)
Peraturan dan perundang1 (2)asep nababan
 
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatanSesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatanMuklis Bat'Rock
 
HUKUM_KESEHATAN_BHP.pptx
HUKUM_KESEHATAN_BHP.pptxHUKUM_KESEHATAN_BHP.pptx
HUKUM_KESEHATAN_BHP.pptxHarisWidodo7
 
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatanAnalisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatanABSTRACTPIT
 
Uu nomor 36 tahun 2014
Uu nomor 36 tahun 2014Uu nomor 36 tahun 2014
Uu nomor 36 tahun 2014Yuni Ambarwati
 
modul hukum kesehatan&etika review fachriah 1-pdf
modul hukum kesehatan&etika review fachriah 1-pdfmodul hukum kesehatan&etika review fachriah 1-pdf
modul hukum kesehatan&etika review fachriah 1-pdfljjkadinkes
 
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatantelaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatanAsiyah Khoirunnisaa
 
legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan endahtri2110
 
Draf RUU Keperawatan Revisi 13 Januari 2011_
Draf RUU Keperawatan Revisi 13 Januari 2011_Draf RUU Keperawatan Revisi 13 Januari 2011_
Draf RUU Keperawatan Revisi 13 Januari 2011_Edi Kusmiadi
 
UU NO. 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN.docx
UU NO. 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN.docxUU NO. 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN.docx
UU NO. 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN.docxRiskaaOktaviana
 

Similar to Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA (20)

Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009
 
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
 
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
 
Peraturan dan perundang1 (2)
Peraturan dan perundang1 (2)Peraturan dan perundang1 (2)
Peraturan dan perundang1 (2)
 
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatanSesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
Sesi 2 undang undang RI no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
 
Hukum kesehatan
Hukum kesehatanHukum kesehatan
Hukum kesehatan
 
Narasi RUU Kesehatan.pdf
Narasi RUU Kesehatan.pdfNarasi RUU Kesehatan.pdf
Narasi RUU Kesehatan.pdf
 
HUKUM_KESEHATAN_BHP.pptx
HUKUM_KESEHATAN_BHP.pptxHUKUM_KESEHATAN_BHP.pptx
HUKUM_KESEHATAN_BHP.pptx
 
alpraktik rupture
alpraktik rupturealpraktik rupture
alpraktik rupture
 
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatanAnalisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
Analisis hukum kesehatan dan uu tenaga kesehatan
 
Uu nomor 36 tahun 2014
Uu nomor 36 tahun 2014Uu nomor 36 tahun 2014
Uu nomor 36 tahun 2014
 
UU Nomor 36 Tahun 2014.pdf
UU Nomor 36 Tahun 2014.pdfUU Nomor 36 Tahun 2014.pdf
UU Nomor 36 Tahun 2014.pdf
 
modul hukum kesehatan&etika review fachriah 1-pdf
modul hukum kesehatan&etika review fachriah 1-pdfmodul hukum kesehatan&etika review fachriah 1-pdf
modul hukum kesehatan&etika review fachriah 1-pdf
 
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatantelaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
 
Sistem yankes
Sistem yankesSistem yankes
Sistem yankes
 
Uu kesehatan
Uu kesehatanUu kesehatan
Uu kesehatan
 
Bu srtin
Bu srtinBu srtin
Bu srtin
 
legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan
 
Draf RUU Keperawatan Revisi 13 Januari 2011_
Draf RUU Keperawatan Revisi 13 Januari 2011_Draf RUU Keperawatan Revisi 13 Januari 2011_
Draf RUU Keperawatan Revisi 13 Januari 2011_
 
UU NO. 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN.docx
UU NO. 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN.docxUU NO. 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN.docx
UU NO. 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN.docx
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. 1 ETIKA DALAM PROFESI KEBIDANAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang mengatur tentang pelayanan medik dan sarana medik. Perumusan hukum kesehatan mengandung pokok-pokokpengertian sebagai berikut : Kesehatan menurut WHO, adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, jiwa dan sosial, bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Adapun istilah kesehatan dalam undang-undang adalah keadaan sehat, baik secara fisik, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial danekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memeliharadan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintahdan atau masyarakat. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 1.2 Tujuan Tujuan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami masalah Peraturan dan Perundang-Undangan yang Melandasi Tugas, Fungsi dan Praktek bidan sehingga mahasiswa dapat mengatasi masalah dengan tanggung jawab tenaga kesehatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Pelayanan Kesehatan UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 Tentang Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan Pada peraturan pemerintah ini berisikan tanggung jawab dan tugas tenaga kesehatan termasuk didalamnya tenaga bidan : Tenaga Kesehatan Pasal 50
  • 2. 2 1. Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan. 2. Ketentuan mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Kesehatan Keluarga Pasal 12 1. Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat, kecil, bahagia, dan sejahtera. 2. Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kesehatan suami istri, anak, dan anggota keluarga lainnya. Pasal 13 Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis. Pasal 14 Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan masa di luar kehamilan, dan persalinan Pasal 15 1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat dilakukan : a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut. b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli. c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersngkutan atau suami atau keluarganya. 2.2 Peraturan dan Perundang-Undangan No.32 tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan Jenis Tenaga Kesehatan
  • 3. 3 Pasal 2 (1) Tenaga kesehatan terdiri dari : a. tenaga medis, b. tenaga keperawatan, c. tenaga kefarmasian, d. tenaga kesehatan masyarakat, e. tenaga gizi, f. tenaga keterapian fisik, g. tenaga keteknisian medis. (2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. (3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. (4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. (5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. (6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. (7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis. Persyaratan Pasal 3 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. Pasal 4 (1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri. Pasal 5 (1) Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Perencanaan Pasal 6 (1) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat.
  • 4. 4 Pasal 7 Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan. Pasal 8 (1) Pendidikan di bidang kesehatan dilaksanakan di lembaga pen-didikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat. (2) Penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ijin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 9 (1) Pelatihan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan atau penguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan. (2) Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan. Pasal 10 (1) Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya . (2) Penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan/atau bekerja pada sarana kesehatan yang ber-sangkutan untuk meningkatkan keterampilan atau pengetahuan melalui pelatihan di bidang kesehatan. Standar Profesi Pasal 21 (1) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya ber-kewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan. (2) Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. Pasal 22 (1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk : a. menghormati hak pasien; b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien; c. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan
  • 5. 5 dilakukan; d meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan; e. membuat dan memelihara rekam medis. Pasal 23 (1) Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian. (2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlindungan Hukum Pasal 24 (1) Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri. Ikatan Profesional Pasal 26 (1) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan penge-tahuan dan keterampilan, martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan. (2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan Pasal 28 (1) Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian
  • 6. 6 profesi tenaga kesehatan. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui pembinaan karier, disiplin dan teknis profesi tenaga kesehatan. Pasal 29 (1) Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan pemberian penghargaan. (2) Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.3 Peraturan Perundangan Tentang Ketenaga Kerjaan Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan ialah : I.Tenaga Kesehatan sarjana, yaitu : a.dokter, b.dokter-gigi, c.apoteker, d.sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan. II.Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah: a.dibidang farmasi : asisten-apoteker dan sebagainya, b.dibidang kebidanan: bidan dan sebagainya, c.dibidang perawatan: perawat, physio-terapis dan sebagainya, d.dibidang kesehatan masyarakat : penilik kesehatan, nutrisionis dan lain-lain, e.dibidang-bidang kesehatan lain. Pasal 5. Untuk melakukan pekerjaan, baik pada Pemerintah, pada badan-badan Swasta maupun secara Swasta perseorangan, tenaga kesehatan yang dimaksud dalam pasal 3( bagi dokter ) dan pasal 4( kefarmasian ) harus memperoleh idzin Menteri. Pasal 6 (1)Pada idzin yang dimaksud dalam pasal ditetapkan (tempat), jangka waktu dan syarat-syarat lain, sesuai dengan ketentuan-ketentuan. Tugas pekerjaan tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah. Pasal 7.
  • 7. 7 (1)Tugas pekerjaan tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah ditetapkan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya. (2)Pendidikan yang dimaksudkan dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri Kesehatan. Pasal 8. (1)Tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah melakukan pekerjaannya dibawah pengawasan dokter/dokter-gigi/ apoteker/sarjana lain. Tenaga pengobatan berdasarkan ilmu atau cara lain dari pada ilmu kedokteran. Pasal 9. (1)Menteri Kesehatan memberi bimbingan dan pengawasan kepada mereka yang melakukan usaha-usaha pengobatan berdasarkan ilmu dan atau cara lain dari pada ilmu kedokteran. (2)Bimbingan dan pengawasan yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan-peraturan pelaksanaan. 2.4 Peraturan Perundangan / UU Tentang Adobsi, Bayi Tabung, dan Adobsi Undang -Undang Tentang Aborsi Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup diluar rahim, yaitu sebelum 20 minggu. Aborsi juga berarti penghentian kehamilan setelah tertanamnya ovum yang telah dibuahi dalam rahim sebelum usia janin mencapai 20minggu.Macam-macam abortus :
  • 8. 8 a.Abortus spontaneousYaitu abortus yang terjadi tanpa disengaja. b.Abortus provocatusAbortus yang dilakukan dengan sengaja atau dibuat, ada duamacam abortus provocatus, yaitu : 1)Abortus provocatus therapiticua 2)Abortus provocatus kriminalis Dasar hukum abortus adalah sebagai berikut : a.HP Bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa orang 1) KUHP pasal 299 Ayat 1: memberikan harapan dan digugurkan dihukum 4 tahun penjara. Ayat 2: mengambil keuntungan dari pengguguran tersebut hukuman 4 tahun penjara ditambah sepertiganya. Ayat 3: menggugurkan kandungan orang menjadi suatu profesi, dicabut haknya dan dipidana penjara. 2) KUHP pasal 322 Ayat 2: pengangguran dikerjakan hanya orangtertentu tergantung atas pengaduan itu. 3) KUHP pasal 436 Seorang wanita yang dengan sengajamenggugurkan kandungannya, dihukum 4tahun. 4) KUHP pasal 347 Sengaja menggugurkan hingga menyebabkankematian dihukum maksimal 15 tahun. 5) KUHP pasal Sengaja menggugurkan dan atas persetujuanpasien maka dihukum maksimal 7tahun. 6) KUHP pasal 349 Seorang dokter, bidan dan apoteker membantukejahatan tersebut, dapat dicabut haknya. b.Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 75 (1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi. (2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
  • 9. 9 a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dinikehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ataujanin, yang menderita penyakit genetik berat dan/ataucacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaikisehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan, b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkantrauma psikologis bagi korbanperkosaan. (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapatdilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatanpra tindakan dan diakhiri dengan konseli dan/atau penasehatanpra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten danberwenang. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medisdan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan : a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis. b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri. c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan. d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan. e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang di tetapkan oleh Menteri. Pasal 77 Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dariaborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat(3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggungjawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuanperaturan perundang-undangan. Undang –Undang Tentang Bayi Tabung Bayi tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel telur diluar tubuh ( invitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi hasil
  • 10. 10 tersebutdimasukkan kembali kedalam rahim ibu atau embriotransfer sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimanalayaknya kehamilan biasa.Status bayi tabung ada tiga macam : a.Inseminasi buatan dengan sperma suami. b.Inseminasi buatan dengan sperma donor. c.Inseminasi dengan model titipan. Dasar hukum pelaksanaan bayi tabung di indonesia adalahUndang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009: Pasal 127 (1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukanoleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan: a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal. b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyaikeahlian dan kewenangan untuk itu. c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu. (2) Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan di luar cara alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Pemerintah. Undang –Undang Tentang Adopsi Adopsi adalah suatu proses penerimaan anak dariseseorang atau lembaga organisasi ketangan orang lainsecara sah diatur dalam peraturan perundang- undangan.Adopsi juga berarti memasukkan anak yang diketahuinyasebgai orang lain kedalam keluarganya dengan status fungsisama dengan anak kandung. Ada tiga macam hukum perdata, yaitu : 1. Perdata barat 2. Perdata adat 3.Perdata sesuai agama Hukum perdata tentang adopsi, meliputi : 1.Anak yang diadopsi hanya laki-laki, terjadi nilai diskriminatif dan patriakal. 2.Bahwa yang dapat mengadopsi anak adalah pasangan suami istri, janda atau duda.
  • 11. 11 3.Kebolehan mengadopsi, baru boleh mengadopsi bila tidak melahirkan keturunan laki- laki. 4.Anak yang boleh diadopsi, anak laki-laki belum kawin,belum diadopsi orang lain, umur lebih muda minimalsepuluh tahun dari ayah angkatnya, jika janda lebih muda15 tahun dari ibu angkatnya. 5.Syarat persetujuan dapat meliputi : Dari suami istri yang melakukan adopsi. Dari orang tua alami anak yang diadopsi. Dari ibu anak apabila ayah meninggal. Dari anak yang diadopsi sendiri ( tidak mutlak ). 6.Adopsi berbentuk akta notaris, yaitu para pihak datang,jika dikuasakan harus dengan surat kuasa notaris,pernyataan persetujuan bersama orang tua alami dengancalon orang tua angkat, dengan akta adopsi. Adopsi yangtidak berbentuk notaris, batal secara hukum. 7.Akibat hukum adopsi adalah sebagai berikut : > Anak mendapat nama keturunan orang tuaangkat. > Anak yang diadopsi dianggap dilahirkan ataudianggap sah. > Gugur hubungan perdata dengan orang tua alam 2.5 Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 Bidan diharuskan memenuhi persyaratan dan perizinan untuk melaksanakan praktek, dalam peraturan ini, terdapat ketentuan-ketentuan secara birokrasi hal- hal yang harus bidan penuhi sebelum melakukan praktik dan juga terlampir informasi-informasi petunjuk pelaksanaan praktik kebidanan. bidan hal tersebut tertuang pada Bab dan Pasal-pasal berikut : PERIZINAN Pasal 9 (1) Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB. (2) Bidan dapat menjalankan praktik pada sarana kesehatan dan/atau perorangan. Pasal 10 (1) SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada “Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat”. (2) Permohonan
  • 12. 12 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan persyaratan, antara lain meliputi: a. fotokopi SIB yang masih berlaku. b. fotokopi ijazah Bidan. c. surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau sebagai Pegawai Negeri atau pegawai pada sarana kesehatan. d. surat keterangan sehat dari dokter. e. rekomendasi dari organisasi profesi. f. pas foto 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. (3) Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktik bidan. Pasal 11 (1) SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. (2) Pembaharuan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan. Pasal 12 Bidan pegawai tidak tetap dalam rangka pelaksanaan masa bakti tidak memerlukan SIPB. Pasal 13 Setiap bidan yang menjalankan praktik berkewajiban meningkatkan kemampuan keilmuan dan/atau keterampilannya melalui pendidikan dan/atau pelatihan. PRAKTIK BIDAN Pasal 14 Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : a. pelayanan kebidanan. b. pelayanan keluarga berencana. c. pelayanan kesehatan masyarakat. Pasal 15 (1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a ditujukan kepada ibu dan anak.
  • 13. 13 (2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara (periode interval). (3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah. BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Pada peraturan pemerintah ini berisikan tanggung jawab dan tugas tenaga kesehatan .Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri. Setiap orang dilarang melakukan aborsi. Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukanoleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istriyang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal. Anak yang diadopsi hanya laki-laki,bahwa yang dapat mengadopsi anak adalah pasangan suami istri, janda atau duda, baru boleh mengadopsi bila tidak melahirkan keturunan laki-laki.