SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Panduan Penatalaksanaan
Kanker Kolorektal
KSM Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
2023
1
2
Definisi
Kanker kolorektal (KKR) adalah keganasan yang berasal dari jaringan
usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar)
dan/atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus)
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
3
Menurut American Cancer Society:
 Urutan ke-3 dalam hal kejadian
 penyebab kematian ke-3 terbanyak pada pria dan wanita di Amerika Serikat
 Risiko KKR  1 dari 20 orang (5%).
 Lebih sedikit pada wanita dibandingkan pada pria
Survei GLOBOCAN 2012,
 Urutan ke-3 (1360 dari 100.000 penduduk [9,7%], laki-laki dan perempuan)
 Urutan ke-4 penyebab kematian (694 dari 100.000 penduduk [8,5%], laki-laki dan perempuan).
Di Amerika Serikat pada tahun 2016, diprediksi akan terdapat 95.270 kasus KKR baru, dan 49.190
kematian yang terjadi akibat KKR.
Epidemiologi
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
4
Faktor tidak dapat dimodifikasi:
● Riwayat KKR/polip adenoma individual dan keluarga
● Riwayat individual penyakit kronis inflamatori pada usus .
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
● Inaktivitas
● Obesitas ,
● Konsumsi tinggi daging merah
● merokok
● konsumsi alkohol moderat-sering..
Faktor Resiko
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
5
Indikasi
Indikasi pemeriksaan dini atau skrining kanker kolorektal adalah individu dengan risiko sedang dan
risiko tinggi.
Yang termasuk risiko sedang :
1. Individu berusia 50 tahun atau lebih;
2. Individu yang tidak mempunyai riwayat kanker kolorektal atau inflammatory bowel disease
3. Individu tanpa riwayat keluarga kanker kolorektal;
4. Individu yang terdiagnosis adenoma atau kanker kolorektal setelah berusia 60 tahun.
Deteksi Dini
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
6
Yang termasuk risiko meningkat atau risiko tinggi:
1. Individu dengan riwayat polip adenomatosa;
2. Individu dengan riwayat reseksi kuratif kanker kolorektal;
3. Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama kanker kolorektal atau adenoma kolorektal;
4. Individu dengan riwayat inflammatory bowel disease yang lama;
5. Individu dengan diagnosis atau kecurigaan sindrom hereditary nonpolyposis olorectal cancer (HNPCC)
/ sindrom Lynch atau familial adenomatous polyposis (FAP).
Deteksi Dini
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
7
Pilihan pemeriksaan skrining pada individu dengan risiko sedang harus dimulai pada individu
berusia 50 tahun:
1. Colok dubur
2. FOBT atau FIT setiap 1 tahun
3. Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun
4. Kolonoskopi setiap 10 tahun
5. Barium enema dengan kontras ganda setiap 5tahun
6. CT kolonografi setiap 5 tahun
Pilihan pemeriksaan skrining pada individu dengan risiko meningkat dibagi menjadi 3:
1. Pasien dengan riwayat polip pada kolonoskopi sebelumnya,
2. Pasien dengan kanker kolorektal,
3. Pasien dengan riwayat keluarga.
Deteksi Dini
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
8
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
9
1. Keluhan utama dan pemeriksaan klinis:
● Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi
defekasi dan/atau diare selama minimal 6 minggu
(semua umur)
● Perdarahan per-anum tanpa gejala anal (>60 tahun)
● Peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama
minimal 6 minggu (>60 tahun)
● Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur)
● Massa intra-luminal di dalam rektum
● Tanda-tanda obstruksi mekanik usus Defisiensi Fe
Diagosis
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
10
2. Pemeriksaan colok dubur
Dilakukan pada setiap pasien dengan gejala ano-rektal, bertujuan untuk
menetapkan keutuhan sfingter ani dan menetapkan ukuran dan derajat
fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan distal. Pada pemeriksaan colok
dubur ini yang harus dinilai:
● Keadaan tumor: Ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian
terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau
ujung os coccygis.
● Mobilitas tumor: Hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi
pembedahan.
● Ekstensi dan ukuran tumor dengan menilai batas atas, bawah, dan sirkuler.
3. Pemeriksaan Penunjang
● Endoskopi
● Enema barium dengan kontras ganda
● CT colonography (Pneumocolon CT)
Diagosis
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
11
Melalui:
1. Deteksi perluasan tumor primer dan infiltrasinya;
2. Deteksi kelenjar getah bening regional dan para-
aorta;
3. Deteksi metastasis ke hepar dan paru-paru;
4. Deteksi metastasis ke cairan intraperitoneal.
Penetapan Stadium Pre-Operatif Pada Kanker Kolon
Diperlukan pemeriksaan Abdomino-pelvic CT- scanning, MRI, 4 ultrasonografi transabdominal dan foto thoraks
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
12
1. Pemeriksaan colok dubur
2. Endorectal Ultrasonography (ERUS)
● Digunakan terutama pada T1 eksisi transanal,
● Digunakan pada T3-4 terapi neoajuvan,
● Digunakandirencanakan reseksi trans-anal atau kemoradiasi
3. Computed Tomography (CT) Scan
● Memperlihatkan invasi ekstra-rektal dan invasi organ sekitar rektum,
● untuk mendeteksi metastasis ke kelenjar getah bening retroperitoneal dan metastasis ke hepar,
● untuk menentukan suatu tumor stadium lanjut apakah akan menjalani terapi adjuvan pre-operatif
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Rektum
● Lebih akurat staging lokal T dan N (margin sirkumferensial dan keterlibatan sakral pada kasus rekurens)
● Lebih sensitif
Penetapan stadium pra-operatif pada Kanker Rektal
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
13
Penetapan stadium pra-operatif
pada Kanker Rektal
● Irritable bowel syndrome (IBS)
● Kolitis ulseratif
● Penyakit Crohn
● Hemoroid
● Fisura anal
● Penyakit divertikulum
Diagnosis Banding
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
14
Sistem Staging
Sistem TNM American Joint
Committee on Cancer (AJCC) 2010
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
15
Tatalaksana
 bersifat multidisiplin.
 Terapi bedah modalitas utama untuk kanker stadium dini dengan tujuan kuratif.
 Kemoterapi  pilihan pertama pada kanker stadium lanjut dengan tujuan paliatif.
 Radioterapi  modalitas utama terapi kanker rektum. Saat ini,
 Terapi biologis (targeted therapy) dengan antibodi monoklonal sebagai obat tunggal
maupun kombinasi dengan modalitas terapi lainnya.
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
16
Karsinoma Colon Karsinoma Rektum
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
17
Lanj..Karsinoma Rekti Terapi Endoskopi
 untuk polip kolorektal, yaitu lesi mukosa
kolorektal yang menonjol ke dalam lumen.
Metode tergantung pada ukuran, bentuk dan tipe
histolopatologinya.
 Panduan American College of
Gastroenterology:
● Polip kecil harus dibuang secara utuh. Jika
jumlahnya banyak (>20), harus dilakukan biopsi
representatif.
● Polip pendukulata besar biasanya mudah dibuang
dengan hot snare
● Polip sesil besar mungkin membutuhkan
piecemeal resection atau injeksi submukosal
untuk menaikkan mukosa dari tunika muskularis
propria agar dapat dilakukan endoscopic mucosa
resection (EMR).
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
18
Persiapan praoperasi
1. Informed consent.
2. Pembuatan stoma.
3. Persiapan usus (kolon).
4. Transfusi darah perioperatif.
5. Profilaksis antibiotik.
1. Eksisi Lokal (Polipektomi Sederhana)
• dilakukan baik untuk polip kolon maupun polip
rektum, dilakukan apabila struktur morfologik
polip memungkinkan.
• Kontraindikasi relatif polipektomi kolonoskopik:
- pasien yang mendapat terapi antikoagulan,
- memiliki kecenderungan perdarahan (bleeding
diathesis),
- kolitis akut, dan
- secara klinis terdapat bukti yang mengarah
pada keganasan invasif, seperti ulserasi sentral,
lesi keras dan terfiksasi, nekrosis, atau lesi tidak
dapat dinaikkan dengan injeksi submukosal.
Pembedahan
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
19
Pembedahan
2. Eksisi Transanal
 dilakukan pada kanker rektum.
 Syarat eksisi transanal :
• <30% dari lingkar rectum
• ukuran < 3cm
• Margin bersih (>3 mm)
• Dapat digerakkan (mobile), tidak
terfiksasi
• Terletak < 8 cm dari linea dentata
•T1 saja
• Polip yang diangkat secara
endoskopik dengan patologi
kanker atau tidak dapat ditentukan
• Tidak ada invasi limfovaskular/PNI
• Diferensiasi baik atau sedang
3. Transanal Endoscopic Microsurgery (TEM)
 Dilakukan jika lesi dapat diidentifikasi secara adekuat di
rektum
 Prosedur TEM memudahkan eksisi tumor rektum yang
berukuran kecil melalui anus. Kedua tindakan (eksisi
transanal dan TEM) melibatkan eksisi full thickness
yang dilakukan tegak lurus melewati dinding usus dan
kedalam lemak perirektal. Fragmentasi tumor harus
dihindarkan, selain itu harus dipastikan pula bahwa garis
tepi mukosal dan batas tepi dalam harus negatif (>3
mm).
 Keuntungan: morbiditas dan mortalitas yang minimal
serta pemulihan pasca operasi yang cepat.
 Keterbatasan: evaluasi penyebaran ke KGB secara
patologis tidak dapat dilakukan.
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
20
Pembedahan
4. Kolektomi dan reseksi KGB regional
 diindikasikan untuk kanker kolon yang masih dapat direseksi
(resectable) dan tidak ada metastasis jauh.
 Bila ada KGB yang mencurigakan diluar jalan vena yang
terlibat sebaiknya direseksi. Reseksi harus lengkap untuk
mencegah adanya KGB positif yang tertinggal (incomplete
resection R1 dan R2).
 Reseksi KGB mengikuti kaidahsbb :
• KGB di area asal pembuluh harus diidentifikasi
untuk pemeriksaan patologis.
• KGB yang positif secara klinis di luar lapangan
reseksi yang dianggap mencurigakan, harus
dibiopsi atau diangkat
• KGB positif yang tertinggal menunjukkan reseksi
inkomplit (R2) Minimal ada 12 KGB yang harus
diperiksa untuk menegakkan stadium N.
5. Reseksi transabdominal
 Reseksi abdominoperineal dan sphincter-saving reseksi
anterior atau anterior rendah  untuk kanker rektum.
Batas reseksi distal telah beberapa kali mengalami
revisi, dari 5 cm sampai 2 cm. Bila dihubungkan dengan
kekambuhan lokal dan ketahanan hidup, tidak ada
perbedaan mulai batas reseksi distal 2 cm atau lebih.
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
21
Pembedahan
6. Total Mesorectal Excision (TME)
 TME untuk kanker rektum adalah suatu diseksi tajam pada batas ekstrafasial (antara
fascia propiarektum dan fascia presakral), dengan eksisi lengkap mulai dari mesorektum
ke dasar pelvis termasuk batas lateralnya.
 TME merupakan prosedur baku untuk bedah kanker rektum dengan mengangkat
mesorektum secara en bloc, yang meliputi pembuluh darah, pembuluh getah bening,
jaringan lemak, dan fasia mesorektal.
 Pada prosedur ini dilakukan diseksi secara tajam under direct vision pada holy plane
diluar mesorektum sampai 5 cm dibawah tumor.
 Pada rektum bagian atas dilakukan sampai 5 cm di atas tumor. Dengan teknik ini, saraf
otonom daerah pelvis tetap terjaga sehingga mengurangi kejadian disfungsi seksual dan
gangguan berkemih.
 Ligasi tinggi pada arteri mesenterika anterior tidak menghasilkan perbedaan ketahanan
hidup, tetapi mempermudah teknik pembedahan.
 Rectal wash out dapat dipertimbangkan untuk mengurangi kemungkinan implantasi dari
sel- sel kanker pada daerah anastomosis
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
22
Pembedahan
7. Bedah laparoskopik pada kanker kolorektal 8. Tindakan bedah untuk kanker metastatik
 Tumor primer resektabel dan metastasis resektabel
Pada KKR stadium 4 dengan metastasis hati dan atau paru, reseksi
merupakan pilihan yang terbaik dengan catatan tumor primer masih dapat
direseksi.
 Tumor primer resektabel dan metastasis tidak resektabel
Pada keadaan seperti ini, dapat dilakukan reseksi tumor primer
dilanjutkan dengan kemoterapi untuk metastasisnya.
 Tumor primer tidak resektabel, metasatasis tidak resektabel
Kombinasi kemoterapi dan pembedahan atau radiasi paliatif. Terapi
pilihannya adalah kemoterapi sistemik. Untuk penyakit yang sudah jelas
tidak dapat dioperasi, intervensi seperti stenting atau laser ablation dapat
dijadikan pilihan terapi paliatif yang berguna. In situ ablation untuk
metastasis hati yang tidak bisa direseksi juga memungkinkan, tetapi
keuntungannya belum jelas.
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
23
Prinsip Tatalaksana Sistemik
1. Kemoterapi
Kemoterapi pada KKR  terapi ajuvan, neoaduvan atau paliatif.
a). 5-Flourourasil (5-FU)
 5-FU efektif untuk terapi karsinoma kolon, rektum, payudara, gaster dan pankreas.
 Kontraindikasi: status nutrisi buruk, depresi sumsum tulang, infeksi berat dan hipersensitif
terhadap fluorourasil.
 Efek samping : Stomatitis dan esofagofaringitis, tampak lebih awal; Diare, anoreksia, mual
dan muntah; Tukak dan perdarahan gastrointestinal; Lekopenia (leukosit < 3500/mm3 ), atau
penurunan leukosit secara cepat; Trombositopenia (trombosit < 100.000/mm-3 ); Efek yang
jarang terjadi dapat berupa sindrom palmar-plantar erythrodysesthesia atau hand-foot
syndrome, dan alopesia.
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
24
Prinsip Tatalaksana Sistemik
b). Leucovorin/Ca-folinat
c). Capecitabine
 Capecitabine adalah sebuah fluoropirimidin karbamat, yang dirancang sebagai obat
kemoterapi oral, merupakan prodrug fluorourasil yang mengalami hidrolisis di hati dan
jaringan tumor untuk membentuk fluorourasil yang aktif sebagai antineoplastik.
 Capecitabine mempunyai efek pada nilai laboratorium, paling sering terjadi adalah
peningkatan total bilirubin
 Efek samping yang lebih sering timbul adalah sindrom palmarplantar erythrodysesthesia atau
hand-foot syndrome
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
25
Prinsip Tatalaksana Sistemik
d). Oxaliplatin
• Pemberian oxaliplatin saja menghasilkan aktivitas yang rendah terhadap tumor,
sehingga sering diberikan berkombinasi dengan obat kemoterapi lain, yaitu 5-FU.
• Efek samping oxaliplatin dapat terjadi pada sistem hematopoetik, sistem saraf tepi
dan sistem gastrointestinal
e). Irinotecan
• Digunakan pada terapi KKR, servik uteri, lambung, glioma, paru, mesothelioma,
dan kanker pankreas.
• Efek samping yakni diare, gangguan enzim hepar, insomnia, alergi, anemia,
leukopenia, neutropenia, trombositopenia, bradikardia, oedem, hipotensi, demam,
dan fatigue
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
26
Terapi biologis (Targeted therapy)
a). Bevacizumab
• Bevacizumab  rekombinan monoklonal
antibodi manusia yang berikatan dengan semua
isotipe (VEGF-A / VEGF), mediator utama
terjadinya vaskulogenesis dan angiogenesis
tumor, sehingga menghambat pengikatan VEGF
ke reseptornya, Flt-1 (VEGFR-1) dan KDR
(VEGFR-2
• Bevacizumab diberikan secara infus IV dalam
waktu 30-90 menit dengan dosis 5 mg/kg bila
dikombinasi dengan regimen kemoterapi siklus 2
mingguan (FOLFOX atau FOLFIRI) dan dosis
7,5 mg/kg bila dikombinasi dengan regimen
kemoterapi siklus 3.
b). Cetuximab
• Pemberian cetuximab diindikasi pada pasien
metastasis kanker kolorektal dengan KRAS dan
NRAS wild type. Bila kedua hasil RAS tersebut
hasilnya wild type, perlu dipertimbangkan
pemeriksaan BRAF, dan pemberian cetuximab
efektif bila didapatkan BRAF wild type
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
27
Terapi biologis (Targeted therapy)
c). Ziv-Aflibercept
• Aflibercept protein rekombinan yang
memiliki bagian reseptor 1 dan 2 VEGF
manusia yang berfusi pada porsi Fc dari
IgG1 manusia.
• Obat ini secara signifikan menunjukkan
peningkatan response rates, PFS, dan OS
bila dikombinasi dengan FOLFIRI pada
lini kedua.
d). Panitumumab, Regorafenib, BIBF
1120, Cediranib
• targeted therapy yang belum tersedia di
Indonesia
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
28
Regimen Terapi
Saat ini, regimen standar kemoterapi baik ajuvan maupun
paliatif yang dianjurkanFOLFOX 6 atau
modifikasinya (mFOLFOX6)
a). Regimen Kemoterapi
1. Kemoterapi tunggal:
• Capecitabine
• 5-FU/ leucovorine
2. Kemoterapi Doublet
• mFOLFOX6  Oxaliplatin+Leucovorin+5 FU
• CapeOX  Oxaliplatin+Capecitabine
• FOLFIRI  Irinotecan+Leucovorin+5-FU
• IROX  Oxaliplatin+irinotecan
b). Regimen Kemoterapi dan Thargeted
Therapy
1. mFOLFOX6 + Bevacizumab
2. mFOLFOX 6 + Panitumumab
3. CapeOX + Bevacizumab
4. FOLFIRI + Cetuximab
5. FOLFIRI + Bevacizumab
6. FOLFIRI + Panitumumab
7. FOLFIRI + ziv-aflibercept
8. Capecitabine + Bevacizumab
9. Irinotecan + Cetuximab
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
29
Terapi Radiasi
Modalitas radioterapi hanya berlaku untuk kanker rektum.
Secara umum, radiasi pada karsinoma rekti dapat
diberikan pada tumor yang resectable maupun yang
non-resectable
1. Teknik Radiasi
a). Radiasi eksterna praoperatif
Terdapat 2 modalitas dalam memberikan radiasi
pre-operatif:
• Radiasi pendek dengan dosis 5 × 5 Gy yang diikuti
dengan tindakan pembedahan segera dalam 2-3 hari
• Radiasi jangka panjang dengan total dosis 45-50,4 Gy
dalam 25-28 fraksi, diikuti dengan tindakan pembedahan
setelah 4 - 8 minggu
b). Radiasi eksterna pascaoperatif
• Diindikasikan hanya pada pasien yang belum
pernah menerima terapi pre-operatif, namun
didapatkan (Level of Evidence IA ):
- Keterlibatan circumferential margin (CRM+)
- Perforasi pada area tumor
- Kasus dengan risiko tinggi untuk kekambuhan
lokal (>pT3b dan/atau N+)
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
30
Terapi Radiasi
c). Prosedur standar pelaksanaan radiasi
Teknik lapangan pemberian radiasi dapat digunakan:
• Teknik dua lapangan: AP dan PA
• Teknik tiga lapangan: PA dan lateral kanan serta lateral kiri
• Teknik empat lapangan (Sistem Box): lapangan AP dan PA dan
lateral kanan dan kiri
• Teknik 3D Conformal Radiotherapy (3D CRT)
• Teknik Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT)
d). Perencanaan Radiasi
• Meletakkan marker radioopak pada anus pada
saat simulasi
• Immobilisasi: posisi penderita selama
penyinaran boleh dalam keadaan prone ataupun
supine
• Kondisi buli-buli yang tetap saat simulasi dan
selama penyinaran/ reproducible, (terutama bila
digunakan teknik IMRT): Buli-buli terisi
penuh/kosong.
• Image fusion dengan menggunakan MRI
ataupun PET CT dapat dikerjakan untuk
membantu menetapkan target radiasi dengan
lebih baik pada saat delineasi
• Pemakaian blok individual atau multileaf
collimator (MLC) untuk menutupi organ
normal yang terpapar
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
31
Terapi Radiasi
f). Dosis Radiasi
• Dosis radiasi Pre-operatif:
- Jangka pendek: 25 Gy dengan
fraksinasi 5 x 5 Gy
- Jangka panjang: 50 Gy dengan
fraksinasi 25 x2 Gy
• Dosis radiasi Pascaoperatif
- 45 Gy – 60 Gy dengan
fraksinasi 5 x 200 cGy
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
32
Prognosis
Prognosis Kanker Colon Prognosis Kanker Rectal
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
33
Dukungan Nutrisi
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
34
REHABILITASI MEDIK PASIEN KANKER KOLOREKTAL
A). Tatalaksana kedokteran fisik dan rehabilitasi
• Sebelum tindakan (operasi, kemoterapi, dan radioterapi)
1. Promotif: peningkatan fungsi fisik, psikososial &
kualitas hidup
2.Preventif terhadap keterbatasan fungsi dan aktifitas
serta hambatan partisipasi yang ada
3. Penanganan gangguan psikososial dan spiritual
• Pasca tindakan (operasi, kemoterapi dan radioterapi)
1. Penanggulangan keluhan nyeri: Edukasi,
farmakoterapi, modalitas kedokteran fisik dan rehabilitasi
2. Preventif terhadap gangguan fungsi yang dapat terjadi
pasca tindakan: gangguan mobilisasi, dan tirah baring
lama dengan sindrom dekondisi
3. Penanganan gangguan fungsi/disabilitas yang ada
B). Tatalaksana Gangguan Fungsi/ Disabilitas
• Tatalaksana Gangguan Fungsi Mobilisasi
• Talaksana Gangguan Berkemih (khususnya
pada diseksi pelvis luas)
• Talaksana gangguan defekasi
• Tatalaksana gangguan fungsi kardiorespirasi
pada metastasis paru, infeksi, dan tirah baring
lama
• Tatalaksana gangguan sensasi somatosensoris
pada gangguan sensoris pascatindakan dan
cedera medula spinalis / saraf tepi
• Evaluasi dan Tatalaksana Kondisi Sosial
• Mengatasi dan Menyelesaikan Masalah
Psikospiritual yang ada
• Adaptasi Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
• Rehabilitasi Prevokasional dan Rehabilitasi
Okupasi
• Rehabilitasi Medik Paliatif
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
35
Terimakasih

More Related Content

Similar to KANKER KOLON REKTUM

Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalRizky maulana
 
ESMO Breast Ca Guidelines.pptx, jsnsnsjsnsnsndndnsn
ESMO Breast Ca Guidelines.pptx, jsnsnsjsnsnsndndnsnESMO Breast Ca Guidelines.pptx, jsnsnsjsnsnsndndnsn
ESMO Breast Ca Guidelines.pptx, jsnsnsjsnsnsndndnsnRidel6
 
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docxRahelNoriwari
 
presentasi onko EDIT.pptx
presentasi onko EDIT.pptxpresentasi onko EDIT.pptx
presentasi onko EDIT.pptxDeaAlbertaS
 
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas namaTumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas namaRFFooraa
 
proposal pleurotropin. EDIT pptx (3).pptx
proposal pleurotropin. EDIT pptx (3).pptxproposal pleurotropin. EDIT pptx (3).pptx
proposal pleurotropin. EDIT pptx (3).pptxIkhlasAnggieKayMay1
 
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaOperator Warnet Vast Raha
 
fdokumen.com_ca-kolon.ppt
fdokumen.com_ca-kolon.pptfdokumen.com_ca-kolon.ppt
fdokumen.com_ca-kolon.pptOdesyafar
 

Similar to KANKER KOLON REKTUM (20)

Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektal
 
ca cervix.pptx
ca cervix.pptxca cervix.pptx
ca cervix.pptx
 
ASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdfASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdf
 
ESMO Breast Ca Guidelines.pptx, jsnsnsjsnsnsndndnsn
ESMO Breast Ca Guidelines.pptx, jsnsnsjsnsnsndndnsnESMO Breast Ca Guidelines.pptx, jsnsnsjsnsnsndndnsn
ESMO Breast Ca Guidelines.pptx, jsnsnsjsnsnsndndnsn
 
CA Rectum
CA RectumCA Rectum
CA Rectum
 
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
332875291-Sap-CA-Buli-Wafa (1).docx
 
Askep ca. colorektal
Askep ca. colorektalAskep ca. colorektal
Askep ca. colorektal
 
breast cancer.pptx
breast cancer.pptxbreast cancer.pptx
breast cancer.pptx
 
L.pptx
L.pptxL.pptx
L.pptx
 
presentasi onko EDIT.pptx
presentasi onko EDIT.pptxpresentasi onko EDIT.pptx
presentasi onko EDIT.pptx
 
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas namaTumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
 
Kista kehamilan
Kista kehamilanKista kehamilan
Kista kehamilan
 
Dd
DdDd
Dd
 
proposal pleurotropin. EDIT pptx (3).pptx
proposal pleurotropin. EDIT pptx (3).pptxproposal pleurotropin. EDIT pptx (3).pptx
proposal pleurotropin. EDIT pptx (3).pptx
 
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
ca colon
ca colonca colon
ca colon
 
Liza
LizaLiza
Liza
 
Ca Colon
Ca ColonCa Colon
Ca Colon
 
Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3
 
fdokumen.com_ca-kolon.ppt
fdokumen.com_ca-kolon.pptfdokumen.com_ca-kolon.ppt
fdokumen.com_ca-kolon.ppt
 

More from boscco

ssskmsknsksk
ssskmsknskskssskmsknsksk
ssskmsknskskboscco
 
LAPORAN STASE JEJARING LHOK (RAYYAN) (1).pptx
LAPORAN STASE JEJARING LHOK (RAYYAN) (1).pptxLAPORAN STASE JEJARING LHOK (RAYYAN) (1).pptx
LAPORAN STASE JEJARING LHOK (RAYYAN) (1).pptxboscco
 
Diagnosa-dan-tatalaksana-trauma-torax-dan-abdomen.pptx
Diagnosa-dan-tatalaksana-trauma-torax-dan-abdomen.pptxDiagnosa-dan-tatalaksana-trauma-torax-dan-abdomen.pptx
Diagnosa-dan-tatalaksana-trauma-torax-dan-abdomen.pptxboscco
 
HERNIA12.pdf
HERNIA12.pdfHERNIA12.pdf
HERNIA12.pdfboscco
 
2-5-1-2-nodul-tiroid-kuliah-2-5.ppt
2-5-1-2-nodul-tiroid-kuliah-2-5.ppt2-5-1-2-nodul-tiroid-kuliah-2-5.ppt
2-5-1-2-nodul-tiroid-kuliah-2-5.pptboscco
 
2-5-1-8-tiroid-dalam-kehamilan-dr-eva-decroli.pptx
2-5-1-8-tiroid-dalam-kehamilan-dr-eva-decroli.pptx2-5-1-8-tiroid-dalam-kehamilan-dr-eva-decroli.pptx
2-5-1-8-tiroid-dalam-kehamilan-dr-eva-decroli.pptxboscco
 

More from boscco (6)

ssskmsknsksk
ssskmsknskskssskmsknsksk
ssskmsknsksk
 
LAPORAN STASE JEJARING LHOK (RAYYAN) (1).pptx
LAPORAN STASE JEJARING LHOK (RAYYAN) (1).pptxLAPORAN STASE JEJARING LHOK (RAYYAN) (1).pptx
LAPORAN STASE JEJARING LHOK (RAYYAN) (1).pptx
 
Diagnosa-dan-tatalaksana-trauma-torax-dan-abdomen.pptx
Diagnosa-dan-tatalaksana-trauma-torax-dan-abdomen.pptxDiagnosa-dan-tatalaksana-trauma-torax-dan-abdomen.pptx
Diagnosa-dan-tatalaksana-trauma-torax-dan-abdomen.pptx
 
HERNIA12.pdf
HERNIA12.pdfHERNIA12.pdf
HERNIA12.pdf
 
2-5-1-2-nodul-tiroid-kuliah-2-5.ppt
2-5-1-2-nodul-tiroid-kuliah-2-5.ppt2-5-1-2-nodul-tiroid-kuliah-2-5.ppt
2-5-1-2-nodul-tiroid-kuliah-2-5.ppt
 
2-5-1-8-tiroid-dalam-kehamilan-dr-eva-decroli.pptx
2-5-1-8-tiroid-dalam-kehamilan-dr-eva-decroli.pptx2-5-1-8-tiroid-dalam-kehamilan-dr-eva-decroli.pptx
2-5-1-8-tiroid-dalam-kehamilan-dr-eva-decroli.pptx
 

Recently uploaded

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 

Recently uploaded (18)

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 

KANKER KOLON REKTUM

  • 1. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal KSM Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2023 1
  • 2. 2 Definisi Kanker kolorektal (KKR) adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus) Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 3. 3 Menurut American Cancer Society:  Urutan ke-3 dalam hal kejadian  penyebab kematian ke-3 terbanyak pada pria dan wanita di Amerika Serikat  Risiko KKR  1 dari 20 orang (5%).  Lebih sedikit pada wanita dibandingkan pada pria Survei GLOBOCAN 2012,  Urutan ke-3 (1360 dari 100.000 penduduk [9,7%], laki-laki dan perempuan)  Urutan ke-4 penyebab kematian (694 dari 100.000 penduduk [8,5%], laki-laki dan perempuan). Di Amerika Serikat pada tahun 2016, diprediksi akan terdapat 95.270 kasus KKR baru, dan 49.190 kematian yang terjadi akibat KKR. Epidemiologi Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 4. 4 Faktor tidak dapat dimodifikasi: ● Riwayat KKR/polip adenoma individual dan keluarga ● Riwayat individual penyakit kronis inflamatori pada usus . Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: ● Inaktivitas ● Obesitas , ● Konsumsi tinggi daging merah ● merokok ● konsumsi alkohol moderat-sering.. Faktor Resiko Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 5. 5 Indikasi Indikasi pemeriksaan dini atau skrining kanker kolorektal adalah individu dengan risiko sedang dan risiko tinggi. Yang termasuk risiko sedang : 1. Individu berusia 50 tahun atau lebih; 2. Individu yang tidak mempunyai riwayat kanker kolorektal atau inflammatory bowel disease 3. Individu tanpa riwayat keluarga kanker kolorektal; 4. Individu yang terdiagnosis adenoma atau kanker kolorektal setelah berusia 60 tahun. Deteksi Dini Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 6. 6 Yang termasuk risiko meningkat atau risiko tinggi: 1. Individu dengan riwayat polip adenomatosa; 2. Individu dengan riwayat reseksi kuratif kanker kolorektal; 3. Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama kanker kolorektal atau adenoma kolorektal; 4. Individu dengan riwayat inflammatory bowel disease yang lama; 5. Individu dengan diagnosis atau kecurigaan sindrom hereditary nonpolyposis olorectal cancer (HNPCC) / sindrom Lynch atau familial adenomatous polyposis (FAP). Deteksi Dini Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 7. 7 Pilihan pemeriksaan skrining pada individu dengan risiko sedang harus dimulai pada individu berusia 50 tahun: 1. Colok dubur 2. FOBT atau FIT setiap 1 tahun 3. Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun 4. Kolonoskopi setiap 10 tahun 5. Barium enema dengan kontras ganda setiap 5tahun 6. CT kolonografi setiap 5 tahun Pilihan pemeriksaan skrining pada individu dengan risiko meningkat dibagi menjadi 3: 1. Pasien dengan riwayat polip pada kolonoskopi sebelumnya, 2. Pasien dengan kanker kolorektal, 3. Pasien dengan riwayat keluarga. Deteksi Dini Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 8. 8 Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 9. 9 1. Keluhan utama dan pemeriksaan klinis: ● Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare selama minimal 6 minggu (semua umur) ● Perdarahan per-anum tanpa gejala anal (>60 tahun) ● Peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama minimal 6 minggu (>60 tahun) ● Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur) ● Massa intra-luminal di dalam rektum ● Tanda-tanda obstruksi mekanik usus Defisiensi Fe Diagosis Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 10. 10 2. Pemeriksaan colok dubur Dilakukan pada setiap pasien dengan gejala ano-rektal, bertujuan untuk menetapkan keutuhan sfingter ani dan menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan distal. Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai: ● Keadaan tumor: Ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung os coccygis. ● Mobilitas tumor: Hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi pembedahan. ● Ekstensi dan ukuran tumor dengan menilai batas atas, bawah, dan sirkuler. 3. Pemeriksaan Penunjang ● Endoskopi ● Enema barium dengan kontras ganda ● CT colonography (Pneumocolon CT) Diagosis Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 11. 11 Melalui: 1. Deteksi perluasan tumor primer dan infiltrasinya; 2. Deteksi kelenjar getah bening regional dan para- aorta; 3. Deteksi metastasis ke hepar dan paru-paru; 4. Deteksi metastasis ke cairan intraperitoneal. Penetapan Stadium Pre-Operatif Pada Kanker Kolon Diperlukan pemeriksaan Abdomino-pelvic CT- scanning, MRI, 4 ultrasonografi transabdominal dan foto thoraks Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 12. 12 1. Pemeriksaan colok dubur 2. Endorectal Ultrasonography (ERUS) ● Digunakan terutama pada T1 eksisi transanal, ● Digunakan pada T3-4 terapi neoajuvan, ● Digunakandirencanakan reseksi trans-anal atau kemoradiasi 3. Computed Tomography (CT) Scan ● Memperlihatkan invasi ekstra-rektal dan invasi organ sekitar rektum, ● untuk mendeteksi metastasis ke kelenjar getah bening retroperitoneal dan metastasis ke hepar, ● untuk menentukan suatu tumor stadium lanjut apakah akan menjalani terapi adjuvan pre-operatif 4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Rektum ● Lebih akurat staging lokal T dan N (margin sirkumferensial dan keterlibatan sakral pada kasus rekurens) ● Lebih sensitif Penetapan stadium pra-operatif pada Kanker Rektal Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 13. 13 Penetapan stadium pra-operatif pada Kanker Rektal ● Irritable bowel syndrome (IBS) ● Kolitis ulseratif ● Penyakit Crohn ● Hemoroid ● Fisura anal ● Penyakit divertikulum Diagnosis Banding Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 14. 14 Sistem Staging Sistem TNM American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010 Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 15. 15 Tatalaksana  bersifat multidisiplin.  Terapi bedah modalitas utama untuk kanker stadium dini dengan tujuan kuratif.  Kemoterapi  pilihan pertama pada kanker stadium lanjut dengan tujuan paliatif.  Radioterapi  modalitas utama terapi kanker rektum. Saat ini,  Terapi biologis (targeted therapy) dengan antibodi monoklonal sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan modalitas terapi lainnya. Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 16. 16 Karsinoma Colon Karsinoma Rektum Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 17. 17 Lanj..Karsinoma Rekti Terapi Endoskopi  untuk polip kolorektal, yaitu lesi mukosa kolorektal yang menonjol ke dalam lumen. Metode tergantung pada ukuran, bentuk dan tipe histolopatologinya.  Panduan American College of Gastroenterology: ● Polip kecil harus dibuang secara utuh. Jika jumlahnya banyak (>20), harus dilakukan biopsi representatif. ● Polip pendukulata besar biasanya mudah dibuang dengan hot snare ● Polip sesil besar mungkin membutuhkan piecemeal resection atau injeksi submukosal untuk menaikkan mukosa dari tunika muskularis propria agar dapat dilakukan endoscopic mucosa resection (EMR). Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 18. 18 Persiapan praoperasi 1. Informed consent. 2. Pembuatan stoma. 3. Persiapan usus (kolon). 4. Transfusi darah perioperatif. 5. Profilaksis antibiotik. 1. Eksisi Lokal (Polipektomi Sederhana) • dilakukan baik untuk polip kolon maupun polip rektum, dilakukan apabila struktur morfologik polip memungkinkan. • Kontraindikasi relatif polipektomi kolonoskopik: - pasien yang mendapat terapi antikoagulan, - memiliki kecenderungan perdarahan (bleeding diathesis), - kolitis akut, dan - secara klinis terdapat bukti yang mengarah pada keganasan invasif, seperti ulserasi sentral, lesi keras dan terfiksasi, nekrosis, atau lesi tidak dapat dinaikkan dengan injeksi submukosal. Pembedahan Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 19. 19 Pembedahan 2. Eksisi Transanal  dilakukan pada kanker rektum.  Syarat eksisi transanal : • <30% dari lingkar rectum • ukuran < 3cm • Margin bersih (>3 mm) • Dapat digerakkan (mobile), tidak terfiksasi • Terletak < 8 cm dari linea dentata •T1 saja • Polip yang diangkat secara endoskopik dengan patologi kanker atau tidak dapat ditentukan • Tidak ada invasi limfovaskular/PNI • Diferensiasi baik atau sedang 3. Transanal Endoscopic Microsurgery (TEM)  Dilakukan jika lesi dapat diidentifikasi secara adekuat di rektum  Prosedur TEM memudahkan eksisi tumor rektum yang berukuran kecil melalui anus. Kedua tindakan (eksisi transanal dan TEM) melibatkan eksisi full thickness yang dilakukan tegak lurus melewati dinding usus dan kedalam lemak perirektal. Fragmentasi tumor harus dihindarkan, selain itu harus dipastikan pula bahwa garis tepi mukosal dan batas tepi dalam harus negatif (>3 mm).  Keuntungan: morbiditas dan mortalitas yang minimal serta pemulihan pasca operasi yang cepat.  Keterbatasan: evaluasi penyebaran ke KGB secara patologis tidak dapat dilakukan. Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 20. 20 Pembedahan 4. Kolektomi dan reseksi KGB regional  diindikasikan untuk kanker kolon yang masih dapat direseksi (resectable) dan tidak ada metastasis jauh.  Bila ada KGB yang mencurigakan diluar jalan vena yang terlibat sebaiknya direseksi. Reseksi harus lengkap untuk mencegah adanya KGB positif yang tertinggal (incomplete resection R1 dan R2).  Reseksi KGB mengikuti kaidahsbb : • KGB di area asal pembuluh harus diidentifikasi untuk pemeriksaan patologis. • KGB yang positif secara klinis di luar lapangan reseksi yang dianggap mencurigakan, harus dibiopsi atau diangkat • KGB positif yang tertinggal menunjukkan reseksi inkomplit (R2) Minimal ada 12 KGB yang harus diperiksa untuk menegakkan stadium N. 5. Reseksi transabdominal  Reseksi abdominoperineal dan sphincter-saving reseksi anterior atau anterior rendah  untuk kanker rektum. Batas reseksi distal telah beberapa kali mengalami revisi, dari 5 cm sampai 2 cm. Bila dihubungkan dengan kekambuhan lokal dan ketahanan hidup, tidak ada perbedaan mulai batas reseksi distal 2 cm atau lebih. Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 21. 21 Pembedahan 6. Total Mesorectal Excision (TME)  TME untuk kanker rektum adalah suatu diseksi tajam pada batas ekstrafasial (antara fascia propiarektum dan fascia presakral), dengan eksisi lengkap mulai dari mesorektum ke dasar pelvis termasuk batas lateralnya.  TME merupakan prosedur baku untuk bedah kanker rektum dengan mengangkat mesorektum secara en bloc, yang meliputi pembuluh darah, pembuluh getah bening, jaringan lemak, dan fasia mesorektal.  Pada prosedur ini dilakukan diseksi secara tajam under direct vision pada holy plane diluar mesorektum sampai 5 cm dibawah tumor.  Pada rektum bagian atas dilakukan sampai 5 cm di atas tumor. Dengan teknik ini, saraf otonom daerah pelvis tetap terjaga sehingga mengurangi kejadian disfungsi seksual dan gangguan berkemih.  Ligasi tinggi pada arteri mesenterika anterior tidak menghasilkan perbedaan ketahanan hidup, tetapi mempermudah teknik pembedahan.  Rectal wash out dapat dipertimbangkan untuk mengurangi kemungkinan implantasi dari sel- sel kanker pada daerah anastomosis Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 22. 22 Pembedahan 7. Bedah laparoskopik pada kanker kolorektal 8. Tindakan bedah untuk kanker metastatik  Tumor primer resektabel dan metastasis resektabel Pada KKR stadium 4 dengan metastasis hati dan atau paru, reseksi merupakan pilihan yang terbaik dengan catatan tumor primer masih dapat direseksi.  Tumor primer resektabel dan metastasis tidak resektabel Pada keadaan seperti ini, dapat dilakukan reseksi tumor primer dilanjutkan dengan kemoterapi untuk metastasisnya.  Tumor primer tidak resektabel, metasatasis tidak resektabel Kombinasi kemoterapi dan pembedahan atau radiasi paliatif. Terapi pilihannya adalah kemoterapi sistemik. Untuk penyakit yang sudah jelas tidak dapat dioperasi, intervensi seperti stenting atau laser ablation dapat dijadikan pilihan terapi paliatif yang berguna. In situ ablation untuk metastasis hati yang tidak bisa direseksi juga memungkinkan, tetapi keuntungannya belum jelas. Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 23. 23 Prinsip Tatalaksana Sistemik 1. Kemoterapi Kemoterapi pada KKR  terapi ajuvan, neoaduvan atau paliatif. a). 5-Flourourasil (5-FU)  5-FU efektif untuk terapi karsinoma kolon, rektum, payudara, gaster dan pankreas.  Kontraindikasi: status nutrisi buruk, depresi sumsum tulang, infeksi berat dan hipersensitif terhadap fluorourasil.  Efek samping : Stomatitis dan esofagofaringitis, tampak lebih awal; Diare, anoreksia, mual dan muntah; Tukak dan perdarahan gastrointestinal; Lekopenia (leukosit < 3500/mm3 ), atau penurunan leukosit secara cepat; Trombositopenia (trombosit < 100.000/mm-3 ); Efek yang jarang terjadi dapat berupa sindrom palmar-plantar erythrodysesthesia atau hand-foot syndrome, dan alopesia. Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 24. 24 Prinsip Tatalaksana Sistemik b). Leucovorin/Ca-folinat c). Capecitabine  Capecitabine adalah sebuah fluoropirimidin karbamat, yang dirancang sebagai obat kemoterapi oral, merupakan prodrug fluorourasil yang mengalami hidrolisis di hati dan jaringan tumor untuk membentuk fluorourasil yang aktif sebagai antineoplastik.  Capecitabine mempunyai efek pada nilai laboratorium, paling sering terjadi adalah peningkatan total bilirubin  Efek samping yang lebih sering timbul adalah sindrom palmarplantar erythrodysesthesia atau hand-foot syndrome Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 25. 25 Prinsip Tatalaksana Sistemik d). Oxaliplatin • Pemberian oxaliplatin saja menghasilkan aktivitas yang rendah terhadap tumor, sehingga sering diberikan berkombinasi dengan obat kemoterapi lain, yaitu 5-FU. • Efek samping oxaliplatin dapat terjadi pada sistem hematopoetik, sistem saraf tepi dan sistem gastrointestinal e). Irinotecan • Digunakan pada terapi KKR, servik uteri, lambung, glioma, paru, mesothelioma, dan kanker pankreas. • Efek samping yakni diare, gangguan enzim hepar, insomnia, alergi, anemia, leukopenia, neutropenia, trombositopenia, bradikardia, oedem, hipotensi, demam, dan fatigue Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 26. 26 Terapi biologis (Targeted therapy) a). Bevacizumab • Bevacizumab  rekombinan monoklonal antibodi manusia yang berikatan dengan semua isotipe (VEGF-A / VEGF), mediator utama terjadinya vaskulogenesis dan angiogenesis tumor, sehingga menghambat pengikatan VEGF ke reseptornya, Flt-1 (VEGFR-1) dan KDR (VEGFR-2 • Bevacizumab diberikan secara infus IV dalam waktu 30-90 menit dengan dosis 5 mg/kg bila dikombinasi dengan regimen kemoterapi siklus 2 mingguan (FOLFOX atau FOLFIRI) dan dosis 7,5 mg/kg bila dikombinasi dengan regimen kemoterapi siklus 3. b). Cetuximab • Pemberian cetuximab diindikasi pada pasien metastasis kanker kolorektal dengan KRAS dan NRAS wild type. Bila kedua hasil RAS tersebut hasilnya wild type, perlu dipertimbangkan pemeriksaan BRAF, dan pemberian cetuximab efektif bila didapatkan BRAF wild type Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 27. 27 Terapi biologis (Targeted therapy) c). Ziv-Aflibercept • Aflibercept protein rekombinan yang memiliki bagian reseptor 1 dan 2 VEGF manusia yang berfusi pada porsi Fc dari IgG1 manusia. • Obat ini secara signifikan menunjukkan peningkatan response rates, PFS, dan OS bila dikombinasi dengan FOLFIRI pada lini kedua. d). Panitumumab, Regorafenib, BIBF 1120, Cediranib • targeted therapy yang belum tersedia di Indonesia Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 28. 28 Regimen Terapi Saat ini, regimen standar kemoterapi baik ajuvan maupun paliatif yang dianjurkanFOLFOX 6 atau modifikasinya (mFOLFOX6) a). Regimen Kemoterapi 1. Kemoterapi tunggal: • Capecitabine • 5-FU/ leucovorine 2. Kemoterapi Doublet • mFOLFOX6  Oxaliplatin+Leucovorin+5 FU • CapeOX  Oxaliplatin+Capecitabine • FOLFIRI  Irinotecan+Leucovorin+5-FU • IROX  Oxaliplatin+irinotecan b). Regimen Kemoterapi dan Thargeted Therapy 1. mFOLFOX6 + Bevacizumab 2. mFOLFOX 6 + Panitumumab 3. CapeOX + Bevacizumab 4. FOLFIRI + Cetuximab 5. FOLFIRI + Bevacizumab 6. FOLFIRI + Panitumumab 7. FOLFIRI + ziv-aflibercept 8. Capecitabine + Bevacizumab 9. Irinotecan + Cetuximab Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 29. 29 Terapi Radiasi Modalitas radioterapi hanya berlaku untuk kanker rektum. Secara umum, radiasi pada karsinoma rekti dapat diberikan pada tumor yang resectable maupun yang non-resectable 1. Teknik Radiasi a). Radiasi eksterna praoperatif Terdapat 2 modalitas dalam memberikan radiasi pre-operatif: • Radiasi pendek dengan dosis 5 × 5 Gy yang diikuti dengan tindakan pembedahan segera dalam 2-3 hari • Radiasi jangka panjang dengan total dosis 45-50,4 Gy dalam 25-28 fraksi, diikuti dengan tindakan pembedahan setelah 4 - 8 minggu b). Radiasi eksterna pascaoperatif • Diindikasikan hanya pada pasien yang belum pernah menerima terapi pre-operatif, namun didapatkan (Level of Evidence IA ): - Keterlibatan circumferential margin (CRM+) - Perforasi pada area tumor - Kasus dengan risiko tinggi untuk kekambuhan lokal (>pT3b dan/atau N+) Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 30. 30 Terapi Radiasi c). Prosedur standar pelaksanaan radiasi Teknik lapangan pemberian radiasi dapat digunakan: • Teknik dua lapangan: AP dan PA • Teknik tiga lapangan: PA dan lateral kanan serta lateral kiri • Teknik empat lapangan (Sistem Box): lapangan AP dan PA dan lateral kanan dan kiri • Teknik 3D Conformal Radiotherapy (3D CRT) • Teknik Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) d). Perencanaan Radiasi • Meletakkan marker radioopak pada anus pada saat simulasi • Immobilisasi: posisi penderita selama penyinaran boleh dalam keadaan prone ataupun supine • Kondisi buli-buli yang tetap saat simulasi dan selama penyinaran/ reproducible, (terutama bila digunakan teknik IMRT): Buli-buli terisi penuh/kosong. • Image fusion dengan menggunakan MRI ataupun PET CT dapat dikerjakan untuk membantu menetapkan target radiasi dengan lebih baik pada saat delineasi • Pemakaian blok individual atau multileaf collimator (MLC) untuk menutupi organ normal yang terpapar Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 31. 31 Terapi Radiasi f). Dosis Radiasi • Dosis radiasi Pre-operatif: - Jangka pendek: 25 Gy dengan fraksinasi 5 x 5 Gy - Jangka panjang: 50 Gy dengan fraksinasi 25 x2 Gy • Dosis radiasi Pascaoperatif - 45 Gy – 60 Gy dengan fraksinasi 5 x 200 cGy Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 32. 32 Prognosis Prognosis Kanker Colon Prognosis Kanker Rectal Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 33. 33 Dukungan Nutrisi Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.
  • 34. 34 REHABILITASI MEDIK PASIEN KANKER KOLOREKTAL A). Tatalaksana kedokteran fisik dan rehabilitasi • Sebelum tindakan (operasi, kemoterapi, dan radioterapi) 1. Promotif: peningkatan fungsi fisik, psikososial & kualitas hidup 2.Preventif terhadap keterbatasan fungsi dan aktifitas serta hambatan partisipasi yang ada 3. Penanganan gangguan psikososial dan spiritual • Pasca tindakan (operasi, kemoterapi dan radioterapi) 1. Penanggulangan keluhan nyeri: Edukasi, farmakoterapi, modalitas kedokteran fisik dan rehabilitasi 2. Preventif terhadap gangguan fungsi yang dapat terjadi pasca tindakan: gangguan mobilisasi, dan tirah baring lama dengan sindrom dekondisi 3. Penanganan gangguan fungsi/disabilitas yang ada B). Tatalaksana Gangguan Fungsi/ Disabilitas • Tatalaksana Gangguan Fungsi Mobilisasi • Talaksana Gangguan Berkemih (khususnya pada diseksi pelvis luas) • Talaksana gangguan defekasi • Tatalaksana gangguan fungsi kardiorespirasi pada metastasis paru, infeksi, dan tirah baring lama • Tatalaksana gangguan sensasi somatosensoris pada gangguan sensoris pascatindakan dan cedera medula spinalis / saraf tepi • Evaluasi dan Tatalaksana Kondisi Sosial • Mengatasi dan Menyelesaikan Masalah Psikospiritual yang ada • Adaptasi Aktivitas Kehidupan Sehari-hari • Rehabilitasi Prevokasional dan Rehabilitasi Okupasi • Rehabilitasi Medik Paliatif Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.