SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


Persamaan Lagrange dan Hamilton

        Pada bagian awal kita telah menggunakan hukum-
hukum Newton untuk menganalisis gerak sebuah benda.
Dengan menggunakan hukum ini kita dapat menurunkan
persamaan gerak benda. Hukum Newton dapat diterapkan, jika
gaya yang bekerja pada sebuah benda diketahui. Namun dalam
kebanyakan kasus, persoalan yang dihadapi terkadang tidak
mudah diselesaikan dengan menggunakan dinamika gerak
serta persyaratan awal yang diberikan. Sebagai contoh, benda
yang bergerak pada sebuah permukaan berbentuk bola.
Persoalan yang dihadapi bukan hanya pada bentuk gaya yang
bekerja, akan tetapi penggunaan koordinat, baik cartesian
maupun koordinat lainnya sudah tidak efektif lagi digunakan,
sekalipun bentuk persamaan gayanya diketahui.
        Dalam bab ini akan dibahas tentang sebuah pendekatan
yang lebih efektif digunakan dalam mencari persamaan gerak
sistem yang pertama dikembangkan oleh matematikawan
Perancis Joseph Louis Lagrange yang disebut formalisme
Lagrange. Disamping formalisme Lagrange terdapat pula
formalisme Hamilton yang sangat mirip. Perbedaaan keduanya
terletak pada koordinat umum yang dipakai. Formalisme
Hamilton menggunakan posisi dan kecepatan sebagai
koordinat rampatan yang menghasilkan persamaan linier orde-
dua, sedangkan pada formalisme Hamilton posisi dan
momentum digunakan untuk koordinat rampatan yang
menghasilkan persamaan diferensial orde-satu. Hasil yang
diperoleh dengan kedua formalisme tersebut konsisten dengan
hasil yang diperoleh dengan menggunakan hukum-hukum
Newton.



                                                                    1
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

A. KOORDINAT RAMPATAN (UMUM)

        Posisi sebuah partikel dalam l ruang dapat dinyatakan
dengan menggunakan tiga jenis koordinat; dapat berupa
koordinat Kartesian, koordinat bola atau koordinat silinder.
Jika partikel bergerak pada sebuah bidang, atau pada sebuah
permukaan yang terbatas, maka hanya dibutuhkan dua
koordinat untuk menyatakan posisinya, sedangkan untuk
partikel yang bergerak pada sebuah garis lurus atau pada
lintasan lengkung cukup dengan menggunakan satu koordinat
saja.
        Jika sistem yang ditinjau mengandung N partikel, maka
diperlukan paling kurang 3N koordinat untuk menyatakan
posisi semua partikel. Secara umum, terdapat n jumlah
minimum koordinat yang diperlukan untuk menyatakan
konfigurasi sistem. Koordinat-koordinat tersebut dinyatakan
dengan

                         q1, q2, …..qn                     (1)
yang disebut dengan koordinat rampatan (generalized
coordinates). Istilah rampat diambil dari kata merampat dan
papan Koordinat qk dapat saja berupa sudut atau jarak. Tiap
koordinat dapat berubah secara bebas terhadap lainnya; sistem
tersebut dinamakan holonomic. Jumlah koordinat n dalam hal
ini disebut dengan derajat kebebasan sistem tersebut.
        Dalam sistem yang nonholonomic, masing-masing
koordinat tidak dapat berubah secara bebas satu sama lain,
yang berarti bahwa banyaknya derajat kebebasan adalah lebih
kecil dari jumlah minimum koordinat yang diperlukan untuk
menyatakan konfigurasi sistem. Salah satu contoh sistem
nonholonomic adalah sebuah bola yang dibatasi meluncur pada
sebuah bidang kasar. Lima koordinat diperlukan untuk
menyatakan konfigurasi sistem, yakni dua koordinat untuk
menyatakan posisi pusat bola dan tiga koordinat untuk
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


menyatakan perputarannya. Dalam hal ini, koordinat-koordinat
tersebut tidak dapat berubah semuanya secara bebas. Jika bola
tersebut menggelinding, paling kurang dua koordinat mesti
berubah. Dalam pembahasan selanjutnya kita akan membatasi
diri pada sistem holonomic.
       Untuk partikel tunggal, fungsi koordinat rampatan lebih
mudah diungkapkan dengan menggunakan koordinat
Kartesius:

        x = x(q)
       (satu derajat kebebasan - gerak pada sebuah kurva).
        x = x(q1,q2)
       (dua derajat         kebebasan       -   gerak   pada   sebuah
       permukaan).

       x = x(q1,q2,q3)
       y = y(q1,q2,q3)
       z = z(q1,q2,q3)

       (tiga derajat kebebasan - gerak dalam sebuah ruang)

              Misalkan q berubah dari harga awal (q1,q2, ….)
menuju harga (q1+δq1,q2+δq1 ..). Perubahan koordinat Kartesius
yang bersesuaian adalah :

                       ∂x           ∂x
                δx =        δq 1 +      δq 2 + .....                (2)
                       ∂q 1        ∂q 2

                       ∂y           ∂y
                δy =        δq 1 +      δq 2 + .....                (3)
                       ∂q 1        ∂q 2



                                                                      3
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

                         ∂z           ∂z
                  δz =        δq 1 +      δq 2 + .....              (4)
                         ∂q 1        ∂q 2

Turunan parsial ∂x/∂q1 dan seterusnya adalah fungsi dari q.
Sebagai contoh, misalkan sebuah partikel bergerak dalam
bidang. Misalkan kita memilih koordinat kutub untuk
menyatakan konfigurasi sistem, maka dalam hal ini :

                    q1 = r                    q2 = θ                (5)

Selanjutnya :

                               x = x(r,θ) = r cosθ
                               y = y(r,θ) = r sinθ                  (6)

dan
                ∂x           ∂x
        δx =         δq 1 +      δq 2 = cos θ δr - r sin θ δθ       (7)
                ∂q 1        ∂q 2

                ∂y           ∂y
        δy =         δq 1 +      δq 2 = sin θ δr + r cos θ δθ       (8)
                ∂q 1        ∂q 2

       Sekarang perhatikan sebuah sistem yang mengandung
sejumlah n partikel; dalam hal ini mengandung n derajat
kebebasan serta koordinat rampatannya dinyatakan dengan :

                              q1, q2, …..qn                         (9)

Selanjutnya perubahan konfigurasi dari (q1, q2, …..qn) ke
konfigurasi di dekatnya (q1+δq1, q2+δq2, …qn+δqn) menyatakan
perpindahan partikel ke i dari titik (x i,yi,zi) ke titik di dekatnya
(xi+δxi,yi+δyi,zi+δzi) dimana:
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                               n
                                     ∂x i
                     δx i =   ∑ ∂q
                              k =1        k
                                              δq k                     (10)


                               n
                                     ∂y i
                     δy i =   ∑ ∂q
                              k =1        k
                                              δq k                     (11)


                               n
                                     ∂z i
                     δz i =   ∑ ∂q
                              k =1        k
                                              δq k                     (12)


       Persamaan (10–12) menunjukkan bahwa turunan
parsialnya merupakan fungsi q. Selanjutnya kita akan
mengambil indeks i untuk menyatakan koordinat rectangular,
dan indeks k untuk menyatakan koordinat rampatan. Simbol x i
kita pakai untuk menyatakan sembarang koordinat rectangular.
Jadi, untuk sistem yang mengandung N partikel, i dapat
berharga antara 1 dan 3N.


B. GAYA RAMPATAN

      Jika sebuah partikel mengalami pergeseran sejauh δr
dibawah pengaruh sebuah gaya aksi F, gaya yang bekerja
padanya dinyatakan dengan

                                         δW = F ⋅ δr = Fx δx + Fy δy + Fz δz
(13)

Dalam bentuk yang lebih sederhana dapat dinyatakan dengan

                       δW =          ∑F δx
                                     i
                                              i      i                  (14)


                                                                              5
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

       Tampak bahwa persamaan di atas tidak hanya berlaku
untuk partikel tunggal, tetapi juga untuk sistem banyak
partikel. Untuk satu partikel, harga i adalah dari 1 sampai 3.
Untuk N partikel, harga i adalah dari 1 sampai 3N.
       Jika pertambahan δxi dinyatakan dalam koordinat
rampatan, maka diperoleh


                                                       ∂x i             
                  δW =     ∑ F ∑ ∂q
                           i
                            
                            
                                       i
                                               k            k
                                                                    δq k 
                                                                         
                                                                         

                                                       ∂x i             
                       =   ∑ ∑F ∂q
                            
                            
                            i              k
                                                    i
                                                                k
                                                                    δq k 
                                                                         
                                                                         
                                                                             (15)


                                                        ∂x i 
                       =   ∑ ∑F ∂q
                            
                              i           k
                                                    i
                                                           k 
                                                              δq k
                                                              


Persamaan di atas juga dapat ditulis

                           δW =                ∑Q
                                                k
                                                            k   δq k         (16)

dimana :

                                                               ∂x i 
                            Qk =               ∑  F dq
                                                 
                                                 
                                                            i
                                                                  k 
                                                                     
                                                                            (17)


        Besaran Qk yang didefinisikan menurut persamaan di
atas disebut dengan gaya rampatan. Oleh karena perkalian
Qkδqk memiliki dimensi kerja/usaha, maka dimensi Qk adalah
gaya jika qk menyatakan jarak, dan dimensi Qk adalah torka,
jika qk menyatakan sudut.
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi



    C. GAYA RAMPATAN UNTUK SISTEM
       KONSERVATIF

       Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah partikel dalam
sebuah medan gaya konservatif, besarnya gaya tersebut
dinyatakan oleh persamaan

                                                                    ∂V
                                                         Fi = −
                                                                    ∂x i
(18)

dimana V menyatakan sebuah fungsi energi potensial. Oleh
karena itu perumusan gaya rampatan dapat dinyatakan

                                       ∂V ∂x i    
                         Q k = −
                                
                                
                                    ∑ ∂x
                                    i     i ∂q k
                                                   
                                                   
                                                   
                                                                    (19)


Suku yang berada dalam tanda kurung tak lain adalah turunan
parsial fungsi V terhadap qk. Oleh karena itu

                                    ∂V
                           Qk = −                                   (20)
                                    ∂q k

Misalkan, kita menggunakan koordinat kutub, q1 = r ; q2 = θ,
maka gaya rampatan dapat dinyatakan dengan Qr = -∂V/∂r ; Qθ
= -∂V/∂θ. Jika V merupakan fungsi r saja (dalam kasus gaya
sentral), maka Qθ = 0.




                                                                       7
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

D. PERSAMAAN LAGRANGE

      Untuk mencari persamaan diferensial gerak sebuah
benda yang dinyatakan dalam koordinat rampatan, kita dapat
memulai dengan persamaan berikut:

                           Fi = m i  i
                                    x                                                   (21)

dan selanjutnya kita akan mencoba menyatakan persamaan
tersebut dalam q. Pendekatan pertama yang akan kita pakai
adalah dari persamaan energi. Kita akan menghitung energi
kinetik T dalam bentuk koordinat Kartesian dan selanjutnya
kita akan nyatakan dalam koordinat rampatan dan turunannya
terhadap waktu. Energi kinetik T dari sebuah sistem yang
mengandung N partikel dapat dinyatakan dengan


                           ∑[                                      ]
                            k
                      T=            1
                                    2
                                         m i ( x 1 + y i2 + z i2
                                               2                                  (22)
                           i =1



atau dalam bentuk yang lebih ringkas ditulis sebagai berikut

                                  3N
                        T=      ∑ i =1
                                         1
                                         2
                                             m i x i2
                                                                                      (23)


Mari kita mencoba menyatakan hubungan antara koordinat x
dan q yang juga mengandung waktu t secara eksplisit. Kita
dapat misalkan

                                                         x i = x i ( q 1 , q 2 ,..., q n , t )
       (24)

dan selanjutnya
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                                     ∂x i          ∂x i
                        xi =
                                ∑ ∂q   k
                                            qk +
                                            
                                                    ∂t
                                                                (25)

        Dalam pembahasan selanjutnya, kita tetapkan bahwa
harga i adalah 1,2, …..3N dimana N menyatakan jumlah
partikel dalam sistem, dan harga k adalah 1,2, . ….n; dimana n
menyatakan jumlah koordinat rampatan (derajat kebebasan)
sistem. Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa energi kinetik
sebagai fungsi koordinat rampatan, turunannya terhadap
waktu, atau mungkin dalam waktu. Dalam banyak hal, waktu t
tidak secara eksplisit terkait hubungan antara x i dan qk,
sehingga ∂xi/∂t = 0. Jelaslah bahwa energi kinetik T merupakan
fungsi kuadrat yang homogen dari kecepatan rampatan q k .
                                                        

                                    ∂x i
                                          ∂x i
Dari persamaan                           =
                                    ∂q k
                                          ∂q k
(26)


Kalikan kedua ruas (ruas kiri dan kanan) dengan x i dan
                                                
diferensialkan terhadap t, akan diperoleh:

          d  ∂x i  d  ∂x i
                                           
              xi
               ∂q  = dt  x i ∂q
                                          
          dt     k 
                                  k
                                            
                                            

                                 ∂x i      ∂x i
                                            
                        =  i
                          x           + xi
                                                                   (27)
                                 ∂q k      ∂q k


atau
             d  ∂ x i2 
                               ∂x i  ∂              x i2 
                                                      
                        x                          
                 ∂q 2  =  i ∂q + ∂q
             dt   k                                2        (28)
                                 k     k            
                                                                       9
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


Jika selanjutnya kita kalikan mi dan kita gunakan hubungan
 m i  i = Fi , kita dapat peroleh
     x

        d ∂  m i x i2
                             ∂x    ∂          m i x i2
                                                           
                         = Fi i +                                (29)
                 2
        dt ∂q k 
                             ∂q k ∂q k        2          
                                                          

Lakukan penjumlahan terhadap i akan diperoleh :

                 d ∂T                    ∂x i  ∂T
                 dt ∂q k
                     
                         =   ∑  F ∂q
                              i
                               
                               
                                      i
                                            k 
                                               +
                                                ∂q
                                                    k
                                                                       (30)


Dari definisi gaya rampatan kita peroleh

                          d ∂T           ∂T
                                  = Qk +                              (31)
                          dt ∂q k
                                        ∂q k




Ini adalah persamaan diferensial gerak yang dinyatakan dalam
koordinat rampatan dan dikenal dengan persamaan Lagrange
untuk gerak.
       Dalam kasus gerakannya adalah konservatif, persamaan
Lagrange dapat ditulis sebagai berikut:

                                                       d ∂T      ∂T    ∂V
                                                               =     −
                                                       dt ∂q k
                                                                ∂q k ∂q k
(32)

Persamaan ini biasanya ditulis dalam bentuk yang lebih singkat
dengan mendefinisikan fungsi Lagrangian L yakni
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                              L=T-V                                 (33)

Yang berarti bahwa kita dapat menyatakaan T dan V dalam
koordinat rampatan. Oleh karena V = V(qk) dan ∂V / ∂q k = 0 ,
                                                    
kita peroleh

                             ∂L     ∂T                ∂L     ∂T    ∂V
                                  =             dan        =     −
                             ∂q k
                                   ∂q k
                                                     ∂q k   ∂q k ∂q k
(34)

Persamaan Lagrange dapat ditulis

                        d ∂L      ∂L
                                =                                   (35)
                        dt ∂q k
                                 ∂q k

Persamaan diferensial gerak untuk suatu sistem konservatif
dapat dicari jika kita ketahui fungsi Lagrangian dalam bentuk
koordinat tertentu. Di sisi lain, jika gaya rampatan tidak
konservatif, misalkan nilainya adalah Q 'k , maka kita dapat
menuliskan

                                         ∂V
                          Q k = Q 'k −                              (36)
                                         ∂q k

Selanjutnya kita dapat mendefinisikan sebuah fungsi
Lagrangian L = T - V, dan menuliskan persamaan diferensial
gerak dalam bentuk

                         d ∂L             ∂L
                                 = Q 'k +                         (37)
                         dt ∂q k
                                         ∂q k



                                                                      11
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

                           d ∂L ∂L
                                  −    = Qk
                                          '
                                                                (37)
                           dt ∂q
                                k ∂qk


Bentuk di atas lebih mudah dipakai jika gaya gesekan
diperhitungkan.

E. BEBERAPA CONTOH PEMAKAIAN PERSAMAAN
   LAGRANGE

       Berikut ini akan dibahas beberapa kehandalan
persamaan Lagrange untuk menyelesaikan masalah-masalah
gerak. Prosedur umum yang dipakai untuk mencari persamaan
diferensial gerak dari sebuah sistem adalah sebagai berikut:

1. Pilih sebuah kumpulan koordinat untuk menyatakan
   konfigurasi sistem.
2. Cari energi kinetik T sebagai fungsi koordinat tersebut
   beserta turunannya terhadap waktu.
3. Jika sistem tersebut konservatif, cari energi potensial V
   sebagai fungsi koordinatnya, atau jika sistem tersebut tidak
   konservatif, cari koordinat rampatan Qk.
4. Persamaan deferensial gerak selanjutnya dapat dicari
   dengan menggunakan persamaan di atas.

Beikut ini adalah beberapa contoh pemakaiannya :

1. Pandanglah sebuah partikel bermassa m yang bergerak
   akibat pengaruh gaya sentral pada sebuah bidang.
   Rumuskan persamaan gerak partikel tersebut.
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


    Misalkan koordinat polar (r,θ) digunakan sebagai koordinat
    rampatan. Koordinat Cartesian (r,θ) dapat dihubungkan
    melalui :

                  x = r cos θ                  y = r sin θ

    Energi kinetik partikel dapat ditulis :

                T = 1 mv 2 = 1 m ( x 2 + y 2 ) = 1 m ( r 2 + r 2 θ2 )
                    2        2
                                               2
                                                        

    Energi potensial oleh gaya sentral

                                           k                   k
                         V=−                              =−
                                 (x       + y2 )
                                                   1/ 2
                                      2                        r

Persamaan Lagrange untuk sistem ini:

                                                                   k
                  L = T − V = 1 m ( r 2 + r 2θ2 ) +
                              2
                                     
                                                                   r

Dari persamaan Lagrange:

                        d ∂T      ∂T    ∂V
                                =     −
                        dt ∂q k
                                 ∂q k ∂q k


                          d  ∂L       ∂L
                                    ÷−     =0
                          dt  ∂q k    ∂q k

Substitusi q1 = r dan q2 = θ, diperoleh:


                                                                        13
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

                         d  ∂L  ∂L
                              ÷−    =0
                         dt  ∂r  ∂r

                         d  ∂L  ∂L
                              ÷−    =0
                         dt  ∂θ  ∂θ

Dari kedua persamaan di atas diperoleh:

                              ∂L
                                  = mr
                                     
                              ∂r
                               
                        d  ∂L 
                             ÷ = mr
                        dt  ∂r 
                              ∂L          k
                                  = mrθ2 − 2
                              ∂r
                                         r

                                      k
                     mr 2 − mrθ2 = −
                      
                                       r2

Untuk partikel yang bergerak dalam medan konservatif :

                              ∂V(r)    ∂ k
                   F(r) = −         = − − 2 ÷
                               ∂r      ∂r  r 

Jadi :                    
                   mr 2 = mrθ2 + Fr

Dari persamaan Lagrange :

                       ∂L     2               ∂L
                         = mr θ                  =0
                       ∂θ                      ∂θ
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                          d  ∂L 
                                             2
                               ÷ = 2mrrθ + mr θ
                          dt  ∂θ 

                    2mrrθ + mr 2 = 0
                              θ

                        d           dJ
atau :
                        dt
                           (    
                           mr 2 θ = )
                                    dt
                                       =0


Hal ini berarti bahwa J merupakan momentum sudut yang
nilainya konstan. Integrasi persamaan di atas menghasilkan

                                 
                        J = mr 2 θ = konstan

Berdasarkan persamaan di atas dapat dikatakan bahwa dalam
medan konservatif momentum sudut J, merupakan tetapan
gerak.


2. Osilator Harmonik

    Pandanglah sebuah osilator harmonik 1-dimensi, dan
    misalkan padanya bekerja sebuah gaya peredam yang
    besarnya sebanding dengan kecepatan. Oleh karena itu
    sistem dapat dipandang tidak konservatif. Jika x
    menyatakan    pergeseran  koordinat,  maka    fungsi
    Lagrangiannya adalah

                 L=T-V=        1
                               2
                                   mx 2 − 1 kx 2
                                         2
                                                                    (38)

    dimana m adalah massa dan k adalah tetapan kelenturan
    pegas. Selanjutnya:


                                                                      15
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

                                 ∂L          ∂L
                                    = mx dan
                                               = −kx
                                 ∂x
                                            ∂x
                                    (39)

    Oleh karena pada sistem bekerja gaya yang tidak
    konservatif yang harganya sebanding dengan kecepatan;
    dalam hal ini Q' = -c  , sehingga persamaan gerak dapat
                          x
    ditulis :

                                                d
                                                   ( mx ) = −cx + ( −kx )
                                                             
                                                dt
    (40)

                      mx +  +
                        cx kx =0


    Ini tak lain adalah persamaan gerak osilator harmonik satu
    dimensi dengan gaya peredam yang sudah kita kenal.

3. Partikel yang berada dalam medan sentral.
   Mari kita rumuskan persamaan Lagrange gerak sebuah
   partikel dalam sebuah bidang di bawah pengaruh gaya
   sentral. Kita pilih koordinat polar q1 = r, q2 = θ. Maka


                       2        2
                                     (       
                   T = 1 mv 2 = 1 m r 2 + r 2 θ 2    )             (41)

                                                              V = V(r )
    (42)


                        2
                            (           )
                    L = 1 m r 2 + r 2 θ 2 − V( r )                  (43)

    Selanjutnya dengan menggunakan persamaan Lagrange,
    diperoleh :
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi



       ∂L                       ∂L     
          = mr
                                  = mrθ2 −f ( r )
       ∂r
                               ∂r
(44)

      ∂L                ∂L        
         =0                = mr 2 θ
      ∂θ                 
                        ∂θ
    (45)

    Oleh karena sistemnya tidak konservatif, maka persamaan
    geraknya adalah :

             d ∂L    ∂L                 d ∂L ∂L
                   =                          =                     (46)
             dt ∂r
                    ∂r                     
                                        dt ∂θ ∂θ
              r      2
             m = mrθ +f (r )
                                                      d
                                                      dt
                                                         (      )
                                                         mr 2 θ = 0
    (47)

4. Mesin Atwood
    Sebuah mesin Atwood yang terdiri dari dua benda
    bermassa m1 dan m2 dihubungkan oleh tali homogen yang
    panjangnya l dan dilewatkan pada katrol (lihat gambar).
    Sistem ini memiliki satu derajat kebebasan. Kita ambil
    variabel x untuk menyatakan konfigurasi sistem, dimana x
    adalah jarak vertikal dari katrol ke massa m 1 seperti yang
    ditunjukkan pada gambar.a


                                               l-x
                   x




                                       m1
                                                                      17


                          m2
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi




                               Gambar 2. 1
                           Mesin atwood tunggal

     Kecepatan sudut katrol adalah x / a , dimana a adalah jari-
                                        
jari katrol. Energi kinetik sistem ini adalah :

                                             x2
                                             
            T = 1 m1 x 2 + 1 m 2 x 2 + 1 I
                2
                          2
                                      2
                                                                    (48)
                                             a2

dimana I adalah momen inersia katrol. Energi potensial sistem
adalah :

                 V = −m2 gx − m1 g( l − x )                          (49)

Anggap bahwa pada sistem tidak bekerja gaya gesekan,
sehingga fungsi Lagrangiannya adalah

                            I 
          L = 1  m1 + m 2 + 2  x 2 + g( m1 − m 2 ) x + m 2 gl
              2
                                                                 (50)
                           a 

dan persamaan Lagrangenya adalah
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                                                                d ∂L    ∂L
                                                                      =
                                                                dt ∂x
                                                                       ∂x
    (51)

yang berarti bahwa :

                       I 
            m1 + m 2 + 2   = g( m1 − m 2 )
                            x                                           (52)
                      a 

    atau
                                   m1 − m 2
                        = g
                       x                                                   (53)
                                m1 + m 2 + I / a 2

adalah percepatan sistem. Nampak bahwa jika m 1>m2, maka m1
akan bergerak turun, sebaliknya jika m1<m2 maka m1 akan
bergerak naik dengan percepatan tertentu.

5. Mesin Atwood Ganda

   Mesin Atwood ganda diperlihatkan pada gambar 2.2..
Nampak bahwa sistem tersebut mempunyai dua derajat
kebebasan. Kita akan menyatakan konfigurasi sistem dengan
koordinat x dan x'. Massa katrol dalam hal ini diabaikan (untuk
menyederhanakan persoalan).

    Energi kinetik dan energi potensial sistem adalah :

           T = 1 m1 x 2 + 1 m 2 ( − x + x' ) 2 + 1 m 3 ( − x − x' ) 2
               2
                         2
                                               2
                                                                        (54)

               V = −m 1gx − m 2 g( l − x + x' ) − m 3 g( l − x + l'−x' )
(55)


                                                                               19
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

dimana m1, m2 dan m3 adalah massa masing-masing beban, dan
l serta l' adalah panjang tali penghubungnya.




                                  l-x
             x




                    m1
                                        l'-x’


                         m2


                                 m3
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi



                                     Gambar 2.2.
                                 Mesin Atwood Ganda


L = 1 m1x 2 + 1 m 2 (− x + x ') 2 + 1 m 3 (− x − x ') 2 + g(m1 − m 2 − m 3 )x +
    2
         2                       2
                                              
       g(m 2 − m3 )x '+ tetapan
                           (56)
sehingga persamaan geraknya dapat ditulis :

                                d ∂L ∂L                           d ∂ L   ∂L
                                      =                                 =
                                dt ∂x
                                       ∂x                        dt ∂' ∂ '
                                                                      x    x
(57)

dengan penyelesaian

       m1 + m 2 (  − ' ) + m 3 (  + ' ) = g( m1 − m 2 − m 3 )
         x          x x                x x                                    (58)
            m 2 ( − + ' ) + m 3 (  + ' ) = g( m 2 − m 3 )
                   x x                 x x                                    (59)

dan dari persamaan ini percepatan                              dan
                                                              x           ' dapat
                                                                          x
ditentukan.

6. Partikel yang bergerak pada bidang miring yang dapat
   digerakkan.

   Mari kita tinjau sebuah persoalan dimana sebuah partikel
meluncur pada sebuah bidang miring yang juga dapat bergerak
pada permukaan datar yang licin, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.3. Dalam persoalan ini terdapat dua derajat
kebebasan, sehingga kita butuhkan dua koordinat untuk
menggambarkan keadaan sistem yang kita tinjau. Kita akan
memilih koordinat x dan x' yang masing-masing menyatakan
pergeseran dalam arah horisontal bidang terhadap titik acuan
                                                                                21
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

dan pergeseran partikel dari titik acuan terhadap bidang seperti
yang ditunjukkan pada gambar.
   Dari analisis diagram vektor kecepatan, nampak bahwa
kuadrat kecepatan partikel diperoleh dengan menggunakan
hukum kosinus :

                                               v 2 = x 2 + x '2 + 2 xx' cos θ
                                                                  
    (60)

Oleh karena itu energi kinetiknya adalah

           T = 1 mv 2 + 1 Mx 2 = 1 m( x 2 + x ' 2 + 2 x 2 x '2 cosθ) + 1 Mx 2
               2        2
                                2
                                                                   2
                                                                          
(61)

dimana M adalah massa bidang miring dengan sudut
kemiringan θ, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.3. dan
m adalah massa partikel. Energi potensial sistem tak terkait
dengan x oleh karena bidangnya horisontal, sehingga kita
dapat tuliskan :

              V=mgx'sin θ + tetapan                                     (62)

dan

   L = 1 m(x 2 + x '2 + 2xx 'cos θ) + 1 Mx 2 + mgx 'sinθ + tetapan
       2
                                  2
                                                                      (63)

Persamaan geraknya

                          d ∂L ∂L                           d ∂ L    ∂L
                                =                                  =
                          dt ∂x
                                 ∂x                        dt ∂ ' ∂ '
                                                                x     x
(64)

sehingga
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi



           m(  + ' cosθ) + M = 0 ;
              x x               x                m(  ' + cosθ) + = mgsinθ
                                                    x x
(65)

Percepatan  dan  ' adalah :
           x      x

                          − g sin θ cos θ                          − g sin θ
                    =
                   x                                      ' =
                                                          x
                          m+M                        ;               m cos 2 θ
                                 − cos 2 θ                        1−
                           m                                         m +M
(66)




                                             x
                                             
                                                                  θ
                                                         x'
                                                         
                          x'                     v


                                  m

       x             M
                                       θ


                                                                            23
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

                              Gambar 2. 3
             Gerak pada bidang miring dan representasi vektornya


7. Penurunan persamaan Euler untuk rotasi bebas sebuah
   benda tegar. Metode Lagrange dapat digunakan untuk
   menurunkan persamaan Euler untuk gerak sebuah benda
   tegar. Kita akan tinjau kasus torka - rotasi bebas. Kita
   ketahui bahwa energi kinetik diberikan oleh persamaan:

                  1
             T=     (I1ω1 + I 2 ω2 + I 3 ω3 )
                        2
                                 2
                                          2
                                                                    (67)
                  2

Dalam hal ini harga ω mengacu pada sumbu utama. Dalam
Bagian sebelumnya      telah ditunjukkan bahwa ω dapat
dinyatakan dalam sudut Euler θ, φ dan ψ sebagai berikut:

                                
                  ω1 = θ cos ψ + φ sin θ sin ψ
                                  
                  ω = −θ sin ψ + φ sin θ cos ψ                      (68)
                    2
                        
                  ω3 = ψ + φcos θ

Dengan memperhatikan sudut Eulerian sebagai koordinat
rampatan, persamaan geraknya adalah:

                                                       d ∂L ∂L
                                                            =
                                                       dt ∂θ ∂θ
(69)

                                                       d ∂ L   ∂L
                                                             =
                                                       dt ∂
                                                           φ ∂  φ
(70)
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                                                       d ∂ L    ∂L
                                                              =
                                                       dt ∂ψ ∂
                                                                ψ
               (71)

oleh karena Q (gaya rampatan) semuanya nol. Dengan
menggunakan aturan/dalil rantai :

                                                    ∂L   ∂T ∂ω3
                                                       =
                                                    ∂ψ ∂ω3 ∂ψ
                                                             
(72)
Sehingga

                                                      d ∂ L
                                                            = I 3ω
                                                                 3
                                                      dt ∂
                                                          ψ
(73)

Dengan menggunakan lagi aturan rantai, kita peroleh

 ∂T        ∂ω           ∂ω2
    = I1ω1
             1
               + I 2 ω2
 ∂ψ        ∂ψ           ∂ψ


                                                      
  = I1ω1 ( −θsin ψ + φsin θ cos ψ) + I 2 ω2 ( −θ cos ψ − φsin θsin ψ)

       = I1ω ω −I 2 ω ω
            1 2      2 1
                                                                    (74)
Akibatnya, persamaan 71 menjadi :

                                             I 3ω = ω ω ( I1 − I 2 )
                                                3   1 2

(75)



                                                                      25
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

yang mana seperti yang ditunjukkan dalam bagian sebelumnya
adalah persamaan Euler ketiga untuk rotasi bebas sebuah
benda tegar dibawah pengaruh torka nol. Persamaan Euler
lainnya dapat diperoleh dengan melakukan permutasi siklik
(putaran) dari subskrip : 1→2, 2→3, 3→1.

8.   Pandanglah sebuah benda bermassa m (gambar 2.4)
meluncur dengan bebas pada sebuah kawat dengan lintasan
berbentuk lingkaran dengan jari-jari a. Lingkaran kawat
berputar searah jarum jam pada bidang horisontal dengan
kecepatan sudut ω disekitar titik O. (a). Selidiki bagaimana
gerak benda tersebut, dan (b). Bagaimana reaksi lingkaran
kawat.
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi



                               Gambar 2.4.
                        Gerak pada kawat melingkar


        Perhatikan gambar di atas. C adalah pusat lingkaran
kawat. Diameter OA membentuk sudut φ = ωt dengan sumbu-
X, sedangkan benda bermassa m membentuk sudut θ dengan
diameter OA. Jika yang kita perhatikan hanyalah gerak benda
bermassa m saja, maka sistim yang kita tinjau memiliki satu
derajat kebebasan, oleh karena itu hanya koordinat rampatan q
= θ yang dipakai. Berdasarkan gambar 2.4 a dan 2.4 b, kita
dapat tuliskan:


                        x = a cos ωt + a cos(ωt + θ)
                        y = a sin ωt + a sin(ωt + θ)
                        x = −aω sin ωt − a [ sin(ωt + θ)] (ωt + θ)
                                                               
                        y = aω cos ωt + a[ cos(ωt + θ)] (ωt + θ)
                                                              

Kuadratkan persamaan-persamaan di atas,                        kemudian
jumlahkan akan diperoleh besaran energi kinetik :


          2
                           2
                                      [      (2
                                                  )    (     )
      T = 1 m( x 2 + y 2 ) = 1 ma 2 ω 2 + θ + ω + 2ω θ + ω cos θ     ]
   ∂T
    
              (
      = ma 2 θ + ω + ω cos θ      )
   ∂θ

dan

   d  ∂T 
   dt  ∂θ 
                2
                  θ (
         = ma  − ωθ sin θ
                                         )
                                                                         27
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

   ∂T
   ∂θ
                (      )
      = −ma 2 ω θ + ω sin θ


Selanjutnya persamaan Lagrange :

                        d  ∂T  ∂T
                                 −     = Q1
                        dt  ∂q 1  ∂q 1
                             

Dalam hal ini Q1 = 0 dan q1 = θ, maka persamaan yang
dihasilkan :

     (            )         (       )
ma 2  − ωθ sin θ + ma 2 θ + ω sin θ = 0
     θ                   
                          + ω 2 sin θ = 0
                         θ

Persamaan di atas menggambarkan gerak benda bermassa m
pada lingkaran kawat. Untuk harga θ yang cukup kecil,

                                 + ω2 θ = 0
                                θ

yang tak lain adalah gerak bandul sederhana. Bandingkan
dengan persamaan berikut :

                                 + g θ = 0
                                θ
                                     l
Dan kita peroleh
                                 g          g
                       ω2 =        atau l = 2
                                 l         ω

Ini berarti bahwa benda bermassa m berosilasi di sekitar garis
berputar OA sebagai bandul sederhana yang panjangnya
l = g / ω2 . Persamaan tersebut selanjutnya dapat juga
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


digunakan untuk menghitung kecepatan dan posisi benda
bermassa m.


b.Untuk menghitung reaksi kawat, kita mesti melihat
pergeseran virtual massa m dalam suatu arah yang tegaklurus
pada kawat. Untuk maksud tersebut, kita anggap bahwa jarak
CB sama dengan jarak r (merupakan variabel dan bukan
tetapan), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4 c. Maka
dalam hal ini terdapat dua derajat kebebasan dan dua
koordinat rampatan, yakni r dan θ. Dari gambar nampak
bahwa:

                 x = a cos ωt + r cos(ωt +θ )
                 y = a sin ωt + r sin(ωt +θ )

                                                          (
x = − aω sin ω t + r cos ( ωt + θ ) − r [ sin( ωt + θ ) ] ω + θ    )
                                                      (
y = aω cos ω t + r sin( ωt + θ ) + r [ cos( ωt + θ ) ] ω + θ   )
     m( x 2 + y 2 )
   1
T =          
   2
   1
   2
         [               (
  = m a 2ω 2 + r 2 + r 2 θ + ω    )   2
                                                                (      )
                                          + 2aω r sin θ + 2aω r θ + ω cos θ
                                                                             ]

                 d     ∂T  ∂T
                      
                       ∂ r  − ∂ r = Qr
                            
                 dt    

Dimana Qr = R adalah gaya reaksi. Nilai dari ∂ ∂ dan
                                              T   r
∂ ∂ diperoleh dari persamaan (i) dan jika disubstitusi ke
  T   r
persamaan (ii), didapatkan :


                                                                              29
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

                         [                (
                R = m  + aωθ cos θ − r θ + ω
                      r                            )   2
                                                                (    )
                                                            − aω θ + ω cos θ   ]
                r =a ,       r =0 ,
                                     dan        = 0
                                                r

                              [            (
                   R = − ma ω 2 cos θ + θ + ω       )   2
                                                            ]
yang merupakan persamaan yang menyatakan reaksi kawat .




9. Bahaslah gerak sebuah partikel dengan massa m yang
bergerak pada bidang sebuah kerucut dengan sudut setengah
puncak (half-angle) φ (lihat Gambar 2.5) dimana gaya yang
bekerja hanyalah yang disebabkan oleh gaya gravitasi saja.
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi




                           Gambar 2.5.
                         Gerak pada kerucut


       Misalkan puncak kerucut berada di titik O (pusat
koordinat dalam gambar), sedangkan sumbu kerucut
berimpit dengan sumbu z. Posisi partikel pada
permukaan kerucut dapat dinyatakan dengan koordinat
Cartesian (x,y,z). Namun kita akan gunakan koordinat
silinder ( r , θ, z ) sebagai koordinat rampatannya. Tidak
semua ketiga koordinat tersebut a adalah independen
(bebas satu sama lain). Koordinat z dan r dihubungkan
oleh parameter φ melalui persamaan :

                                z = r cot φ

                                z = r cot φ
                                   

Kemudian diperoleh dua derajat kebebasan. Bisa digunakan r,
θ sebagai koordinat umum dan menghilangkan z dengan
                                                                    31
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

menggunakan persamaan pembatas diatas. Energi kinetik
massa m adalah :


  T =
         1
         2
                 1
                 2
                        [        
                                        1
                                        2
                                          ]     [ (        )    
           mv 2 = m r 2 + r 2θ 2 + z 2 = m r 2 1 + cot 2 φ + r 2θ 2   ]
  =
       1
       2
           (                 
         m r 2 csc 2 φ + r 2θ 2
                                     )
atau

Energi potensial massa m (anggap V = 0 dan z = 0) :
              V = mgz = mgr cot φ
Kemudian Lagrangian L sistem :
                   1
                   2
                                 (             )
       L = T − V = m r 2 csc 2 φ + r 2θ 2 − mgr cot φ
Persamaan Lagrange untuk koordinat r adalah :

                    d     ∂L  ∂L
                         
                          ∂ r  − ∂r = 0
                               
                    dt    

Dengan memasukkan nilai L, diperoleh :


∂L                           d     ∂L                ∂L
   = mr csc 2 φ ,
                                  ∂r  = m csc φ , ∂r = mrθ − mg cot φ
                                          r     2           2
∂r
                            dt     



Substitusi nilai ini ke persamaan (*), diperoleh :

                           
                     − rθ 2 sin 2 φ + g cos φ sin φ = 0
                    r

Ini adalah persamaan gerak untuk koordinat r.
Persamaan Lagrange untuk koordinat θ adalah :
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                                d  ∂L  ∂L
                                       −   =0                     (**)
                                dt  ∂θ  ∂θ
                                   
                                      
                                        

Dengan memasukkan nilai L, diperoleh :

                                ∂L                   ∂L
                                    = mr 2θ    dan       =0
                                ∂θ                   ∂θ

Substitusi nilai ini ke persamaan (ii), diperoleh :


                                d
                                dt
                                   (     )d
                                   mr 2θ = ( J z ) = 0
                                        
                                          dt

Artinya
                                           
                                J z = mr 2θ = kons tan


F. MOMENTUM RAMPATAN

       Tinjaulah gerak sebuah partikel tunggal yang bergerak
sepanjang garis lurus (rectilinier motion). Energi kinetiknya
adalah

                                                           T = 1 mx 2
                                                               2
                                                                  
       (76)

dimana m adalah massa partikel, dan x adalah koordinat
posisinya. Selanjutnya disamping mendefinisikan momentum
partikel p sebagai hasil kali m x , kita juga dapat
                                    
mendefinisikan p sebagai kuantitas     ∂T
                                             ∂x , yakni:
                                              
                                                                      33
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

                                                           ∂T
                                                      p=      = mx
                                                                 
                                                           ∂x
                                                            
(77)

Dalam kasus dimana sebuah sistem yang digambarkan oleh
koordinat rampatan q1, q2, …, qk … qn, kuantitas pk
didefinisikan dengan

                                                                    ∂L
                                                           pk =
                                                                    ∂q k
                                                                     
               (78)

yang disebut momentum rampatan. Persamaan Lagrange
untuk sistem konservatif dapat ditulis

                                                                    ∂L
                                                           pk =
                                                           
                                                                    ∂q k
               (79)

Misalkan dalam kasus khusus, satu dari koordinatnya,
katakanlah qλ, tidak tersirat secara eksplisit dalam L. Maka

                                                                    ∂L
                                                           pλ =
                                                           
                                                                    ∂q λ
               (80)

sehingga

                          p λ = tetapan = c λ                       (81)

Dalam kasus ini, koordinat qλ dikatakan dapat terabaikan
(ignorable). Momentum rampatan yang diasosiasikan dengan
koordinat terabaikan tak lain adalah tetapan gerak sistem.
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


       Sebagai contoh, dalam persoalan partikel yang
meluncur pada bidang miring yang licin (yang telah dikerjakan
pada bagian sebelumnya), kita dapatkan bahwa koordinat x,
posisi bidang, tidak tersirat dalam fungsi Lagrangian L. Oleh
karena x merupakan suatu koordinat terabaikan, maka

                               ∂L
                        px =      = ( M + m) x + mx ' cos θ = tetapan
                                                 
                               ∂x
                                
(82)

Kita dapat lihat bahwa ternyata p x adalah komponen total
dalam arah mendatar dari momentum linier sistem dan oleh
karena tidak terdapat gaya yang bekerja dalam arah mendatar
pada sistem, komponen momentum linier dalam arah mendatar
harus konstan.
       Contoh lain koordinat terabaikan dapat dilihat dalam
kasus gerak partikel dalam medan sentral. Dalam koordinat
polar

                         (
                                 )
                L = 1 m r 2 + r 2 θ2 − V (r )
                    2
(83)

seperti yang diperlihatkan dalam contoh di atas. Dalam kasus
ini θ adalah koordinat terabaikan dan

                                                ∂L     
                                        pθ =       = mrθ2 = tetapan
                                                ∂θ
       (84)

yang sebagaimana telah kita ketahui dari bab terdahulu adalah
momentum sudut di sekitar titik asal.



                                                                    35
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


Contoh

Bandul sferis, atau potongan sabun dalam mangkuk. Suatu
persoalan klasik dalam mekanika adalah bahwa partikel yang
terbatasi untuk berada pada permukaan sferis yang licin di
bawah pengaruh gravitasi, seperti sebuah massa kecil meluncur
pada permukaan mangkuk yang licin. Kasus ini juga
digambarkan oleh bandul sederhana yang berayun dengan
bebas dalam sembarang arah, Gambar 2.6. Ini dinamakan
bandul sferis, yang dinyatakan sebelumnya dalam bagian
terdahulu.
               z



                   θ    l


                               m


                                mg
                                                         y
               φ

   x


                            Gambar 2.6
                            Bandul sferis
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


       Dalam hal ini terdapat dua derajat kebebasan, dan kita
akan menggunakan koordinat rampatan θ dan φ seperti yang
ditunjukkan. Hal ini kenyataannya ekivalen dengan koordinat
bola dengan r = l = tetapan dimana l adalah panjang tali
bandul. Kedua komponen kecepatan adalah vθ = lθ         dan vφ =
l sin θ . Ketinggian bola bandul, dihitung dari bidang-xy,
       
       φ
adalah (l - l cos θ) , sehingga fungsi Lagrangian adalah

                              1 2 2           
                         L=     ml (θ + sin 2 θφ2 ) − mgl(1 − cos θ)
                              2
(85)

Koordinat φ dapat diabaikan, sehingga diperoleh

                                        ∂L              
                                   p θ =  = ml2 sin 2 θφ = tetapan
                                        ∂θ
(86)

Ini adalah momentum sudut di sekitar sumbu tegak atau
sumbu z. Kita akan menundanya untuk persamaan dalam θ:

                                                       d ∂L ∂L
                                                            =
                                                       dt ∂θ ∂θ
(87)

yang dapat juga dinyatakan sebagai:

                                                      
                               ml 2 θ = ml 2 sin θcos θφ2 − mgl sin θ
(88)

Mari kita perkenalkan tetapan h, yang didefinisikan dengan:



                                                                    37
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                                                             p
                                                   h = sin θφ − φ2
                                                               ml
(89)

Selanjutnya persamaan diferensial gerak dalam θ menjadi


                 + g sin θ − h 2 cos θ = 0
                                       2
                θ                                               (90)
                     l             sin 2 θ

Persamaan (90) mengandung beberapa makna sebagai berikut.
Pertama, jika sudut φ konstan, maka h = 0. Akibatnya,
persamaan di atas dapat ditulis sebagai :
             + g sin θ = 0
            θ                                        (91)
                 l

yang tak lain adalah persamaan gerak bandul sederhana.
Geraknya berada dalam bidang φ = φo = konstan. Kedua, adalah
kasus banduk konik (conical pendulum). Dalam hal ini,
gantungan bandul menggambarkan suatu lingkaran horisontal,
sehingga θ = θo = konstan. Jadi, θ = 0 dan  = 0 , sehingga
                                           θ
persamaan (90) dapat disederhanakan menjadi :


                             2 cos θ o
                                   2
               g
                 sin θ o − h             =0                     (92)
               l               sin 2 θ o
atau :
                            g
                        h2 =  sin 4 θo sec θo            (93)
                            l
Dari nilai h yang diperoleh pada persamaan di atas, maka

                        2 g
                        φo = sec θo                                 (94)
                            l
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


yang tak lain adalah persamaan gerak bandul konik.




         φ=φ2


            φ=φ1

                             Gambar 5

                               Gambar 2.7
                     Gerak pada permukaan bola


G. FUNGSI HAMILTON



                                                                    39
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

      Persamaan Hamilton untuk gerak juga dinamakan
persamaan kanonik gerak. Pandanglah sebuah fungsi dari
koordinat rampatan

                                   H=   ∑q
                                         
                                         k
                                             k   pk −L                  (95)


Untuk sebuah sistem dinamik sederhana, energi kinetik sistem
adalah fungsi kuadrat dari q dan energi potensialnya
                              
merupakan fungsi q saja :

                              L = T (q k , q k ) − V (q k )
                                                                       (96)

Berdasarkan teorema Euler untuk fungsi homogen, diperoleh

                                        ∂L                ∂T
       ∑q p
        
         k
             k   k   −L =     ∑q
                               
                               k
                                    k
                                        ∂q k
                                         
                                             =   ∑q
                                                  
                                                  k
                                                      k
                                                          ∂q k
                                                           
                                                               = 2T   (97)


Oleh karena itu :

             H=      ∑q
                     k
                         k   p k − L = 2T − (T − V ) = T + V         (98)


Persamaan ini tak lain adalah energi total dari sistem yang kita
tinjau. Selanjutnya, pandang n buah persamaan yang ditulis
sebagai :

                                     ∂L
                              pk =               (k = 1,2, …n)          (99)
                                     ∂q k

dan nyatakan dalam q dalam p dan q
                   


                          q k = q k (p k , q k )
                                                                    (100)
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi



Dengan persamaan di atas, kita dapat nyatakan fungsi H yang
bersesuaian dengan variasi δp k , δq k sebagai berikut :

                                           ∂L          ∂L        
    δH =   ∑p δq
           k
                  k    k   + q k δp k −
                              
                                            ∂q k
                                             
                                                 δq k −
                                                  
                                                        ∂q k
                                                             δq k 
                                                                  
                                                                              (101)


Suku pertama dan suku kedua yang ada dalam tanda kurung
saling    meniadakan,       oleh   karena menurut defenisi
p k = ∂L / ∂q k , oleh karena itu:
 

                       δH =      ∑[qδp
                                  k
                                          k   − p k δq k ]
                                                                              (102)
Variasi fungsi H                 selanjutnya        dapat        dinyatakan   dalam
persamaan berikut :

                                   ∂H             ∂H        
                   δH =     ∑ ∂p
                             
                             k        k
                                          δp k +
                                                   ∂q k
                                                        δq k 
                                                             
                                                                              (103)


Akhirnya diperoleh :


                                 ∂H                                           (104)
                                      = qk
                                        
                                 ∂p k


                                 ∂H
                                      = −p k
                                                                             (105)
                                 ∂q k



Dua persamaan terakhir ini dikenal dengan persamaan kanonik
Hamilton untuk gerak. Persamaan-persamaan ini terdiri dari 2n
                                                                                  41
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

persamaan defernsial orde-1 (bandingkan dengan persamaan
Lagrange yang mengandung n persamaan diferensial orde-2.
Persamaan Hamilton banyak dipakai dalam mekanika
kuantum (teori dasar gejala atomik).

Contoh pemakaian.

1. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan
   gerak osilator harmonik satu dimensi.

    Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat
    dinyatakan sebagai :

                                       1                       1
                                  T=     mx 2
                                                 dan     V=     Kx 2
                                       2                       2
    (106)

    Momentumnya dapat ditulis

                                  ∂T                p
                             p=       = mx atau x =
                                               
                                  ∂x
                                                   m
                                (107)

   Hamiltoniannya dapat ditulis :

                                  1 2 K 2
                   H =T+V =         p + x                      (108)
                                 2m    2

   Persamaan geraknya adalah :

                        ∂H                                ∂H
                           =x
                                                            = −p
                                                                
                        ∂p                                ∂x
(109)
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


    dan diperoleh :

                       p
                         =x
                                     Kx = −p
                                            
                       m

Persamaan pertama menyatakan hubungan momentum-
kecepatan. Dengan menggunakan kedua persamaan di atas,
dapat kita tulis :

                     m + Kx = 0
                      x                                        (110)

yang tak lain adalah persamaan osilator harmonik.

2. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan
   gerak benda yang berada di bawah pengaruh medan
   sentral.

Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat
dinyatakan dalam koordinat polar sebagai berikut:

                  m 2        
           T=       (r + r 2 θ2 )
                                   dan V=V(r)                  (111)
                  2

Jadi :

                     ∂T                      pr
              pr =      = mr
                                       r=
                                        
                     ∂r
                                            m
(112)

                ∂T                        p
         pθ =
                 
                   = mr 2 θ             θ = θ2                  (113)
                ∂θ                         mr

Akibatnya :
                                                                    43
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

                                                       2
                                             1       pθ
                                         H=    (p r + 2 ) + V (r )
                                                  2

                                            2m       r
(114)

Persamaan Hamiltoniannya:

               ∂H           ∂H           ∂H       ∂H
                    =r ,
                               = −p r ,      = θ,    = −p θ
               ∂p r         ∂ r          ∂p θ      ∂θ
(115)

Selanjutnya:
                        pr
                           =r
                            
                        m
(116)
                                               ∂V (r ) p θ
                                                         2
                                                      −      = −p r
                                                                
                                                ∂r      mr 3
(117)

                      pθ    
                           =θ                                   (118)
                      mr 2

                      − pθ = 0                                  (119)

Dua persamaan yang terakhir menunjukkan bahwa momentum
sudut tetap,

                                         
                   p θ = kons tan = mr 2 θ = mh                (120)

Sedangkan dua persamaan sebelumnya memberikan,
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                                                        mh 2 ∂V(r )
                                          m = p r =
                                           r               −
                                                         r3   ∂r
       (121)

untuk persamaan gerak dalam arah radial.




H. PERSAMAAN LAGRANGE UNTUK GERAK DALAM
   MEDAN ELEKTROMAGNETIK


       Salah satu masalah penting dalam persoalan mekanika
adalah gerak zarah bermuatan dalam medan elektromagnetik.
Hal itu dibahas dalam bab ini, khususnya cara penyelesaiannya
dengan metode Lagrange.
       Medan elektromagnetik mempunyai potensial yang
bergantung dari kecepatan zarah. Oleh karena itu perlu
dilakukan penanganan terlebih dahulu         terhadap bentuk
matematika fungsi potensial itu, sehingga kemudian metode
Lagrange dapat diterapkan.
       Suatu zarah dengan massa m dan muatan q yang
bergerak dalam medan listrik E dan medan magnet berinduksi
magnet B, dipengaruhi geraknya oleh gaya :

                 F=qE+qvxB                                      (122)

Dalam ungkapan itu v merupakan kecepatan zarah.
Komponen gaya itu dalam arah X berbentuk:

                                                                    45
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                                [
                Fx = q E x + q y B z − z B y
                                             ]
(123)

      Menurut teori elektromagnet, fungsi potensial suatu
medan elektromagnet terdiri dari dua bagian berikut :

        Potensial skalar Ф dan potensial vektor A

Masing-masing besaran itu berkait dengan kuat medan E dan
induksi magnetik B melalui hubungan :

                                    ∂A
                E = −∇Φ −
                                    ∂t

                B = ∇× A                                          (124)

Jika medan tak bergantung waktu, maka :

        E = −∇ Φ         dan             B ≡ ∇×A          (125)

Medan E tidak terkait dengan B.


Perhatikanlah suatu fungsi U yang diungkapkan sebagai :

                U ≡ q Φ( r , t ) − q [ v •A ( r , t ) ]
(126)

Fungsi ini tak lain adalah fungsi potensial suatu zarah
bermuatan dalam suatu medan elektromagnetik. Fungsi U
tersebut dapat ditulis sebagai :
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


                             [
                U ≡ q Φ − q x Ax + y Ay + z Az
                                                  ]
(127)

Perkalikanlah sekarang bagaimana bentuk fungsi

                    ∂U  d  ∂U 
                −      +                                      (128)
                    ∂x  dt  ∂x 
                             

Yang diperoleh dengan mendiferensiasi persamaan (127) ke x,
ke x , dan kemudian ke t. Dua yang pertama secara parsial.
    
Diferensiasi U secara parsial ke x, memberikan :

            ∂U      ∂Φ      ∂Ax    ∂Ay    ∂Az             
        −      = −q    + q x
                            ∂x  +y
                                       +z
                                                          
                                                           
            ∂x      ∂x              ∂x     ∂x             
(129)

Diferensiasi U secara parsial ke x , memberikan :
                                 

                                  ∂U
                                     = −q A x
                                  ∂x
                                   
(130)

Diferensiasi persamaan i ke t, menghasilkan :

 ∂U ∂U             ∂Ax ∂Ax    ∂Ax     ∂Ax                  (131)
         = −q     
                     ∂t + ∂x x + ∂ y y + ∂z z
                                           
 ∂t  ∂x 
                                          

Sehingga bentuk persamaan 128 menjadi :




                                                                    47
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

    ∂U d ∂U 
−      +        
    ∂ x dt  ∂ x 
             
     ∂Φ ∂Ax                ∂Ay ∂Ax              ∂Az ∂Ax   
     ∂ x − ∂ t  + q  y ∂ x − ∂ y
= q −                                       + z
                                                 ∂ x − ∂ z   
                                                                
                          
                                                             
                                                                 
=q E x +q ( y Bz − z B y )
                  
= Fx

Oleh karena itu :

                    ∂U ∂  ∂U 
                −     +        = qE x + q ( yB z − zB y ) = Fx
                                                    
                    ∂x ∂t  ∂x 
                              (132)
Dengan

             E = ˆE x +ˆ E y +kE z
                 i     j       ˆ        adalah kuat medan listrik
             B = ˆB x + ˆ B y +kB z
                  i     j      ˆ        adalah induksi magnetik

Persamaan 132 yang merupakan fungsi potensial untuk zarah
yang bermuatan dalam sebuah medan elektromagnetik,
merupakan fungsi dari kedudukan dan kecepatan.
      Seperti pembahasan-pembahasan sebelumnya fungsi
Lagrange senantiasa menganggap bahwa fungsi potensial V
hanya bergantung pada kedudukan saja yakni :

                       V = V (q1, q2, .......... q3N)              (133)

Pertanyaan kita adalah apakah mungkin persamaan Lagrange
dapat diterapkan dalam persoalan gerak zarah bermuatan
listrik ?
         Andaikan bahwa gaya-gaya rampatan Qk yang bekerja
pada suatu sistem mekanika agar dapat diturunkan dari suatu
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


fungsi potensial skalar U yang bergantung dari kecepatan. Jika
hubungan antara Qk dan potensial U dinyatakan oleh

                                     ∂U   ∂  ∂U         
                            Qk =         +                     (134)
                                     ∂q k ∂t  ∂q k
                                              
                                                         
                                                         

dan fungsi Lagrange untuk sistem ini dinyatakan oleh :

                                     L=T–U                       (135)

      Berdasar pada pembahasan-pembahasan sebelumnya,
hubungan antara T, Qk, qk, dan q k dapat dinyatakan dengan
                               

                         ∂  ∂U               ∂T   
                                     = Qk +                  (136)
                         ∂t  ∂q k
                             
                                     
                                     
                                               ∂q
                                               k
                                                     
                                                     

Substitusi 134 ke dalam 136 menghasilkan :



             ∂  ∂T        ∂U d  ∂U             ∂T     
                         = −  +               +          (137)
             ∂t  ∂q k
                 
                                     
                           ∂q k dt  ∂q k
                                                   ∂q
                                                   k
                                                             
                                                             

dan dapat ditulis juga dalam bentuk lain

                d  ∂T    ∂U            ∂T    ∂U 
                   
                    ∂q − ∂q          −
                                             −     =0          (138)
                dt   k   k           ∂q k ∂q k 

Apabila definisi umum fungsi Lagrange digunakan maka akan
diperoleh :
                    d  ∂T  ∂L
                             −     =0              (139)
                    dt  ∂q k  ∂q k
                         
                                                                    49
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa, jika U merupakan fungsi potensial skalar
yang bergantung pada kecepatan zarah v yang ditandai oleh
hubungan gaya rampatan

                                   ∂U   ∂  ∂U      
                            Qk =       +                      (140)
                                   ∂q k ∂t  ∂q k
                                            
                                                    
                                                    

maka persaman Lagrange untuk sistem mekanika yang
dikuasai oleh U memiliki bentuk

                      d  ∂T       ∂L
                                 −
                                   ∂q = 0                      (141)
                      dt  ∂q k
                                   k



dengan fungsi Lagrange L = T - U

Untuk memecahkan persoalan apakah fungsi Lagrange di atas
dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persamaan gerak
zarah dalam medan elektromegnetik, tinjaulah sebuah fungsi
potensial sebagaimana persamaan 127 seperti berikut:

                       [
          U ≡ q Φ − q x Ax + y Ay + z Az
                                              ]
Untuk komponen gaya ke arah x berlaku :


                                             ∂U   ∂  ∂U 
                                     Fx = −      +      
                                             ∂x ∂t  ∂x 
                                                       
                                           (142)
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


Dengan penalaran yang sama, juga dapat dilakukan untuk
komponen Fy dan Fz. Jadi dengan demikian fungsi Lagrange
yang dimaksud dalam hal ini adalah :

                      1
                L=      Mv ⋅ v - qΦ(r , t) + v ⋅ A (r, t)q               (143)
                      2

dimana m dan q masing-masing adalah massa dan muatan
zarah, v adalah kecepatan zarah, dan Ф (r,t) serta A(r,t)
masing-masing adalah potensial skalar dan potensial vektor
medan elektromagnetik.

Contoh :

                                 1
    1. Tunjukkan bahwa A =         ( B × r ) merupakan vektor
                                 2
        potensial untuk suatu medan dengan induksi magnetik
        B.

    Jawab :

        ∇×A = 1 ∇×A
              2

           = 2 { B( ∇ ⋅ r ) − r ( ∇ ⋅ B ) + ( r ⋅ ∇ ) B − ( B ⋅ ∇ ) r}
             1



       Diketahui bahwa ∇ ⋅ r = 3 . Jadi suku pertama adalah
       3B.

              ) 
                 
        (B ⋅ ∇ = B x
                      ∂
                      ∂x
                         +B y
                              ∂
                              ∂y
                                 +B z
                                      ∂ ˆ
                                      ∂ 
                                       z
                                                  j   (
                                         ⋅ i x + ˆ y +kz
                                                       ˆ             ) =B
                 
       Sehingga :

              ∇×A =     1
                        2
                            [ 2B − ( r ⋅ ∇ ) B]
                                                                            51
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

         Bila B merupakan medan yang konstan, suku
    ( r ⋅ ∇)B = 0
               dan ∇ × A = B menurut definisi A. Jadi
       untuk medan dengan induksi magnet yang tetap

                                A=        1
                                          2
                                              ( B × r)
                          ˆ
       Misalkan bahwa B = kB o maka dalam koordinat
       Cartesius :
                              A=      1
                                      2
                                          ( k × r ) B0
                              A = 1 B 0 ˆ x − ˆy
                                  2     j     i (        )
                              A = ˆ( 1 B 0 y ) + ˆ( 1 B 0 x )
                                  i 2            j2
       Dalam koordinat silinder :

                                A=        1
                                          2
                                              ( B × r)
                                    A = 1 B0 r
                                        2



       Arah A adalah dalam bidang r tegak lurus pada sumbu
       –z, dan dapat pula tegak lurus pada sumbu r sendiri.
       Jadi dalam arah koordinat φ, sehingga A hanya terdiri
       dari komponen Aφ = 1 B 0 r , Ar = Az = 0.
                          2




                                z
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi




                                            kB0




                                                         y
                                     r
                     x


                             Gambar 2.8
                     Hubungan antara arah B dengan r

    2. Tunjukkan bahwa jika arah B sama dengan arah sumbu-
       z, artinya B = B0 k , maka dalam koordinat silinder
                            ˆ
       berlaku : Ar = 0, Aφ = 1 B o r dan Az = 0.
                              2


    Jawab :

    3. Tunjukkan bahwa jika arah B sama dengan arah sumbu-
       z, artinya B = B0 k , maka dalam koordinat silinder
                         ˆ
        berlaku : Ar = 0, Aφ =   1
                                 2
                                     B o r dan Az = 0.

    Jawab :



    4. Bagaimanakah bentuk potensial skalar Φ dalam
       koordinat silinder, apabila medan listrik juga searah
       dengan sumbu-z. Artinya E = E0 k .
                                      ˆ


                                                                    53
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

    5. Tulislah fungsi Lagrange untuk suatu zarah (massa M
       dan muatan q) yang bergerak dalam medan
       elektromagnetik dengan B = B0 k dan E = E0 k .
                                         ˆ               ˆ
       Gunakan koordinat silinder.

    Jawab :
       Sesuai dengan definisi : L = T - V

       Fungsi Lagrange L untuk zarah dengan massa M dan
       mauatn Q dalam medan tersebut :

             L = 1 m(r 2 + r 2ϕ 2 + z 2 ) + QE 0 z + Qrϕ 1 B0 r
                 2
                                                    2
             L = 1 m(r 2 + r 2ϕ 2 + z 2 ) + QE 0 z + 1 QrϕB0 r 2
                 2
                                                  2
                                                         

    6. Besaran fisika mana saja yang merupakan tetapan gerak
       dalam soal nomor 5 ?

       Koordinat siklik dalam fungsi Lagrange di atas adalah
       φ, sehingga pφ merupakan tetapan gerak.

       Hal tersebut dapat diturunkan dari persamaan Lagrange
                         d     ∂L  ∂L
                              
                               ∂  − ∂ϕ = 0
                                   
                         dt    ϕ

                                                    ∂L
       Bila L tidak merupakan fungsi φ, maka           = 0, dan
                                                    ∂ϕ
                         d  ∂L 
       oleh karena itu          = 0 , yang berarti bahwa pφ =
                         dt  ∂ϕ
                             
                     ∂L
                        = p = Mr ϕ + 1 Qr ϕB 0 = tetap.
                                2 2      2
       tetap, atau                        
                     ∂ϕ φ
                                    2
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


    7. Tulis perangkat persamaan Lagrange untuk sistem di
       atas

       Perangkat persamaan Lagrange untuk sistem diatas :

                ∂L
                   = mr
                      
                ∂r
                 
                ∂L
                   = mrϕ2 +QB0 rϕ
                               
                ∂r
       Dengan demikian :

                         m = Mrϕ2 +QB0 rϕ
                          r              

        ∂L           1
           = M r 2 ϕ+ QB o r 2
                   
        ∂
         ϕ           2
        ∂L
           =0
        ∂ϕ

                               1
       Diperoleh : m r 2ϕ +
                                QBo r 2 = kons tan
                               2
       Kemudian :
                        ∂L
                           =m z
                              
                        ∂z
                         

                        ∂L
                           =Q Eo
                        ∂z

       Sehingga :               m  =Q E o
                                  z



Andaikanlah dicari solusi dengan r tetap, maka diperoleh dari
persamaan Lagrange pertama diatas :

                                                                    55
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi

         0 = ( m ϕ + Q Bo ) ϕ
                           

                                    Q Bo
          ϕ=0 , atau
                           ϕ =−
                            
                                     m

Sedangkan persamaan ketiga memberikan :

                       QE
                 =
                z         = tetap
                       m

Artinya gerak dipercepat dalam arah z.
                                                               Q Bo
       Secara      skematik     solusi     dengan      ϕ =−
                                                       
                                                                m
diterangkan disamping.

Bagaimanakah lintasan bila diambil ϕ=0 ?s
                                   




SOAL SOAL

Gunakan metode Lagrange untuk mencari persamaan gerak
berikut, kecuali ada pernyataan lain.

1. Cari persamaan diferensial gerak peluru dalam sebuah
   medan gravitasi seragam tanpa hambatan/gesekan udara.
2. Cari percepatan bola pejal seragam yang menggelinding
   dengan sempurna pada bidang miring.
Mekanika
Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi


3. Dua buah balok dengan massa sama m dihibungkan oleh
   sebuah tali yang lunak. Salah satu balok berada di atas meja
   yang licin (tanpa gesekan) dan yang lain tergantung pada
   ujung meja. Carilah percepatan sistem jika massa tali
   diabaikan.
4. Sebuah bola dengan massa m bergerak ke bawah pada
   sebuah bidang miring bermassa M dengan sudut
   kemiringan θ serta bebas bergerak pada bidang datar yang
   licin. Kontak antara bola dengan bidang miring adalah
   kasar sempurna. Carilah percepatan bidang miring.
5. Gunakan metode Hamilton untuk mencari persamaan
   gerak berikut :

    a. Bandul sederhana.
    b. Mesin Atwood sederhana.
    c. Benda yang meluncur ke bawah pada sebuah bidang
       miring.




                                                                    57

More Related Content

What's hot

Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.Satria Wijaya
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Rezki Amaliah
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2sinta novita
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)Albara I Arizona
 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikbestricabebest
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiSamantars17
 
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soalKapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soalAzhar Al
 
Metode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumMetode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumWahyu Priyanti
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Rezki Amaliah
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikwindyramadhani52
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Heni Widayani
 
Ppt gelombang
Ppt gelombangPpt gelombang
Ppt gelombangRaa Yu
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika IntiFKIP UHO
 

What's hot (20)

Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonik
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
 
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soalKapasitans dan dielektrik dan contoh soal
Kapasitans dan dielektrik dan contoh soal
 
Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
 
Metode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumMetode Numerik Trapesium
Metode Numerik Trapesium
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
 
Mekanika lagrangean
Mekanika lagrangeanMekanika lagrangean
Mekanika lagrangean
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 
Fisika Zat Padat
Fisika Zat PadatFisika Zat Padat
Fisika Zat Padat
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
Ppt gelombang
Ppt gelombangPpt gelombang
Ppt gelombang
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 

Similar to Persamaan Lagrange dan Hamilton

Similar to Persamaan Lagrange dan Hamilton (20)

Mekanika lagrange
Mekanika lagrangeMekanika lagrange
Mekanika lagrange
 
Bab1 perpindahan panas
Bab1 perpindahan panasBab1 perpindahan panas
Bab1 perpindahan panas
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
 
Pendahuluan1
Pendahuluan1Pendahuluan1
Pendahuluan1
 
Fourier
FourierFourier
Fourier
 
Bab 9 analisis keadaan tunak sinusoidal
Bab 9 analisis keadaan tunak sinusoidalBab 9 analisis keadaan tunak sinusoidal
Bab 9 analisis keadaan tunak sinusoidal
 
Andi navira indyani
Andi navira indyaniAndi navira indyani
Andi navira indyani
 
Andi navira indyanii
Andi navira indyaniiAndi navira indyanii
Andi navira indyanii
 
Integral
IntegralIntegral
Integral
 
Andi navira
Andi naviraAndi navira
Andi navira
 
Andi navira
Andi naviraAndi navira
Andi navira
 
Integral lipat dua dalam koordinat cartecius
Integral lipat dua dalam koordinat carteciusIntegral lipat dua dalam koordinat cartecius
Integral lipat dua dalam koordinat cartecius
 
Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)
Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)
Mekanika lagrangian (miftah alfi yasin/M0213056)
 
K alkulus perumuman teorema stokes
K alkulus   perumuman teorema stokesK alkulus   perumuman teorema stokes
K alkulus perumuman teorema stokes
 
Rumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhORumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhO
 
R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2
 
Medan magnet sebagai_medan_listrik
Medan magnet sebagai_medan_listrikMedan magnet sebagai_medan_listrik
Medan magnet sebagai_medan_listrik
 
Pd7
Pd7Pd7
Pd7
 
Kalkulus 1
Kalkulus 1Kalkulus 1
Kalkulus 1
 

More from Kira R. Yamato

Tutorial game-maker-bagi-pemula
Tutorial game-maker-bagi-pemulaTutorial game-maker-bagi-pemula
Tutorial game-maker-bagi-pemulaKira R. Yamato
 
Paparan pembekalan kkl 20 januari 2014
Paparan pembekalan kkl   20 januari 2014Paparan pembekalan kkl   20 januari 2014
Paparan pembekalan kkl 20 januari 2014Kira R. Yamato
 
Paparan pembekalan kkl 9 juli 2013
Paparan pembekalan kkl   9 juli 2013Paparan pembekalan kkl   9 juli 2013
Paparan pembekalan kkl 9 juli 2013Kira R. Yamato
 
Rock mag 1 (2013.15) terjemah
Rock mag 1 (2013.15) terjemahRock mag 1 (2013.15) terjemah
Rock mag 1 (2013.15) terjemahKira R. Yamato
 
Speed of light apparatus modul
Speed of light apparatus modulSpeed of light apparatus modul
Speed of light apparatus modulKira R. Yamato
 
Pembiasan pada trapesium
Pembiasan pada trapesiumPembiasan pada trapesium
Pembiasan pada trapesiumKira R. Yamato
 
Tuntunan menulis artikel
Tuntunan menulis artikel Tuntunan menulis artikel
Tuntunan menulis artikel Kira R. Yamato
 
Supriyanto s komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
Supriyanto s   komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...Supriyanto s   komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
Supriyanto s komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...Kira R. Yamato
 
Laporan eksperimen go 5 kelompok 7
Laporan eksperimen go 5 kelompok 7Laporan eksperimen go 5 kelompok 7
Laporan eksperimen go 5 kelompok 7Kira R. Yamato
 
Mengatasi apache xampp yang tidak bisa berjalan
Mengatasi apache xampp yang tidak bisa berjalanMengatasi apache xampp yang tidak bisa berjalan
Mengatasi apache xampp yang tidak bisa berjalanKira R. Yamato
 
Gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetikGelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetikKira R. Yamato
 

More from Kira R. Yamato (20)

Tutorial game-maker-bagi-pemula
Tutorial game-maker-bagi-pemulaTutorial game-maker-bagi-pemula
Tutorial game-maker-bagi-pemula
 
Fisika komputasi
Fisika komputasiFisika komputasi
Fisika komputasi
 
Fisika komputasi
Fisika komputasiFisika komputasi
Fisika komputasi
 
Fisika komputasi
Fisika komputasiFisika komputasi
Fisika komputasi
 
Sosialisasi+kp+09
Sosialisasi+kp+09Sosialisasi+kp+09
Sosialisasi+kp+09
 
Paparan pembekalan kkl 20 januari 2014
Paparan pembekalan kkl   20 januari 2014Paparan pembekalan kkl   20 januari 2014
Paparan pembekalan kkl 20 januari 2014
 
Ujian pkl
Ujian pkl Ujian pkl
Ujian pkl
 
Paparan pembekalan kkl 9 juli 2013
Paparan pembekalan kkl   9 juli 2013Paparan pembekalan kkl   9 juli 2013
Paparan pembekalan kkl 9 juli 2013
 
Rock mag 1 (2013.15) terjemah
Rock mag 1 (2013.15) terjemahRock mag 1 (2013.15) terjemah
Rock mag 1 (2013.15) terjemah
 
Speed of light apparatus modul
Speed of light apparatus modulSpeed of light apparatus modul
Speed of light apparatus modul
 
Tugas go polarisasi
Tugas go polarisasiTugas go polarisasi
Tugas go polarisasi
 
Pembiasan pada trapesium
Pembiasan pada trapesiumPembiasan pada trapesium
Pembiasan pada trapesium
 
Tuntunan menulis artikel
Tuntunan menulis artikel Tuntunan menulis artikel
Tuntunan menulis artikel
 
Supriyanto s komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
Supriyanto s   komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...Supriyanto s   komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
Supriyanto s komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
 
Laporan eksperimen go 5 kelompok 7
Laporan eksperimen go 5 kelompok 7Laporan eksperimen go 5 kelompok 7
Laporan eksperimen go 5 kelompok 7
 
Dasar matlab
Dasar matlabDasar matlab
Dasar matlab
 
Modul delphi
Modul delphiModul delphi
Modul delphi
 
Mengatasi apache xampp yang tidak bisa berjalan
Mengatasi apache xampp yang tidak bisa berjalanMengatasi apache xampp yang tidak bisa berjalan
Mengatasi apache xampp yang tidak bisa berjalan
 
Gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetikGelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik
 
G e hay's
G e hay'sG e hay's
G e hay's
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

Persamaan Lagrange dan Hamilton

  • 1. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Persamaan Lagrange dan Hamilton Pada bagian awal kita telah menggunakan hukum- hukum Newton untuk menganalisis gerak sebuah benda. Dengan menggunakan hukum ini kita dapat menurunkan persamaan gerak benda. Hukum Newton dapat diterapkan, jika gaya yang bekerja pada sebuah benda diketahui. Namun dalam kebanyakan kasus, persoalan yang dihadapi terkadang tidak mudah diselesaikan dengan menggunakan dinamika gerak serta persyaratan awal yang diberikan. Sebagai contoh, benda yang bergerak pada sebuah permukaan berbentuk bola. Persoalan yang dihadapi bukan hanya pada bentuk gaya yang bekerja, akan tetapi penggunaan koordinat, baik cartesian maupun koordinat lainnya sudah tidak efektif lagi digunakan, sekalipun bentuk persamaan gayanya diketahui. Dalam bab ini akan dibahas tentang sebuah pendekatan yang lebih efektif digunakan dalam mencari persamaan gerak sistem yang pertama dikembangkan oleh matematikawan Perancis Joseph Louis Lagrange yang disebut formalisme Lagrange. Disamping formalisme Lagrange terdapat pula formalisme Hamilton yang sangat mirip. Perbedaaan keduanya terletak pada koordinat umum yang dipakai. Formalisme Hamilton menggunakan posisi dan kecepatan sebagai koordinat rampatan yang menghasilkan persamaan linier orde- dua, sedangkan pada formalisme Hamilton posisi dan momentum digunakan untuk koordinat rampatan yang menghasilkan persamaan diferensial orde-satu. Hasil yang diperoleh dengan kedua formalisme tersebut konsisten dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan hukum-hukum Newton. 1
  • 2. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi A. KOORDINAT RAMPATAN (UMUM) Posisi sebuah partikel dalam l ruang dapat dinyatakan dengan menggunakan tiga jenis koordinat; dapat berupa koordinat Kartesian, koordinat bola atau koordinat silinder. Jika partikel bergerak pada sebuah bidang, atau pada sebuah permukaan yang terbatas, maka hanya dibutuhkan dua koordinat untuk menyatakan posisinya, sedangkan untuk partikel yang bergerak pada sebuah garis lurus atau pada lintasan lengkung cukup dengan menggunakan satu koordinat saja. Jika sistem yang ditinjau mengandung N partikel, maka diperlukan paling kurang 3N koordinat untuk menyatakan posisi semua partikel. Secara umum, terdapat n jumlah minimum koordinat yang diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem. Koordinat-koordinat tersebut dinyatakan dengan q1, q2, …..qn (1) yang disebut dengan koordinat rampatan (generalized coordinates). Istilah rampat diambil dari kata merampat dan papan Koordinat qk dapat saja berupa sudut atau jarak. Tiap koordinat dapat berubah secara bebas terhadap lainnya; sistem tersebut dinamakan holonomic. Jumlah koordinat n dalam hal ini disebut dengan derajat kebebasan sistem tersebut. Dalam sistem yang nonholonomic, masing-masing koordinat tidak dapat berubah secara bebas satu sama lain, yang berarti bahwa banyaknya derajat kebebasan adalah lebih kecil dari jumlah minimum koordinat yang diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem. Salah satu contoh sistem nonholonomic adalah sebuah bola yang dibatasi meluncur pada sebuah bidang kasar. Lima koordinat diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem, yakni dua koordinat untuk menyatakan posisi pusat bola dan tiga koordinat untuk
  • 3. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi menyatakan perputarannya. Dalam hal ini, koordinat-koordinat tersebut tidak dapat berubah semuanya secara bebas. Jika bola tersebut menggelinding, paling kurang dua koordinat mesti berubah. Dalam pembahasan selanjutnya kita akan membatasi diri pada sistem holonomic. Untuk partikel tunggal, fungsi koordinat rampatan lebih mudah diungkapkan dengan menggunakan koordinat Kartesius: x = x(q) (satu derajat kebebasan - gerak pada sebuah kurva). x = x(q1,q2) (dua derajat kebebasan - gerak pada sebuah permukaan). x = x(q1,q2,q3) y = y(q1,q2,q3) z = z(q1,q2,q3) (tiga derajat kebebasan - gerak dalam sebuah ruang) Misalkan q berubah dari harga awal (q1,q2, ….) menuju harga (q1+δq1,q2+δq1 ..). Perubahan koordinat Kartesius yang bersesuaian adalah : ∂x ∂x δx = δq 1 + δq 2 + ..... (2) ∂q 1 ∂q 2 ∂y ∂y δy = δq 1 + δq 2 + ..... (3) ∂q 1 ∂q 2 3
  • 4. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi ∂z ∂z δz = δq 1 + δq 2 + ..... (4) ∂q 1 ∂q 2 Turunan parsial ∂x/∂q1 dan seterusnya adalah fungsi dari q. Sebagai contoh, misalkan sebuah partikel bergerak dalam bidang. Misalkan kita memilih koordinat kutub untuk menyatakan konfigurasi sistem, maka dalam hal ini : q1 = r q2 = θ (5) Selanjutnya : x = x(r,θ) = r cosθ y = y(r,θ) = r sinθ (6) dan ∂x ∂x δx = δq 1 + δq 2 = cos θ δr - r sin θ δθ (7) ∂q 1 ∂q 2 ∂y ∂y δy = δq 1 + δq 2 = sin θ δr + r cos θ δθ (8) ∂q 1 ∂q 2 Sekarang perhatikan sebuah sistem yang mengandung sejumlah n partikel; dalam hal ini mengandung n derajat kebebasan serta koordinat rampatannya dinyatakan dengan : q1, q2, …..qn (9) Selanjutnya perubahan konfigurasi dari (q1, q2, …..qn) ke konfigurasi di dekatnya (q1+δq1, q2+δq2, …qn+δqn) menyatakan perpindahan partikel ke i dari titik (x i,yi,zi) ke titik di dekatnya (xi+δxi,yi+δyi,zi+δzi) dimana:
  • 5. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi n ∂x i δx i = ∑ ∂q k =1 k δq k (10) n ∂y i δy i = ∑ ∂q k =1 k δq k (11) n ∂z i δz i = ∑ ∂q k =1 k δq k (12) Persamaan (10–12) menunjukkan bahwa turunan parsialnya merupakan fungsi q. Selanjutnya kita akan mengambil indeks i untuk menyatakan koordinat rectangular, dan indeks k untuk menyatakan koordinat rampatan. Simbol x i kita pakai untuk menyatakan sembarang koordinat rectangular. Jadi, untuk sistem yang mengandung N partikel, i dapat berharga antara 1 dan 3N. B. GAYA RAMPATAN Jika sebuah partikel mengalami pergeseran sejauh δr dibawah pengaruh sebuah gaya aksi F, gaya yang bekerja padanya dinyatakan dengan δW = F ⋅ δr = Fx δx + Fy δy + Fz δz (13) Dalam bentuk yang lebih sederhana dapat dinyatakan dengan δW = ∑F δx i i i (14) 5
  • 6. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Tampak bahwa persamaan di atas tidak hanya berlaku untuk partikel tunggal, tetapi juga untuk sistem banyak partikel. Untuk satu partikel, harga i adalah dari 1 sampai 3. Untuk N partikel, harga i adalah dari 1 sampai 3N. Jika pertambahan δxi dinyatakan dalam koordinat rampatan, maka diperoleh  ∂x i  δW = ∑ F ∑ ∂q i   i k k δq k     ∂x i  = ∑ ∑F ∂q   i k i k δq k    (15)  ∂x i  = ∑ ∑F ∂q   i k i k  δq k  Persamaan di atas juga dapat ditulis δW = ∑Q k k δq k (16) dimana :  ∂x i  Qk = ∑  F dq   i k    (17) Besaran Qk yang didefinisikan menurut persamaan di atas disebut dengan gaya rampatan. Oleh karena perkalian Qkδqk memiliki dimensi kerja/usaha, maka dimensi Qk adalah gaya jika qk menyatakan jarak, dan dimensi Qk adalah torka, jika qk menyatakan sudut.
  • 7. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi C. GAYA RAMPATAN UNTUK SISTEM KONSERVATIF Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah partikel dalam sebuah medan gaya konservatif, besarnya gaya tersebut dinyatakan oleh persamaan ∂V Fi = − ∂x i (18) dimana V menyatakan sebuah fungsi energi potensial. Oleh karena itu perumusan gaya rampatan dapat dinyatakan  ∂V ∂x i  Q k = −   ∑ ∂x i i ∂q k    (19) Suku yang berada dalam tanda kurung tak lain adalah turunan parsial fungsi V terhadap qk. Oleh karena itu ∂V Qk = − (20) ∂q k Misalkan, kita menggunakan koordinat kutub, q1 = r ; q2 = θ, maka gaya rampatan dapat dinyatakan dengan Qr = -∂V/∂r ; Qθ = -∂V/∂θ. Jika V merupakan fungsi r saja (dalam kasus gaya sentral), maka Qθ = 0. 7
  • 8. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi D. PERSAMAAN LAGRANGE Untuk mencari persamaan diferensial gerak sebuah benda yang dinyatakan dalam koordinat rampatan, kita dapat memulai dengan persamaan berikut: Fi = m i  i x (21) dan selanjutnya kita akan mencoba menyatakan persamaan tersebut dalam q. Pendekatan pertama yang akan kita pakai adalah dari persamaan energi. Kita akan menghitung energi kinetik T dalam bentuk koordinat Kartesian dan selanjutnya kita akan nyatakan dalam koordinat rampatan dan turunannya terhadap waktu. Energi kinetik T dari sebuah sistem yang mengandung N partikel dapat dinyatakan dengan ∑[ ] k T= 1 2 m i ( x 1 + y i2 + z i2 2   (22) i =1 atau dalam bentuk yang lebih ringkas ditulis sebagai berikut 3N T= ∑ i =1 1 2 m i x i2  (23) Mari kita mencoba menyatakan hubungan antara koordinat x dan q yang juga mengandung waktu t secara eksplisit. Kita dapat misalkan x i = x i ( q 1 , q 2 ,..., q n , t ) (24) dan selanjutnya
  • 9. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi ∂x i ∂x i xi =  ∑ ∂q k qk +  ∂t (25) Dalam pembahasan selanjutnya, kita tetapkan bahwa harga i adalah 1,2, …..3N dimana N menyatakan jumlah partikel dalam sistem, dan harga k adalah 1,2, . ….n; dimana n menyatakan jumlah koordinat rampatan (derajat kebebasan) sistem. Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa energi kinetik sebagai fungsi koordinat rampatan, turunannya terhadap waktu, atau mungkin dalam waktu. Dalam banyak hal, waktu t tidak secara eksplisit terkait hubungan antara x i dan qk, sehingga ∂xi/∂t = 0. Jelaslah bahwa energi kinetik T merupakan fungsi kuadrat yang homogen dari kecepatan rampatan q k .  ∂x i  ∂x i Dari persamaan = ∂q k  ∂q k (26) Kalikan kedua ruas (ruas kiri dan kanan) dengan x i dan  diferensialkan terhadap t, akan diperoleh: d  ∂x i  d  ∂x i    xi   ∂q  = dt  x i ∂q   dt  k    k   ∂x i ∂x i  =  i x + xi  (27) ∂q k ∂q k atau d  ∂ x i2   ∂x i ∂  x i2     x    ∂q 2  =  i ∂q + ∂q dt   k  2  (28)  k k   9
  • 10. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Jika selanjutnya kita kalikan mi dan kita gunakan hubungan m i  i = Fi , kita dapat peroleh x d ∂  m i x i2   ∂x ∂  m i x i2     = Fi i +   (29)  2 dt ∂q k    ∂q k ∂q k  2     Lakukan penjumlahan terhadap i akan diperoleh : d ∂T  ∂x i  ∂T dt ∂q k  = ∑  F ∂q i   i k  +  ∂q k (30) Dari definisi gaya rampatan kita peroleh d ∂T ∂T = Qk + (31) dt ∂q k  ∂q k Ini adalah persamaan diferensial gerak yang dinyatakan dalam koordinat rampatan dan dikenal dengan persamaan Lagrange untuk gerak. Dalam kasus gerakannya adalah konservatif, persamaan Lagrange dapat ditulis sebagai berikut: d ∂T ∂T ∂V = − dt ∂q k  ∂q k ∂q k (32) Persamaan ini biasanya ditulis dalam bentuk yang lebih singkat dengan mendefinisikan fungsi Lagrangian L yakni
  • 11. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi L=T-V (33) Yang berarti bahwa kita dapat menyatakaan T dan V dalam koordinat rampatan. Oleh karena V = V(qk) dan ∂V / ∂q k = 0 ,  kita peroleh ∂L ∂T ∂L ∂T ∂V = dan = − ∂q k  ∂q k  ∂q k ∂q k ∂q k (34) Persamaan Lagrange dapat ditulis d ∂L ∂L = (35) dt ∂q k  ∂q k Persamaan diferensial gerak untuk suatu sistem konservatif dapat dicari jika kita ketahui fungsi Lagrangian dalam bentuk koordinat tertentu. Di sisi lain, jika gaya rampatan tidak konservatif, misalkan nilainya adalah Q 'k , maka kita dapat menuliskan ∂V Q k = Q 'k − (36) ∂q k Selanjutnya kita dapat mendefinisikan sebuah fungsi Lagrangian L = T - V, dan menuliskan persamaan diferensial gerak dalam bentuk d ∂L ∂L = Q 'k + (37) dt ∂q k  ∂q k 11
  • 12. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi d ∂L ∂L − = Qk ' (37) dt ∂q  k ∂qk Bentuk di atas lebih mudah dipakai jika gaya gesekan diperhitungkan. E. BEBERAPA CONTOH PEMAKAIAN PERSAMAAN LAGRANGE Berikut ini akan dibahas beberapa kehandalan persamaan Lagrange untuk menyelesaikan masalah-masalah gerak. Prosedur umum yang dipakai untuk mencari persamaan diferensial gerak dari sebuah sistem adalah sebagai berikut: 1. Pilih sebuah kumpulan koordinat untuk menyatakan konfigurasi sistem. 2. Cari energi kinetik T sebagai fungsi koordinat tersebut beserta turunannya terhadap waktu. 3. Jika sistem tersebut konservatif, cari energi potensial V sebagai fungsi koordinatnya, atau jika sistem tersebut tidak konservatif, cari koordinat rampatan Qk. 4. Persamaan deferensial gerak selanjutnya dapat dicari dengan menggunakan persamaan di atas. Beikut ini adalah beberapa contoh pemakaiannya : 1. Pandanglah sebuah partikel bermassa m yang bergerak akibat pengaruh gaya sentral pada sebuah bidang. Rumuskan persamaan gerak partikel tersebut.
  • 13. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Misalkan koordinat polar (r,θ) digunakan sebagai koordinat rampatan. Koordinat Cartesian (r,θ) dapat dihubungkan melalui : x = r cos θ y = r sin θ Energi kinetik partikel dapat ditulis : T = 1 mv 2 = 1 m ( x 2 + y 2 ) = 1 m ( r 2 + r 2 θ2 ) 2 2   2   Energi potensial oleh gaya sentral k k V=− =− (x + y2 ) 1/ 2 2 r Persamaan Lagrange untuk sistem ini: k L = T − V = 1 m ( r 2 + r 2θ2 ) + 2   r Dari persamaan Lagrange: d ∂T ∂T ∂V = − dt ∂q k  ∂q k ∂q k d  ∂L  ∂L   ÷− =0 dt  ∂q k  ∂q k Substitusi q1 = r dan q2 = θ, diperoleh: 13
  • 14. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi d  ∂L  ∂L   ÷− =0 dt  ∂r  ∂r d  ∂L  ∂L   ÷− =0 dt  ∂θ  ∂θ Dari kedua persamaan di atas diperoleh: ∂L = mr  ∂r  d  ∂L    ÷ = mr dt  ∂r  ∂L  k = mrθ2 − 2 ∂r  r  k mr 2 − mrθ2 = −  r2 Untuk partikel yang bergerak dalam medan konservatif : ∂V(r) ∂ k F(r) = − = − − 2 ÷ ∂r ∂r  r  Jadi :   mr 2 = mrθ2 + Fr Dari persamaan Lagrange : ∂L 2 ∂L  = mr θ =0 ∂θ ∂θ
  • 15. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi d  ∂L   2   ÷ = 2mrrθ + mr θ dt  ∂θ  2mrrθ + mr 2 = 0  θ d dJ atau : dt (  mr 2 θ = ) dt =0 Hal ini berarti bahwa J merupakan momentum sudut yang nilainya konstan. Integrasi persamaan di atas menghasilkan  J = mr 2 θ = konstan Berdasarkan persamaan di atas dapat dikatakan bahwa dalam medan konservatif momentum sudut J, merupakan tetapan gerak. 2. Osilator Harmonik Pandanglah sebuah osilator harmonik 1-dimensi, dan misalkan padanya bekerja sebuah gaya peredam yang besarnya sebanding dengan kecepatan. Oleh karena itu sistem dapat dipandang tidak konservatif. Jika x menyatakan pergeseran koordinat, maka fungsi Lagrangiannya adalah L=T-V= 1 2 mx 2 − 1 kx 2  2 (38) dimana m adalah massa dan k adalah tetapan kelenturan pegas. Selanjutnya: 15
  • 16. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi ∂L ∂L = mx dan  = −kx ∂x  ∂x (39) Oleh karena pada sistem bekerja gaya yang tidak konservatif yang harganya sebanding dengan kecepatan; dalam hal ini Q' = -c  , sehingga persamaan gerak dapat x ditulis : d ( mx ) = −cx + ( −kx )   dt (40) mx +  +  cx kx =0 Ini tak lain adalah persamaan gerak osilator harmonik satu dimensi dengan gaya peredam yang sudah kita kenal. 3. Partikel yang berada dalam medan sentral. Mari kita rumuskan persamaan Lagrange gerak sebuah partikel dalam sebuah bidang di bawah pengaruh gaya sentral. Kita pilih koordinat polar q1 = r, q2 = θ. Maka 2 2  (  T = 1 mv 2 = 1 m r 2 + r 2 θ 2 ) (41) V = V(r ) (42) 2 (  ) L = 1 m r 2 + r 2 θ 2 − V( r ) (43) Selanjutnya dengan menggunakan persamaan Lagrange, diperoleh :
  • 17. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi ∂L ∂L  = mr  = mrθ2 −f ( r ) ∂r  ∂r (44) ∂L ∂L  =0 = mr 2 θ ∂θ  ∂θ (45) Oleh karena sistemnya tidak konservatif, maka persamaan geraknya adalah : d ∂L ∂L d ∂L ∂L = = (46) dt ∂r  ∂r  dt ∂θ ∂θ r 2 m = mrθ +f (r ) d dt ( ) mr 2 θ = 0 (47) 4. Mesin Atwood Sebuah mesin Atwood yang terdiri dari dua benda bermassa m1 dan m2 dihubungkan oleh tali homogen yang panjangnya l dan dilewatkan pada katrol (lihat gambar). Sistem ini memiliki satu derajat kebebasan. Kita ambil variabel x untuk menyatakan konfigurasi sistem, dimana x adalah jarak vertikal dari katrol ke massa m 1 seperti yang ditunjukkan pada gambar.a l-x x m1 17 m2
  • 18. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Gambar 2. 1 Mesin atwood tunggal Kecepatan sudut katrol adalah x / a , dimana a adalah jari-  jari katrol. Energi kinetik sistem ini adalah : x2  T = 1 m1 x 2 + 1 m 2 x 2 + 1 I 2  2  2 (48) a2 dimana I adalah momen inersia katrol. Energi potensial sistem adalah : V = −m2 gx − m1 g( l − x ) (49) Anggap bahwa pada sistem tidak bekerja gaya gesekan, sehingga fungsi Lagrangiannya adalah  I  L = 1  m1 + m 2 + 2  x 2 + g( m1 − m 2 ) x + m 2 gl 2  (50)  a  dan persamaan Lagrangenya adalah
  • 19. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi d ∂L ∂L = dt ∂x  ∂x (51) yang berarti bahwa :  I   m1 + m 2 + 2   = g( m1 − m 2 ) x (52)  a  atau m1 − m 2  = g x (53) m1 + m 2 + I / a 2 adalah percepatan sistem. Nampak bahwa jika m 1>m2, maka m1 akan bergerak turun, sebaliknya jika m1<m2 maka m1 akan bergerak naik dengan percepatan tertentu. 5. Mesin Atwood Ganda Mesin Atwood ganda diperlihatkan pada gambar 2.2.. Nampak bahwa sistem tersebut mempunyai dua derajat kebebasan. Kita akan menyatakan konfigurasi sistem dengan koordinat x dan x'. Massa katrol dalam hal ini diabaikan (untuk menyederhanakan persoalan). Energi kinetik dan energi potensial sistem adalah : T = 1 m1 x 2 + 1 m 2 ( − x + x' ) 2 + 1 m 3 ( − x − x' ) 2 2  2   2   (54) V = −m 1gx − m 2 g( l − x + x' ) − m 3 g( l − x + l'−x' ) (55) 19
  • 20. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi dimana m1, m2 dan m3 adalah massa masing-masing beban, dan l serta l' adalah panjang tali penghubungnya. l-x x m1 l'-x’ m2 m3
  • 21. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Gambar 2.2. Mesin Atwood Ganda L = 1 m1x 2 + 1 m 2 (− x + x ') 2 + 1 m 3 (− x − x ') 2 + g(m1 − m 2 − m 3 )x + 2  2   2   g(m 2 − m3 )x '+ tetapan (56) sehingga persamaan geraknya dapat ditulis : d ∂L ∂L d ∂ L ∂L = = dt ∂x  ∂x dt ∂' ∂ ' x x (57) dengan penyelesaian m1 + m 2 (  − ' ) + m 3 (  + ' ) = g( m1 − m 2 − m 3 ) x x x x x (58) m 2 ( − + ' ) + m 3 (  + ' ) = g( m 2 − m 3 ) x x x x (59) dan dari persamaan ini percepatan  dan x ' dapat x ditentukan. 6. Partikel yang bergerak pada bidang miring yang dapat digerakkan. Mari kita tinjau sebuah persoalan dimana sebuah partikel meluncur pada sebuah bidang miring yang juga dapat bergerak pada permukaan datar yang licin, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3. Dalam persoalan ini terdapat dua derajat kebebasan, sehingga kita butuhkan dua koordinat untuk menggambarkan keadaan sistem yang kita tinjau. Kita akan memilih koordinat x dan x' yang masing-masing menyatakan pergeseran dalam arah horisontal bidang terhadap titik acuan 21
  • 22. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi dan pergeseran partikel dari titik acuan terhadap bidang seperti yang ditunjukkan pada gambar. Dari analisis diagram vektor kecepatan, nampak bahwa kuadrat kecepatan partikel diperoleh dengan menggunakan hukum kosinus : v 2 = x 2 + x '2 + 2 xx' cos θ    (60) Oleh karena itu energi kinetiknya adalah T = 1 mv 2 + 1 Mx 2 = 1 m( x 2 + x ' 2 + 2 x 2 x '2 cosθ) + 1 Mx 2 2 2  2     2  (61) dimana M adalah massa bidang miring dengan sudut kemiringan θ, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.3. dan m adalah massa partikel. Energi potensial sistem tak terkait dengan x oleh karena bidangnya horisontal, sehingga kita dapat tuliskan : V=mgx'sin θ + tetapan (62) dan L = 1 m(x 2 + x '2 + 2xx 'cos θ) + 1 Mx 2 + mgx 'sinθ + tetapan 2    2  (63) Persamaan geraknya d ∂L ∂L d ∂ L ∂L = = dt ∂x  ∂x dt ∂ ' ∂ ' x x (64) sehingga
  • 23. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi m(  + ' cosθ) + M = 0 ; x x x m(  ' + cosθ) + = mgsinθ x x (65) Percepatan  dan  ' adalah : x x − g sin θ cos θ − g sin θ  = x ' = x m+M ; m cos 2 θ − cos 2 θ 1− m m +M (66) x  θ x'  x' v m x M θ 23
  • 24. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Gambar 2. 3 Gerak pada bidang miring dan representasi vektornya 7. Penurunan persamaan Euler untuk rotasi bebas sebuah benda tegar. Metode Lagrange dapat digunakan untuk menurunkan persamaan Euler untuk gerak sebuah benda tegar. Kita akan tinjau kasus torka - rotasi bebas. Kita ketahui bahwa energi kinetik diberikan oleh persamaan: 1 T= (I1ω1 + I 2 ω2 + I 3 ω3 ) 2 2 2 (67) 2 Dalam hal ini harga ω mengacu pada sumbu utama. Dalam Bagian sebelumnya telah ditunjukkan bahwa ω dapat dinyatakan dalam sudut Euler θ, φ dan ψ sebagai berikut:   ω1 = θ cos ψ + φ sin θ sin ψ   ω = −θ sin ψ + φ sin θ cos ψ (68) 2   ω3 = ψ + φcos θ Dengan memperhatikan sudut Eulerian sebagai koordinat rampatan, persamaan geraknya adalah: d ∂L ∂L  = dt ∂θ ∂θ (69) d ∂ L ∂L = dt ∂ φ ∂ φ (70)
  • 25. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi d ∂ L ∂L = dt ∂ψ ∂  ψ (71) oleh karena Q (gaya rampatan) semuanya nol. Dengan menggunakan aturan/dalil rantai : ∂L ∂T ∂ω3 = ∂ψ ∂ω3 ∂ψ   (72) Sehingga d ∂ L = I 3ω 3 dt ∂ ψ (73) Dengan menggunakan lagi aturan rantai, kita peroleh ∂T ∂ω ∂ω2 = I1ω1 1 + I 2 ω2 ∂ψ ∂ψ ∂ψ     = I1ω1 ( −θsin ψ + φsin θ cos ψ) + I 2 ω2 ( −θ cos ψ − φsin θsin ψ) = I1ω ω −I 2 ω ω 1 2 2 1 (74) Akibatnya, persamaan 71 menjadi : I 3ω = ω ω ( I1 − I 2 ) 3 1 2 (75) 25
  • 26. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi yang mana seperti yang ditunjukkan dalam bagian sebelumnya adalah persamaan Euler ketiga untuk rotasi bebas sebuah benda tegar dibawah pengaruh torka nol. Persamaan Euler lainnya dapat diperoleh dengan melakukan permutasi siklik (putaran) dari subskrip : 1→2, 2→3, 3→1. 8. Pandanglah sebuah benda bermassa m (gambar 2.4) meluncur dengan bebas pada sebuah kawat dengan lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari a. Lingkaran kawat berputar searah jarum jam pada bidang horisontal dengan kecepatan sudut ω disekitar titik O. (a). Selidiki bagaimana gerak benda tersebut, dan (b). Bagaimana reaksi lingkaran kawat.
  • 27. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Gambar 2.4. Gerak pada kawat melingkar Perhatikan gambar di atas. C adalah pusat lingkaran kawat. Diameter OA membentuk sudut φ = ωt dengan sumbu- X, sedangkan benda bermassa m membentuk sudut θ dengan diameter OA. Jika yang kita perhatikan hanyalah gerak benda bermassa m saja, maka sistim yang kita tinjau memiliki satu derajat kebebasan, oleh karena itu hanya koordinat rampatan q = θ yang dipakai. Berdasarkan gambar 2.4 a dan 2.4 b, kita dapat tuliskan: x = a cos ωt + a cos(ωt + θ) y = a sin ωt + a sin(ωt + θ) x = −aω sin ωt − a [ sin(ωt + θ)] (ωt + θ)   y = aω cos ωt + a[ cos(ωt + θ)] (ωt + θ)   Kuadratkan persamaan-persamaan di atas, kemudian jumlahkan akan diperoleh besaran energi kinetik : 2   2 [  (2 )  ( ) T = 1 m( x 2 + y 2 ) = 1 ma 2 ω 2 + θ + ω + 2ω θ + ω cos θ ] ∂T   ( = ma 2 θ + ω + ω cos θ ) ∂θ dan d  ∂T  dt  ∂θ  2 θ (    = ma  − ωθ sin θ  ) 27
  • 28. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi ∂T ∂θ ( ) = −ma 2 ω θ + ω sin θ Selanjutnya persamaan Lagrange : d  ∂T  ∂T  − = Q1 dt  ∂q 1  ∂q 1    Dalam hal ini Q1 = 0 dan q1 = θ, maka persamaan yang dihasilkan : ( ) ( ) ma 2  − ωθ sin θ + ma 2 θ + ω sin θ = 0 θ    + ω 2 sin θ = 0 θ Persamaan di atas menggambarkan gerak benda bermassa m pada lingkaran kawat. Untuk harga θ yang cukup kecil,  + ω2 θ = 0 θ yang tak lain adalah gerak bandul sederhana. Bandingkan dengan persamaan berikut :  + g θ = 0 θ l Dan kita peroleh g g ω2 = atau l = 2 l ω Ini berarti bahwa benda bermassa m berosilasi di sekitar garis berputar OA sebagai bandul sederhana yang panjangnya l = g / ω2 . Persamaan tersebut selanjutnya dapat juga
  • 29. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi digunakan untuk menghitung kecepatan dan posisi benda bermassa m. b.Untuk menghitung reaksi kawat, kita mesti melihat pergeseran virtual massa m dalam suatu arah yang tegaklurus pada kawat. Untuk maksud tersebut, kita anggap bahwa jarak CB sama dengan jarak r (merupakan variabel dan bukan tetapan), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4 c. Maka dalam hal ini terdapat dua derajat kebebasan dan dua koordinat rampatan, yakni r dan θ. Dari gambar nampak bahwa: x = a cos ωt + r cos(ωt +θ ) y = a sin ωt + r sin(ωt +θ )   ( x = − aω sin ω t + r cos ( ωt + θ ) − r [ sin( ωt + θ ) ] ω + θ )   ( y = aω cos ω t + r sin( ωt + θ ) + r [ cos( ωt + θ ) ] ω + θ ) m( x 2 + y 2 ) 1 T =   2 1 2 [  ( = m a 2ω 2 + r 2 + r 2 θ + ω ) 2 ( ) + 2aω r sin θ + 2aω r θ + ω cos θ  ] d  ∂T  ∂T   ∂ r  − ∂ r = Qr  dt   Dimana Qr = R adalah gaya reaksi. Nilai dari ∂ ∂ dan T r ∂ ∂ diperoleh dari persamaan (i) dan jika disubstitusi ke T r persamaan (ii), didapatkan : 29
  • 30. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi [   ( R = m  + aωθ cos θ − r θ + ω r ) 2 (  ) − aω θ + ω cos θ ] r =a , r =0 ,  dan  = 0 r [  ( R = − ma ω 2 cos θ + θ + ω ) 2 ] yang merupakan persamaan yang menyatakan reaksi kawat . 9. Bahaslah gerak sebuah partikel dengan massa m yang bergerak pada bidang sebuah kerucut dengan sudut setengah puncak (half-angle) φ (lihat Gambar 2.5) dimana gaya yang bekerja hanyalah yang disebabkan oleh gaya gravitasi saja.
  • 31. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Gambar 2.5. Gerak pada kerucut Misalkan puncak kerucut berada di titik O (pusat koordinat dalam gambar), sedangkan sumbu kerucut berimpit dengan sumbu z. Posisi partikel pada permukaan kerucut dapat dinyatakan dengan koordinat Cartesian (x,y,z). Namun kita akan gunakan koordinat silinder ( r , θ, z ) sebagai koordinat rampatannya. Tidak semua ketiga koordinat tersebut a adalah independen (bebas satu sama lain). Koordinat z dan r dihubungkan oleh parameter φ melalui persamaan : z = r cot φ z = r cot φ   Kemudian diperoleh dua derajat kebebasan. Bisa digunakan r, θ sebagai koordinat umum dan menghilangkan z dengan 31
  • 32. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi menggunakan persamaan pembatas diatas. Energi kinetik massa m adalah : T = 1 2 1 2  [   1 2 ] [ ( )  mv 2 = m r 2 + r 2θ 2 + z 2 = m r 2 1 + cot 2 φ + r 2θ 2 ] = 1 2 (  m r 2 csc 2 φ + r 2θ 2  ) atau Energi potensial massa m (anggap V = 0 dan z = 0) : V = mgz = mgr cot φ Kemudian Lagrangian L sistem : 1 2  (  ) L = T − V = m r 2 csc 2 φ + r 2θ 2 − mgr cot φ Persamaan Lagrange untuk koordinat r adalah : d  ∂L  ∂L   ∂ r  − ∂r = 0  dt   Dengan memasukkan nilai L, diperoleh : ∂L d  ∂L  ∂L = mr csc 2 φ ,   ∂r  = m csc φ , ∂r = mrθ − mg cot φ   r 2 2 ∂r  dt   Substitusi nilai ini ke persamaan (*), diperoleh :   − rθ 2 sin 2 φ + g cos φ sin φ = 0 r Ini adalah persamaan gerak untuk koordinat r. Persamaan Lagrange untuk koordinat θ adalah :
  • 33. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi d  ∂L  ∂L  − =0 (**) dt  ∂θ  ∂θ    Dengan memasukkan nilai L, diperoleh : ∂L  ∂L = mr 2θ dan =0 ∂θ ∂θ Substitusi nilai ini ke persamaan (ii), diperoleh : d dt ( )d mr 2θ = ( J z ) = 0  dt Artinya  J z = mr 2θ = kons tan F. MOMENTUM RAMPATAN Tinjaulah gerak sebuah partikel tunggal yang bergerak sepanjang garis lurus (rectilinier motion). Energi kinetiknya adalah T = 1 mx 2 2  (76) dimana m adalah massa partikel, dan x adalah koordinat posisinya. Selanjutnya disamping mendefinisikan momentum partikel p sebagai hasil kali m x , kita juga dapat  mendefinisikan p sebagai kuantitas ∂T ∂x , yakni:  33
  • 34. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi ∂T p= = mx  ∂x  (77) Dalam kasus dimana sebuah sistem yang digambarkan oleh koordinat rampatan q1, q2, …, qk … qn, kuantitas pk didefinisikan dengan ∂L pk = ∂q k  (78) yang disebut momentum rampatan. Persamaan Lagrange untuk sistem konservatif dapat ditulis ∂L pk =  ∂q k (79) Misalkan dalam kasus khusus, satu dari koordinatnya, katakanlah qλ, tidak tersirat secara eksplisit dalam L. Maka ∂L pλ =  ∂q λ (80) sehingga p λ = tetapan = c λ (81) Dalam kasus ini, koordinat qλ dikatakan dapat terabaikan (ignorable). Momentum rampatan yang diasosiasikan dengan koordinat terabaikan tak lain adalah tetapan gerak sistem.
  • 35. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Sebagai contoh, dalam persoalan partikel yang meluncur pada bidang miring yang licin (yang telah dikerjakan pada bagian sebelumnya), kita dapatkan bahwa koordinat x, posisi bidang, tidak tersirat dalam fungsi Lagrangian L. Oleh karena x merupakan suatu koordinat terabaikan, maka ∂L px = = ( M + m) x + mx ' cos θ = tetapan   ∂x  (82) Kita dapat lihat bahwa ternyata p x adalah komponen total dalam arah mendatar dari momentum linier sistem dan oleh karena tidak terdapat gaya yang bekerja dalam arah mendatar pada sistem, komponen momentum linier dalam arah mendatar harus konstan. Contoh lain koordinat terabaikan dapat dilihat dalam kasus gerak partikel dalam medan sentral. Dalam koordinat polar (    ) L = 1 m r 2 + r 2 θ2 − V (r ) 2 (83) seperti yang diperlihatkan dalam contoh di atas. Dalam kasus ini θ adalah koordinat terabaikan dan ∂L  pθ = = mrθ2 = tetapan ∂θ (84) yang sebagaimana telah kita ketahui dari bab terdahulu adalah momentum sudut di sekitar titik asal. 35
  • 36. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Contoh Bandul sferis, atau potongan sabun dalam mangkuk. Suatu persoalan klasik dalam mekanika adalah bahwa partikel yang terbatasi untuk berada pada permukaan sferis yang licin di bawah pengaruh gravitasi, seperti sebuah massa kecil meluncur pada permukaan mangkuk yang licin. Kasus ini juga digambarkan oleh bandul sederhana yang berayun dengan bebas dalam sembarang arah, Gambar 2.6. Ini dinamakan bandul sferis, yang dinyatakan sebelumnya dalam bagian terdahulu. z θ l m mg y φ x Gambar 2.6 Bandul sferis
  • 37. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Dalam hal ini terdapat dua derajat kebebasan, dan kita akan menggunakan koordinat rampatan θ dan φ seperti yang ditunjukkan. Hal ini kenyataannya ekivalen dengan koordinat bola dengan r = l = tetapan dimana l adalah panjang tali bandul. Kedua komponen kecepatan adalah vθ = lθ  dan vφ = l sin θ . Ketinggian bola bandul, dihitung dari bidang-xy,  φ adalah (l - l cos θ) , sehingga fungsi Lagrangian adalah 1 2 2  L= ml (θ + sin 2 θφ2 ) − mgl(1 − cos θ) 2 (85) Koordinat φ dapat diabaikan, sehingga diperoleh ∂L  p θ =  = ml2 sin 2 θφ = tetapan ∂θ (86) Ini adalah momentum sudut di sekitar sumbu tegak atau sumbu z. Kita akan menundanya untuk persamaan dalam θ: d ∂L ∂L  = dt ∂θ ∂θ (87) yang dapat juga dinyatakan sebagai:   ml 2 θ = ml 2 sin θcos θφ2 − mgl sin θ (88) Mari kita perkenalkan tetapan h, yang didefinisikan dengan: 37
  • 38. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi  p h = sin θφ − φ2 ml (89) Selanjutnya persamaan diferensial gerak dalam θ menjadi  + g sin θ − h 2 cos θ = 0 2 θ (90) l sin 2 θ Persamaan (90) mengandung beberapa makna sebagai berikut. Pertama, jika sudut φ konstan, maka h = 0. Akibatnya, persamaan di atas dapat ditulis sebagai :  + g sin θ = 0 θ (91) l yang tak lain adalah persamaan gerak bandul sederhana. Geraknya berada dalam bidang φ = φo = konstan. Kedua, adalah kasus banduk konik (conical pendulum). Dalam hal ini, gantungan bandul menggambarkan suatu lingkaran horisontal, sehingga θ = θo = konstan. Jadi, θ = 0 dan  = 0 , sehingga  θ persamaan (90) dapat disederhanakan menjadi : 2 cos θ o 2 g sin θ o − h =0 (92) l sin 2 θ o atau : g h2 = sin 4 θo sec θo (93) l Dari nilai h yang diperoleh pada persamaan di atas, maka 2 g φo = sec θo (94) l
  • 39. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi yang tak lain adalah persamaan gerak bandul konik. φ=φ2 φ=φ1 Gambar 5 Gambar 2.7 Gerak pada permukaan bola G. FUNGSI HAMILTON 39
  • 40. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Persamaan Hamilton untuk gerak juga dinamakan persamaan kanonik gerak. Pandanglah sebuah fungsi dari koordinat rampatan H= ∑q  k k pk −L (95) Untuk sebuah sistem dinamik sederhana, energi kinetik sistem adalah fungsi kuadrat dari q dan energi potensialnya  merupakan fungsi q saja : L = T (q k , q k ) − V (q k )  (96) Berdasarkan teorema Euler untuk fungsi homogen, diperoleh ∂L ∂T ∑q p  k k k −L = ∑q  k k ∂q k  = ∑q  k k ∂q k  = 2T (97) Oleh karena itu : H= ∑q k  k p k − L = 2T − (T − V ) = T + V (98) Persamaan ini tak lain adalah energi total dari sistem yang kita tinjau. Selanjutnya, pandang n buah persamaan yang ditulis sebagai : ∂L pk = (k = 1,2, …n) (99) ∂q k dan nyatakan dalam q dalam p dan q  q k = q k (p k , q k )   (100)
  • 41. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Dengan persamaan di atas, kita dapat nyatakan fungsi H yang bersesuaian dengan variasi δp k , δq k sebagai berikut :  ∂L ∂L  δH = ∑p δq k  k k + q k δp k −  ∂q k  δq k −  ∂q k δq k   (101) Suku pertama dan suku kedua yang ada dalam tanda kurung saling meniadakan, oleh karena menurut defenisi p k = ∂L / ∂q k , oleh karena itu:  δH = ∑[qδp k  k − p k δq k ]  (102) Variasi fungsi H selanjutnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :  ∂H ∂H  δH = ∑ ∂p  k k δp k + ∂q k δq k   (103) Akhirnya diperoleh : ∂H (104) = qk  ∂p k ∂H = −p k  (105) ∂q k Dua persamaan terakhir ini dikenal dengan persamaan kanonik Hamilton untuk gerak. Persamaan-persamaan ini terdiri dari 2n 41
  • 42. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi persamaan defernsial orde-1 (bandingkan dengan persamaan Lagrange yang mengandung n persamaan diferensial orde-2. Persamaan Hamilton banyak dipakai dalam mekanika kuantum (teori dasar gejala atomik). Contoh pemakaian. 1. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak osilator harmonik satu dimensi. Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan sebagai : 1 1 T= mx 2  dan V= Kx 2 2 2 (106) Momentumnya dapat ditulis ∂T p p= = mx atau x =   ∂x  m (107) Hamiltoniannya dapat ditulis : 1 2 K 2 H =T+V = p + x (108) 2m 2 Persamaan geraknya adalah : ∂H ∂H =x  = −p  ∂p ∂x (109)
  • 43. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi dan diperoleh : p =x  Kx = −p  m Persamaan pertama menyatakan hubungan momentum- kecepatan. Dengan menggunakan kedua persamaan di atas, dapat kita tulis : m + Kx = 0 x (110) yang tak lain adalah persamaan osilator harmonik. 2. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak benda yang berada di bawah pengaruh medan sentral. Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan dalam koordinat polar sebagai berikut: m 2  T= (r + r 2 θ2 )  dan V=V(r) (111) 2 Jadi : ∂T pr pr = = mr  r=  ∂r  m (112) ∂T   p pθ =  = mr 2 θ θ = θ2 (113) ∂θ mr Akibatnya : 43
  • 44. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi 2 1 pθ H= (p r + 2 ) + V (r ) 2 2m r (114) Persamaan Hamiltoniannya: ∂H ∂H ∂H  ∂H =r ,  = −p r , = θ, = −p θ ∂p r ∂ r ∂p θ ∂θ (115) Selanjutnya: pr =r  m (116) ∂V (r ) p θ 2 − = −p r  ∂r mr 3 (117) pθ  =θ (118) mr 2 − pθ = 0 (119) Dua persamaan yang terakhir menunjukkan bahwa momentum sudut tetap,  p θ = kons tan = mr 2 θ = mh (120) Sedangkan dua persamaan sebelumnya memberikan,
  • 45. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi mh 2 ∂V(r ) m = p r = r  − r3 ∂r (121) untuk persamaan gerak dalam arah radial. H. PERSAMAAN LAGRANGE UNTUK GERAK DALAM MEDAN ELEKTROMAGNETIK Salah satu masalah penting dalam persoalan mekanika adalah gerak zarah bermuatan dalam medan elektromagnetik. Hal itu dibahas dalam bab ini, khususnya cara penyelesaiannya dengan metode Lagrange. Medan elektromagnetik mempunyai potensial yang bergantung dari kecepatan zarah. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap bentuk matematika fungsi potensial itu, sehingga kemudian metode Lagrange dapat diterapkan. Suatu zarah dengan massa m dan muatan q yang bergerak dalam medan listrik E dan medan magnet berinduksi magnet B, dipengaruhi geraknya oleh gaya : F=qE+qvxB (122) Dalam ungkapan itu v merupakan kecepatan zarah. Komponen gaya itu dalam arah X berbentuk: 45
  • 46. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi [ Fx = q E x + q y B z − z B y   ] (123) Menurut teori elektromagnet, fungsi potensial suatu medan elektromagnet terdiri dari dua bagian berikut : Potensial skalar Ф dan potensial vektor A Masing-masing besaran itu berkait dengan kuat medan E dan induksi magnetik B melalui hubungan : ∂A E = −∇Φ − ∂t B = ∇× A (124) Jika medan tak bergantung waktu, maka : E = −∇ Φ dan B ≡ ∇×A (125) Medan E tidak terkait dengan B. Perhatikanlah suatu fungsi U yang diungkapkan sebagai : U ≡ q Φ( r , t ) − q [ v •A ( r , t ) ] (126) Fungsi ini tak lain adalah fungsi potensial suatu zarah bermuatan dalam suatu medan elektromagnetik. Fungsi U tersebut dapat ditulis sebagai :
  • 47. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi  [ U ≡ q Φ − q x Ax + y Ay + z Az   ] (127) Perkalikanlah sekarang bagaimana bentuk fungsi ∂U d  ∂U  − +   (128) ∂x dt  ∂x     Yang diperoleh dengan mendiferensiasi persamaan (127) ke x, ke x , dan kemudian ke t. Dua yang pertama secara parsial.  Diferensiasi U secara parsial ke x, memberikan : ∂U ∂Φ  ∂Ax ∂Ay ∂Az  − = −q + q x  ∂x +y  +z    ∂x ∂x  ∂x ∂x  (129) Diferensiasi U secara parsial ke x , memberikan :  ∂U = −q A x ∂x  (130) Diferensiasi persamaan i ke t, menghasilkan : ∂U ∂U   ∂Ax ∂Ax ∂Ax ∂Ax  (131)   = −q   ∂t + ∂x x + ∂ y y + ∂z z    ∂t  ∂x       Sehingga bentuk persamaan 128 menjadi : 47
  • 48. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi ∂U d ∂U  − +   ∂ x dt  ∂ x      ∂Φ ∂Ax    ∂Ay ∂Ax   ∂Az ∂Ax   ∂ x − ∂ t  + q  y ∂ x − ∂ y = q −    + z   ∂ x − ∂ z            =q E x +q ( y Bz − z B y )   = Fx Oleh karena itu : ∂U ∂  ∂U  − +   = qE x + q ( yB z − zB y ) = Fx   ∂x ∂t  ∂x  (132) Dengan E = ˆE x +ˆ E y +kE z i j ˆ adalah kuat medan listrik B = ˆB x + ˆ B y +kB z i j ˆ adalah induksi magnetik Persamaan 132 yang merupakan fungsi potensial untuk zarah yang bermuatan dalam sebuah medan elektromagnetik, merupakan fungsi dari kedudukan dan kecepatan. Seperti pembahasan-pembahasan sebelumnya fungsi Lagrange senantiasa menganggap bahwa fungsi potensial V hanya bergantung pada kedudukan saja yakni : V = V (q1, q2, .......... q3N) (133) Pertanyaan kita adalah apakah mungkin persamaan Lagrange dapat diterapkan dalam persoalan gerak zarah bermuatan listrik ? Andaikan bahwa gaya-gaya rampatan Qk yang bekerja pada suatu sistem mekanika agar dapat diturunkan dari suatu
  • 49. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi fungsi potensial skalar U yang bergantung dari kecepatan. Jika hubungan antara Qk dan potensial U dinyatakan oleh ∂U ∂  ∂U  Qk = +   (134) ∂q k ∂t  ∂q k     dan fungsi Lagrange untuk sistem ini dinyatakan oleh : L=T–U (135) Berdasar pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, hubungan antara T, Qk, qk, dan q k dapat dinyatakan dengan  ∂  ∂U   ∂T    = Qk +   (136) ∂t  ∂q k      ∂q  k   Substitusi 134 ke dalam 136 menghasilkan : ∂  ∂T   ∂U d  ∂U   ∂T    = − +   +   (137) ∂t  ∂q k        ∂q k dt  ∂q k   ∂q   k   dan dapat ditulis juga dalam bentuk lain d  ∂T ∂U   ∂T ∂U    ∂q − ∂q −  − =0 (138) dt   k k   ∂q k ∂q k  Apabila definisi umum fungsi Lagrange digunakan maka akan diperoleh : d  ∂T  ∂L  − =0 (139) dt  ∂q k  ∂q k    49
  • 50. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, jika U merupakan fungsi potensial skalar yang bergantung pada kecepatan zarah v yang ditandai oleh hubungan gaya rampatan ∂U ∂  ∂U  Qk = +   (140) ∂q k ∂t  ∂q k     maka persaman Lagrange untuk sistem mekanika yang dikuasai oleh U memiliki bentuk d  ∂T  ∂L  −  ∂q = 0 (141) dt  ∂q k    k dengan fungsi Lagrange L = T - U Untuk memecahkan persoalan apakah fungsi Lagrange di atas dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persamaan gerak zarah dalam medan elektromegnetik, tinjaulah sebuah fungsi potensial sebagaimana persamaan 127 seperti berikut:  [ U ≡ q Φ − q x Ax + y Ay + z Az   ] Untuk komponen gaya ke arah x berlaku : ∂U ∂  ∂U  Fx = − +   ∂x ∂t  ∂x   (142)
  • 51. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Dengan penalaran yang sama, juga dapat dilakukan untuk komponen Fy dan Fz. Jadi dengan demikian fungsi Lagrange yang dimaksud dalam hal ini adalah : 1 L= Mv ⋅ v - qΦ(r , t) + v ⋅ A (r, t)q (143) 2 dimana m dan q masing-masing adalah massa dan muatan zarah, v adalah kecepatan zarah, dan Ф (r,t) serta A(r,t) masing-masing adalah potensial skalar dan potensial vektor medan elektromagnetik. Contoh : 1 1. Tunjukkan bahwa A = ( B × r ) merupakan vektor 2 potensial untuk suatu medan dengan induksi magnetik B. Jawab : ∇×A = 1 ∇×A 2 = 2 { B( ∇ ⋅ r ) − r ( ∇ ⋅ B ) + ( r ⋅ ∇ ) B − ( B ⋅ ∇ ) r} 1 Diketahui bahwa ∇ ⋅ r = 3 . Jadi suku pertama adalah 3B. )   (B ⋅ ∇ = B x ∂ ∂x +B y ∂ ∂y +B z ∂ ˆ ∂  z j (  ⋅ i x + ˆ y +kz ˆ ) =B  Sehingga : ∇×A = 1 2 [ 2B − ( r ⋅ ∇ ) B] 51
  • 52. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi Bila B merupakan medan yang konstan, suku ( r ⋅ ∇)B = 0 dan ∇ × A = B menurut definisi A. Jadi untuk medan dengan induksi magnet yang tetap A= 1 2 ( B × r) ˆ Misalkan bahwa B = kB o maka dalam koordinat Cartesius : A= 1 2 ( k × r ) B0 A = 1 B 0 ˆ x − ˆy 2 j i ( ) A = ˆ( 1 B 0 y ) + ˆ( 1 B 0 x ) i 2 j2 Dalam koordinat silinder : A= 1 2 ( B × r) A = 1 B0 r 2 Arah A adalah dalam bidang r tegak lurus pada sumbu –z, dan dapat pula tegak lurus pada sumbu r sendiri. Jadi dalam arah koordinat φ, sehingga A hanya terdiri dari komponen Aφ = 1 B 0 r , Ar = Az = 0. 2 z
  • 53. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi kB0 y r x Gambar 2.8 Hubungan antara arah B dengan r 2. Tunjukkan bahwa jika arah B sama dengan arah sumbu- z, artinya B = B0 k , maka dalam koordinat silinder ˆ berlaku : Ar = 0, Aφ = 1 B o r dan Az = 0. 2 Jawab : 3. Tunjukkan bahwa jika arah B sama dengan arah sumbu- z, artinya B = B0 k , maka dalam koordinat silinder ˆ berlaku : Ar = 0, Aφ = 1 2 B o r dan Az = 0. Jawab : 4. Bagaimanakah bentuk potensial skalar Φ dalam koordinat silinder, apabila medan listrik juga searah dengan sumbu-z. Artinya E = E0 k . ˆ 53
  • 54. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi 5. Tulislah fungsi Lagrange untuk suatu zarah (massa M dan muatan q) yang bergerak dalam medan elektromagnetik dengan B = B0 k dan E = E0 k . ˆ ˆ Gunakan koordinat silinder. Jawab : Sesuai dengan definisi : L = T - V Fungsi Lagrange L untuk zarah dengan massa M dan mauatn Q dalam medan tersebut : L = 1 m(r 2 + r 2ϕ 2 + z 2 ) + QE 0 z + Qrϕ 1 B0 r 2    2 L = 1 m(r 2 + r 2ϕ 2 + z 2 ) + QE 0 z + 1 QrϕB0 r 2 2    2  6. Besaran fisika mana saja yang merupakan tetapan gerak dalam soal nomor 5 ? Koordinat siklik dalam fungsi Lagrange di atas adalah φ, sehingga pφ merupakan tetapan gerak. Hal tersebut dapat diturunkan dari persamaan Lagrange d  ∂L  ∂L   ∂  − ∂ϕ = 0  dt  ϕ ∂L Bila L tidak merupakan fungsi φ, maka = 0, dan ∂ϕ d  ∂L  oleh karena itu   = 0 , yang berarti bahwa pφ = dt  ∂ϕ   ∂L = p = Mr ϕ + 1 Qr ϕB 0 = tetap. 2 2 2 tetap, atau   ∂ϕ φ  2
  • 55. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi 7. Tulis perangkat persamaan Lagrange untuk sistem di atas Perangkat persamaan Lagrange untuk sistem diatas : ∂L = mr  ∂r  ∂L = mrϕ2 +QB0 rϕ   ∂r Dengan demikian : m = Mrϕ2 +QB0 rϕ r   ∂L 1 = M r 2 ϕ+ QB o r 2  ∂ ϕ 2 ∂L =0 ∂ϕ 1 Diperoleh : m r 2ϕ +  QBo r 2 = kons tan 2 Kemudian : ∂L =m z  ∂z  ∂L =Q Eo ∂z Sehingga : m  =Q E o z Andaikanlah dicari solusi dengan r tetap, maka diperoleh dari persamaan Lagrange pertama diatas : 55
  • 56. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi 0 = ( m ϕ + Q Bo ) ϕ   Q Bo ϕ=0 , atau  ϕ =−  m Sedangkan persamaan ketiga memberikan : QE  = z = tetap m Artinya gerak dipercepat dalam arah z. Q Bo Secara skematik solusi dengan ϕ =−  m diterangkan disamping. Bagaimanakah lintasan bila diambil ϕ=0 ?s  SOAL SOAL Gunakan metode Lagrange untuk mencari persamaan gerak berikut, kecuali ada pernyataan lain. 1. Cari persamaan diferensial gerak peluru dalam sebuah medan gravitasi seragam tanpa hambatan/gesekan udara. 2. Cari percepatan bola pejal seragam yang menggelinding dengan sempurna pada bidang miring.
  • 57. Mekanika Mahasiswa Prodi Fisika angkatan 2011 Dosen: Hainur Rasjid Achmadi 3. Dua buah balok dengan massa sama m dihibungkan oleh sebuah tali yang lunak. Salah satu balok berada di atas meja yang licin (tanpa gesekan) dan yang lain tergantung pada ujung meja. Carilah percepatan sistem jika massa tali diabaikan. 4. Sebuah bola dengan massa m bergerak ke bawah pada sebuah bidang miring bermassa M dengan sudut kemiringan θ serta bebas bergerak pada bidang datar yang licin. Kontak antara bola dengan bidang miring adalah kasar sempurna. Carilah percepatan bidang miring. 5. Gunakan metode Hamilton untuk mencari persamaan gerak berikut : a. Bandul sederhana. b. Mesin Atwood sederhana. c. Benda yang meluncur ke bawah pada sebuah bidang miring. 57