Kasus pasien wanita berusia 47 tahun dengan diagnosa kanker rektum stadium awal yang saat ini menjalani kemoterapi rutin. Pasien mengeluh mual dan memiliki riwayat operasi pembuatan stoma. Kondisi fisik dan labornya stabil meski nafsu makan berkurang. Dukungan psikososial dan spiritual diperlukan selama perawatan.
3. Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan pada
kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian rektum yang
terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali (Kemenkes, 2021)
DEFINISI
5. Anatomi
Rektum
Keluhan utama:
Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan dan kirinya
Lama keluhan: 3 hari (setelah operasi)
Kualitas keluhan: Berat
Fx pencetus: Tindakan operasi (Debridement +
Tangensia Eksisi
Fx pemberat: Combustio grade II AB
Upaya yang telah dilakukan: Ibu klien mengelus-elus
kaki klien
6.
7. cont..
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3
sampai garis anorektal dengan panjang sekitar 12-13 cm. Rektum
adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem syaraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi . Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi. (Paulista, 2017)
8. Klasifikasi
Kanker
Rektum
Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa rektum.
Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau
ketiga (submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding rektum
tetapi belum menyebar keluar dari dinding rektum
Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum
menyebar pada kelenjar getah bening
Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi
belum pada organ tubuh lainnya
Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya
Menurut Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010, Klasifikasi Kanker
Rektum adalah sebagai berikut :
9. Epidemiologi
Berdasarkan survei GLOBOCAN 2018 insiden kanker kolorektal berada
pada peringkat kedua setelah kanker payudara dengan prevalensi
4.789.635 kasus dalam 5 tahun terakhir. Secara global insiden tertinggi
berada di Asia dengan 2.356.976 kasus. Indonesia berada pada urutan
ke 5 dari 10 negara dengan jumlah insiden dan mortalitas tertinggi di
Asia setelah China, Jepang, Korea, dan India (Siegel et al., 2020).
Menurut GLOBOGAN 2018 Kanker Kolorektal di Indonesia berada pada
posisi ke empat setelah kanker payudara, serviks, dan ca paru, dengan
jumlah insdien 30.017 kasus dan mortalitas 6,9% per 100.000 kasus
(World Health Organization, 2019).
Beberapa studi terakhir mengenai karakteristik pasien kanker rektum di
Indonesia melaporkan bahwa di Divisi Bedah Digestif RS Cipto
Mangunkusumo, angka kejadian kanker rektum lebih tinggi pada laki-laki
(52%), kelompok usia terbanyak adalah usia 45-53 tahun (21.8%) dan
paling sering dijumpai dalam stadium
III. (Annisa, et al, 2016)
10. Etiologi dan
Faktor Resiko
⊙Tidak Dapat Dimodifikasi
- riwayat kanker pada keluarga
- Inflamatory Bowel Disease misalnya colitis ulcerativa atau
penyakit Crohn selama bertahun2
- Usia diatas 50 tahun
- Polip di usus
-
⊙Dapat Dimodifikasi :
- Kebiasaan Merokok
- Diet Rendah Serat
- Kurang Olahraga
- Makan makanan junkfood, tinggi lemak
11. Manifestasi
Klinis
⊙Perubahan kebiasaan defekasi
⊙darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
⊙Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
⊙Anoreksia
⊙Penurunan berat badan tanpa alasan
⊙Keletihan
⊙Mual dan muntah-muntah
⊙Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB
⊙Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
⊙Perut sering terasa kembung atau keram perut
⊙Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi
feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian (umumnya konstipasi), serta feses berdarah.
13. Pemeriksaan
Penunjang
⊙Pemeriksaan Laboratorium Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung
jenis. Kimia darah Tumor marker CEA
⊙Pemeriksaan foto toraks PA
⊙CT scan/MRI
⊙Ultrasonografi (USG) abdomen
⊙Ultrasonografi (USG) endorektal (bila dapat dikerjakan)
⊙PET scan (bila diperlukan/tidak rutin) Pemeriksaan Patologi Anatomi Biopsi dari
rektum dan spesimen reseksi menentukan jenis keganasan dan derajat
diferensiasinya
⊙Pemeriksaan Kolonoskopi/proktoskopi Endoskopi seperti: Sigmoidoskopi rigid /
Rektoskopi, Sigmoidoskopi fleksibel (Lebih efektif dibandingkan dengan
sigmoidoskopi rigid untuk visualisasi kolon dan rektum), Sigmoidoskopi fleksibel
(Lebih efektif dibandingkan dengan sigmoidoskopi rigid, Kolonoskopi (Akurasi
sama dengan kombinasi enema barium kontras ganda + sigmoidoskopi fleksibel
untuk KKR atau polip > 9 mm. Penentuan Stadium Klinik Penentuan stadium
klinik dilakukan berdasarkan hasil imaging (CT Scan/MRI, toraks foto, dan USG
transrektal/TRUS)
Menurut kemenkes (2021) dalam menegakkan diagnosis karsinoma rekti, beberapa pemeriksaan
yang sering dilakukan adalah:
14. Penatalaksanaan
⊙ Pembedahan Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah.
Tujuan utama ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun
nonkuratif. Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar
limf regional. Bila sudah terjadi metastasis jauh, tumor primer akan di reseksi juga
dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel,
dan nyeri (Kemenkes, 2021)
⊙ Kolostomi Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari
usus besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak
bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena gangguan
fungsi anus (Kemenkes, 2021)
⊙ Radiasi Terapi radiasi merupakan penanganan karsinoma dengan menggunakan
x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel karsinoma. Terdapat 2 cara
pemberian terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal.
Radiasi eksternal (external beam radiation therapy) merupakan penanganan
dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel karsinoma. Terapi
radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya berlangsung menit
(Kemenkes, 2021)
⊙ Kemoterapi Kemoterapi pada kanker kolorektal dapat dilakukan sebagai terapi
ajuvan, neoaduvan atau paliatif. Terapi ajuvan direkomendasikan untuk kanker
rektum stadium II dan stadium III yang memiliki risiko tinggi (Kemenkes, 2021)
15. Komplikasi
⊙Komplikasi dari ca. rekti yaitu adanya pertumbuhan tumor dapat
menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan
ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon dan
rektum yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat
menimbulkan syok (Kemenkes, 2021)
16. Reference
⊙American Cancer Society. (2020). Colorectal Cancer Facts & Figures 2020-2022.
American Cancer Society Inc, page 32, 1–32
⊙Smeltzer,S.C., Burke,B.G., Hinkle,J.L & Cheever,K.H. (2010). Brunner & Suddarth’s
textbook of medical surgical nursing. (12th Ed). Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
⊙Fazeli, M. S., & Keramati, M. R. (2015). Rectal cancer: A review. Medical Journal of
the Islamic Republic of Iran, 29, 1–23.
⊙Kemenkes (2021). PANDUAN PELAYANAN KLINIS KANKER REKTUM. Diakses
dari: http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKRektum.pdf
⊙World Health Organization. (2019). Indonesia Source GLOBOCAN 2018.
International Agency for Research on Cancer, 256, 1–2. http://gco.iarc.fr/
⊙Annisa Febi Indarti,et al (2016). Profil Pasien Kanker Rektum yang menjalani
radiasi di departemen radioterapi di RSCM. Journal of Indonesian Radiation
Oncology Society. Vol 7(1): 1-9
19. Data Demografi :
⊙Nama : Ny. B
⊙Usia :47th
⊙JK : Wanita
⊙Tgl masuk RS : 23 Mei 2022
⊙Tgl Pengkajian : 24 Mei 2022
⊙Sumber Pengkajian : Pasien
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh mual ssal saat ini
20. Riwayat Kesehatan saat ini:
Pasien mengatakan mulai terdiagnosis ca recti juni 2021, lalu operasi
stoma desember 2021. pasien mengatakan dokter merencanakan
kemoterapi 6 kali dimulai januari 2022 setiap 3 minggu sekali dg
menggunakan regimen kemoterapi 5fu,Lecovorin,irinotekan,oxaliplatin.
Saat ini pasien menjalani kemoterapi ke 5.
Diagnosa Medis (Hasuil PA ): Low Grade Adenokarsinoma Recti
21. Riwayat Kesehatan Terdahulu
⊙Penyakit yg pernah dialami: tidak ada
⊙Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
⊙Alergi obat, makanan : tidak ada
⊙Kebiasaan :
Merokok : tidak
Konsumsi Alkohol : tidak
Minum obat tidur/obat yg lain:tidak
Kopi : iya, 1x sehari
Makanan : gorengan, kerupuk
22. TTV saat pengkajian :
⊙GCS : E4M6V5
⊙Pupil dan reaksi cahaya : kanan kiri 2mm +
⊙BB dan TB : 54 kg dan 157cm
⊙TD : 129/78
⊙Nadi : 82x/m teratur
⊙RR: 18x/m teratur
⊙Suhu : 36,7 derajat celcius
⊙Skor nyeri aktifitas dan istirahat : 0/0 ringan
⊙Skor resiko jatuh : 3 rendah
⊙EWS : 0, rendah
⊙Skor VTE : 2. rendah
⊙Braden Score : 21. rendah
23. Nutrisi :
⊙Pemenuhan kebutuhan nutrisi : ada penurunan nafsu makan
⊙Skor MST : 1
⊙Puasa : tidak
⊙Diet : nasi biasa
⊙Frekuensi :3x sehari
⊙Porsi yg dihabiskan : 1/3 porsi
⊙Turun BB : tidak
⊙Kebutuhan akan bantuan : dibantu sebagia
⊙Alat ambulasi : tidak ada
⊙Pola tidur dan istirahat : normal
24. Pola Eliminasi :
⊙BAB
1-2 kali sehari via stoma warna kuning, bau, dan lembek
perut teraba lunak
bising usus 20x/menit
⊙BAK
>3 kali sehari
26. Status Mental, psiko,sosio,ekonomi,spiritual :
⊙Status mental : orientasi baik
⊙ respon emosi : tenang
⊙Status pernikahan : menikah
⊙Pendidikan terakir : sma
⊙Pekerjaan : irt
⊙Tinggal bersama : anak
⊙Peran dalam keluarga : anngota keluarga
⊙Nilai budaya/kepercayaan yg mempengaruhi pelayanan kesehatan :
tidak ada
⊙Kebutuhan pelayanan kerohanian dan ibadah selama dirawat : tidak
ada , pasien bisa mendengarkan lagu rohani via hp
⊙Hal kusus yg membutuhkan perhatian rs : tidak ada
27. ⊙ Pasien terpasang iv kemoport ditutup
dengan kasa dan hypavix dialirkan dengan
cairan infus Nacl 0.9% 500ml/12jam
⊙ Pasien terpasang kantong colostomy
⊙Pasien mengatakan malu karna
terpasang kantong colostomy, pasien
ingin kemo cepat selesai supaya kantong
colostomy dapat ditutup
29. Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds.
- Pasien mengeluh
mual
- Pasien mengeluh
ingin muntah
- Pasien mengeluh
tidak minat makan
- Pasien mengeluh
merasa asam di
mulut
DO :
Makanan habis 1/3 porsi
Tampak pucat
Ca recti
kemoterapi
iritasi pada lambung atau
lapisan GIT
menghasilkan pelepasan
neurotransmitter
mengirim sinyal ke otak
merasa mual
Nausea
Nausea berhubungan
dengan efek samping obat
kemoterapi
30. Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds.
- Pasien mengatakan
terpasang
kemoport
DO :
Terpasang kemoport dg
glipper no 24 tertutup
kassa dan hypafix
Terpasang kolostomi bag
terlihat kotor
Lekosit : 5200
Ca recti
Terpasang kemoport dan
kolostomi bag
Port de entree
Resiko Infeksi
Resiko infeksi berhubungan
dengan efek prosedur
invasif
31. Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds.
- Pasien mengatakan
malu menggunaan
kolostomi
- Pasien mengatakan
ingin kemo segera
selesai dan stoma
bisa ditutup
DO :
Ca recti
Tidak bisa bab spontan
Dioasang kolostomi
sementara
Pasien malu
Gangguan citra tubuh
Gangguan Citra Tubuh
berhubungan dengan
perubahan bentuk tubuh
34. ⊙Dx 1 : Nausea b/d efek obat kemoterapi
⊙Tujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan, pasien mampu
mengatasi tidak nyaman yg dapat menyebabkan muntak dalam 2x24
jam
⊙Kriteria Hasil :
- tidak ada mual
- pasien mampu menghabiskan ½ porsi setelah rawat 3 hari
- muntah tidak ada
Rencana Tindakan
1. Kaji status nutrisis pasien : diet, pola makan
2. Observasi tanda vital tiap 4 jam
3. Yakinkan pasien bahwa nafsu makan akan kembali jika mual terasi
4. Beri makan dalam keadaan hangat
5. Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering
6. Tawarkan makanan yang disukai pasien
7. Anjurkan nafas dalam jika saat makan timbul mual
35. ⊙Dx 2 : Gangguan Citra tubuh bd perubahan bentuk tubuh
⊙Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
pasien merasa percaya diri
⊙Kriteria Hasil :
- pasien mampu mengatasi gangguan citra tubuh
- pasien mampu merawat bagian tubuh yang terganggu
Rencana Tindakan Keperawatan :
1. Kaji tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan kemmpuan klien
mengatasinya
2. Diskusikan persepsi, perasaan dan harapan terhadap citra tubuhnya
3. Motivasi pasien untuk meningkatkan citra tubuh
36. ⊙Dx 3 : Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif
⊙ Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
tidak terjadi infeksi
⊙ Kriteria Hasil :
- TTV dalam batas normal
- tidak ada demam
Rencana Tindakan keperawatan :
1. Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan keperawatan ke pasien
2. Monitor tanda dan geala infeksi sistemik dan lokal
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi tindakan invasif jika memungkinkan
5. Monitor vital sign tiap shift
6. Observasi adanya mengginggil
7. Kolaborasi untuk pengambilan sampel darah lengkap
38. Dx 1 , tgl 24.5.22 dan
25.5.22 jam 15.00
1. Mengkaji status nutrisis pasien : diet, pola makan
2. Mengukur tanda vital tiap shift
3. Meyakinkan pasien bahwa nafsu makan akan kembali jika mual
terasi
4. Memberi makan dalam keadaan hangat
5. Memberikan makan dalam porsi sedikit tapi sering
6. Menawarkan makanan yang disukai pasien
7. Mengajarkan nafas dalam jika saat makan timbul mual
.
39. Dx 2 tgl 25/5/22 jam
18.00
1. Mengkaji tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan kemmpuan
klien mengatasinya
2. Mendiskusikan persepsi, perasaan dan harapan terhadap citra
tubuhnya
3. Memotivasi pasien untuk meningkatkan citra tubuh
40. Dx 3 tgl 25/5/22
jam 17.00
1. Mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan keperawatan ke
pasien
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
3. Merawat kemoport dengan teknik steril
4. Membersihkan dan Mengganti Kolostomi bag
5. Mengukur vital sign tiap shift
42. Tgl 26.5.22 jam 07.00
⊙Dx 1
S: pasien mengatakan mual sudah berkurang
O:
- Menghabiskan ¾ porsi bubur kacang ijo setelah rawat 3 hari
- Muntah tidak ada
- TTV dalam batas normal
A: masalah teratasi sebagian
P: pasien sudah dibolehkan pulang, megedukasi untuk minum obat
lambung dan mual dirumah, makan sedikit tp sering, dan mengajarkan
nafas dalam jika saat makan mual
43. Tgl 26.5.22 jam 07.00
⊙Dx 2
S: pasien mengatakan senang bisa pulang
O:
-
A: masalah teratasi
P: memotivasi pasien untuk selalu semangat dan percaya diri
44. Tgl 26.5.22 jam 07.00
⊙Dx 3
S:
O:
- Kolostomi dan kemoport bersih
- TTV dalam batas normal
A: tidak ada tanda-tanda infeksi
P: mengajarkan cuci tangan 6 langkah
45. Reference
⊙PPNI (2017). SDKI: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta :
DPP PPNi
⊙PPNI (2018). Standar Intervemsi Keperawatan Indoesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
⊙PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI