2. PENDAHULUAN
Trauma tulang belakang penting
- struktur tulang yang bersangkutan dan dapat juga
menimbulkan komplikasi ke medula spinalis
Insiden : servikal > torakal dan lumbal
Modalitas Imejing : konvensional, CT dan MRI, arteriografi
(kerusakan vaskuler)
Pemeriksaan penunjang lain lab. ( drh rutin, f.
pembekuan darah, gol drh , kreatinin )
8. EPIDEMIOLOGI
Insiden :
- trauma tumpul : 1,9 % - 4,6 %
- multipel trauma : 5,9 %
- Pada bayi dan anak < 1 %
- >> usia 16 – 30 tahun 63 %
- usia > 65 tahun jarang
- ♂ > ♀ ( 4 : 1 )
9. LEVEL DARI TRAUMA
- 50% setinggi level V.C VI / V.C VII
- 30% setinggi level V.C II .
MORTALITAS DAN MORBIDITAS
- Di USA :
o 6000 orang meninggal /th
o 5000 orang ( + ) quadriplegia.
- 20 % kematian karena KLL disertai /disebabkan trauma berat pada servikal.
10. ETIOLOGI
- 40 % : >> kecelakaan kendaraan bermotor
- 20 % : Jatuh
- 14 % : luka tembak terbuka
- 14 % : kegiatan olahraga
11. KOMPLIKASI
a. Umum
24 jam pertama :
- syok hipovolemik krn perdarahan yang banyak
- syok neurogenik karena nyeri hebat
- gangguan fungsi pernafasan
Bbrp hari / minggu :
-emboli lemak, tetanus , gas gangren
b. Lokal
-nyeri & kaku leher krn pembengkakan daerah sekitar
trauma
-iritasi / kerusakan saraf kelumpuhan otot.
12. Komplikasi lebih lanjut :
- infeksi (pada fraktur terbuka)
- Osteomielitis
- atropi otot (imobilisasi)
- terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot
Komplikasi setelah penanganan fraktur :
-delayed / malunion
-dekubitus
13. • PROYEKSI
- Pmx foto polos vertebra servikalis sulit dilakukan
pasien tidak sadar .
- Gerakan – gerakan yang tidak perlu harus diminimalkan
menimbulkan resiko kerusakan pada saraf .
- Proyeksi standar lateral dan anteroposterior
- Proyeksi tambahan open mouth , swimmer’s, oblik
dan fuchs
14. •Proyeksi Lateral
- ± 80% - 90% trauma servikal dapat dideteksi
- Yang terlihat : semua V.C & perbatasan V.C - V.Th
- Posisi : penderita duduk / berdiri
- Sinar X-ray dari arah horisontal setinggi V.C IV.
- Pada proyeksi cross table lateral posisi penderita tidur di
atas meja dengan kaset yang diletakkan pada sisi leher
sinar diarahkan horisontal ke titik point kurang lebih
2,5 – 3 cm kaudal dari ujung mastoid.
15.
16. - pasien tidak boleh dimanipulasi
(Tindakan manipulasi :
kontraindikasi) meja & tube
disesuaikan kondisi pasien.
- Gambaran yang tampak korpus vertebra, apophyseal
joints, prosesus spinosus dan diskus intervertebralis
17.
18. Yang dinilai :
1. Alignment ada 5 garis kontur
- garis vertebralis anterior,
- garis vertebralis posterior,
- garis spinolaminar ,
- garis spinous posterior & garis klivus – odontoid.
Disruption pada kontur garis vertebra adanya trauma pada tulang atau ligamen
2 . Adakah diskontinuitas pada tiap – tiap vertebra servikalis
19.
20. 3. Perubahan pada soft tissue :
a. Ruang predental ( interval anterior atlanto – dens ) jarak
antara anterior odontoid dan posterior dari arkus anterior C
I.
N ≤ 3 mm dewasa , 5 mm anak
Jika lebih curiga kemungkinan fr pada C I/pro
.odontoid
b. Ruang prevertebral :
- Ruang retropharingeal jarak antara batas anterior dari
vertebra dan dinding posterior dari pharing pada level C III
N ≤ 7 mm
- Ruang retrotrakeal jarak antara dinding posterior trakea
dan anteroinferior dari C VI
N ≤ 22 mm dewasa , ≤ 14 mm anak
4. Pelebaran ruang antara 2 ujung prosesus spinosus
21.
22. Proyeksi antero posterior
Posisi pasien : erect / supine
Tidak boleh dilakukan manipulasi ekstensi /fleksi dagu.
collar neck tidak boleh dilepas.
Sinar dari anterior ( setinggi C IV ) dengan sudut 15-20 derajat ke cephalad
23.
24. - Tampak C III–VII dan diskus intervertebralis.
- Prosesus spinosus superposisi dengan korpus .
- C I-II tak akan terlihat jelas superposisi dengan
mandibula dan dasar kepala .
- Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik pasien
diinstruksikan untuk buka mulut .
25.
26. • Proyeksi Open Mouth
- Posisi supine ~pemeriksaan AP dengan mulut dibuka
selebar mungkin.
- Sinar diarahkan ke titik tengah dari mulut.
- Selama ekspose, pasien diinstruksikan untuk
mengucapkan “ah” sehingga lidah tertekan ke dasar
mulut tidak menghalangi gambaran CI - CII.
- Gambaran yg tampak prosesus odontoid, korpus C II,
massa lateralis dari atlas & sendi atlantoaksial.
Dilakukan jika pasien sadar dan kooperatif.
27.
28. Yang dinilai :
1. Alignment dari lateral C I yang berhubungan dengan
prosesus odontoid.
Asimetri atau misalignment fraktur atau displacement
ke lateral
2. fraktur pada dens ( +/- )
29. •Proyeksi Swimmer’s
- Dilakukan distal dari V.C (perbatasan servikotorakal
tak terlihat ) pada proyeksi lateral.
- Posisi prone pada meja dengan 1 lengan abduksi 180
derajat ( jika kondisi pasien memungkinkan ) & lengan
sisi yang lain ditarik ke bawah.
- Sinar horisontal dari aksila sisi lengan yang abduksi,
kaset menempel leher pada sisi yang berlawanan.
- Gambaran yg tampak vertebra C VII, Th I dan Th II
30.
31. • Proyeksi Fuchs
- posisi pasien supine di atas meja dengan leher
hiperekstensi
- sinar dari arah vertikal ke leher dengan sentrasi di
bawah dagu.
- Gambaran yang tampak prosesus odontoid tu.
setengah bagian atas dapat terlihat jelas
32.
33. • Proyeksi oblik
- posisi pasien erect .
- Pasien berdiri dengan badan rotasi 45 derajat ke salah
satu sisi,
- Sinar diarahkan ke V.C IV dengan sudut 15-20 derajat ke
cephalad .
34.
35. - Gambaran yang tampak
foramen neural intervertebralis
dan apophyseal joint
- Jika pasien rotasi ke ke sisi kiri
maka akan terlihat foramen
neural sisi kanan,demikian
juga sebaliknya
38. b. Berdasarkan stabilitas :
- Stabil terbatas pada korpus vertebra / elemen posterior , struktur ligamen intak.
- Unstabil mengenai korpus maupun elemen post.
Ditandai :
displacement vertebra
pelebaran ruang interspinous / interlaminar
pelebaran apophyseal joint
disruption dari garis vertebra posterior.
Jika salah satu ada fr. unstabil.
39. - Stabil tidaknya fraktur / dislokasi tergantung dari
keutuhan komponen utama vertebra, diskus
intervertebralis, apophyseal joint, dan struktur
ligamen.
- Ligamen salah satu faktor terpenting untuk
mempertahankan stabilitas vertebra .
- Ligamen jaringan fibrous yang
menghubungkan satu / beberapa tulang
vertebra dengan kartilago /struktur lain.
- Ligamen yang penting ligamen supraspinous
dan interspinous, ligamen longitudinal posterior,
& ligamenta flava membentuk ligamen
posterior kompleks of Holdsworth.
40.
41. c. Berdasar levelnya ,
-level servikal atas ( C I-C II )
-level servikal bawah ( C III -C
VII )
42. A. FRAKTUR PADA VERTEBRA C I
1. Dislokasi atlanto – oksipital
- Disruption komplit semua ligamen antara occiput dan C I
- Mekanisme hiperekstensi dengan distraksi.
- Termasuk Type unstabil
- Insiden 1 % dari angka kejadian trauma servikal.
- Kematiankarena gagal nafas &70 % disertai tr .kepala.
- Proyeksi lateral dasar occiput & arkus CI tidak saling
berhubungan.
- MRI mengevaluasi trauma pada batang otak dan medula
spinalis
43. 2. Subluksasi atlanto-aksial
, ada 2 Type
2.1 Subluksasi rotator atlanto aksial
-Merupakan dislokasi unilateral atlanto – aksial facet
-mekanisme fleksi disertai rotasi pada CI .
-Termasuk Type unstabil,
-Terjadi pada level atlanto – aksial joint C I,C II
- Jarang pada dewasa , > anak serta remaja krn facet joint yang lebih
kecil
- 2 penyebab utama OR & kecelakaan kendaraan
- Klinis leher torticollis,kesulitan memutar kepala & nyeri pada
servikal atas.
44. - Proyeksi open mouth gambaran asimetri massa lateralis dari C I,
unilateral terlihat lebih besar.
- Proyeksi AP massa lateralis pada 1 sisi dari C I berputar ke depan terlihat
lebih dekat dengan midline, massa lateralis sisi yang 1 terlihat lebih sempit
dan menjauh dari midline.
45. 2.2 Subluksasi anterior C I
- dislokasi anterior pada sendi atlantoaksial akibat trauma robekan pada
ligamentum transversum
- mekanisme fleksi tanpa adanya pergerakan ke lateral maupun perputaran
komponen pada level servikal atas.
- Termasuk Type unstabil.
- Proyeksi open mouth gambaran asimetris pada lateral korpus
47. 3. Fraktur Jefferson
- Insiden + 10 % dari trauma servikal , umumnya disertai
dengan fr pada C II ( lebih dari 40 % kasus ).
- Klinis keluhan nyeri leher serta sakit kepala unilateral
regio occipital dan jarang disertai dengan gangguan
neurologis.
- Mek. kompresi pada puncak kepala yang diteruskan
secara simetris melalui kranium dan kondilus occipital ke
permukaan artikularis superior dari massa lateralis tjd
displacement ke lateral dari massa lateralis
menyebabkan fr pada arkus anterior dan posterior dari
V.C I dengan disertai ataupun tidak disruption dari
ligamen transversum
48. Klasifikasi ,
a.Fraktur hanya pada arkus anterior / posterior.
b.Fraktur pada pillar lateral ( terdapat 2 garis fraktur pada pillar
lateral bagian anterior dan posterior )
c.Fraktur Burst C I, melibatkan garis 3-4 fraktur, hubungan pillar
lateral satu dengan yang lain terputus . Merupakan fraktur
bilateral dari arkus posterior V.C I.
49.
50. - Open mouth proyeksi yang terbaik untuk
memperlihatkan kelainan yang ada tampak
displacement ke lateral dari massa lateralis C I dan
swelling pada anterior C I.
- Proyeksi lateral adanya garis fraktur pada arkus
anterior dan posterior C I
51.
52. B. FRAKTUR PADA VERTEBRA C II
1. Fraktur pada prosesus odontoid
- segmen C II >>
- Insiden : 10% - 15% dari seluruh fraktur segmen servikal
- ♂ > ♀, usia <40 tahun.
- 40 % disertai trauma kepala/leher ,terutama mandibula
- 15 % - 20 % disertai trauma servikal level lain.
- mekanisme fleksi, ekstensi dan rotasi kuat
displacement ke anterior maupun posterior dari prosesus
odontoid ,tergantung dari kekuatan traumanya
subluksasi C I atau C II ke anterior maupun posterior
53. Klasifikasi :
Type 1, fr oblik pada distal ( bagian atas ) odontoid
fr avulsi dari ujung dens.
- Jarang terjadi ( 5% - 8 % )
- Termasuk fr stabil dengan angka kesembuhan yang
tinggi.
Type 2 fr transversal pada basis dari odontoid, pada
perbatasan korpus.
- Type fr yang terbanyak ( 54 % - 67 % )
- fr unstabil, pengelolaan konservatif komplikasi non
union pada + 35 % kasus.
Type 3 fr pada basis odontoid yang meluas sampai ke
korpus
- Insiden 30 - 33 %,
54.
55. - Proyeksi open mouth , AP
dan lateral
- CT dapat memberikan
gambaran fraktur yang tidak
tampak pada foto
konvensional.
56. 2. Fraktur Hangman’s
- mekanisme hiperekstensi dan distraksi fr bilateral melalui pedikel C II,
dislokasi korpus ke anterior dan selanjutnya robekan pada korda spinalis.
- Sering disertai disruption ligamen dan trauma pada diskus intervertebralis.
- disebut juga Traumatic Spondylolisthesis dari C II
- Insiden 7 % dari trauma servikal, dapat disertai dengan trauma kepala ( 70
% – 80 % )
- Klinisnyeri leher, jarang didapatkan defisit neurologis.
- Proyeksi terbaik adalah lateral.
57. Terbagi atas 3 Type
Type 1 fr yang melalui pedikel C II yang meluas antara superior dan inferior
facet.
- stabil,
- minimal displacement ( < 3 mm ), tanpa angulasi
Type 2, seperti Type 1 disertai dengan disruption pada diskus intervertebralis C II –
III.
- unstabil
- Displacement > 3 mm disertai angulasi.
Type 3, seperti Type 2 disertai dislokasi facet C II – III
60. 3. Fraktur Ekstensi Tear Drop
- Merupakan fraktur stabil ,
- Melalui mekanisme hiperekstensi ligamen
longitudinal anterior menarik fragmen tulang terjadi
avulsi dari sudut anteroinferior korpus vertebra yang
berbentuk menyerupai tetesan air .
62. C. FRAKTUR PADA VERTEBRA
SERVIKALIS TENGAH DAN BAWAH
1. Fraktur Tear Drop
paling tidak stabil
ciri khas : displacement vertebra ke posterior ke kanalis
medula spinalis , fraktur pada elemen posterior dan
disruption dari soft tissue setinggi level trauma.
mekanisme : fleksi pada vertebra dan kompresi vertikal
robekan pada ligamen longitudinal anterior serta avulsi
fragmen fraktur pada sudut anteroinferior korpus vertebra
yang displacement ke anterior, berbentuk segitiga
menyerupai tetesan air.
65. 2. Fraktur Burst
Jarang terjadi.
Mekanisme ≈ fr Jefferson yang melibatkan CI ttp terjadi pada level
vertebra servikalis bawah ( C III-VII ).
Melalui mekanisme kompresi terjadi peningkatan tekanan tiba-tiba pada
korpus vertebra korpus menjadi remuk fraktur kominutif pada
korpus.
Khas fragmen posterior displaced ke posterior & mengakibatkan cedera
pada korda spinalis.
Fraktur stabil jika ligamen posterior kompleks tidak mengalami disruption,
fraktur tidak stabil jika terjadi disruption pada ligamen.
66. Proyeksi ap tampak garis
fraktur vertikal pada korpus
vertebra
Proyeksi lateral tampak
gambaran fraktur kominutif
serta soft tissue swelling
prevertebral
67. 3. Fraktur Clay-Shoveler’s
Fr.oblik / vertikal pada prosesus spinosus C VI / C VII.
Mekanisme fleksi leher yang mendadak
Type stabil, ligamen posterior kompleks intak tidak menimbulkan
kerusakan neurologis
68. Proyeksi konvensional terbaik :
lateral tampak gambaran fr
bentuk oblik / vertikal pada
prosesus spinosus C VI / C VII.
Proyeksi ap muncul
gambaran ghost sign ( akibat
displacement dari prosesus
spinosus yang fraktur ) .
69. 4. Fraktur Simple Wedge
Mekanisme : fleksi terjadi kompresi anterior pada korpus vertebra.
Ligamen posterior kompleks teregang tetapi masih intak Type stabil.
>> regio toraks dan lumbal, jarang pada regio servikal ,umumnya pada
segmen tengah atau bawah.
70. Proyeksi lateral muncul
konfigurasi wedging serta
berkurangnya puncak anterior
dari corpus vertebra
71. 5. Dislokasi faset bilateral
Mekanisme: fleksi ekstrem pada kepala dan leher.
Type unstabil.
Terkuncinya faset artikular diawali dari gerakan ke depan dari faset
artikular inferior pada vertebra bagian atas sampai ke faset artikular
superior vertebra yang bersangkutan .
Stadium lebih lanjut facet artikular inferior dari vertebra atas terkunci di
bagian depan faset artikular superior dari vertebra di bawahnya dislokasi
anterior komplit disruption ligamen posterior kompleks, anulus fibrosus
dan kadang pada ligamen longitudinal ant.
72. Proyeksi lateral ( cross
table lateral ) faset
bilateral terkunci,
adanya malalignment
dari vertebra disertai
disruption dari semua
garis vertebra servikalis
73. 6. Dislokasi faset unilateral
Mekanisme : fleksi kombinasi dengan rotasi terjadi robekan kapsul joint
pada satu faset dan ligamen posterior kompleks.
Termasuk Type stabil
Terjadi pada semua level, >> level C VI – VII.
74. Proyeksi lateral
displacement vertebra
servikalis ke anterior < dari
½ diameter korpus
vertebra, adanya vertebra
yang rotasi.
anterolisthesis C IV-C V
& perubahan ruang
laminar yang mendadak
antara C IV –C V
menunjukkan rotasi
vertebra tiba –tiba.
75. PENUTUP
Keunggulan CT maupun MRI tidak diragukan lagi radiografi
konvensional tetap menjadi pilihan I tu. di daerah yang belum mempunyai
fasilitas CT dan MRI.
Prosedur pemeriksaan yg singkat , sederhana dan ringan dari segi biaya,
Radiografi konvensional dapat mendiagnosis awal kelainan yg timbul pada
trauma servikal serta kemungkinan komplikasi apa yang dapat muncul
Diperlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi dalam menilai
mendapatkan hasil yang akurat.