Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan menjelaskan upaya sekolah untuk menjadi organisasi pembelajaran melalui empat aspek utama: dinamika pembelajaran individu dan kelompok, transformasi organisasi, pemberdayaan sumber daya manusia, dan manajemen pengetahuan. Profil ini diharapkan dapat mengukur sejauh mana sekolah telah menerapkan prinsip-prinsip organisasi pembelajaran.
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
SMK Bintan Profil
1. PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN
DI SMK NEGERI 1 BINTAN, KAB. BINTAN,
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Disusun Sebagai Tugas Individu
Mata Kuliah “Organizational Development and Learning”
yang diasuh Oleh: 1. Prof. Dr. Anik Gufron, M.Pd.
2. Prof. Djamaludin Ancok, MA., Ph.D.
Oleh :
JOKO PRASETIYO
NIM. 11/327329/PEK/16768
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
MAGISTER MANAJEMEN
MANAJEMEN KEPENGAWASAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 1
2. PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN
DI SMK NEGERI 1 BINTAN, KABUPATEN BINTAN,
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
A. Pendahuluan
Sekolah sebagai Learning Organization (organisasi pembelajaran) adalah
gambaran ideal sebuah sekolah. Sekolah sebagai organisasi pembelajaran merupakan inti
dari pembelajaran itu sendiri, dalam organisasi pembelajaran sekolah adalah lingkungan
pembelajaran yang terus belajar dalam menyesuaikan diri dengan keadaan atau beradaptasi
dengan tantangan kemajuan jaman yang selalu dinamis, kunci dari sekolah sebagai
organisasi pembelajaran adalah belajar yang tiada henti dan melakukan perbaikan yang
berkesinambungan (continuous improvement).
Organisasi belajar atau organisasi pembelajaran adalah suatu konsep dimana
organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri
(self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’
dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Peter Senge (1990) mengatakan
sebuah organisasi pembelajar adalah organisasi “yang terus menerus memperbesar
kemampuannya untuk menciptakan masa depannya” dan berpendapat mereka dibedakan
oleh lima disiplin, yaitu: penguasaan pribadi, model mental, visi bersama, pembelajaran
tim, dan pemikiran sistem.
Agar sekolah mampu menjadi Learning Organization (LO) ada beberapa hal yang
harus kita perhatikan agar sekolah mampu menjadi organisasi pembelajaran antara lain:
1. Individu
Individu yang dimaksud agar sekolah dapat menjadi organisasi pembelajaran
adalah semua warga sekolah, bukan hanya siswa yang belajar tetapi guru, tenaga
kependidikan, wakil kepala sekolah, kepala sekolah bahkan wali murid yang merupakan
bagian dari sekolah juga harus terus belajar dan belajar yang tiada henti.
2. Community of Learners (COL)
Adalah komunitas pembelajar yang bertemu secara insidental yang belajar bersama
dan sharing pengetahuan. Dalam COL ini dicontohkan adalah guru yang bertemu dengan
guru yang lain dan melakukan diskusi untuk membahas strategi pembelajaran yang paling
baik untuk siswa agar mampu menguasai materi.
3. Learning Community (LC)
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 2
3. Learning Community (LC) dalam organisasi sekolah adalah komunitas-komunitas
pakar yang membentuk organisasi yang akan membahas kesulitan-kesulitan yang dialami
oleh guru, misalnya MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
4. Learning Organization (LO)
Merupakan bagian yang paling tinggi kedudukannya, organisasi pembelajaran ini
hanya dapat tercapai jika unsur-unsur pembentuk di atas sudah tercapai. Jadi membangun
organisasi sekolah untuk menjadi organisasi pembelajaran adalah melalui tahap-tahap di
atas.
Menurut Marquardt (2002:24) ada lima sub sistem yang harus dipahami dan harus
dikembangkan dalam organisasi pembelajaran yaitu : (1) Learning (pembelajaran), (2)
Organization (keorganisasian), (3) People (manusia), (4) Knowledge (pengetahuan), (5)
Technology (teknologi).
Gambar. System Learning Organization Model
(Sumber: Marquardt, 2002: 24)
Kelima hal ini sangat penting untuk mempertahankan keberadaan organisasi
pembelajaran yang tengah berlangsung dan meyakinkan kesuksesan sekolah. Kelima
subsistem ini akan saling berinteraksi dan saling melengkapi satu sama lainnya. Jika ada
salah satu saja yang melemah atau tidak ada maka yang lainnya akan melemah pula.
Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi pembelajaran.
Bagaimanakah cara kita mengukur sekolah sebagai organisasi pembelajaran ?
Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh
Marquardt (2002:237-241) di bawah ini akan mencoba menjawab apakah sekolah anda
sudah menjadi organisasi pembelajaran. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah
data yang diambil pada sebuah organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau, sebagai berikut:
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 3
4. B. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan
PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Di bawah ini merupakan daftar berbagai pernyataan tentang organisasi sekolah Bapak/Ibu.
Bacalah tiap pernyataan dengan hati-hati dan putuskan pada tingkatan apa yang
merepresentasikan terhadap organisasi sekolah Bapak/Ibu. Gunakan skala berikut ini :
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
I. Dinamika Pembelajaran
Individu, Kelompok atau Tim, dan Organisasi
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Kami melihat pembelajaran berkelanjutan oleh semua guru dan karyawan
3
sebagaimana tingginya prioritas Satuan pendidikan.
2. Kami terdorong dan diharap untuk mengelola pembelajaran dan
4
pengembangan kami sendiri.
3. Warga sekolah menghindari membelokkan informasi dan menghalangi
saluran komunikasi dengan secara aktif mendengarkan orang lain dan 4
mempersilakan mereka memberikan timbal balik yang efektif.
4. Tiap individu dilatih dan dibina dalam belajar bagaimana untuk belajar yang
4
baik.
5. Kami menggunakan berbagai metodologi percepatan pembelajaran (peta
4
fikiran, mnemonics, gambar, musik).
6. Warga sekolah (guru, karyawan, siswa) memperluas pengetahuan melalui
4
pendekatan pembelajaran adaptif, anticipatory, dan kreatif.
7. Semua rumpun mata pelajaran dan individu menggunakan proses
pembelajaran aksi – yaitu, mereka belajar dari refleksi yang sangat baik
4
pada permasalahan atau situasi dan menerapkan pengetahuan baru untuk
aksi mendatang.
8. Semua rumpun mata pelajaran didorong untuk belajar dari satu sama lain
dan berbagi tentang apa yang mereka pelajari dalam berbagai cara (melalui 3
buletin elektronik, newsletter cetak, atau pertemuan antar grup).
9. Warga sekolah mampu berfikir dan bertindak dengan pendekatan
3
komprehensif dan sistem.
10. Semua rumpun mata pelajaran menerima pelatihan dalam hal bagaimana
3
bekerja dan belajar dalam kelompok.
SKOR TOTAL 36
Dinamika Pembelajaran (Skor Maksimal = 40)
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 4
5. II. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi, dan Struktur
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Pentingnya untuk menjadi organisasi pembelajaran difahami oleh semua
4
warga di sekolah tersebut.
2. Manajemen level atas mendukung visi organisasi pembelajaran 4
3. Terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran. 4
4. Kami berkomitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dalam pengejaran
4
peningkatan
5. Kami belajar dari kesalahan sebagaimana juga belajar dari kesuksesan,
3
dalam hal itu bahwa kesalahan masih ditoleransi.
6. K Kami memberikan penghargaan kepada orang dan rumpun mata pelajaran
3
untuk pembelajaran dan bantuan kepada orang lain untuk belajar
7. Kesempatan pembelajaran digabungkan ke dalam program dan pelaksanaan 3
8. Kami merancang cara-cara untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan
pembelajaran melalui organisasi (rotasi pekerjaan yang sistematik lintas 3
urusan sekolah, sistem on the job learning yang terstruktur).
9. Organisasi itu efisien dengan sedikit level fungsi organisasi, untuk
3
memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran lintas urusan sekolah.
10. Kami mengkoordinasikan usaha kami melalui lintas urusan dalam basis
tujuan bersama dan pembelajaran, daripada pemeliharaan batasan urusan 3
yang sudah tetap.
SKOR TOTAL 34
Transformasi Organisasi (Skor Maksimal = 40)
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 5
6. III. PEMBERDAYAAN ORANG/WARGA SEKOLAH :
Manajer, Guru dan Karyawan, Pelanggan, Rekan, Supplier, dan Komunitas
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Kami berjuang untuk mengembangkan suatu kekuatan kerja yang
4
terberdayakan yang mampu untuk belajar dan berkinerja.
2. Kewenangan didesentralisasikan dan didelegasikan dalam proporsi untuk
4
tanggung jawab dan kemampuan pembelajaran.
3. Kepala Sekolah dan bawahannya bekerja dalam rekanan kerja untuk belajar
4
dan memecahkan masalah bersama-sama.
4. Kepala Sekolah mengambil peran sebagai pelatih, mentor, dan fasilitator
4
pembelajaran.
5. Kepala Sekolah menghasilkan dan meningkatkan kesempatan pembelajaran
sebagaimana dorongan eksperimentasi dan refleksi pada pengetahuan baru 4
sehingga hal itu dapat digunakan.
6. Warga sekolah secara aktif berbagi pengetahuan dengan siswa dan pada
waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka dalam rangka belajar 3
dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
7. Kami memberikan kesempatan kepada siswa dan orang tua untuk 3
berpartisipasi dalam pembelajaran dan pelatihan.
8. Belajar dari rekan (rumpun/non rumpun mata pelajaran) dimaksimalkan
melalui perencanaan terdepan sumberdaya dan strategi yang dikhususkan 4
untuk pemerolehan pengetahuan dan keterampilan.
9. Kami berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan para orang tua
4
siswa, kelompok komunitas, asosiasi profesional, dan institusi akademik.
10. Kami secara aktif terus mencari rekan pembelajaran diantara warga sekolah,
4
pemerhati pendidikan, dan orang tua siswa.
SKOR TOTAL 38
PEMBERDAYAAN ORANG (Skor Maksimal = 40)
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 6
7. IV. MANAJEMEN PENGETAHUAN :
Pemerolehan, Kreasi, Penyimpanan, Pemulihan, Transfer, dan Penggunaan
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Secara aktif kami mencari informasi yang meningkatkan kerja organisasi
sekolah dengan penggabungan hasil lulusan dan/atau proses yang ada di luar 4
fungsi organisasi sekolah.
2. Kami mempunyai sistem yang dapat diakses untuk pengumpulan informasi
3
internal dan eksternal.
3. Kami memonitor trend yang terjadi di luar organisasi sekolah dengan melihat
pada apa yang dilakukan orang lain; hal ini termasuk praktek terbaik oleh
3
sekolah lain, menghadiri konferensi, dan pengujian penelitian yang
dipublikasikan.
4. Warga sekolah dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan 4
eksperimentasi.
5. Kami sering menciptakan media pembelajaran sebagai alat tes sebagai cara
3
baru mengembangkan prestasi siswa dan/atau layanan pendidikan di sekolah
6. Kami telah mengembangkan sistem dan struktur untuk meyakinkan bahwa
pengetahuan penting diberikan kode, disimpan, dan dibuat tersedia bagi mereka 3
yang memerlukan dan dapat menggunakannya.
7. Warga sekolah sadar akan perlunya mempertahankan pembelajaran organisasi 3
yang penting dan berbagi pengetahuan dengan yang lain.
8. Tim lintas urusan sekolah digunakan untuk mentransfer pembelajaran penting
3
pada lintas mata pelajaran dan fungsi pengembangan kegiatan ekstrakurikuler.
9. Kami melanjutkan untuk mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk
3
berbagi pembelajaran melalui organisasi sekolah.
10. Kami mendukung lokasi sekolah, unit kegiatan, dan program tertentu yang
menghasilkan pengetahuan dengan menyediakan orang dengan kesempatan 4
belajar.
SKOR TOTAL 33
MANAJEMEN PENGETAHUAN (Skor Maksimal = 40)
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 7
8. V. APLIKASI TEKNOLOGI:
Sistem Informasi Pengetahuan, Pembelajaran Berbasis Teknologi,
Sistem Elektronik Pendukung Kinerja
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Pembelajaran difasilitasi oleh sistem informasi berbasis komputer yang
4
efektif dan efisien.
2. Warga sekolah telah siap mengakses jalur informasi melalui, misalnya LAN
4
(Local Area Network), internet, dan intranet.
3. Fasilitas pembelajaran menggabungkan dukungan multimedia elektronik
dan suatu lingkungan berbasis pada integrasi seni, warna, musik, dan visual 3
yang kuat.
4. Program pembelajaran yang dibantu komputer dan bantuan pekerjaan
3
dengan alat elektronik (tepat waktu dan software flowchart) sudah tersedia.
5. Kami menggunakan teknologi groupware untuk mengelola proses kelompok
2
seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi sekolah.
6. Kami mendukung pembelajaran tepat waktu, suatu sistem yang
mengintegrasikan sistem pembelajaran teknologi tinggi, pelatihan, dan kerja 3
aktual pada pekerjaan ke dalam proses tunggal.
7. Sistem pendukung kinerja elektronik memampukan warga sekolah untuk 4
belajar dan berkinerja lebih baik.
8. Kami merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar 4
sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.
9. Warga sekolah mempunyai akses penuh terhadap data yang diperlukan 3
dalam rangka melakukan pekerjaan secara efektif.
10. Kami dapat mengadaptasikan sistem software untuk mengumpulkan,
memberi kode, menyimpan, membuat, dan mentransfer informasi agar 4
benar-benar sesuai dengan kebutuhan di sekolah.
SKOR TOTAL 34
APLIKASI TEKNOLOGI (Skor Maksimal = 40)
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 8
9. Skor Total Semuanya dari lima sub sistem adalah:
175 5 Subsistem (skor maksimum 200)
Tingkat pencapaian profil sekolah sebagai organisasi pembelajaran adalah 87.5 %,
kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.5, berarti pelaksanaan Learning Organization
(Organisasi Pembelajaran) dari kelima subsistem di SMKN 1 Bintan berada pada
tingkatan yang cukup besar.
C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengisian angket yang telah dilakukan di SMKN 1 Bintan, dengan
metode evaluasi diri (pihak sekolah menilai diri sendiri) tingkat pencapaian dan
implementasi profil organisasi pembelajaran, maka dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Dinamika Pembelajaran, Individu, grup atau tim, dan organisasi
Pada bagian dinamika pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 36 dari 40 skor
total, artinya 90% dinamika pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun
organisasi. kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem
Learning (pembelajaran) di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar.
Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi
pembelajaran. Jika kita lihat dari pengertiannya, bahwa belajar adalah suatu proses dimana
individu memperoleh pengetahuan dan insight yang menghasilkan perubahan tingkah laku
dan tindakan, baik itu pembelajaran afektif, kognitif maupun psikomotorik. Menurut
Redding (1994), individuall learning adalah hal yang sangat mendasar untuk melanjutkan
transformasi organisasi, memperluas kemampuan inti organisasi dan mempersiapkan
semua orang untuk menghadapi masa depan yang belum menentu.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)
Sudah mengelola dan mengembangkan pembelajaran secara mandiri, (2) pelatihan dan
pembinaan individu dalam pembelajaran sudah dilaksanakan secara total, (3) berbagai
metodologi pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik, (4) pendekatan pembelajaran
adaptif, anticipatory, pembelajaran kreatif, dan proses pembelajaran aksi sudah
dilaksanakan secara total.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)
perlu peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning) oleh semua guru,
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 9
10. karyawan dan siswa, (2) pembelajaran antar team di sekolah melalui berbagai media
(buletin elektronik, surat kabar, atau pertemuan antar grup) perlu ditingkatkan, (3)
pendekatan komprehensif dan pendekatan sistem dalam pembelajaran perlu ditingkatkan.
Subsistem Learning (pembelajaran) dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sumber: Marquardt, 2002: 36)
2. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi dan Struktur
Pada bagian transformasi organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh
adalah 34 dari skor total 40, artinya transformasi organisasi yang ada di SMKN 1
Bintan adalah 85%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.4, berarti
pelaksanaan subsistem Organization di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan
yang cukup besar, baik itu transformasi visi, budaya, strategi maupun struktur
yang ada.
Dari hasil pengisian angket tersebut terdapat nilai yang cukup tinggi yaitu
bagaimana para guru belajar dari kegagalan masa lalu, dan berkomitmen terhadap
pembelajaran yang berkelanjutan. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan
oleh Marquardt (2002) menyatakan bahwa bahwa untuk berkembang sebagai
suatu entitas yang baru, organisasi harus mengkonfigurasi ulang dirinya dengan
berfokus pada empat dimensi dari subsistem organisasi yaitu : visi, budaya,
strategi, dan struktur. Masing-masing dimensi tersebut harus berubah dalam tujuan
dan bentuk, dari fokus pada kerja dan produktivitas menjadi fokus pada
pembelajaran dan pengembangan. Di sekolah tersebut dapat disimpulkan hanya
sebagian guru dan karyawan saja yang menyadari pentingnya pembaharuan visi,
kultur, strategi dan struktur organisasi sekolah tersebut, artinya sangat
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 10
11. diperlukannya tambahan dukungan dari top level yang dalam hal ini adalah Kepala
Sekolah, penghargaan bagi individu yang melaksanakan pembelajaran, tugas
belajar/ijin belajar, serta merekayasa ulang kebijakan dan struktur pembelajaran.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem organisasi
adalah: (1) Semua warga sekolah memahami pentingnya untuk menjadi organisasi
pembelajaran, (2) Kepala sekolah mendukung visi organisasi pembelajaran, (3)
Iklim sekolah yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran, dan
komitmen terhadap peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning)
yang tinggi.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem organisasi
adalah: (1) perlu peningkatan pemberian penghargaan kepada guru, karyawan dan
warga sekolah yang berkomitmen terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, (2)
perlu peningkatan koordinasi antar stakeholder sekolah dalam peningkatan kualitas
pembelajaran di sekolah, (3) perlu peningkatan sistem on the job learning bagi
semua warga sekolah.
Sub sistem Organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sumber: Marquardt, 2002: 74)
3. Pemberdayaan Warga Sekolah: Manager, Karyawan/Guru, Pelanggan/ Siswa,
Rekanan, Suplier dan Komunitas
Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah skor yang
diperoleh adalah 38 dari skor total 40, artinya pemberdayaan warga sekolah di
SMKN 1 Bintan adalah 95%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.8, berarti
pelaksanaan subsistem pemberdayaan warga di SMKN 1 Bintan berada pada
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 11
12. tingkatan yang cukup besar dan mendekati pelaksanaan secara total pada subsistem
pemberdayaan warga sekolah.
Pemberdayaan tersebut meliputi Kepala Sekolah, guru dan karyawan,
siswa, mitra sekolah, dalam hal ini dunia industri dan dunia usaha, supplier atau
sekolah asal siswa atau pemasok bahan-bahan sarana dan prasarana bagi sekolah
dan komunitas atau Komite sekolah, forum alumni dan lain-lainnya.
Dari hasil pengisian angket tersebut, delapan dari sepuluh komponen
mendapatkan skor 4. Hal ini karena pada kenyataannya Kepala Sekolah mampu
mendorong stafnya, dalam hal ini guru, untuk melanjutkan pendidikan lanjut,
melanjutkan kuliah S 2, atau pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru bidang studi
produktif, normatif dan adaptif yang diselenggarakan oleh P4TK Malang, P4TK
Medan dan P4TK Bandung dan P4TK Yogyakarta, maupun pelatihan-pelatihan
guru dan karyawan di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi. Hal ini sangat
disadari benar oleh Kepala Sekolah bahwa warga sekolah adalah aspek penting
bagi organisasi pembelajaran karena hanya orang yang mempunyai kapasitas untuk
balajar untuk mengambil informasi dan memindahkannya menjadi pengetahuan
yang berharga bagi orang lain secara personal dan organisasi.
Menyeimbangkan kebutuhan individu dan organisasi adalah hal penting
agar produktivitas dan kualitas hidup kerja guru dan karyawan bisa baik. Selain itu
hubungan dengan pihak eksternal sangat diperlukan untuk mengetahui keinginan
dan tuntutan pasar akan output kita. Pemberdayaan komite sebagai pemberi
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan sangat diperlukan, agar
kebijakan atau hasil keputusan dapat diterima oleh semua pihak dengan penuh rasa
tanggung jawab.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem people atau
pemberdayaan warga sekolah adalah sudah mengimplementasikan dengan baik
subsistem pemberdayaan warga sekolah, karena 8 dari 10 komponen subsistem
mendapatkan skor 4. Kepala Sekolah mampu mendorong stafnya, dalam hal ini
guru, untuk melanjutkan pendidikan lanjut, melanjutkan kuliah S 2, atau
pendidikan dan pelatihan.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem people atau
pemberdayaan warga sekolah adalah: Perlu peningkatan kesadaran warga sekolah
untuk secara aktif berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antar guru, siswa, dan
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 12
13. warga sekolah, dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka
dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dan prestasi sekolah.
Sub sistem People dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sumber: Marquardt, 2002: 112)
4. Manajemen Pengetahuan: Akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan
transfer.
Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah adalah
33 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah
tersebut adalah 82.5%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.3, berarti
pelaksanaan subsistem knowledge (pengetahuan) di SMKN 1 Bintan berada pada
tingkatan yang cukup besar.
Hal ini menunjukkan lebih dari sebagian warga sekolah sudah menerapkan
manajemen pengetahuan, baik pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi.
Dalam hal ini perlu disadari bersama bahwa manajemen pengetahuan telah
menjadi unsur penting bagi organisasi dibanding sumber daya lain seperti posisi
pasar, teknologi serta asset organisasi lainnya (Steward, 1997). Dalam kasus
manajemen pengetahuan yang ada di SMKN 1 Bintan tersebut masih berada pada
level storage (penyimpanan), dimana penyimpanan pengetahuan menggunakan
sistem teknis seperti rekaman, data base, dan proses manusiawi, sehingga sangat
riskan terhadap ancaman kehilangan pengetahuan karena penyimpanan tersebut
menjadi terpisah secara fisik dan terdesentralisi. Pada level inilah perlu sekali
pembenahan, agar pengetahuan yang sudah tersimpan di organisasi bisa dianalisis
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 13
14. dan ditransfer agar pengetahuan tersebut tetap ada dan bisa diakses oleh siapa saja
walaupun organisasi tersebut senantiasa berganti sumber daya.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan sub sistem knowledge atau
manajemen pengetahuan adalah: (1) Warga sekolah secara aktif mencari informasi
yang meningkatkan kerja organisasi sekolah, (2) adanya kesempatan warga sekolah
untuk dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan eksperimentasi.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan sub sistem knowledge
atau manajemen pengetahuan adalah: kurangnya kesadaran para warga sekolah
untuk melakukan knowledge sharing (berbagi pengetahuan) kepada warga sekolah
yang lain.
Sub sistem Knowledge (pengetahuan) dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sumber: Marquardt, 2002:143)
5. Aplikasi Teknologi: Sistem Pengetahuan Informasi, Pembelajaran Berbasis
Teknologi dan Sistem Pendukung Kinerja Elektronik.
Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 34
dari skor total 40, atau sekitar 85% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan
sekolah tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung
skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMKN 1
Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar.
Teknologi Informasi (TI) dapat meningkatkan komunikasi, melebur batas-
batas dalam organisasi dan meningkatkan berbagai kemungkinan hubungan diluar
hirarki, bahkan menciptakan lingkungan belajar elektronis dimana semua warga
sekolah memiliki akses data yang sama, hal ini masih kurang disadari warga
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 14
15. SMKN 1 Bintan, terlihat dari media pembelajaran yang belum semuanya berbasis
TI, masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran berbasis TI,
kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk kegiatan
pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi pembelajaran.
Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai sarana berbagi
pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas sekolah.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem teknologi adalah:
(1) Pembelajaran sudah difasilitasi oleh sistem teknologi informasi berbasis
komputer, (2) sebagian besar warga sekolah telah mengakses jalur informasi
melalui, misalnya LAN (Local Area Network), internet, dan intranet, (3) pihak
sekolah sudah merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar
sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem teknologi
adalah: (1) masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran
berbasis TI, kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk
kegiatan pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi
pembelajaran, (2) Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai
sarana berbagi pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas
sekolah.
Sub sistem Teknologi dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sumber: Marquardt, 2002:178)
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 15
16. D. Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran
Alasan mengapa Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) perlu
diterapkan dalam organisasi sekolah adalah: (1) Organisasi tangguh adalah organisasi yang
tak lapuk dimakan usia dan bersifat “survival of the fittest”, (2) Konsep “survival of the
fittest” menuju “the survival of the fittest to learn”, (3) Organisasi pembelajaran sebagai
alternatifnya, yang diharapkan mampu beradaptasi dan merespons tuntutan kebutuhan, (4)
Organisasi pembelajaran memiliki tuntutan setiap warga belajar terus menerus untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat (Schlechty, 2009).
Peter Senge (1990) mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang
efektif diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar,
berkembang, dan berinovasi yakni :
1. Personal Mastery. Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki
wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal
yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki
kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya
perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis
kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan.
2. Mental Model. Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan,
dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia
bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental
model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang
dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati,
dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.
3. Shared Vision. Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara
murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda
latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat
sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama.
Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit
yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan
organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian
tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit
yang ada dalam organisasi.
4. Team Learning. Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif,
dan berkesinambungan. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena rancangan
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 16
17. organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan
organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama
dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun
demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi
dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan
berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi
wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim
menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah
modal intelektualnya.
5. Sistem Thinking. Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu antara lain ada yang disebut
divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan
oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan
untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua
anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari
kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya. Kelima dimensi dari Peter Senge
tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan dihayati oleh setiap anggota
organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi organisasi
pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk
meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses
pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada
perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan. Kelima dimensi dari Peter
Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan dihayati oleh setiap
anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi
organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk
meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses
pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada
perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan.
Adapun kondisi sekolah dalam learning organization dan peran masing-masing
komponen dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kegiatan inti sekolah
Sekolah dalam organisasi pembelajaran adalah mendesain kegiatan yang
menantang siswa untuk belajar. Artinya tujuan sekolah adalah memberikan fasilitas agar
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 17
18. desain-desain kegiatan pembelajaran siswa yang dapat menantang daya kreatifitas siswa,
sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Tujuan utama
sekolah bukan lagi semata-mata bisa meluluskan siswanya 100% dan Nilai Ujian
Nasionalnya tinggi, tetapi lebih menekankan pada prosesnya, dan sekolah juga harus
lebih menekankan pada outcome yaitu seberapa banyak lulusan sekolah yang mendapatkan
pekerjaan sesuai dengan kompetensinya atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,
bukan semata-mata hanya mengejar output saja.
2. Siswa
Dalam lingkungan sekolah sebagai organisasi pembelajaran kegiatan siswa adalah
sebagai knowledge worker atau pencari pengetahuan dengan menggunakan sudut pandang
siswa maka siswa dalam mencari pengetahuan dengan bekerja dalam tim, memecahkan
masalah bersama, dan yang paling penting siswa tahu bagaimana cara belajar yang baik.
3. Guru
Dalam organisasi pembelajaran guru berperan sabagai pemimpin dan desainer serta
pemandu pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa, merancang tugas-
tugas yang menantang bagi siswa, memberikan alternatif berbagai sumber belajar yang
relevan, serta bersama siswa dan orang tua membuat jaringan belajar.
4. Peran Kepala Sekolah
Dalam organisasi pembelajaran adalah manjadi pemimpinnya pemimpin artinya
kepala sekolah yang dapat memberdayakan guru untuk menjadi bertanggung jawab atas
apa yang di lakukannya di kelas, sehingga guru menjadi pemimpin yang dapat langsung
dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab atas permasalahan di kelas tanpa
harus menunggu kepala sekolah, sehingga peran kepala sekolah dalam Learning
Organization adalah menjadi pemimpinnya pemimpin (leader of leaders).
5. Orang tua
Dalam organisasi pembelajaran orang tua adalah school partner, artinya orang tua
berpartisipasi penuh, aktif, pembelajar, dan membentuk jaringan belajar untuk optimalisasi
pembelajaran siswa.
6. Pengawas Sekolah
Berperan sebagai pemimpin moral dan intelektual yang berperan sebagai orang
yang memecahkan masalah dengan pemberdayaan guru dan kepala sekolah, jadi inti dari
peran pengawas adalah pemberdayaan bukan datang ke sekolah untuk mengatasi masalah
sendiri, tanpa melibatkan guru dan kepala sekolah.
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 18
19. 7. Dinas Pendidikan
Berperan sebagai capacity builder artinya dinas adalah lembaga yang mensuport
sekolah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kepada guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan agar mampu dan menguasai bagaimana belajar cara belajar yang baik dan
yang paling penting adalah guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan terus belajar dan
belajar lagi.
8. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)
Dunia Usaha dan Dunia Industri berperan sebagai partner and customer dari
sekolah. DUDI perlu bekerjasama dengan pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas
sekolah dan menuju organisasi pembelajaran, karena pihak DUDI juga berkepentingan
untuk mendapatkan input tenaga kerja yang terampil dan kompeten sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh DUDI.
Kompetensi manajerial kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No 13 tahun
2007 salah satunya antara lain: “Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/
madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif”. Hal ini berarti peran kepala
sekolah sangat penting dan sentral dalam menjadikan sekolah menjadi organisasi
pembelajaran yang efektif dan efisien. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi yang
handal akan mampu memimpin dan membawa organisasi sekolah menjadi organisasi
pembelajaran.
Untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang memang tidaklah mudah,
karena sifat dari perubahan yang tidak pernah berhenti, sehingga adaptasi yang tepat agar
sekolah mampu bertahan pada masa yang akan datang. Salah satu bentuk perubahan yang
akan di hadapi dunia pendidikan adalah bagaimana menjadikan sekolah kita menjadi
sekolah yang bersifat learning organization. Adapun langkah yang dapat menjadikan
sekolah menjadi organisasi pembelajaran menurut Marquardt (2002:211) antara lain:
1. Semua pihak berkomitmen menjadikan sekolah mejadi model organisasi
pembelajaran.
2. Membentuk koalisi yang kokoh untuk berubah ke arah yang lebih baik.
3. Menghubungkan pembelajaran dengan semua steakholder yang ada di sekolah.
4. Mengukur semua sub sistem sekolah dengan penilaian kinerja.
5. Mengkomunikasikan visi sekolah yang menjadi model organisasi pembelajaran.
6. Mengenali pentingnya berfikir dan bertindak secara sistem artinya tindakan semua.
stakeholder akan dapat mempengaruhi organisasi sekolah.
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 19
20. 7. Pemimpin pendidikan mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas dan kepala dinas
menunjukkan komitmen dan keteladanan pembelajaran.
8. Mentransformasi kultur sekolah menjadi kultur belajar.
9. Membangun strategi dan jaringan yang pembelajaran yang luas dengan semua
sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.
10. Mereduksi model birokratif dengan cara mengefisiensikan struktur organisasi
menjadi lebih ramping dan ringkas.
11. Memperoleh pengetahuan dan budaya berbagi pengetahuan yang menjadi budaya
dalam organisasi sekolah.
12. Memperluas budaya belajar ke seluruh rantai organisasi sekolah.
13. Menerapkan teknologi yang terbaik untuk mendukung proses pembelajaran.
14. Menciptakan kultur prestasi sekolah yang dapat dicapai.
15. Mengukur keberhasilan pembelajaran dengan alat ukur kesuksesan.
16. Selalu beradaptasi, memperbaiki, dan belajar tiada henti.
Terakhir mau dibawa ke mana organisasi sekolah kita apakah di masa yang akan
datang akan menjadi organisasi pembelajaran ataukah menjadi sekolah yang biasa?. Bisa
dan tidaknya organisasi pendidikan menjadi organisasi pembelajaran bukan semata-mata
tergantung pada pemerintah, masyarakat, atau kepala sekolah, tetapi hal tersebut
bergantung pada kemauan dan itikat baik dari semua stakeholder sekolah agar mau belajar
dan belajar lagi dan menciptakan budaya organisasi pembelajaran secara berkelanjutan.
E. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari hasil analisis pengisian angket mengenai
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan tingkat pencapaian profil sekolah
sebagai organisasi pembelajaran adalah 87.5 %, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah
3.5, ini berarti pelaksanaan Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) di SMKN 1
Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar, dan menuju ke implementasi secara total.
Saran-saran yang bisa diberikan kepada SMKN 1 Bintan untuk menuju Organisasi
Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah :
1. SMKN 1 Bintan perlu melakukan peningkatan perubahan paradigma pembelajaran
dari teacher centre ke student centre, perubahan dari organisasi birokrat ke
organisasi pembelajaran, serta perubahan dari wajib belajar ke hak belajar.
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 20
21. 2. Meningkatkan komitmen untuk perbaikan output dan outcame serta pelayanan
yang berkelanjutan, agar tidak mengalami demarketing dalam dunia pendidikan,
sehingga bisa tetap bersaing di dunia global.
3. Meningkatkan level manajemen pengetahuan dari storage menjadi analisis dan
transfer pengetahuan.
4. Mengembangkan sistem pendukung kinerja secara terintegrasi dan aplikatif untuk
penemuan pengetahuan dan data mining, sehingga sekolah dapat membentuk
organisasi pembelajaran yang menjadi pusat keahlian yang bertanggung jawab
untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan
pengetahuan.
5. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam pembelajaran dan untuk mengelola
proses kelompok seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi
sekolah perlu ditingkatkan.
6. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholder sekolah untuk bersinergi dalam
mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 21
22. Daftar Pustaka
Marquardt, M. J. 2002. Building the Learning Organization: Mastering 5 Element for
Corporate Learning. California: Davies-Black Publishing.
Nonaka, I., and Takeuchi, H. 1995. The Knowledge-Creating Company. New York:
Oxford University Press.
Redding, J. 1994. Strategic Readiness: The Making of the Learning Organization. San
Fransisco: Jossey-Bass.
Schlechty, P.C. 2009. Leading for Learning How to Transform Schools into Learning
Organizations. San Francisco, CA: John Wiley & Sons Inc.
Senge, Peter. 1990. The Fith Discipline: The Art and Practice of the Learning
Organization. New York: Doubleday.
Stewart, T. 1997. Intelectual Capital: The New Wealth of Organization. New York:
Doubleday.
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 22