Dokumen tersebut membahas tentang guru yang inspiratif dan kompeten. Guru inspiratif memiliki 13 kriteria seperti menguasai materi pelajaran, manajemen kelas yang baik, serta mampu membantu murid mencapai prestasi tertinggi. Sementara itu, guru kompeten harus memiliki 4 kompetensi utama yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
2. “Guru yang biasa-biasa berbicara,
Guru yang bagus adalah menerangkan,
Guru yang hebat adalah guru yang
mendemonstrasikan,
Guru yang agung adalah guru yang
memberi inspirasi”.
(Wiliam Arthur Ward)
3. Ada 13 kriteria guru inspiratif dan professional
menurut NBPTS (National Board for Profesional
Teaching Standards) USA (Bond et al., 2000)
yaitu:
1. Knowing the Subject
2. Using Knowledge of Teaching and Learning
3. Solving Instructional Problem
4. Improvising
5. Managing a Classroom
6. Interpreting Events in Progress
7. Being Sensitive to Context
8. Monitoring Learning
9. Testing Hypotheses
10.Demonstrating Respect
11.Showing Passion for Teaching and Learning
12.Helping Students Reach Higher Levels of
Achievement
13.Helping Students Understand Complexity
4. 1. Knowing the Subject
Menguasai materi pelajaran
Seorang guru tidak bisa mengajar dengan baik
tanpa menguasai materi pelajaran yang
diajarkannya, pengetahuan akan materi pelajaran
yang diajarkan sangat esensial.
Secara umum pengetahuan guru mengenai materi
pelajaran akan meningkat seiring dengan
pengalaman mengajar guru. Seorang guru yang
inspiratif memiliki pemahaman yang baik materi
pelajaran yang diajarkan dan mampu
mengorganisasikan pengetahuannya dan mampu
mentransfer pengetahuan tersebut ke murid-
muridnya.
5. 2. Using Knowledge of Teaching and Learning
Menggunakan dengan tepat kemampuannya
dalam mengajar dan belajar
Kemampuan guru dalam mengajar merupakan hal
yang sangat penting, kemampuan mengajar dalam
hal ini adalah perpaduan antara kemampuan
pedagogi, andragogi, dan teknik-teknik megajar.
Ketiga terminologi ini banyak digunakan dalam
proses pembelajaran.
Pedagogi sering dihubungkan dengan pembelajaran
untuk anak usia yang lebih muda. Oleh karena itu
pedagogi biasanya digunakan pada saat mengajarkan
suatu ilmu pengetahuan yang sama sekali belum
diketahui oleh murid. Dalam pedagogi seorang guru
perlu memahami karakteristik murid dan
menyesuaikan pendekatan yang digunakan untuk
mengajarkan ilmu pengetahuan tersebut.
6. 3. Solving Instructional Problem
Kemampuan memecahkan masalah berkaitan
dengan instruksional pembelajaran
Solusi-solusi atas masalah yang terkait dengan
kurikulum dan pembelajaran merupakan kemampuan
penting yang harus dimiliki oleh seorang guru yang
profesional. Untuk memiliki kemampuan tersebut,
seorang guru tidak cukup hanya memiliki
pengetahuan formal yang diperoleh dari pendidikan
akademik tentang berbagai metode mengajar atau
didaktik saja, tetapi mereka membutuhkan
pengetahuan implisit mengenai cara-cara
menyampaikan ilmu yang dimiliki tersebut kepada
murid-muridnya.
7. 4. Improvising
Kemampuan melakukan improvisasi
Improvisasi adalah sebuah proses yang dilakukan
guru dalam mengolah sumber dan materi
pembelajaran tanpa persiapan terlebih dahulu namun
dapat memberikan pemahaman yang lebih baik bagi
murid. Improvisasi dalam proses pembelajaran
berkaitan dengan penyertaan contoh dan penerapan
metode pembelajaran yang tidak sama dengan yang
sudah dirancang sebelumnya.
Seorang guru yang menguasai materi pembelajaran
dan teknik mengajar dapat dengan lancar melakukan
improvisasi pada saat berhadapan dengan murid.
Berbeda dengan guru yang kurang menguasai materi
pembelajaran dengan baik biasanya cenderung
melakukan proses pembelajaran secara kaku.
8. 5. Managing a Classroom
Manajemen kelas
Manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan
guru untuk menciptakan dan mendorong
terjadinya proses pembelajaran baik yang
bersifat akademik maupun emosi. Keterampilan
manajemen kelas ini amat dibutuhkan oleh
seorang guru untuk menumbuhkan suasana
belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Manajemen kelas ini meliputi terciptanya
lingkungan fisik maupun suasana kelas yang
dibangun untuk mendukung proses
pembelajaran.
9. 6. Interpreting Events in Progress
Kepekaan dalam menanggapi situasi selama
pembelajaran berlangsung
Tugas guru bisa diibaratkan sebagai pengatur lalu lintas udara
di sebuah bandara. Pengatur lalu lintas ini harus peka dan
memperhatikan berbagai benda yang bergerak di udara dan
keadaan cuaca demi lancarnya lalu lintas dan keselamatan
penerbangan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran di
kelas, guru juga perlu mengasah kepekaan terhadap berbagai
perubahan reaksi murid maupun situasi kelas pada saat
menerima penjelasan mengenai materi pelajaran yang
disampaikan.
Guru di kelas harus peka terhadap aksi maupun reaksi dari
murid dan situasi kelas. Informasi ini perlu dijadikan bahan
pertimbangan bagi guru dalam memutuskan apakah metode
mengajar yang diterapkan sesuai atau tidak. Apabila situasi
kelas kurang kondusif maka guru yang peka akan sadar dan
sukarela mengganti pendekatan yang lebih sesuai. Guru yang
jeli seakan memiliki mata di belakang kepalanya sehingga
selalu dapat menangkap berbagai reaksi dan perubahan yang
terjadi di dalam kelas.
10. 7. Being Sensitive to Context
Sensitifitas terhadap konteks
Ada tiga variabel yang menentukan keberhasilan proses
pembelajaran, yaitu guru, murid dan situasi. Ketiga variabel
ini saling berinteraksi selama proses pembelajaran
berlangsung. Selaku pendidik, seorang guru perlu
menumbuhkan sensitivitas terhadap karakteristik murid
yang dididiknya.
Salah satu upaya yang biasa dilakukan seorang guru yang
sensitif terhadap keunikan individual ini adalah mempelajari
data pribadi calon muridnya. Misalnya, murid merupakan
anak tunggal akan berbeda pola perilaku dan gaya
komunikasinya dibandingkan dengan murid yang datang
dari keluarga besar, murid yang merupakan anak pertama
akan berbeda perilakunya dengan anak bungsu. Dengan
demikian guru perlu menyesuaikan dengan sikap, perilaku
dan pola komunikasi siswa.
11. 8. Monitoring Learning
Memonitor pembelajaran
Pakar psikologi Edward Thorndike mengemukakan
bahwa pembelajaran akan berhasil optimal apabila
murid berada pada kondisi siap fisik, mental, maupun
emosi untuk belajar. Fakta yang ditemukan di
lapangan adalah tidak semua murid di kelas siap dan
mempunyai ketertarikan untuk belajar.
Mengantisipasi hal ini, guru perlu menciptakan
suasana kelas siap sedemikian rupa sehingga murid
merasa nyaman, siap untuk belajar, dan tertarik untuk
terlibat di dalam proses pembelajaran.
12. 9. Testing Hypotheses
Bertindak berdasarkan hipotesis/data
Guru pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan
peneliti. Bagi seorang guru, setiap data perlu
dijadikan hipotesis yang perlu diuji kebenarannya.
Seorang guru yang berpengalaman akan
mengidentifikasi permasalahan sebelum
mengambil kesimpulan dari sebuah hipotesis dan
mencari solusi dari permasalahan tersebut. Pada
saat mempersiapkan materi pembelajaran, guru
harus jeli dalam menyiapkan hipotesis mengenai
murid, materi pembelajaran, dan situasi kelas.
13. 9. Testing Hypotheses
Lanjutan
Persepsi guru terhadap murid sangat mempengaruhi
prestasi belajar murid. Guru yang memulai kelas
dengan persepsi negatif terhadap murid cenderung
melakukan tindakan yang merugikan murid, seperti
misalnya kurang memberi kesempatan kepada murid
untuk menjawab pertanyaan karena guru berasumsi
bahwa murid yang dihadapi adalah murid yang rendah
kemampuannya.
Perilaku lain yang sering diperlihatkan oleh guru yang
berasumsi negatif adalah mengkritisi dengan
menggunakan kata-kata yang kurang menyenangkan.
Oleh karena itu, guru seyogyanya tidak dengan
mudah mengambil keputusan dari data yang mungkin
tidak lengkap melainkan harus mengujinya terlebih
dahulu.
14. 10. Demonstrating Respect
Respek terhadap orang lain
Respek merupakan bagian dari kepedulian.
Kepedulian guru sangat berpengaruh terhadap
semangat belajar murid, kepedulian seorang guru
juga dapat membangkitkan kembali semangat
belajar muridnya yang menurun, sehingga murid
mampu meraih prestasi.
Guru harus membesarkan hati muridnya sehingga
menumbuhkan respek/rasa hormat dari murid
dan masyarakat.
15. 11. Showing Passion for Teaching and Learning
Mempunyai jiwa mendidik
Tugas seorang guru tidak hanya mengajar, tetapi juga
mendidik, tugas mendidik lebih berat daripada hanya
sekedar mengajar. Mengajar hanya sekedar
mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan
kepada murid, sementara mendidik adalah sebuah
proses yang panjang dalam mentransfer nilai,
norma, dan menanamkan karakter yang baik
kepada murid.
Sebagai seorang pendidik guru juga harus mampu
menstimulasi murid untuk mengembangkan sikap dan
perilaku mereka agar sesuai dengan kaidah perilaku
warga negara yang diharapkan oleh masyarakat dan
negara.
16. 12. Helping Students Reach Higher Levels of
Achievement
Membantu/memfasilitasi murid agar mencapai
prestasi tertinggi
Prestasi murid merupakan salah satu kebanggan bagi guru.
Pada saat mulai proses pembelajaran tidak semua murid
siap, baik secara fisik maupun psikologis untuk menerima
materi pembelajaran. Namun demikian guru yang suportif
dapat menemukan cara yang tepat untuk membuat murid
tertarik bahkan tertantang terhadap materi pembelajaran.
Prinsip pembelajaran konstruktivisme yang dikemukakan
oleh Vygotsky (1978) bisa digunakan untuk memfasilitasi
murid agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Guru
secara cermat mempelajari karakteristik masing-masing
murid dan menemukan zona pengembangan proksimal
kemudian menstimulasi dengan cara yang memotivasi
kepada murid agar dapat mencapai prestasi yang tertinggi.
17. 13. Helping Students Understand Complexity
Membantu/memfasilitasi murid agar lebih
memahami kompleksitas
Permasalahan yang timbul di dalam kehidupan
seringkali melibatkan berbagai pihak. Untuk memahami
dan memecahkan permasalahan tersebut tentu saja
dibutuhkan berbagai perspektif. Pada saat seorang
murid masih memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas,
suatu permasalahan hanya dipandang dari satu
perspektif saja. Tentu saja cara seperti ini hanya sesuai
apabila persoalan yang dihadapi sederhana.
Guru yang luas wawasannya perlu menstimulasi murid
agar mereka dapat melihat sebuah persoalan dari
berbagai sudut pandang. Kreatifitas dan kemampuan
berfikir yang kompleks dan inovatif perlu dilatihkan ke
murid.
18. Guru yang kompeten adalah guru yang menguasai
empat kompetensi utama seperti yang disyaratkan
oleh Permendiknas No.16 tahun 2007,yang
meliputi:
(1) Kompetensi pedagogik
(2) Kompetensi kepribadian,
(3) Kompetensi sosial, dan
(4) Kompetensi profesional.
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam
kinerja guru. Keempat kompetensi tersebut
penjabarannya sebagai berikut:
19. Pertama, kompetensi pedagogik,
Kompetensi ini meliputi: (1) Menguasai karakteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual, (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, (3) Mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, (4)
Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik,
(5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik, (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki, (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan
santun dengan peserta didik, (8) Menyelenggarakan penilaian
dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) Memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (10)
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
20. Kedua, kompetensi kepribadian,
Kompetensi ini meliputi: (1) Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia, (2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik
dan masyarakat, (3) Menampilkan diri sebagai pribadi
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4)
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, (5)
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
21. Ketiga, kompetensi sosial,
Kompetensi ini meliputi: (1) Bersikap inklusif,
bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi
fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi, (2) Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat,
(3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh
wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya, (4) Berkomunikasi
dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
22. Keempat, kompetensi profesional,
Kompetensi ini meliputi: (1) Menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu, (2)
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran yang diampu, (3)
Mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif, (4) Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif, (5) Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
24. Referensi:
Bond, L., Smith, T., Baker, W. K., & Hattie, J. A. (2000). The
certification system of the National Board for
Professional Teaching Standards: A construct and
consequential validity study. Greensboro, NC: Center for
Educational Research and Evaluation, University of North
Carolina.
Steele, C. F. (2009). The inspired teacher : how to know
one, grow one, or be one. Alexandria: Association for
Supervision and Curriculum Development (ASCD).
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in society: The development of
higher psychological processes. Cambridge, MA: Harvard
University Press.
Permendiknas No.16 tahun 2007. Standar Kompetensi Guru.