Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya guru yang kompeten dan berkualitas dalam mendukung pelaksanaan kurikulum baru.
2. Guru inspiratif dijelaskan memiliki 13 kriteria seperti menguasai materi, manajemen kelas, serta peka terhadap konteks pembelajaran.
3. Guru perlu mengembangkan kemampuan seperti improvisasi dan pemecahan masalah unt
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Guru Inspiratif dan Kompeten
1. 1
DI BALIK KONTROVERSI KURIKULUM 2013:
GURU INSPIRATIF DAN KOMPETEN
Oleh : Joko Prasetiyo, S.Pd, MBA
Penulis adalah Kepala SMKN 4 Bintan,
Alumnus Pascasarjana UGM.
Kontroversi kurikulum 2013 (K-13) hingga saat ini belum juga usai, perdebatan antara
yang mendukung K-13 dan yang menolak sampai saat ini juga belum ada titik temu, hingga
akhirnya Kemendikbud menghentikan sementara penerapan K-13, sekolah yang boleh
melanjutkan K-13 hanya terbatas pada sekolah percontohan sejumlah 6.221 sekolah, sekolah
yang baru menerapkan K-13 selama satu semester harus kembali lagi ke kurikulum 2006/KTSP.
Di balik kontroversi dan perdebatan panjang tentang kurikulum 2013, ada satu hal yang mungkin
agak terabaikan, yaitu kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang merupakan ujung tombak
pelaksanaan kurikulum. Padahal guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan yang sangat
penting dan strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan dan membentuk sumber daya
manusia yang handal di masa yang akan datang, karena sebagus apapun bentuk kurikulumnya,
secanggih apapun teknologi yang dipakai, selengkap apapun sarana dan prasarana pendidikan
yang dimiliki oleh lembaga pendidikan atau sekolah tidak akan ada artinya tanpa guru yang
kompeten dan berkualitas.
Guru yang kompeten dan berkualitas akan menginspirasi murid-muridnya untuk meraih
kesuksesan. Mengutip apa yang disampaikan oleh Wiliam Arthur Ward: “Guru yang biasa-
biasa berbicara, guru yang bagus adalah menerangkan, guru yang hebat adalah guru yang
mendemonstrasikan, guru yang agung adalah guru yang memberi inspirasi”. Guru inspiratif
adalah guru yang mampu memberikan stimulasi mental kepada murid-muridnya. Stimulasi
mental ini mempengaruhi murid tidak hanya pada aspek kognitif, tetapi melibatkan rasa atau
2. 2
emosi positif sehingga memberi dampak yang lebih kuat terhadap pemahaman murid. Semakin
banyak emosi positif yang dirasakan oleh murid pada waktu belajar maka penguasaan materi
pelajaran akan semakin baik. Pada kondisi ini anak akan merasa termotivasi untuk belajar lebih
lanjut mengenai ilmu yang diajarkan. Guru inspiratif juga mampu memberikan keteladanan dan
motivasi bagi murid-muridnya untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang.
Bila dikaitkan dengan peran emosi terhadap kinerja otak manusia pada saat belajar, hal
ini dapat dipahami baik secara psikologis maupun fisiologis. Seorang murid yang berhasil
menguasai pengetahuan atau keterampilan baru akan merasa senang. Secara psikologis, perasaan
senang merupakan pengukuhan sosial. Di samping pengukuhan sosial, murid mungkin menerima
pengukuhan positif yaitu pada saat mereka mendapat nilai yang bagus atau penghargaan oleh
guru atau orang tua dalam bentuk hadiah atau tambahan jam bermain misalnya. Pengukuhan
positif (reinforcement) adalah stimulus yang dapat menyebabkan seseorang merasa senang dan
ingin mengulang perilaku tersebut.
Ada 13 kriteria guru inspiratif dan professional menurut National Board for Profesional
Teaching Standards, USA yaitu: (1) Menguasai materi pelajaran. (2) Menggunakan dengan tepat
kemampuannya dalam mengajar dan belajar, (3) Kemampuan memecahkan masalah berkaitan
dengan instruksional pembelajaran, (4) Kemampuan melakukan improvisasi, (5) Manajemen
kelas, (6) Kepekaan dalam menanggapi situasi selama pembelajaran berlangsung, (7) Sensitifitas
terhadap konteks, (8) Memonitor pembelajaran, (9) Bertindak berdasarkan data, (10) Respek
terhadap orang lain, (11) Mempunyai jiwa mendidik, (12) Memfasilitasi murid agar mencapai
prestasi tertinggi, (13) Memfasilitasi murid agar lebih memahami kompleksitas.
Untuk lebih memahami ketiga belas kriteria guru inspiratif dan profesional, penulis akan
mengulas satu persatu kriteria tersebut di bawah ini:
1. Menguasai materi pelajaran
Seorang guru tidak bisa mengajar dengan baik tanpa menguasai materi pelajaran yang
diajarkannya, pengetahuan akan materi pelajaran yang diajarkan sangat esensial. Secara
umum pengetahuan guru mengenai materi pelajaaran akan meningkat seiring dengan
pengalaman mengajar guru. Seorang guru yang inspiratif memiliki pemahaman yang baik
materi pelajaran yang diajarkan dan mampu mengorganisasikan pengetahuannya dan mampu
mentransfer pengetahuan tersebut ke murid-muridnya.
3. 3
Salah satu tugas guru adalah menciptakan perubahan pada murid, baik perubahan kognitif
maupun perubahan pada sikap dan perilaku. Dalam hal ilmu pengetahuan, seorang guru
menginspirasi murid untuk menguasi ilmu yang selama ini tidak diketahuinya sehingga
mereka menjadi tahu. Murid yang sudah tahu sedikit akan menjadi lebih paham setelah
mendapat penjelasan dari gurunya. Dalam hal sikap, perubahan ini mungkin tidak dapat
diketahui dengan mudah namun melaui proses yang terus menerus dan dengan mengaplikasi
metode pembelajaran yang tepat, perubahan sikap dapat dicapai. Dengan mengacu teori
perilaku terencana yang dikemukakan oleh Ajzen (2005) maka menguatnya sikap merupakan
modal yang dapat memperkuat intensi untuk melakukan suatu perilaku.
Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang guru setidaknya perlu memiliki dua hal, yaitu
penguasaan terhadap materi pembelajaran dan keyakinan bahwa ia menguasai materi
pembelajaran.
2. Menggunakan dengan tepat kemampuannya dalam mengajar dan belajar
Kemampuan guru dalam mengajar merupakan hal yang sangat penting, kemampuan
mengajar dalam hal ini adalah perpaduan antara kemampuan pedagogi, andragogi, dan teknik-
teknik megajar. Ketiga terminologi ini banyak digunakan dalam proses pembelajaran.
Pedagogi sering dihubungkan dengan pembelajaran untuk anak usia yang lebih muda. Oleh
karena itu pedagogi biasanya digunakan pada saat mengajarkan suatu ilmu pengetahuan yang
sama sekali belum diketahui oleh murid. Dalam pedagogi seorang guru perlu memahami
karakteristik murid dan menyesuaikan pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan tersebut.
Pedagogi berbeda dengan andragogi dalam hal kondisi murid yang dihadapinya.
Pedagogi menekankan pada proses mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid yang belum
memiliki ilmu tersebut sebelumnya. Oleh karena itu di dalam proses pedagogi, murid
tergantung pada arahan guru. Andragogi di lain pihak adalah proses pembelajaran yang
ditujukan pada murid yang memiliki motivasi dan memiliki cukup pengetahuan di bidang
yang diajarkan, sehingga proses dialogis dapat terjadi. Dalam andragogi proses pembelajaran
tidak memposisikan murid secara pasif melainkan aktif menggali keterkaitan ilmu yang
diajarkan dengan pengalaman hidup mereka.
Seorang guru yang inspiratif memadukan kedua pendekatan dalam proses pembelajaran,
kemudian mengadaptasi perencanaan mengajar yang sudah disusunnya sesuai dengan tingkat
4. 4
kematangan kelompok murid yang dihadapinya. Untuk dapat menerapkan pedagogi dan
andragogi yang baik, seorang guru perlu terus-menerus menyesuaikan diri dengan perubahan
kondisi perkembangan psikologis anak-anak usia sekolah.
3. Kemampuan memecahkan masalah berkaitan dengan instruksional pembelajaran
Solusi-solusi atas masalah yang terkait dengan kurikulum dan pembelajaran merupakan
kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Untuk memiliki
kemampuan tersebut, seorang guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan formal yang
diperoleh dari pendidikan akademik tentang berbagai metode mengajar atau didaktik saja, tetapi
mereka membutuhkan pengetahuan implisit mengenai cara-cara menyampaikan ilmu yang
dimiliki tersebut kepada murid-muridnya.
Mengutip teori yang dikemukakan oleh Michael Polanyi (1967) mengemukakan bahwa ada
dua macam pengetahuan yang dibutuhkan seseorang dalam bekerja yaitu explicit knowledge dan
implicit knowledge. Explicit knowledge adalah pengetahuan yang bersifat akademis terstruktur
yang diperoleh dari pelajaran di sekolah, pengetahuan eksplisit ini disajikan dengan bahasa
tertulis yang terstruktur dan formal didukung dengan data-data yang eksplisit. Sedangkan
implicit knowledge atau tacid knowledge adalah pengetahuan yang tidak tertulis. Pengetahuan
implisit bersifat spontan dari seseorang pada saat melakukan suatu aktifitas. Dengan kata lain
pengetahuan implisit ini dapat langsung terwujud di dalam perilaku tanpa harus berfikir terlebih
dahulu. Contoh yang paling sederhana dan umum untuk menjelaskan mengenai pengetahuan
implisit ini adalah pada saat seseorang mengendarai sepeda roda dua. Pengetahuan mengenai
mengendarai sepeda ini sifatnya sangat personal dan individual. Seseorang yang mengendarai
sepeda tidak harus membaca buku mengenai bagaimana cara mengendalikan sepeda pada saat
berada di jalan yang menikung.
Seorang guru diharapkan akan memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya untuk
membangun pengetahuan implisit ini. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menyajikan materi pembelajaran di kelas. Semakin banyak pengalaman berkaitan dengan
pengetahuan yang dimilikinya, makin mudah baginya untuk mengenali dan memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada saat melakukan proses pembelajaran.
Guru yang profesional mampu mengenali permasalahan semenjak fase persiapan materi
pembelajaran. Kemampuan mengenali dan memecahkan masalah ini akan menjadi indikator bagi
kinerja guru profesional. Guru yang berpengalaman dan selalu memanfaatkan pengalaman untuk
5. 5
mengembangkan diri memiliki kinerja yang lebih baik karena mereka tahu kondisi kritis yang
akan dihadapi pada saat menyajikan materi pembelajaran kepada muridnya.
4. Kemampuan melakukan improvisasi
Improvisasi adalah sebuah proses yang dilakukan guru dalam mengolah sumber dan materi
pembelajaran tanpa persiapan terlebih dahulu namun dapat memberikan pemahaman yang lebih
baik bagi murid. Improvisasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan penyertaan contoh
dan penerapan metode pembelajaran yang tidak sama dengan yang sudah dirancang sebelumnya.
Seorang guru yang menguasai materi pembelajaran dan teknik mengajar dapat dengan lancar
melakukan improvisasi pada saat berhadapan dengan murid. Berbeda dengan guru yang kurang
menguasai materi pembelajaran dengan baik biasanya cenderung melakukan proses
pembelajaran secara kaku.
Setidaknya diperlukan diperlukan beberapa variabel yang dibutuhkan bagi seorang guru agar
dapat melakukan improvisasi dalam proses pembelajaran. Pertama adalah penguasaan materi dan
teknik pembelajaran. Penguasaan materi pembelajaran akan mendongkrak kepercayaan diri guru
pada saat mengajar. Kedua adalah kreativitas, guru yang kreatif menyajikan materi pembelajaran
dengan metode yang bervariasi. Dengan variasi metode tersebut, guru setiap saat melakukan
improvisasi, keterlibatan murid pada proses improvisasi pembelajaran yang kreatif ini dapat
memberikan pemahaman terhadap pengetahuan yang sedang dipelajari dengan baik.
5. Manajemen kelas
Manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk menciptakan dan mendorong
terjadinya proses pembelajaran baik yang bersifat akademik maupun emosi. Keterampilan
manajemen kelas ini amat dibutuhkan oleh seorang guru untuk menumbuhkan suasana belajar
yang nyaman dan menyenangkan. Manajemen kelas ini meliputi terciptanya lingkungan fisik
maupun suasana kelas yang dibangun untuk mendukung proses pembelajaran.
Manajemen lingkungan fisik dapat berupa menciptakan ruang kelas yang bersih dan
nyaman. Penataan kelas yang memungkinkan interaktivitas terjadi antara guru dan murid, kelas
yang dihias dengan poster yang relevan dengan proses pembelajaran merupakan contoh dari
manajemen lingkungan fisik. Suasana kelas dapat dibangun melalui pola komunikasi yang positif
antara guru dan murid. Faktor lain yang mempengaruhi suasana kelas adalah sikap guru dalam
mendisiplinkan murid, dan pola pemberian hukuman maupun penghargaan.
6. 6
6. Kepekaan dalam menanggapi situasi selama pembelajaran berlangsung
Tugas guru bisa diibaratkan sebagai pengatur lalu lintas udara di sebuah bandara.
Pengatur lalu lintas ini harus peka dan memperhatikan berbagai benda yang bergerak di udara
dan keadaan cuaca demi lancarnya lalu lintas dan keselamatan penerbangan. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas, guru juga perlu mengasah kepekaan terhadap
berbagai perubahan reaksi murid maupun situasi kelas pada saat menerima penjelasan mengenai
materi pelajaran yang disampaikan.
Guru di kelas harus peka terhadap aksi maupun reaksi dari murid dan situasi kelas.
Informasi ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam memutuskan apakah metode
mengajar yang diterapkan sesuai atau tidak. Apabila situasi kelas kurang kondusif maka guru
yang peka akan sadar dan sukarela mengganti pendekatan yang lebih sesuai. Guru yang jeli
seakan memiliki mata di belakang kepalanya sehingga selalu dapat menangkap berbagai reaksi
dan perubahan yang terjadi di dalam kelas.
7. Sensitifitas terhadap konteks
Ada tiga variabel yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran, yaitu guru, murid
dan situasi. Ketiga variabel ini saling berinteraksi selama proses pembelajaran berlangsung.
Selaku pendidik, seorang guru perlu menumbuhkan sensitivitas terhadap karakteristik murid
yang dididiknya. Salah satu upaya yang biasa dilakukan seorang guru yang sensitif terhadap
keunikan individual ini adalah mempelajari data pribadi calon muridnya. Misalnya, murid
merupakan anak tunggal akan berbeda pola perilaku dan gaya komunikasinya dibandingkan
dengan murid yang datang dari keluarga besar, murid yang merupakan anak pertama akan
berbeda perilakunya dengan anak bungsu. Dengan demikian guru perlu menyesuaikan dengan
sikap, perilaku dan pola komunikasi anak.
Guru yang sensitif terhadap konteks pembelajaran akan secara bijaksana memahami
karakteristik murid-muridnya, baik secara pribadi, sosial maupun budaya. Pemahaman ini sangat
bermanfaat untuk mengetahui latar belakang dan potensi yang dimiliki murid-muridnya.
8. Memonitor pembelajaran
Pakar psikologi Edward Thorndike mengemukakan bahwa pembelajaran akan berhasil
optimal apabila murid berada pada kondisi siap fisik, mental, maupun emosi untuk belajar. Fakta
7. 7
yang ditemukan di lapangan adalah tidak semua murid di kelas siap dan mempunyai ketertarikan
untuk belajar. Mengantisipasi hal ini, guru perlu menciptakan suasana kelas siap sedemikian rupa
sehingga murid merasa nyaman, siap untuk belajar, dan tertarik untuk terlibat di dalam proses
pembelajaran.
Upaya menciptakan lingkungan pembelajaran ini juga berkaitan dengan menjaga agar
murid tetap fokus pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga materi yang
disampaikan dapat diserap secara optimal. Monitoring bisa dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan pada murid. Cara ini juga terbukti efektif untuk menjaga agar murid fokus pada
pelajaran sekaligus memancing interaksi murid dalam proses pembelajaran.
Interaktivitas kelas dapat melipatgandakan pemahaman murid terhadap materi
pembelajaran. Pemahaman, pengalaman, minat dan persepsi murid terkait dengan materi
pembelajaran merupakan topik yang dapat dijadikan stimulus. Berdasarkan data ini, guru
mencari keterkaitannya dengan topik yang sedang dipelajari. Ketertarikan murid ini dapat
tumbuh apabila mereka melihat ada hubungan antara topik yang dipelajari dengan minat mereka.
9. Bertindak berdasarkan data
Proses pembelajaran tidak selalu dapat berjalan sebagaimana yang sudah dirancang oleh
guru. Data yang diperoleh oleh pihak sekolah mengenai kondisi murid tidak selalu dapat
dijadikan tolok ukur bagi proses pembelajaran semester berikutnya. Keunikan individu murid
tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Guru, situasi serta
kondisi lingkungan yang juga seringkali memberikan sumbangan yang cukup bermakna.
Guru pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan peneliti. Bagi seorang guru, setiap data
perlu dijadikan hipotesis yang perlu diuji kebenarannya. Seorang guru yang berpengalaman akan
mengidentifikasi permasalahan sebelum mengambil kesimpulan dari sebuah hipotesis dan
mencari solusi dari permasalahan tersebut. Pada saat mempersiapkan materi pembelajaran, guru
harus jeli dalam menyiapkan hipotesis mengenai murid, materi pembelajaran, dan situasi kelas.
Persepsi guru terhadap murid sangat mempengaruhi prestasi belajar murid. Guru yang
memulai kelas dengan persepsi negatif terhadap murid cenderung melakukan tindakan yang
merugikan murid, seperti misalnya kurang memberi kesempatan kepada murid untuk menjawab
pertanyaan karena guru berasumsi bahwa murid yang dihadapi adalah murid yang rendah
kemampuannya. Perilaku lain yang sering diperlihatkan oleh guru yang berasumsi negatif adalah
mengkritisi dengan menggunakan kata-kata yang kurang menyenangkan. Oleh karena itu, guru
8. 8
seyogyanya tidak dengan mudah mengambil keputusan dari data yang mungkin tidak lengkap
melainkan harus mengujinya terlebih dahulu.
10. Respek terhadap orang lain
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, kata-kata inilah yang sering didengung-
dengungkan kepada murid di sekolah. Pahlawan berasal dari bahasa Sansekerta, phala-wan yang
berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara,
dan agama. Untuk menjadi pahlawan guru harus membesarkan hati muridnya sehingga
menumbuhkan respek/rasa hormat dari murid dan masyarakat.
Respek merupakan bagian dari kepedulian. Kepedulian guru sangat berpengaruh terhadap
semangat belajar murid, kepedulian seorang guru juga dapat membangkitkan kembali semangat
belajar muridnya yang menurun, sehingga murid mampu meraih prestasi.
11. Mempunyai jiwa mendidik
Tugas seorang guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik, tugas mendidik lebih
berat daripada hanya sekedar mengajar. Mengajar hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan
dan keterampilan kepada murid, sementara mendidik adalah sebuah proses yang panjang dalam
mentransfer nilai, norma, dan menanamkan karakter yang baik kepada murid. Sebagai seorang
pendidik guru juga harus mampu menstimulasi murid untuk mengembangkan sikap dan perilaku
mereka agar sesuai dengan kaidah perilaku warga negara yang diharapkan oleh masyarakat dan
negara.
Profesi guru bukan hanya sekedar pekerjaan untuk mencari nafkah, tetapi profesi guru
adalah bagian dari kehidupan. Mereka seakan dilahirkan untuk mengabdikan dirinya kepada
upaya meningkatkan kualitas putra-putri bangsa. Untuk dapat melakukan hal itu, seorang guru
perlu memiliki ketulusan dalam menjalankan tugasnya. Ketulusan guru tercermin dari sikap dan
tutur kata yang menyebarkan kedamaian dan memotivasi bagi banyak orang.
12. Memfasilitasi murid agar mencapai prestasi tertinggi
Prestasi murid merupakan salah satu kebanggan bagi guru. Pada saat mulai proses
pembelajaran tidak semua murid siap, baik secara fisik maupun psikologis untuk menerima
materi pembelajaran. Namun demikian guru yang suportif dapat menemukan cara yang tepat
untuk membuat murid tertarik bahkan tertantang terhadap materi pembelajaran.
9. 9
Prinsip pembelajaran konstruktivisme yang dikemukakan oleh Vigotsky (1978) bisa
digunakan untuk memfasilitasi murid agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Guru
secara cermat mempelajari karakteristik masing-masing murid dan menemukan zona
pengembangan proksimal kemudian menstimulasi dengan cara yang memotivasi kepada murid
agar dapat mencapai prestasi yang tertinggi.
13. Memfasilitasi murid agar lebih memahami kompleksitas
Permasalahan yang timbul di dalam kehidupan seringkali melibatkan berbagai pihak.
Untuk memahami dan memecahkan permasalahan tersebut tentu saja dibutuhkan berbagai
perspektif. Pada saat seorang murid masih memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, suatu
permasalahan hanya dipandang dari satu perspektif saja. Tentu saja cara seperti ini hanya sesuai
apabila persoalan yang dihadapi sederhana.
Guru yang luas wawasannya perlu menstimulasi murid agar mereka dapat melihat sebuah
persoalan dari berbagai sudut pandang. Kreatifitas dan kemampuan berfikir yang kompleks dan
inovatif perlu dilatihkan ke murid. Dalam proses pembelajaran, guru yang bijaksana tidak hanya
mengajak murid untuk melakukan aktifitas pembelajaran yang bersifat permukaan saja, misalnya
menghafal jawaban, tetapi guru perlu melatih murid melakukan pembelajaran mendalam.
Pembelajaran yang mendalam melibatkan kemampuan berfikir, menganalisis, dan menemukan
makna. Dengan demikian murid diharapkan mengembangkan kemampuan untuk memahami dan
sekaligus memecahkan permasalahan yang lebih kompleks.
Guru yang Kompeten.
Pada uraian di atas telah penulis paparkan mengenai kriteria guru inspiratif dan
profesional, lalu bagaimana lalu bagaimana kriteria guru yang kompeten ?. Guru yang kompeten
adalah guru yang menguasai empat kompetensi utama seperti yang disyaratkan oleh
Permendiknas No.16 tahun 2007,yang meliputi: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi
kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Keempat kompetensi
tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Keempat kompetensi tersebut penjabarannya sebagai
berikut:
Pertama, kompetensi pedagogik, kompetensi ini meliputi: (1) Menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (2) Menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) Mengembangkan kurikulum
10. 10
yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, (4) Menyelenggarakan kegiatan
pengembangan yang mendidik, (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, (6) Memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki,
(7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8)
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) Memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (10) Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
Kedua, kompetensi kepribadian, kompetensi ini meliputi: (1) Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, (2) Menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (3)
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4)
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri, (5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Ketiga, kompetensi sosial, kompetensi ini meliputi: (1) Bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, (2) Berkomunikasi secara efektif, empatik,
dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, (3)
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman
sosial budaya, (4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.
Keempat, kompetensi profesional, kompetensi ini meliputi: (1) Menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, (2)
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, (3)
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, (4) Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (5) Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
Demikianlah paparan penulis mengenai guru inspiratif dan kompeten, semoga bermanfaat
bagi para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, siswa, masyarakat, dan seluruh stakeholder
pendidikan. Dengan pendidikan yang berkualitas, Insya Allah kita akan mampu menghasilkan
sumber daya manusia (SDM) yang handal di masa yang akan datang. SDM yang siap
menghadapi tantangan baik di tingkat nasional, ASEAN maupun maupun di tingkat dunia.